Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

HEPATITIS

OLEH :

HENDRIAN APRILLEO VIEDRO

NIM : 2130282068

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

HEPATITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFENISI
Hepatitis adalah peradangan hati, disebabkan oleh infeksi atau kimia.
Penyebab infeksi meliputi banyak agen yang dapat menyebabkan kerusakan dan
peradangan kelompok virus yang diketahui sebagai virus hepatitis diberi nama
secara alfabetik dalam urutan kronologik penemuannya (Brunner &
Suddart,2001).
Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati, virus merupakan penyebab
hepatitis yang paling sering, terutama virus hepatitis A,B,C,D, dan E. Pada
umumnya penderita hepatitis A dan E dapat sembuh,sebaliknya hepatitis B dan C
dapat menjadi kronik.Virus hepatitis D hanya dapat menyerang penderita
yang telah terinfeksi virus hepatitis B dab dapat memperoleh keadaan penderita
(Price & Wilson, 2006).
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas. (Wening Sari, 2008)
2. ANATOMI FISIOLOGI
a. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi hati.
Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak
dibagian teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah diafragma
dan hati secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500 gr
2,5% dari berat tubuh pada orang deawa normal, hati dibagi menjadi 4 lobus,
yaitu lobus kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya 1/10 ditempati
oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus oleh lapisan
tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi
masa hati menjadi unit-unit yang kecil dan unit-unit kecil itu disebut lobulus
(Pearce, 2006).
Gambar 2.1 Anatomi hepar
Sumber: www. Gambar anatomi hepar.com

Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan
vena porta. Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati,
darah ini mempunyai kejenuhan 95–100% masuk ke hati akan akhirnya keluar
sebagai vena hepatica. Sedangkan vena porta terbentuk dari lienalis dan vena
mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati darah ini
mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan kehati yang
telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena porta arteri
hepatica dan saluran membentuk saluran porta (Syaifuddin, 2003).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan
jaringan elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam
parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris.
Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam
lempengan-lempengan atau plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem
pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan
jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang mengandung cabang-cabang
vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena porta dan arteri
hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak
percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis,
dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran empedu
menuju kandung empedu (FKUI, 2006).
b. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena
porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam
fisiologis hati, mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus
gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat
arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Vena porta yang terbentuk
dari vena linealis dan vena mesenterika superior, mengantarkan 4/5 darahnya
kehati darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa
oksigen telah diambil oleh limpa dan usus. Darah ini membawa kepada hati
zat makanan yang telah di absorbsi oleh mukosa usus halus. Vena hepatika
mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior. Terdapat empat
pembuluh darah utama yang menjelajahi keseluruh hati, dua yang masuk yaitu
arteri hepatika dan vena porta, dan dua yang keluar yaitu vena hepatika dan
saluran empedu. Sinusoia mengosongkan isinya kedalam venulel yang berada
pada bagian tengah masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena
sentralis, vena sentralis bersatu membentuk vena hepatika yang merupakan
drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya kedalam vena kava
inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan darah
masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar (FKUI, 2006).

Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga sangat
penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap metabolik
tubuh. Adapun fungsi hati menurut (Pearce, 2006) sebagai berikut:
1) Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah.
Aliran darah melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena
porta kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi
mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total rata-rata 1450
ml/menit.
2) Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem
metabolisme tubuh.
Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme karbohidat,
mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis
membentuk banyak senyawa kimia penting dan hasil perantara
metabolisme karbohidrat serta menyimpan glikogen.
3) Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang
mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
4) Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
5) Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.
6) Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A, D, E, K), mineral
(termasuk zat besi).
7) Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
8) Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan
menyerap zat gizi penting.
9) Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun (detoksikasi) serta
memetabolisme alkohol.
10) Membantu menghambat infeksi.
3. ETIOLOGI
Penyebab hepatitis menurut Wening Sari (2008) meliputi:
a. Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan
hepatitis akut.
b. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
c. Alcohol : menyebabkan alcohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alcohol
sirosis
d. Infeksi virus.
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm, Ditularkan melalui darah atau produk darah, saliva,
semen, sekresi vagina. Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa
menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan, Masa inkubasi 40 –
180 hari dengan rata- rata 75 hari, Faktor resiko bagi para dokter bedah,
pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan
pasien dalam unit hemodialisis, para pemakai obat yang menggunakan jarum
suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual baik heteroseksual maupun
pria homoseksual.

