Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN PADA GANGGUAN SISTEM

PERKEMIHAN

BATU SALURAN KEMIH

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Keperawatan Medikal Bedah I

Disusun oleh : Siti hoeriah (E010518036)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Laporan Pendahuluan

1. Pengertian
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius (Ginjal, Ureter,
Kandung kemih, dan Uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium
urat, asam urat, dan magnesium. (Brunner & Suddath, 2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih
(Luckman dan Sorensen).
Batu saluran kemih adalah adanya batu didalam saluran perkemihan yang
meliputi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

2. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi
ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih, yaitu :
a. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukkan batu saluran kemih, infeksi bakteri akan memecah ureum
dan membentuk ammonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
b. Statis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan status urine akan mempermudah pembentukkan batu saluran
kemih
c. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah
lain, daerah seperti di Afrika Selatan hamper tidak dijumpai penyakit batu saluran
kemih
d. Keturunan
e. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinann terbentuknya batu sedangkan kurang minum menyebabkan kadar
substansi dalam urine meningkat.
f. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk
g. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan
asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air munum meningkatkan
insiden batu saluran kemih
h. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angkat morbiditas batu
saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur
lebih sering menderita batu saluran kemih (buli-buli dan ureta)

3. Tanda Dan Gejala


a. Nyeri dan rasa seperti terbakar saat buang air kecil
b. Urine berdarah (hematuria)
c. Urine lebih pekat dan gelap
d. Sulit buang air kecil
e. Tidak lancar atau tersedat sedat saat buang air kecil
f. Tidak nyaman atau sait pada penis,jika terjadi pada pria
g. Nyeri pada perut bagian bawah
h. Terus menerus merasa ingin buang air kecil, terutama dimalam hari
i. Lebih sering mengompol, jika terjadi pada anak
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine terjadi obstruksi,
menyebabkan penekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (pielonefritis dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan dysuria) dapat
terjadi dari iritasi yang terus-menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit
gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal; sedangkan yang
lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan.
Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-
menerus di area konstovertebral. Hematuria dan pyuria dapat dijumpai. Nyeri yang
berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita kebawah mendekati
kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. Bila nyeri tekan diseluruh area
konstovertebral, dan muncul mual muntah, maka pasien sedang mengalami episode kolik
renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini
akibat dari infeksi renointestinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung, pancreas
dan usu besar.
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa,
akut,dan kolik yang meyebar ke paha dan genetalia. Pasien sering merasa ingin berekmih,
namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi
abrasive batu. Kelompok gejala ini disebut kolik ureteral. Umumnya pasien akan
mengeluarkan batu denga diameter 0,5 sampai 1 cm secara spontan. Batu dengan
diameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat
diangkat atau dikeluarkan secara spontan.
Batu yang terjebak pada saluran kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika infeksi berhubungan
dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam
kehidupan pasien.
5. Patofisiologis /pathway
6. Komplikasi
Batu saluran kemih dapat mengobstruksi aliran urine di berbagai titik saluran kemih,
dapat menyebabkan komplikasi seperti hidronefrosis dan statis urine yang selanjutnya
menyebabkan infeksi.
1) Obstruksi
Batu dapat menyumbat saluran kemih diberbagai titik dari kaliks ginjal hingga uretra
distal, yang menghambat aliran keluar unine. Jika obstruksi terjadi secara lambat,
mungkin terdapat sedikit gejala atau tidak ada gejala, sedangkan obstruksi mendadak
(misalnya, sumbatan ureter dengan keluarnya batu) dapat menyebabkan manifestasi
berat. Obstruksi saluran kemih pada akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
Tingkat obstruksi, letaknya, dan durasi gangguan aliran urine menentukan efek
fungsi ginjal.
2) Hidronephrosis
Ginjal terus memproduksi urine yang menyebabkan peningkatan tekanan dan distensi
saluran kelih dibelakang obstruksi. Hidronefrosis (distensi pelvis dan kaliks ginjal)
dan hidroureter (distensi ureter) kemungkinan terjadi. Jika tekanan tidak diredakan,
tubulus pengumpul, tubulus proksimal, dan glomerulus ginjal rusak, yang
menyebabkan kehilangan fungsi ginjal secara bertahap.
3) Infeksi
7. Penatalaksanaan Medis Dan Non Medis
a. Penatalaksanaan Medis
 pembedahan
 pembedahan laparoskopi
 bedah terbuka
 ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithothipsy)
memecah batu saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut yang
dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh
 URS (Ureterorenoscopy)
kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan
peumatik telah sukses dalam pemecah batu ureter.
 PCNL ( Percutaneous Nephrotithotomy)
merupakan salah satu tindakan invasif dibidang urologi yang bertujuan
mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan
untukmencapai sistem pelviokalises.
 Lithocklas
 Litotripsi
b. Penatalaksanaan Non Medis
 pengurangan nyeri
mandi air hangat di area panggul
 terapi nutrisi dan mesikasi
terapi nutrisi berperan penting dalammencegah batu kemih. masukan cairan
yang adekuar dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang
merupakan bahan utama pembentuk batu

8. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang dapat diintruksikan saat dicurigai
ada batu saluran kemih adalah sebagai berikut.
1) Laboratorium
Urinalisis, pemeriksaan urinalisis pada pasien batu kandung kemih dilakukan secara
mikroskopis dan makroskopis. Pemeriksaan secara mikroskopis dilakukan untuk
menilai jenis batu dengan menilai pH, kosistensi, dan komposisi batu. Pemeriksaan
makroskopis dilakukan untuk menilai warna dan kejernihan dari urine. Pada pasien
dewasa dengan jenis batu asam urat, secara mikroskopis lazim didapatkan pH asam,
sedangkan secara nmakroskopis didapatkan adanya hematuria dan piuria.
Hitung jumlah sel darah lengkap: pada pasien dengan obstruksi dan infeksi akan
didapatkan sel darah putih (WBC) meningkat.
2) USG
Ultrasonografi, menampilkan objek hyperechoic klasik dengan membayangi
posterior, efektif dalam mengidentifikasi baik radiolusen dan batu radio-opak.
3) Foto polos abdomen
Pemeriksaan standar untuk menilai adanya batu radio-opik.
4) Intravena Pyelography (IVP)
Jika kecurigaan klinis tetap tinggi dan foto polos abdomen tidak mengungkapkan
adanya batu, langkah berikutnya adalah cystography atau IVP.
5) Pemeriksaan sinar X abdomen bawah pada GUK (ginjal, ureter, dan kandung kemih)
dapat menunjukkan batu seperti keburaman di ginjal, ureter, dan kandung kemih.
6) Ultrasonografi ginjal menggunakan gelombang suara pantulan untuk mendeteksi batu
dan mengevaluasi ginjal mengenai kemungkinan terjadinya hidronefrosis.
7) Sinar computed tomography (CT) Scan ginjal, dengan atau tanpa mendium kontras,
menunjukkan batu, obstruksi ureter, dan gangguan ganijal lain.
8) Sistoskopi digunakan untuk memvisualisasikan dan kemungkinan mengangkat batu
dari kandung kemih dan ureter distal
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (paling sering terjadi 30-50 tahun), jenis kelamin (lebih sering
terjadi pada laki-laki), agama, pendidikan, pekerjaan, alamat (tinggal di daerah
panas), stasus perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnose medis.
2. Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama
Klien dengan batu ginjal sering mengeluh sakit di bagian perutnya.
b) Riwayat penyakit saat ini
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri pada
saluran kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan
besarnya batu, dapat terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami
gangguan gastrointestinal dan perubahan.perlu ditanyakan mulai kapan keluhan
itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
meningkatkan keluhan-keluhan tersebut. Penyebab kelemahan fisik setelah
melakukan aktivitas ringan sampain berat:
1) Seperti apa kelemahan melakukan aktivitas yang dirasakan, biasanya
disertai nyeri dibagian perutnya
2) Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau keseluruhan sistem otot rangka
dan apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukkan pergerakan.
3) Bagaimana nilang rentang kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari
4) Kapan timbulnya keluhan kelemahan dalam beraktivitas, seberapa lamanya
kelemahan dalam beraktivitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun
saat beraktivitas tertentu.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien yang menderita sakit ini biasanya pasien yang pernah mengalamio ISK,
sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi, bekerja dilingkungan panas,
penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.

