OLEH :
NAMA : RAMLAH
STAMBUK :14420202116
Preceptor Institusi
(.............................)
B. Tujuan
Untuk mengetahui definisi dari diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui etiologi dari diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui faktor resiko diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui patofisiologi diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui Manifestasi klinis diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui penatalaksanaan medis diabetes mellitus gestasional
Asuhan keperawatan diabetes mellitus gestasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Konsep Medis Diabetes Gestasional
Devinisi
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai
derajat apapun intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan
pertama selama kehamilan. Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24
minggu usia kehamilan dan sebagian penderita akan kembali
normal pada setelah melahirkan (Depkes RI, 2018).
Diabetes melitus pregestasional yaitu diabetes sebelum
terjadi kontrasepi dan berlanjut setelah kelahiran. Diabetes melitus
gestasional adalah kelompok heterogen, yang secara genetik dan
secara klinis mengalami intoleransi karbohidrat dan terdiagnosi
selama kehamilan. Wanita yang tidak memiliki intoleransi
karbohidrat tetapi menunnjukkan diagnosis hiperglikemianya
pertama klai selama masa kehamilan dianggap sebagai penderita
diabetes gestasional. Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke
24 sampai ke 28 pada masa kehamilan. Walaupun diabetes pada
masa kehamilan termasuk salah satu faktor resiko terkena diabetes
tipe II. Kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar gula
darah akan kembali normal setelah melahirkan. Disebut diabetes
gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu
hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan
(Zainuddin, 2017).
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang
terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan
pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glukosa darah diukur 1
jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan
melebihi 140 mg/dl maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test
toleransi glukosa oral (Zainuddin, 2017)
Etiologi
Pada saat seorang wanita hamil, perubahan hormon-hormon
dalam tubuhnya membuat Kerja insulin menjadi tidak efektif.
Karena kerja insulin membantu penyerapan glukosa Oleh sel-sel
tubuh tidak efektif, akibatnya jumlah glukosa dalam darah
meningkat dan Penyebab lainnya adalah :
1. Pola Makan
Apabila tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah yang cukup
akan Mengkonsumsi makanan yang berlebihan yang berarti jumlah
kalori yang dibutuhkan Tubuh jumlahnya berlebih. Konsumsi makanan
yang berlebihan menyebabkan kadar Gula dalam darah meningkat.
3. JadawalKunjungan ANC
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan
ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara
dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan antisipasi
yang tepat dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa
janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang
saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan
meningkatkan kesehatan, pertumbuhan,dan perkembangan janin.
Menurut Pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas
dan bayi baru lahir di era adaptasi kebiasaan baru tahun 2020
kunjungan ibu hamil minimal 6 kali (2 kali pada trimester I, 1 kali
pada trimrster II dan 3 kali pada trimester III). Jadwal kunjungan
pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu setiap 2 2 minggu
samapai 1 minggu sampai tiba masa kelahiran (Qomar, Uli, &
Kitty, 2020).
a. Trimester I dan II
a. III
Dilakukan setiap 2 minggu, seminggu sekali sampai ada tanda
kelahiran tiba.
Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan.
Pemeriksaan USG.
Imunisasi Tetanus II.
Diet 4 sehat 5 sempurna.
Observasi: penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi
hamil trimester III, berbagai kelainan kehamilan trimester III.
6. Perubahan – Perubahan dan adaptasi fisiologis pada masa
kehamilan
a.perubahahan fisik
1) Rahim
2) Vagina
3) Ovarium
4) Dinding Perut
5) Kulit
6) Payudara
8) Sistem Pernapasan
b. Leopold II
c. Leopold III
d. Leopold IV
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau
tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan
abdomen dan retinopati.
b. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga
c. Riwayat kehamilan
Diabetes mellitus gestasional, hipertensi karena
kehamilan, infertilitas, bayi low gestasional age, riwayat
kematian janin, lahir mati tanpa sebab jelas, anomali
congenital, aborsi spontan, polihidramnion, makrosomia,
pernah keracunan selama kehamilan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun
atau lambat pada diabetes yang lama.
Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
Peningkatan tekanan darah.
Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.
b. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang,
nefropati dan poliuri.
c. Nutrisi dan Cairan
d. Polidipsi.
e. Poliuri.
f. Mual dan muntah
g. Obesitas.
h. Nyeri tekan abdomen.
i. Hipoglikemi.
j. Glukosuria.
k. Ketonuria.
Keamanan
Kulit : Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat
berubah karena ada bekas injeksi insulin yang sering
Riwayat gejala-gejala infeksi dan/budaya positif terhadap
infeksi, khususnya perkemihan atau vagina.
2. Diagnosa Keperawatan
1. tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan
menggunakan nutrisi kurang tepat
2. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada
sirkulasi.
3. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan
dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik, profil darah
abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan
respon umum.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan
kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak
mengenal sumber informasi.
5. Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik
maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra
uterin.
6. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi
kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal atau
janin
3. Intervensi Keperawatan
Dx. I : Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria Hasil :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
mpertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2
jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
Intervensi keperawatan
1. Timbang berat badan setiap kunjungan.
R: Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk
memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori.
2. masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.
Rasional : embantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien
tentang aturan diet
3. Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang
diperlukan pada penatalaksanaan diabetic.
R: Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu membutuhkan
perubahan besar selama gestasi memerlukan pemantauan ketat dan
adaptasi.
4. ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila memakai
insulin.
R/: Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia , sesudah
makan dan kelaparan.
5. Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester
pertama.
R/: Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat
yang dapat mengakibatkan metabolisme lemak dan terjadinya
ketosis.
6. Kaji pemahaman stress pada diabetic.
R/: Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa,
menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
7. Ajarkan pasien tentang metode finger stick untuk memantau
glukosa sendiri.
R/: Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan temuan glukosa
darah serum secara periodik.
8. Tinjau ulang dan diskusikan tanda gejala serta kepentingan hipo
atau hiperglikemia.
R/: Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan berat pada
trimester pertama karena peningkatan penggunaan glukosa dan
glikogen oleh ibu dan perkembangan janin. Hiperglikemia berefek
terjadinya hidramnion.
9. Instruksikan untuk mengatasi hipoglikemia asimtomatik.
R/: Pengguanaan jumlah besar karbohidrat sederhana untuk
mengatasi hipoglikemi menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat.
10. Anjurkan pemantauan keton urine.
R/: Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan dengan ketonuria,
menandakan kebutuhan terhadap peningkatan karbohidrat
Kolaborasi :
11. Diskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe insulin.
R/: Pembagian dosis insulin mempertimbangkan kebutuhan basal
maternal dan rasio waktu makan.
12. Sesuaikan diet dan regimen insulin untuk memenuhi kebutuhan
individu.
Rasional : Kebutuhan metabolisme prenatal berubah selama
trimester pertama.
13. Rujuk pada ahli gizi.
R/: Diet secara spesifik pada individu perlu untuk mempertahankan
normoglikemi.
14. Observasi kadar Glukosa darah.
R/: Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun bila
kadar glukosa darah antara 60 – 100 mg/dl, sebelum makan antara
60 -105 mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam
sesudah makan kurang dari 200 mg/dl.
15. Tentukan hasil HbA1c setiap 2 – 4 minggu.
R/: Memberikan keakuratan gambaran rata rata control glukosa
serum selama 60 hari. Kontrol glukosa serum memerlukan waktu 6
minggu untuk stabil.
Dx. II : Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
Kriteria Hasil :
Cidera janin tidak terjadi.
Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau
Construction Stress Test secara normal.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji control diabetik sebelum konsepsi.
R/: Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi membantu
menurunkan resiko mortalitas janin dan abnormal konginental.
2. Tentukan klasifikasi white terhadap diabetes.
R/: Janin kurang beresiko bila klasifikasi white adalah A, B, C dan
apabila D adalah beresiko tinggi.
3. Kaji gerakan janin dan denyut janin setiap kunjungan.
R/: Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin
secara negatif mempengaruhi gerakan janin dan denyut jantung
janin.
4. tinggi fundus uteri setiap kunjungan.
R/: Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal.
5. Observasi urine terhadap keton.
R/: Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan susunan syaraf
pusat yang tidak dapat diperbaiki.
6. Berikan informasi dan buatkan prosedur untuk pemantauan
glukosa dan penatalaksanaan diabetes di rumah.