4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari 3 tahapan meliputi:
a. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
b. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul),
nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan
pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama
sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
c. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu
badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus
meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-
14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan
lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
d. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di
ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah
timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa
segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
5. KLASIFIKASI
Adapun 6 Jenis hepatitis viral yaitu (Sylvia A. Price. 2006 patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit. Page 485):
a. Hepatitis A
Sering kali hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan
pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam , diare,
mual,nyeriperut, mata kuning, dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama
sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal
terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis
A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi feses pasien, misalnya makan buah-buahanm sayur yang tidak
dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu
yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu
setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan
vaksin beberapa kali, pecandu narkotika dan hubungan sex anal, termasuk
homosex merupakan resiko tinggi terlular hepatitis A
b. Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual,
muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat
melalu jarum suntik/ pisau yang terkontaminasi, tranfusi darah dan gigitan
manusia. Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta
imunoglobulin yang mengandung anti bodi terhadap hepatitis B yang
diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif
sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan resiko tertular
hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang banyak mempunyai
pasangan sexual.
c. Hepatitis C
Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus hepatitis viral dan paling
sering ditularkan melalui yang ditranfusi dari donor asimtomatik, berbagi
jarum dengan pengguna obat intravena dan cairan tubuh atau didapat dari tato.
d. Hepatitis D
Hepatitis D Virus (HDV) atau virus delta dalah virus yang unik, yang tidak
lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hapatitis B.
Penularan melalui hubungan sexual, jarum suntik dan tranfusi darah. Gejala
penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-
infeksi) atau amat progresif.
e. Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, dema pegel linu,lelah, hilang nafsu makan, sakit
perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri (self limited), kecuali bila terjadi
pada kehamilan, khususnya trimester ke 3 dapat mematikan. Penularan
melalui air yang terkontaminasi feses.

f. Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat
hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
g. Hepatitis G
Gejala berupa hepatitis C, sering kali infeksi bersamaan dengan hepatitis B
atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan atau hepatitis kronik.
Penularan melalui tranfusi darah jarum. Hepatitis B, dapat terjadi tanpa gejala.
Namun dapat juga terjadi artalgia dan ruam pada kulit.
6. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan- bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya,
sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar
klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal (Baraderu,
2008).

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah


billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka
terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati, selain itu juga
terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin (Smeltzer dan Bare, 2002).

Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan
terbawa sampai ke hati. Di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan
peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada
pemeriksaan SGOT dan SGPT). akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan
penyerapan dan konjugasi bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan
mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu
tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). Salah satu fungsi hati
adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh
mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri dengan
berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral racun
(Syaifuddin, 2006).

Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat


menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga
merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol
yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi
pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba atau palpasi hati.
Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak (Syaifuddin,
2006).

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya
rasa mual dan nyeri di ulu hati, pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut
dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan
bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus (Smeltzer dan Bare, 2002).
7. MIND MAPPING

Defenisi
Hepatitis adalah peradangan hati, disebabkan oleh infeksi atau kimia (Brunner & Suddart,2002).

Etiologi Etiologi

Virus hepatitis A, B, C, D, E, F, dan G Zat toksik, produksi alkohol

Hepatitis

Menifestasi klinis Menifestasi klinis


Fase Pra Ikterik : Nafsu makan Fase Ikterik : Urine berwarna teh pekat,
menurun, nausea, vomitus, nyeri ulu Ikterus pada kulit dan sklera, Kadang-
hati, suhu badan meningkat, pusing, kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh
nyeri persendian badan, rasa lesu.