3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai tanpa
kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan
penyulit yang ditimbulkan. Terjadi nyeri/kolikn renal klien dapat juga
mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan.
b) Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penambilan tampak obesitas, TTV normal. Pada
pemeriksaan palpasi region flank sinistra didapatkan tanda ballottement (+) dan
pada perkusi nyeri ketok costovertebree angle sinistra (+)
c) Pemeriksaan fisik persistem
 sistem perkemihan
adaya oliguria, disuria, gross hematuria, menjadi ciri khas pada batu
kemih, nyeri yang hebat, nyeri ketok pada pinggang, ditensi vesika pada
palpasi vesika, teraba massa keras/batu.
 Sistem persyarafan
tingkat kesadaran, GCS,reflex bicara, composmetis
 sistem pencernaan
fungsi mengunyah dan menelan berfungsi dengan baik bising usus
normal. pada abdomen terdapat nyeri tekan, terba masa keras atau
batu,nyeri ketok pinggang
 sistem integumen
hangat, kemerahan dan pucat
 sistem kardiovaskuler
mengalami intoleransi aktivitas karena nyeri yang dirasakan yang
melakukan mobilitas fisik tertentu

4. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: Mengeluh nyeri Asupan makanan Nyeri akut
DO: minuman yang
1) Tampak meringis mengandung Ca
2) Bersikap protektif (mis. berlebihan, bedrest total,
Waspada, posisi jarang aktivitas,
menghindari nyeri) lingkungan panas,
3) Gelisah hiperparatiroid, diabetes
4) Frekuensi nadi meningkat milletus.
5) Sulit tidur
Batu ginjal

Obstruksi pada saluran


kemih

Peningkatan tekanan
hidrostatik

Distensi piala ginjal

Kontraksi uretral
meningkat

Trauma ginjal

Mediator nyeri
(histamine, bradikinin)

Saraf aferen

Thalamus

Saraf eferen

Nyeri dipersepsikan
DS: Kerusakan pusat miksi di Gangguan eliminasi urin
1) Desakan berkemih medulla spinalsi
(Urgensi)
2) Urin menetes (dribbling) Kerusakan simpatis dan
3) Sering buang air kecil parasimpatis sebagian
4) Nokturia atau seluruhnya
5) Mengompol
6) Enuresis Tidak terjadi koneksi
DO: dengan otot detrusor
1) Distensi kandung kemih
2) Berkemih tidak tuntas Menurunnya relaksasi
(hesitancy) otot spinkter
3) Volume residu urin
meningkat Obtruksi urethra

Urin sisa meningkat


Dilatasi bladder/distensi
abdomen

Retensi urin

Gangguan eliminasi urine


DS: Pola hidup tidak sehat Defisit pengetahuan
1) menanyakan masalah
yang dihadapi Pembentukan batu
DO: kemih/ginjal
1) menunjukan perilaku
yang tidak tepat Kurangnya informasi
2) menunjukan persepsi yang didapat
yang keliru terhadap
masalah Defisit pengetahuan
DS: Pemebentukan batu Intoleransi aktivitas
1) Mengeluh lelah ginjal
DO:
1) frekuensi jantung Obstruksi penyumbatan
meningkat 20% dari di ginjal
kondisi istirahat
Inflamasi peradangan