R/: Penurunan mortalitas dan komplikasi morbiditas janin bayi
baru lahir dan anomali congenitial dihubungkan dengan kenaikan
kadar glukusa darah.
7. Pantauan adanya tanda tanda edema, proteinuria, peningkatan
tekanan darah.
R/: sekitar 12% – 13% dari diabetes akan berkembang menjadi
gangguan hipertensi karena perubahan kardiovaskuler berkenaan
dengan diabetes.
8. Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk Non stress Test setiap
minggu.
R/: Aktifitas dan pergerakan janin merupakan petanda baik dari
kesehatan janin.
9. Diskusikan rasional atau prosedur untuk melaksanakan Oxytocin
Challenge Test atau Contraction Stress Test setiap minggu mulai
minggu ke – 30 sampai dengan minggu ke- 32.
R/: Contraction Stress Test dapat memberikan informasi tentang
perfusi oksigen dan nutrisi pada janin. Hasil positif menandakan
insufisiensi plasenta.
10. Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk tindakan amniosentesis
R/: Maturasi paru janin adalah kriteria yang digunakan untuk
menentukan kelangsungan hidup.
Kolaborasi :
11. Kaji HbA1c setiap 2 – 4 minggu sesuai indikasi.
R/: Insiden bayi malformasi secara kongenital meingkat pada
wanita dengan kadar HbA1c tinggi pada awal kehamilan atau
sebelum konsepsi.
12. Kaji kadar albumin glikosilat pada getasi minggu ke 24 sampai ke
28 khususnya pada ibu dengan resiko tinggi.
R/: Tes serum albumin glikosilat menunjukkan glikemia lebih dari
beberapa hari
13. Dapatkan kadar serum alfa fetoprotein pada gestasi minggu ke 14
sampai minggu ke 16.
R/: Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu diabetik dari
pada non diabetik bila kontrol sebelum kehamilan sudah buruk.
14. Siapkan untuk ultrsonografi pada gestasi minggu ke 8, 12, 18, 28,
36 sampai minggu ke 38.
R/: Ultrasonografi bermanfaat dalam memastikan tanggal gestasi
dan membantu dalam evaluasi retardasi pertumbuhan intra uterin.
15. Lakukan non stress test dan Oxytocin Challenge Test atau
Construction Stress test dengan tepat.
R/: Mengetahui kesehatan janin dan kedekatan perfusi plasenta.
16. Dapatkan sekuensial serum atau specimen urine 24 jam terhadap
kadar estriol setelah gestasi minggu ke 30.
R/: Penurunan kadar estriol dapat menunjukkan penurunan fungsi
plasenta, menimbulkan retardasi pertumbuhan intra uterin dan lahir
mati.
17. Bantu untuk persalinan per vaginam atau seksio.
R/: Membantu menjamin hasil positif untuk neonatus. Insiden lahir
mati meningkat secara bermakna pada gestasi lebih dari minggu
ke-36. Makrosomia sering menyebabkan distosia dengan
sefalopelvis disproporsi.
Dx. III : Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan perubahan
kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan
perubahan respon imun.
Kriteria Hasil :
Tetap normotensif
Mempertahankan normoglikemia.
Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.
Intervensi Keperawatan :
1. klasifikasi white untuk diabetes. Kaji derajad kontrol diabetik.
R/: Klien dengan klasifikasi D, E atau F adalah berisiko tinggi
terhadap komplikasi kehamilan.
2. Kaji perdarahan pervaginam dan nyeri tekan abdomen.
R/: Perubahan vaskuler yang dihubungkan dengan diabetes
menandakan resiko abrupsi plasenta.
3. Pantau terhadap tanda dan gejala persalinan preterm.
R/: Distensi uterus berlebihan karena makrosomia atau hidramnion
dapat mempredisposisikan pada persalinan awal.
4. untuk belajar memantau glukosa darah di rumah yang dilakukan 6
kali sehari.
R/: Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar karena
ambang ginjal terhadap glukosa menurun selama kehamilan.