Inflamasi pada hepar Kerusakan pada sel


Hati membesar dan Kurang terpapar
mendesak informasi parenkim hati

Peningkatan suhu tubuh


Perut kanan atas Nekrosis
Dx. Defisit
terasa sakit Pengetahuan
Dx. Hipertermi
Sirosis hati
Dx. Nyeri Akut
Terjadi penurunan nafsu SGOT-SGPT
makan, nausea, anoreksia meningkat Gangguan fungsi hati

Dx. Defisit Nutrisi Penurunan energi


Bilirubin tidak
untuk metabolisme
terkonjugasi

Letih/lelah
Penumpukan bilirubin
dibawah kulit
Dx. Intoleransi
Aktvitas
Gatal pada kulit
(pruritus)/ ikterik

(Smeltzer dan Bare, 2002). Dx. Gangguan


Integritas Kulit
8. KOMPLIKASI
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
a. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik.
b. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
c. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang
sehat.
9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah:
a. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat
mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien
akan merasakan lebih baik dengan pembatas aktifitas fisik, kecuali diberikan
pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang buruk.
b. Obat-obatan
 Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan
bilirubin darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana
ada reaksi imun yang berlebihan.
 Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.
Contoh obat : Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
 Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
 Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan
lebih dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan
makanan dan air bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih
dan feses dari pasien yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter,
jarum suntik dan spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber
infeksi. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan
HCV sebelum diterima menjadi panel donor.
10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan menurut Marilyn E. Doengoes. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan page 535-536:
a. Laboratorium
1) Tes fungsi hati seperti :
- AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat dapat meningkat 1-2
minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
- Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada kolstasis berat)
- Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis
seluler).
2) Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati)
3) Leukimia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4) Fese : warna tanah liat, steaforea (penurunan fungsi hati)
5) Albumin serum menurun
6) Anti GAVIgM : positif pada tipe A
7) Hbs AG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
8) Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat terjadi
9) Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
b. Radiologi
1) Foto polos abdomen : menunjukkan densitas klasifikasi pada kandung
empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegali
2) Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
c. Pemeriksaan tambahan
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Pada penyakit hepatitis biasanya sering di temukan pada laki-laki usia
produktif 40-50 tahun. Perempuan dewasa relative lebih rendah potensi
terkena hepatitis karena gen di organ hati tidak merasa perlu berganti menjadi
gen maskulin untuk menghadapi kanker. Biasanya kalau perempuan saat
sedang hamil rawan terkena penyakit hepatitis. Pada tenaga medis dan tenaga
PMI lah yang sering terkena penyakit ini (Kemenkes, 2013).
b. Keluhan utama
Klien biasa datang dengan keluhan : Demam, sakit kepala, nyeri pada
perut kanan atas, mual, muntah, ikterik, lemah, letih, lesuh, dan anoreksia
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah,
demam, nyeri perut kanan atas.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah
diderita sebelumnya. Kecelakaan yang pernah dialami termasuk
keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta
perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pernafasan
- Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak menggunakan alat bantu nafas,
irama nafas teratur, tidak ada nyeri dada, sianosis tidak ada.
- Palapsi : gerakan dada saat bernafas normal dan seimbang antara kiri
dan kanan.
- Perkusi : terdengar bunyi sonor
- Auskultasi : terdapat bunyi nafas tambahan (ronkhi)
2) Kardiovaskuler
- Inspeksi : tidak ada nyeri dada, sianosis tidak ada.
- Palpasi : irama jantung teratur, tekanan darah bisa meningkat atau
menurun.
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : suara jantung S1 S2 tunggal
3) Persyarafan
- Inpeksi : kesadaran compomentis, orientasi baik, kejang (-), kaku
kuduk (-), brudinzky (-), nyeri kepala (-), pusing (-), kelainan nervous
cranialis (-).4)
4) Perkemihan
- Inspeksi : urine berwarna gelap atau kuning pekat seperti teh
karena perubahan fungsi hati,menggunakan kateter
- Palpasi : tidak ada kelainan pada perkemihan
5) Pencernaan
- Inspeksi : anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah,
asites, mukosa bibir kering
- Palpasi : nyeri tekan pada kuadran kanan,BAB warna tanah
liat,tidak ada kram abdomen dan gatal
- Perkusi : nyeri ketuk pada kuadran kanan atas
- Auskultasi : mungkin terjadi peningkatan perilstatik,penambahan suara
pekak pada region kuadran kanan atas,terjadi distensi
abdomen,feses pucat,dan penurunan berat badan
6) Muskuluskelektal & integumen
- Inspeksi : akral hangat, oedema (+), kemampuan gerakan
terbatas, warna kulit kering
- Palpasi : turgor elastis, CRT < 3 detik, kekuatan otot 3,3,5,5
7) Pengindraan
- Inspeksi : sklera mata tampak ikterik, konjungtiva merah
muda,tidak terdapat ptosis pertumbuhan rambut bulu mata baik,
reaksi pupil terhadap cahaya isokor,ketajasman penglihatan
baik,alat bantu yang digunakan tidak ada.
- Hidung : normal ,mukosa hidung lembab,tidak ada
sekret,ketajaman penciuman normal
- Telinga : bentuk kanan dan kiri simeris,tidak ada
keluhan,ketajaman pendengaran normal,tidak ada alat bantu
- Perasa : normal tidak ada masalah
- Peraba : baik tidak ada masalah
8) Endokrin
- Inspeksi : gangrene (-), pus (-), bau (-)Palpasi : pembeseran kelenjar
tyroid (-), pembesaran kelenjar parotis tidak ada (Prawirohardjo,
2010).
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d mengeluh nyeri, frekuensi nadi
meningkat
b. Hipertermi b/d proses penyakit d/d suhu tubuh meningkat, kulit terasa hangat
c. Defisit nutrisi b/d kurangnya asupan makanan d/d nafsu makan menurun
d. Gangguan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi d/d nyeri, kerusakan lapisan
kulit
e. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan d/d mengeluh lelah, merasa lelah
f. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi d/d menanyakan masalah
yang dihadapi
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan/ Kriteri Hasil Intervensi keperawatan