Rangsangan terhadap
modiator reseptor nyeri

Pemasangan kateter

Intoleransi aktifitas
DS: Pembentukan batu ginjal Ansietas
1) merasa bingung
2) merasa khawatir Obtruksi penyumbatan
3) sulit berkonsentrasi diginjal
DO:
1) tampa gelisah Prosedur pembedahan
2) tampak tegang
3) sulit tidur Pre op

ansietas
Faktor resiko Resiko infeksi

1. penyakit kronis
2. efek prosedur invansif
3. malnutrisi
4. peningkaatan paparan organisme
patogen lingkungan
5. ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer
1) gangguan peristaltik
2) kerusakan integritas kulit
3) perubahan sekresi pH
4) penurunan kerja siliaris
5) ketuban pecah lama
6) ketuban pecah sebelum
waktunya
7) merokok
8) statis cairan tubuh
6. ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder
1) penurunan hemoglobin
2) imunosupresi
3) leukopenia
4) supresi respon inflamasi
5) vaksinasi tidak adekuat

5. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi kontraksi uretal, trauma
jaringan, edema dan iskemia seluler, nyeri pascabedah.
2) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3) defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/menginggat salah
interpertasi informasi
4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan terpasangannya kateter urine
5) ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan/laser
6) intoleransi aktivitas berhubungan dengan prosedur pasca pembedahan
7) resiko infeski ditandai dengan tindakan invasif

6. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan Intervensi utama
tindakan
keperawatan selama Manajemen nyeri
2x24jam maka Observasi Observasi
nyeri menurun 1. identifikasi skala nyeri 1. untuk mengetahui
Kriteria hasil : skala nyeri
1. keluhan 2. identifikasi
nyeri pengetahuan dan 2. untuk mengetahui
menurun keyakinan tentang tindakan apa
2. meringis nyeri yang akan
menurun 3. identifikasi respon diambil
3. gelisah nyeri non verbal
menurun 4. 3. untuk mengetahui
4. kemampuan respon klien
menuntaska terapeutik
n aktivitas 1. berikan teknik
meningkat nonfarmakologi untuk terapeutik
mengurangi rasa nyeri 1. untuk
2. fasilitasi istirahat dan mengalihkan rasa
tidur nyeri

Edukasi
1. jelaskan stategi 2. untuk
merekan nyeri mengurangi dan
2. anjurkan memonitor mengalihkan rasa
nyeri secara mandiri nyeri
3. anjurkan teknik
nonfarmakologi Edukasi
1. untuk
Kolaborasi mengurangi rasa
nyeri
1. kolaborasi pemberian
analgetik 2. agar pasien dapat
mengontrol rasa
nyeri
Intervensi pendukung
Pemantauan nyeri 3. untuk
Observasi mengurangi rasa
1. identifikasi faktor nyeri
pencetus dan pereda nyeri
Kolaborasi
2. monitor kualitas, lokasi,
intensitas, dan durasi 1. untuk
nyeri mengurangi rasa
nyeri

Terapeutik
1. atur interval waktu Observasi
pemantauan sesuai 1. untuk mengetahui
dengan kondisi pasien penyebab dan
2. dokumentasikan hasil pereda nyeri
pemantauan
2. untuk mengetahui
kualitas,lokasi,intes
itas dan durasi
Edukasi nyeri
1. jelaskan prosedur untuk mengetahui
pemantauan lokasi nyeri

2. informasikan hasil
pemantauan
Terapeutik
1. untuk
mempermudah
dalam pemantauan