5. Periksa keton dalam urin setiap hari.
R/: Ketonuria menandakan adanya kondisi kelaparan yang secara
negatif dapat mempengaruhi perkembangan janin
6. Identifikasi kejadian hipoglikemia dan hiperglikemia.
R/: Insiden hipoglikemia sering terjadi pada trimester ketiga karena
aliran glukosa darah dan asam amino yang kontinue pada janin dan
untuk menurunkan kadar insulin antagonis laktogen plasenta.
Insiden hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau insulin untuk
normoglikemia khususnya pada trimester kedua dan ketiga karena
kebutuhan insulin sering meningkat dua kali.
7. Pantau adanya edema dan tentukan tinggi fundus uteri.
R/: Diabetes cenderung kelebihan cairan karena perubahan
vaskuler. Insiden hidramnion sebanyak 6% – 25% pada kasus
diabetes yang hamil kemungkinan berhubungan dengan
peningkatan kontribusi janin pada cairan amnion dan hiperglikemia
meningkatkan haluaran urin janin.
8. Kaji adanya infeksi saluran kencing.
R/: Deteksi awal adanya infeksi saluran kencing dapat mencegah
pielonefritis
9. Pantau dengan ketat bila obat tokolitik digunakan untuk
menghentikan persalinan.
R/: Obat tokolitik dapat meningkatkan glukosa darah dan insulin
plasma.
Kolaborasi :
10. Pantau kadar glukosa serum setiap kunjungan.
R/: Mendeteksi ancaman ketoasidosis, menentukan adanya
ancaman hipoglikemia.
11. Dapatkan HbA1c setiap 2-4 minggu sesuai indikasi.
R/: Mengontrol secara akurat glukosa selama 60 hari terakhir.
12. Hb dan Ht pada kunjungan awal lalu selama trimester kedua dan
preterm.
R/: Anemia mungkin ada dengan masalah vaskuler.
13. pemberian insulin sesuai indikasi.
R/: Kebutuhan insulin menurun pada trimester pertama kemudian
meningkat dua kali dan empat kali lipat pada trimester kedua dan
ketiga.
14. Dapatkan urinalisa dan kultur urin, kultur rabas vagina, berikan
antibiotika sesuai indikasi.
R/: Membantu mencegah atau mengatasi pielonefritis. Monilial
vulvovaginitis dapat menyebabkan sariawan oral pada bayi baru
lahir.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap penyakit
termasuk hubungan dengan diet, latihan, stress dan kebutuhan
insulin.
R/: Diabetes mellitus gestasional besisiko terhadap ambilan
glukosa yang tidak efektif dalam sel, penggunaan lemak dan
protein untuk energi secara berlebihan dan dehidrasi seluler saat air
dialirkan dari sel oleh konsentrasi hipertonik glukosa dalam serum.
2. Tinjau ulang pentingnya pemantauan serum glukosa sedikitnya 6
kali sehari.
R/: Pengukuran glukosa darah penting untuk mengenali dampak
diet dan latihan
3. Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan insulin
dan tinjau ulang alasan menghindari obat hipoglikemi oral.
R/: Perubahan metabolik prenatal menyebabkan kebutuhan insulin
berubah. Trimester pertama kebutuhan insulin rendah tetapi
menjadi dua kali dan empat kali selama trimester kedua dan ketiga.
Meskipun insulin tidak melewati plasenta, agen hipoglikemi oral
dapat dan potensial membahayakan janin.
4. Jelaskan penambahan berat badan normal.
R/: Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia dapat
menyebabkan kerusakan janin dan menghambat penggunaan
protein optimal.
5. Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan ringan.
R/: Latihan setelah makan dapat membantu mencegah
hipoglikemia dan menstabilkan penyimpangan glukosa, kecuali
terjadi peningklatan glukosa berlebihan, dimana latihan dapat
meningkatkan ketoasidosis
6. Berikan informasi mengenai dampak kehamilan pada kondisi
diabetes dan harapan masa depan.
R/: Peningkatan pengetahuan dapat menurunkan rasa takut,
meningkatkan kerja sama dan membantu menurunkan komplikasi
janin.
7. Diskusikan mengenali tanda infeksi.
R/: Penting untuk mencari pertolongan medis awal untuk
menghindari komplikasi.
8. Anjurkan mempertahankan pengkajian di rumah terhadap kadar
glukosa serum, dosis insulin, diet dan latihan.