1. Nyeri akut b/d agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri
pencedera fisiologis Setelah dilakukan tindakan O:
keperawatan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dapat menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
hasil : - Identifikasi skala nyeri
- Kemampuan menuntaskan - Identifikasi respons nyeri non verbal
aktivitas meningkat - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
- Sikap protektif menurun tentang nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
- Kesulitan tidur kesulitan respon nyeri
tidur menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
- Menarik diri menurun hidup
- Berfokus pada diri sendiri - Monitor keberhasilan terapi komplementer
menurun yang sudah diberikan
- Diaphoresis menurun - Monitor efek samping penggunaan
- Perasaan depresi (tertekan) analgetik
menurun T:
- Perasaan takut mengalami - Berikan teknik non farmakologis untuk
cidera berulang menurun mengurangi rasa nyeri
- Anoreksia menurun - Control lingkungan yang memperberat
- Perineum terasa tertekan rasa nyeri
menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Uterus teraba membulat - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
menurun dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
- Ketegangan otot menurun E:
- Pupil dilatasi menurun - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
- Muntah menurun nyeri
- Mual menurun - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Frekuensi nadi membaik - Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
pola nafas membaik - Anjurkan menggunakan anlgetik secara
- Tekanan darah membaik tepat
- Proses berpikir membaik K:
- Focus membaik - Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu
- proses berkemih membaik
- perilaku membaik
- nafsu makan membaik
- Pola tidur membaik
2. Hipertermia b.d Proses Termoregulasi Manajemen Hipertermia
penyakit Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan termoregulasi  Identifikasi penyebab hipertermia
dapat membaik dengan kriteria  Monitor suhu tubuh
hasil :  Monitor kadar elektrolit
1. Menggigil menurun  Monitor haluaran urine
2. Kulit merah menurun
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
3. Kejang menurun
Terapeutik :
4. Konsumsi oksigen
 Sediakan lingkungan yang dingin
menurun
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
5. Pucat menurun
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
6. Tatikardi/bradikardi
 Berikan cairan oral
menurun
 Ganti linen setiap hari atau lebih jika
7. Suhu tubuh membaik
mengalami hiperhidrosis
8. Suhu kulit membaik
 Lakukan pendinginan eksternal
9. Kadar glukosa darah
membaik  Hindari pemberian antipiretik atau

10. Tekanan darah aspirin

membaik  Berikan oksigen jika perlu


Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
3. Defisit nutrisi b/d Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
kurangnya asupan Setelah dilakukan tindakan O :
keperawatan status nutrisi - Identifikasi status nutrisi
makanan
dapat membaik dengan kriteria - Identifikasi alergi dan intoleransi
hasil : makanan
- Porsi makan yang - Identifikasi makanan yang disukai
dihabiskan meningkat - Monitor asupan makanan
- Kekuatan otot - Monitor berat badan
pengunyah meningkat
T:
- Kekuatan otot menelan
meningkat - Sajikan makanan secara menarik
- Pengetahuan tentang - Berikan makanan yang tinggi serat
pilihan makanan yang untuk mencegah konstipasi
sehat meningkat - Berikan makanan yang tinggi kalori
- Perasaan cepat kenyang dan tinggi protein
menurun E:
- Nyeri abdomen - Anjurkan posisi duduk
menurun - Ajarkan diet yang di programkan
- Diare menurun
- Berat badan membaik
K:
- Frekuensi makan
membaik - Kolaborasi pemberian medikasi
- Nafsu makan membaik sebelum makan
- Membran mukosa - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
membaik
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