2. agar memiliki data


dan untuk melihat
perkembangan
pasien

Edukasi
1. agar pasien
mengtahui tujuan
dari prosedur
2. agar pasien tahu
perkembangan pada
dirinya
2 Setelah dilaukan Intervensi utama Observasi
. tindakan Manajemen eleimasi urine 1. Menghindari
keperawatan selama Observasi inkontenensia
2x24jam maka 1. Identifikasi tanda dan gejala
diharapkan retensi atau inkontinensia 2. Untuk mengurangi
eliminasi urin urine faktor dari retensi
membaik 2. Identifikasi faktor yang atau inkontinensia
Kriteria hasil: menyebabkan retensi atau urine.
1) mengompol inkontinensia urine 3. Untuk mengetahui
menurun keadaan urine pada
2) distensi 3. Monitor eliminasi urine (mis. pasien.
kandung Frekuensi, konsistensi, aroma,
kemih volume, dan warna)
menurun
3) desakan Terapeutik
berkemih Terapeutik 1. Untuk menentukan
(urgensi)me 1. Ambil sampel urine masalah
nurun tengah (midstream) atau
4) frekuensi kultur.
BAK Edukasi
membaik Edukasi 1. Memonitor
1. Ajarkan mengukur keseimbangan
asupan cairan dan cairan
haluaran urine.

intervensi pendukung
Kateterisasi urine
Observasi Observasi
1. periksa kondisi pasien 1. untuk mengetahui
kondisi pasien
Terapeutik
1. siapkan peralatan, bahan Terapeutik
bahan dan ruangan
tindakan
2. siapakan psien pemasangan katetr
3. pasang sarung tangan ii untuk
4. bersihkan daerah parineal memudahkan pasien
atau preposium dengan yang menderita
cairan NaCl penyakit tertensu
5. laukan insarsi kateter urin sehingga bisa buang
6. sambungkan kateter urin air kecil dengan
dengan urine bag mudah
7. isi balon NaCl
8. fiksasi selang

Edukasi
1. jelaskan dan tujuan
prosedur pemasangan
kateter urin 1. agar pasie
2. anjurkan menarik nafas
saat insersi selang kateter

edukasi
1. mengetahui tujuan
pemasnagan kateter

2. agar bisa relaksasi


dan mengalihkan
rasa tidak nyaman

3 Setelah dilaukan Intervensi utama


. tindakan Edukasi kesehatan
keperawatan Observasi Observasi
selama 2x24jam 1. identifikasi kesiapan dan 1. memahami
maka diharapkan kemampuan menerima kemampuan pasien
defisit informasi dalam menerima
pengetahuan Terapeutik informasi
meningkat 1. sediakan materi dan
Kriteria hasil: media pendidikan Terapeutik
1. perilaku kesehatan 1. untuk
sesuai mempermudah
anjuran pemahaman dan
meningkat 2. berikan kesempatan mengurangi
2. kemampua untuk bertanya kebosanan
n
menjelaska 2. mengkaji
n pengetahuan dan
pengetahu Edukasi keluarga selama
an tentang 1. ajarkan hidup sehat dan proses belajar
suatu topik bersih
meningkat Edukasi
3. perilau 1. untuk mencegah
sesuai intervensi pendukung kekambuhan
dengan bimbingan sistem kesehatan oenyakit yang sama.
pengetahu Observasi
an 1. identifikasi masalah
kesehatan
individu,keluarga dan
masyarakat Observasi
2. identifikasi inisiatif 1. untuk mengetahui
individu keluarga dan masalah kesehatan
masyarakat