R/: Bila ditinjau ulang oleh praktisi pemberi perawatan, catatan
harian dapat membantu bagi evaluasi dan perubahan terapi.
9. Tinjau kadar Hb dan Ht, berikan informasi diet tentang sumber zat
besi dan suplemen zat besi.
R/: Anemia harus lebih diperhatikan dengan diabetes karena
peningkatan kadar glukosa dapat menggantikan oksidasi pada
molekul Hb, mengakibatkan penurunan kapasitas pembawa
oksigen.
Dx. V : Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia
atau retardasi pertumbuhan intra uterin
Kriteria Hasil :
Kehamilan cukup bulan
Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.
Bebas cedera
Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemi.
Intervensi :
1. Tinjau ulang riwayat pranatal dan kontrol maternal
R/: Hiperglikemia maternal pada periode pranatal meningkatkan
makrosomia, membuat janin berisiko terhadap cedera kelahiran karena
distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang tinggi
pada kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatkan
hiperinsulinemia.
2. Periksa adanya glukosa atau keton dan albumin dalam urin ibu dan pantau
tekanan darah.
R/: Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan ketoasidosis yang
dapat mengakibatkan asidosis janin dan potensial cedera susunan syaeaf
pusat.
3. Observasi tanda vital.
R/: Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan sepsis neonatal.
4. Anjurkan posisi rekumben lateral selama persalinan.
R/: Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan kesediaan oksigen
untuk janin.
5. Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan vagina untuk menentukan
kemajuan persalinan.
R/: Persalinan yang lama dapat meningkatkan resiko distres janin.
Kolaborasi :
1. Tinjau hasil tes pranatal seperti profil biofisikal, tes nonstres dan
tes stres kontraksi.
R/: Memberikan informasi tentang cadangan pada plasenta untuk
oksigenasi janin selama periode intrapartal.
2. Pantau atau tinjau ulang hasil dari amniosentesis dan
ultrasonografi.
R/: Memberikan informasi tentang maturasi paru janin
3. kadar glukosa serum maternal dengan finger stick setiap jam, kemudian
setiap 2-4 jam sesuai indikasi.
R/: Peningkatan kebutuhan energi, penurunan kadar glikogen.
4. Observasi frekuensi denyut jantung janin.
R/: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan
variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia janin.
5. Lakukan pemberian cairan dekstrose 5% per parenteral.
R/: Mempertahankan normoglikemia tanpa pemberian glukosa sampai
persalinan aktif mulai.
6. Siapkan untuk induksi persalinan dengan oksitosin atau seksio saesar.
R/: Mendapatkan kelahiran dari bayi sesuai usia gestasi yang tepat.
7. Kolaborasi dengan tim medis lain sesuai indikasi.
R/: Profesionalisasi dapat memberikan bantuan atau tindakan yang tepat.
Dx. VI : Gangguan psikologis: ansietas berhubungan dengan situasi krisis atau
mengancam pada status kesehatan (maternal atau janin).
Kriteria Hasili :
Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan persalinan
Menggunakan strategi koping yang tepat.
Intervensi Keperawatan :
1. Atur keberadaan perawat secara kontinu selama persalina
R/: Meningkatkan kontinuitas asuhan. Pasien dan keluarga perlu
mengetahui bahwa mereka tidak sendiri dan tersedianya tenaga bantuan
dengan segera.
2. Pastikan respon yang ada pada pesalinan dan penatalaksanaan medis. Kaji
keefektifan sistem pendukung.
R/: Memberikan pengkajian dasar untuk perbandingan selanjutnya,
mengidentifikasi kekuatan dan masalah yang potensial.
3. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
R/: Memberikan perasaan kontrol terhadap situasi.
4. Jelaskan semua prosedur tindakan perawatan.
R/: Pengetahuan tentang apa yang terjadi membantu menurunkan rasa
takut
5. Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan perasaan
R/: Suasana terbuka dan mendukung menurunkan intimidasi karena
prosedur atau peralatan.
6. Informasikan kepada keluarga tentang kemajuan persalinan dan keadaan
janin.
R/: Membantu untuk menghilangkan atau meminimalkan rasa khawatir
dan mengembangkan rasa percaya.
DAFTAR PUSTAKA