Promosi berat badan


O
- Identifikasi kemungkinan penyebab
BB berkurang
- Monitor adanya mual dan muntah
- Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi setiap hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum
T
- Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makanan, jika perlu
- Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien
- Hidangkan makanan secara menarik
- Berikan suplemen, jika perlu
- Berikan pujian pada pasien/keluarga
untuk peningkatan yang dicapai
E
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan
4. Gangguan integritas kulit Integritas kulit dan jaringan Perawatan integritas kulit
b/d perubahan sirkulasi Setelah dilakukan tindakan O
keperawatan integritas kulit
- Identifikasi penyebab gangguan
dan jaringan dapat meningkat
integritas kulit
dengan kriteria hasil : T
- elastisitas meningkat
- hidrasi meningkat - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
- perfusi jaringan baring
meningkat - Lakukan pemijatan pada area
- kerusakan jaringan penonjolan tulang, jika perlu
menurun - Bersihkan parineal dengan air hangat
- kerusakan lapisan kulit
menurun terutama selama periode diare
- nyeri menurun - Gunakan produkberbahan petrolium
- kemerahan menurun atau minyak pada kulit kering
- perdarahan menurun - Gunakan produk berbahan ringan
- suhu kulit membaik E
- sensasi membaik
- tekstur membaik - Anjurkan menggunakan pelembap
- pertumbuhan rambut - Anjurkan minum air yang cukup
membaik - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkat asupan buah dan
sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
- Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada di luar
rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
5. Intoleransi aktivitas b/d Toleransi aktivitas Manajemen energi
Setelah dilakukan tindakan O:
kelemahan
keperawatan toleransi aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dapat meningkat dengan mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
kriteria hasil :
- Monitor pola tidur dan jam tidur
- Frekuensi nadi - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
meningkat selama melakukan aktivitas
- Saturasi oksigen T:
meningkat - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
- Kemudahan dalam stimulus
melakukan aktivitas - Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
sehari-hari meningkat - Berikan aktivitas distraksi yang
- Kecepatan berjalan menenangkan
meningkat - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
- Kekuatan tubuh bagian tidak dapat berpindah/berjalan
atas meningkat E:
- Kekuatan tubuh bagian - Anjurkan tirah baring
bawah meningkat - Anjurkan melakukan aktivitas secara
- Keluhan lelah menurun bertahap
- Dispnea aktivitas - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
menurun dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Dispnea setelah - Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
aktivitas menurun kelelahan
- Perasaan lemah K:
menurun - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
- Warna kulit membaik meningkatkan asupan makanan
- Tekanan darah
membaik
- Frekuensi napas
membaik
- EKG iskemia membaik
6. Defisit pengetahuan b/d Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan
kurang terpapar informasi Setelah dilakukan tindakan O :
keperawatan diharapkan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
tingkat pengetahuan membaik menerima informasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
- Kemampuan meningkatkan dan menurunkan
menjelaskan motivasi hidup bersih dan sehat
pengetahuan tentang T :
suatu topik meningkat - Sediakan materi dan media pendidikan
- Perilaku sesuai dengan kesehatan
pengetahuan meningkat - Jadwalkan pendidikan kesehatan
- Perilaku sesuai dengan sesuai kesepakatan
pengetahuan membaik - Berikan kesempatan untuk bertanya
- Persepsi yang keliru E :
terhadap masalah - Jelaskan faktor resiko yang dapat
menurun mempengaruhi kesehatan
- Perilaku membaik - Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih
Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar ; RISKESDAS. Jakarta : Balitbang


Kemenkes

Price A. Mc Carty Wilson. Fisiologi Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. AlihBahasa : Dr.


Peter Anugera. EGC Jakarta 1995: 1111– 20.

Smeltzer and Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and


Suddarth. Edisi 3.Vol. 2. EGC.Jakarta

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Sudoyo A,et al.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI; 2006.

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : defenisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : defenisi dan
kriteri hasil. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : defenisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai