Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

A. Definisi

Dialisis merupakan suatu proses yang di gunakan untuk mengeluarkan

cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu

melaksanakan proses tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan

kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode

terapi mencakup  hemodialisis, hemofiltrasi dan peritoneal dialisis.

Pada dialisis molekul solut berdifusi lewat membran semipermeabel

dengan cara mengalir dari sisis cairan yang lebih pekat (konsentarsi solut lebih

tinggi) ke cairan yang lebih encer (kondisi solut yang lebih rendah). Cairan

mengalir lewat membran semipermeabel dengan cara osmosis atau ultrafiltrasi

(aplikasi tekanan exsternal pada membran) pada hemodialisis membran

merupakan bagian dari dialeser atau ginjal artifisial. Pada perritoneal dialisis,

merupakan peritoneum atau lapisan dinding abdomen berfungsi sebagai

membran semipermeabel .

Hemodialisa adalah menggerakkan cairan dari partikel-pertikel lewat

membran semi permiabel yang mempunyai pengobatan yang bisa membantu

mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal, mengendalikan

asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh. ( Long, C.B. : 381).

B. Epidemologi

Hemodialisis di Indonesia mulai tahun 1970 dan sampai sekarang telah

dapatdilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Kualitas hidup yang diperoleh


cukup baik danpanjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun.Indonesia

termasuk Negara dengantingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi.Saat ini

jumlah penderita gagal ginjalmencapai 4500 orang. Dari jumlah itu banyak

penderita yang meninggal dunia akibat tidakmampu berobat atau cuci darah

(hemodialisis) karena biaya yang sangat mahal.

C. Etiologi

Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan

kronik akibat dari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis,

uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan

diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.

D. Patofisiologi

Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi

utama untuk menyaring / membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi

karena sebab primer ataupun sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada

ginjal dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal atau kegagalan fungsi ginjal

dalam menyaring / membersihkan darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan

menjadi gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.

Dialisis merupakan salah satu modalitas pada penanganan pasien

dengan gagal ginjal, namun tidak semua gagal ginjal memerlukan dialisis.

Dialisis sering tidak diperlukan pada pasien dengan gagal ginjal akut yang tidak

terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya untuk indikasi tunggal seperti

hiperkalemia. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melalui


hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan penyakit

penyerta dan kebiasaan pasien. Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia

serum dan gejala-gejala.Hemodialisis biasanya dimulai ketika bersihan kreatin

menurun dibawah 10 ml/mnt, yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin

serum 8-10 mge/dL namun demikian yang lebih penting dari nilai laboratorium

absolut adalah terdapatnya gejala-gejala uremia.

E. Tujuan

Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa

antara lain :

1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa

metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme

yang lain.

2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang

seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.

3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.

4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang

lain.

Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa

disesuaikan dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4 – 5 jam

dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10 – 15

jam/minggu dengan Blood flow (QB) 200–300 mL/menit. Sedangkan menurut

Corwin (2000) hemodialisa memerlukan waktu 3 – 5 jam dan dilakukan 3 kali


seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari diantara hemodialisa, keseimbangan

garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan

menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses

hemodialisa.

F. Prinsip-prinsip yang Mendasari Hemodialisis

Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen toksik

dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis aliran

darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien

ke tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian di kembalikan lagi ke tubuh

pasien. Ada tiga prinsip yang mendasar kerja hemodialisis yaitu: difusi, osmosis

dan ultra filtrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah di keluarkan melalui

proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi lebih

tinggi ke cairan dialisis dengan konsenterasi yang lebih rendah.  Air yang

berlebihan di keluarkan dari dalam tubuh di keluarkan melalui proses osmosis.

Pengeluaran air dapat di kendalikan dengan menciptakan gradien tekanan,

dengan kata lain bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih  tinggi (tubuh

pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialist). Gradient ini dapat di

tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltasi

pada mesin dialis. Tekanan negatif diterapkan pada alat  fasilitasi pengeluaran

air. Karena pasien tidak dapat mengekresikan air, kekuatan ini di perlukan untuk

mengeluarkan  cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).


G. Komponen Hemodialisis

1. Dialyzer / Ginjal Buatan

Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme

tubuh, bila fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur

keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau toksin

yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal. Sedangkan fungsi hormonal/

endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan. Dengan demikian ginjal

buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari ginjal alami yang normal.

Macam-macam ginjal buatan :

a. Paraller-Plate Diyalizer

Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi, karena

darah dalam ginjal ini sangat banyak sekitar 1000 cc, disamping cara

menyiapkannya sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama.

b. Coil Dialyzer

Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang dipakai

karena volume darah dalam ginjal buatan ini banyak sekitar 300 cc,

sehingga bila terjadi kebocoran pada ginjal buatan darah yang terbuang

banyak. Ginjal ini juga memerlukan mesin khusus, cara menyiapkannya

juga memerlukan waktu yang lama.

c. Hollow Fibre Dialyzer


Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume darah

dalam ginjal buatan sangat sedikit sekitar 60-80 cc, disamping cara

menyiapkannya mudah dan cepat.

2. Dialisat

Dialisat adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain

supaya mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah. Fungsi

Dialisat pada dialisit:

a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme

b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa

Tabel perbandingan darah dan dialisat :

Komponen elektrolit Darah Dialisat

Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L

Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L

Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L

Chloride 106mEq/L 106mEq/L

Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L


H. Indikasi

1. Gagal ginjal akut

2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit

3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l

4. Ureum lebih dari 200 mg/dl

5. pH darah kurang dari 7,1

6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari

7. Intoksikasi obat dan zat kimia

8. Sindrom Hepatorenal

9. Fluid overload

The National Kidney Foundation USA menyarankan apabila :

1. LFG ≤ 10ml /menit/1,73m2

Indikasi absolut untuk dimulainya hemodialisis:

1. Perikarditis

2. Keadaan overload sampai menimbulkan gejala-gejala oedem paru

3. Hipertensi berat dan progresif

4. Uremic Bleeding

5. Mual muntah yang persisten

6. Kreatinin serum ≥ 10 mg%


I. Kontra Indikasi

Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa

adalah hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal,

dan sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra

indikasi dari hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada

hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi.

Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer,

demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan

ensefalopati dan keganasan lanjut (PERNEFRI, 2003).

Tidak dilakukan pada pasien yang mengalami suhu yang tinggi.Cairan

dialysis pada suhu tubuh akan meningkatkan kecepatan difusi, tetapi suhu yang

terlalu tinggi menyebabkan hemodialysis sel-sel darah merah sehingga

kemungkinan penderita akan meninggal.

J. Penatalaksanaan Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Jangka Panjang

1. Diet dan Nutrisi

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani

hemodialisis mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak

mampu mengeksresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat

asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun

atau toksik. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif

dikenal sebagai gejala uremik dan akan  mempengaruhi setiap sistem tubuh.

Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat gejala yang timbul. Diet
rend protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan

demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan

dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan

demikian, pembatasan cairan juga merupakan bagian dengan resep diet

untuk pasien ini.

Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif, asupan makanan

pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa

penyesuaian atau pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan

cairan. Berkaitan dengan pembatasan protein, maka protein dari makanan

harus memiliki nilai biologis yang tinggi dan tersusun dari asam-amino

esensial untuk mencegah penggunaan protein yang buruk serta

mempertahankan keseimbangan nitrogen yang positif. Contoh protein

dengan nilai biologis yang tinggi adalah telur, daging, susu dan ikan.

Dampak Diet Rendah Protein. Diet yang bersifat membatasi akan

merubah gaya hidup dan dirasakan pasien sebagai gangguan serta tidak

disukai bagi banyak penderita gagal ginjal kronis. Karena makanan dan

minuman merupakan aspek penting dalam sosialisasi, pasien sering merasa

disingkirkan ketika berada bersama orang-orang lain karena hanya ada

beberapa pilihan makanan saja yang tersedia baginya. Jika pembatasan ini

dibiasakan, komplikasi yang dapat membawa kematian seperti hiperkalemia

dan edema paru dapat terjadi.

2. Pertimbangan medikasi
Banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui

ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung,

antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk

memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat

dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik. Beberapa obat akan

dikeluarkan dari darah pada saat dialisis oleh karena itu, penyesuaian dosis

oleh dokter mungkin diperlukan. Obat-obat yang terikat dengan protein tidak

akan dikeluarkan selama dialisis. Pengeluaran metabolit obat yang lain

bergantung pada berat dan ukuran molekulnya. Apabila seorang pasien

menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan

cermat. Pasien harus mengetahui kapan minum obat dan kapan menundanya.

Sebagai contoh, jika obat antihipertensi diminum pada hari yang sama

dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama

hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.

K.  Komplikasi Hemodialisa

Selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang

terjadi, antara lain:

1. Kram otot

Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya

hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot

seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan

volume yang tinggi.


2. Hipotensi 

Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,

rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati

otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.

3. Aritmia

Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan

kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat

berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.

4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa

Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat

diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang

cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik

diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini

menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem

serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang

menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.

5. Hipoksemia

Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu

dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.

6. Perdarahan

Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat


dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama

hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.

7. Ganguan pencernaan

Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang

disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai

dengan sakit kepala.

8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.

9. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang

tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

L. Pengkajian

1. Keluhan utama

Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah

a. Sindrom uremia

b. Mual, muntah, perdarahan GI.

c. Pusing, nafas kusmaul, koma.

d. Perikarditis, cardiar aritmia

e. Edema, gagal jantung, edema paru

f. Hipertensi

2. Riwayat penyakit sekarang

Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal).

3. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus

dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering merupakan

bagian dari susunan terapi dialysis, merupakan salah satu contoh di mana

komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda.

Pasien harus mengetahui kapan minum obat dan kapan menundanya.

Sebagai contoh, obat antihipertensi diminum pada hari yang sama dengan

saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis

dan menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya

4. Psikospiritual

Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi

penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah

financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual

yang menghilang serta impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan

ketakutan terhadap kematian. Prosedur kecemasan merupakan hal yang

paling sering dialami pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis.

5. ADL (Activity Day Life)

Nutrisi   :pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan pembatasan cairan

masuk untuk meminimalkan gejala seperti penumpukan cairan yang dapat

mengakibatkan gagal jantung kongesti serta edema paru, pembatasan pada

asupan protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan

demikian meminimalkan gejala, mual muntah.

Eliminasi  :Oliguri dan anuria untuk gagal


Aktivitas   : dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga.

Waktu yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang

tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik,

frustasi. Karena waktu yang terbatas dalam menjalani aktivitas sehai-hari.

6. Pemeriksaan fisik

BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun.

TTV: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan

tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali pada

saat prosedur selesai dengan membandingkan hasil pra dan sesudah prosedur

Manifestasi klinik

a. Kulit       :kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau

gatal-gatal

b. Kuku       : kuku tipis dan rapuh

c. Rambut        : kering dan rapuh

d. Oral              : halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi

e. Lambung      : mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.

f. Pulmonary    : uremic “lung” atau pnemonia

g. Asam basa    : asidosis metabolik

h. Neurologic   : letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot : pegal

i. Hematologi : perdarahan
7. Pemeriksaan Penunjang

Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada

perempuan, dan GFR 4 ml/detik.

M. Diagnosa Keperawatan

1. Pre HD

a. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan, hambatan

upaya napas, deformitas dinding dada, deformitas tulang dada,

gangguan neuromuscular, gangguan neurologis, imaturitas

neurologis, penurunan energy, obesitas, posisi tubuh yang

menghambat ekspansi paru, sindrom hipoventilasi, kerusakan

inervasi diafragma, cedera pada medula spinalis, efek agen

farmakologis, kecemasan (SDKI D.0005)

b. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet cairan

berlebih, retensi cairan & natrium b.d Perubahan berat badan dalam

waktu sangat singkat, Gelisah, Efusi pleura, Oliguria, Asupa melebihi

haluran, Edema, Dispnea, Penurunan hemoglobin, Perubahan pola

pernapasan , dan Perubahan tekanan darah (NANDA)

c. Defisit Nutris b.d ketidakmampuan menelan makanan,

ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor

ekonomi, faktor psikologis (SDKI D.0019)


d. Ansietas b.d krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis

maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap

kematian, penyalahgunaan zat, terpapar bahaya lingkungan, kurang

terpapar informasi (SDKI D.0080)

e. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi, perubahan

status nutrisi, kekurangan/kelebihan volume cairan (SDKI D.0129)

2. Intra HD

a. Resiko cedera dengan faktor resiko eksternal (, terpapar zat kimia

toksik, terpapar agen nosokomial), faktor internal (ketidaknormalan

profil darah, perubahan sensasi, disfungsi autoimun, disfungsi

biokimia, hipoksia jaringan, kegagalan mekanisme pertahanan tubuh,

malnutrisi) (SDKI D.0136)

b. Risiko perdarahan dengan faktor resiko aneurisma (SDKI D.0012)

3. Post HD

a. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan

prosedur dialisis (NANDA)

b. Risiko Harga diri rendah b.d ketergantungan, perubahan peran dan

perubahan citra tubuh dan fungsi seksual d.d gangguan citra

tubuh, Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan

individudalam penampilan, Respon nonverbal terhadap persepsi

perubahan pada tubuh (mis;penampilan,steruktur,fungsi), Fokus pada

perubahan, Perasaan negatif tentang sesuatu (NANDA)


c. Resiko infeksi dengan faktor resiko efek prosedur invasif (SDKI

D.0142)
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC

Herdman, T. Heather. 2012.NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. Jakarta :


EGC

Ariany, Arin.  2013. Asuhan Keperawatan Hemodialisis. Di akses pada tanggal 24


Januari 2022 pada :http://arinariany.blogspot.com/2013/04/asuhan-
keperawatan-hemodialisis.html

Setiawati, Wiwik. 2013. Laporan Pendahuluan Hemodialisa .Di Akses Pada Tanggal


24 Januari 2022 Pada :http://kesehatan-ilmu.blogspot.com/2012/01/laporan-
pendahuluan-hemodialisa.html

Anda mungkin juga menyukai