2. untuk mengetahui
Terapeurik inisiatif individu
1. fasilitasi pemenuhan keluarga dan
kebutuhan kesehatan masyarakat
2. fasilitasi pemenuhan
kebutuhan kesehatan terapeutik
mandiri 1. untuk mencaai
pembenagunan
Edukasi kesehatan
1. bimbingan untuk
bertanggung jawab 2. untuk mencapai
mengidentifikasi dan pembangunan
mengembangkan kesehatan mandiri
kemampuan memecahkan
masalah kesehatan secara
mandiri Edukasi
1. agar individu dapay
memecahkan
masalah secara
mandiri
4 Setelah dilakukan Intervensi utama
tindakan Terapi aktivitas
keperawatan selama Observasi Observasi
2x24jam maka 1. identifikasi defisit tingkat 1. untuk mengetahui
tolerasi aktivitas aktivitas kemampuan
meningkat 2. identifikasi kemampuan aktivitas
Kriteria hasil: berpatisifasi dalam 2. untuk mengetahui
1) kemudahan aktifitas tertentu kemampuan
melakukan aktifitas
aktivitas sehari Terapeutik
hari 1. fasilitasi aktivitas fisik
2) kecepatan rutin
berjalan 2. libatkan keluarga dalam Terapeutik
meningkat aktivitas 1. memilihkan
3) jarak berjalan Edukasi aktivitas rutin yang
meningkat 1. jelaskan metode aktivitas dilalukan
4) perasaan lemah fisik sehari hari 2. untuk memberi
menurun 2. anjurkan keluarga untuk support klien
memberikan penguatan Edukasi
1. agar klien
intervensi pendukung mengetahui metode
edukasi latihan fisik yang bagus untuk
Observasi aktifitas fisik
1. identifikasi kesiapan dan 2. agar pasien mau
kemampuan menerima melaukan aktivitas
informasi fisik
2. sediakan materi dan media
pendidikan
3. jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai Observasi
kesepakatan 1. untuk mengetahui
kesiapa klien
Edukasi
1. jelaskan manfaat kesehatan 2. agar mempermudah
dan efek olahraga pemahaman klien
2. jelaskan latihan yang sesuai 3. inform concent
dengan kondisi klien penting untuk
3. jelaskan frekuensi,durasi menjalin trust
dan program yang
diinginkan Edukasi
1. agar klien
mengetahui manfaat
olahraga bagi
kesehatan
2. untuk
mempermudah
klien dalam latihan

3. agar klien tidak


merasa kelelahan
5 Setelah dilakukan Intervensi utama
tindakan Reduksi ansietas
keperawatan selama Observasi Observasi
2x24jam maka 1. identifikasi saat tingkat 1. untuk
ansietas berubah mengetahui
diharapkan tingkat tindakan yang
2. monitor tanda-tanda
ansietas menurun ansietas akan diambil
Kriteria hasil: 2. mengetahu
tanda ansietas
1) perilaku Terapeutik
Terapeutik
gelisah 1. ciptakan suasana
terapeutik untuk 1. agar klien tidak
menumbuhkan merasa ansietas
menurun kepercayaan atau mengurangi
2. pahami situasi yang ansietas
2) perilaku
membuat ansietas 2. agar mudah
tegang mengambil
3. temani pasien untuk
menurun mengurangi ansietas tindakan
3) tremor Edukasi
1. anjurkan keluarga 3. agar pasien
menurun
untuk tetap bersama merasa tenang
4) pola tidur pasien
membaik 2. anjurkan
mengungkapkan Edukasi
perasaan dan persepsi
1. agar mengurangi
3. latih teknik relaksasi ansietas pada
pasien
kolaborasi 2. untuk
1. kolaborasi pemberian mengalihkan rasa
obat antiansietas ansietas

3. mengalihkan rasa
ansietas
intervensii pendukung
teknik distraksi
Observasi
1. identifikasi pilihan
teknik distraksi yang Kolaborasi
diinginkam 1. untuk
Terapeutik mengurangi rasa
cemas
1. gunakan teknik
distraksi
Edukasi
1. jelaskan manfaat dan
jenis distraksi

2. anjurkan Observasi
menggunakan teknik 1. memilihkan
sesuai dengan tingkat, teknik distraksi
energi, dan yang cocok
kemampuan dengan klien
3. anjurkan membuat Terapeutik
daftar aktifitas yang
1. untuk
menyenangkan. mengurangi
ansietas
Edukasi
1. untuk
mengalihkan atau
menjauhkan
perhatian klien
terhadap sesuatu
yang sedang
dihadapi
2. untuk
memudahkan
melihat respon
klien

3. agar teknik ini


terjadwal dan
dilaukan sesuai
jadwal

Post op
6 Setelah dilakukan Intervensi utama
tindakan Terapi aktivitas
keperawatan selama Observasi Observasi
2x24jam maka 3. identifikasi defisit tingkat 3. untuk mengetahui
tolerasi aktivitas aktivitas kemampuan
meningkat 4. identifikasi kemampuan aktivitas
Kriteria hasil: berpatisifasi dalam 4. untuk mengetahui
5) kemudahan aktifitas tertentu kemampuan
melakukan aktifitas
aktivitas sehari Terapeutik
hari 3. fasilitasi aktivitas fisik
6) kecepatan rutin
berjalan 4. libatkan keluarga dalam Terapeutik
meningkat aktivitas 3. memilihkan
7) jarak berjalan Edukasi aktivitas rutin yang
meningkat 3. jelaskan metode aktivitas dilalukan
8) perasaan lemah fisik sehari hari 4. untuk memberi
menurun 4. anjurkan keluarga untuk support klien
memberikan penguatan Edukasi
3. agar klien
intervensi pendukung mengetahui metode
edukasi latihan fisik yang bagus untuk
Observasi aktifitas fisik
4. identifikasi kesiapan dan 4. agar pasien mau
kemampuan menerima melaukan aktivitas
informasi fisik
5. sediakan materi dan media
pendidikan
6. jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai Observasi
kesepakatan 4. untuk mengetahui
kesiapa klien
Edukasi
4. jelaskan manfaat kesehatan 5. agar mempermudah
dan efek olahraga pemahaman klien
5. jelaskan latihan yang sesuai 6. inform concent
dengan kondisi klien penting untuk
6. jelaskan frekuensi,durasi menjalin trust
dan program yang
diinginkan Edukasi
4. agar klien
mengetahui manfaat
olahraga bagi
kesehatan
5. untuk
mempermudah
klien dalam latihan

6. agar klien tidak


merasa kelelahan
7 Setelah dilakukan Intervensi utama
tindakan Manajemen imunisasi/vaksinasi
keperawataan Obsevasi :
selama 2x24 jam Identifikasi riwayat kesehatan dan
maka diharapkan riwayat alergi
1. Identifikasi status imunisasi 1. untuk meningkatkan
resiko infeksi setiap kunjungan ke derajat kesehatan
menurun pelayanan kesehatan dengan melakukan
Kriteria hasil: imunisasi yang telah
1) kebersihan diprogramkan
tangan
meningkat Teurapetik
2) kebersihan 1. Berikan suntikan pada bayi 1. untuk meningkatkan
badan dibagian paha anterolateral sistem kekebalan
meningkat pada tubuh
3) kemerahan 2. Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat 2. untuk meningkatkan
menurun derajat kesehatan
dengan cara
melakukan imunisasi
secara bertahap yang
telah diprogramkan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, 1. untuk meningkatkan
manfaat, reaksi pengetahuan terhadap
yang terjadi pasien
2. Informasikan 2. untuk meningkatkan
imunisasi yang derajat kesehatan
diwajibkan yang telah terfasilitasi
pemerintah mis oleh pemerintah
(hepatitis B, BCG, secara bertahap
diftero, dll)

Intervensi pendukung
Manajemen lingkungan
observasi
1. identifikasi keamanan
1. untuk menghidari
dan kenyamanan
gejala infeksi
lingkungan
muncul
Terapeutik
1. atur suhu lingkungan
1. untuk
yang sesuai
menghindari
kelembapan
lingkungan
2. ganti pakaian secara 2. untuk menghidari
berkala virus dari baju
kotor
3. pertahankan
konsistensi kungjungan 3. untuk
tenaga kesehatan menghindari
virus yang
dibawa oleh
orang lain
4. hindari paparan 4. untuk meghindari
langsung dengan sinar iritasi pada kulit
matahari

Edukasi
1. agar pasien terhindari
1. jelaskan cara membuat dari virus dari
lingkungan rumah
yang aman
DAFTAR PUSTAKA

Priscilla LeMone, RN, DSN, FAAN; Karen M. Burke, RN, MS; Gerene Bauldoff, RN, PHD,
FAAN (2015) Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5: Buku kedokteran EGC

SDKI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI

Arif Mutaqqin; Kumala Saro (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai