Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIABETES GESTASIONAL

OLEH :

NAMA : RAMLAH
STAMBUK :14420202116

Preceptor Institusi

(.............................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASS
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul Pada seorang ibu hamil yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar glukosa Darah akibat penurunan sekresi insulin
yang progresif. Didefinisikan sebagai suatu Keadaan intoleransi glukosa
atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi yang terjadi atau pertama
kali ditemukan pada saat kehamilan berlangsung.
Diabetes Mellitus Gestasional merupakan keadaan yang perlu
ditangani dengan Professional karena menjadi masalah kesehatan
masyarakat sebab penyakit ini Berdampak langsung pada kesehatan ibu
dan janin (4). Hal ini sesuai dengan salah satu Tujuan Sustainable
Development Goals (SDGS) yaitu untuk menurunkan angka kematian Ibu
dan janin sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap kejadian
diabetes mellitus Gestasional. Dampak yang ditimbulkan oleh ibu
penderita diabetes mellitus gestasional Adalah ibu berisiko tinggi terjadi
penambahan berat badan berlebih, terjadinya Setelah persalinan terjadi
maka penderita berisiko berlanjut terkena diabetes mellitus tipe 2 atau
terjadi diabetes mellitus gestasional berulang pada masa yang akan datang.
Sedangkan bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes mellitus
gestasional berisiko tinggi untuk terkena makrosomia, trauma kelahiran.
Selain itu bayi berisiko tinggi untuk terkena hiperglikemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, sindrom gangguan pernafasan, polistemia, obesitas,
dan diabetes mellitus tipe 2 (Preeklamsia, eklamsia, bedah sesar, dan
komplikasi kardiovaskuler hingga kematian ibu.

B. Tujuan
Untuk mengetahui definisi dari diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui etiologi dari diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui faktor resiko diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui patofisiologi diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui Manifestasi klinis diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic diabetes mellitus gestasional
Untuk mengetahui penatalaksanaan medis diabetes mellitus gestasional
Asuhan keperawatan diabetes mellitus gestasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Konsep Medis Diabetes Gestasional
Devinisi
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai
derajat apapun intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan
pertama selama kehamilan. Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24
minggu usia kehamilan dan sebagian penderita akan kembali
normal pada setelah melahirkan (Depkes RI, 2018).
Diabetes melitus pregestasional yaitu diabetes sebelum
terjadi kontrasepi dan berlanjut setelah kelahiran. Diabetes melitus
gestasional adalah kelompok heterogen, yang secara genetik dan
secara klinis mengalami intoleransi karbohidrat dan terdiagnosi
selama kehamilan. Wanita yang tidak memiliki intoleransi
karbohidrat tetapi menunnjukkan diagnosis hiperglikemianya
pertama klai selama masa kehamilan dianggap sebagai penderita
diabetes gestasional. Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke
24 sampai ke 28 pada masa kehamilan. Walaupun diabetes pada
masa kehamilan termasuk salah satu faktor resiko terkena diabetes
tipe II. Kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar gula
darah akan kembali normal setelah melahirkan. Disebut diabetes
gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu
hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan
(Zainuddin, 2017).
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang
terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan
pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glukosa darah diukur 1
jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan
melebihi 140 mg/dl maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test
toleransi glukosa oral (Zainuddin, 2017)

Etiologi
Pada saat seorang wanita hamil, perubahan hormon-hormon
dalam tubuhnya membuat Kerja insulin menjadi tidak efektif.
Karena kerja insulin membantu penyerapan glukosa Oleh sel-sel
tubuh tidak efektif, akibatnya jumlah glukosa dalam darah
meningkat dan Penyebab lainnya adalah :
1. Pola Makan
Apabila tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah yang cukup
akan Mengkonsumsi makanan yang berlebihan yang berarti jumlah
kalori yang dibutuhkan Tubuh jumlahnya berlebih. Konsumsi makanan
yang berlebihan menyebabkan kadar Gula dalam darah meningkat.

2. Faktor keturunan / Genetik Diabetes melitus dapat diwariskan dari


orang tua kepada Anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa
oleh anak jika orang tuanya Menderita diabetes melitus. Pewaris gen
ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit Walaupun resikonya kecil.
Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh Resistensi insulin
yang disertai defek fungsi 8 sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih
Lanjut hal itu didominasi defek fungsi sekresi yang disertai dengan
resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yaitu
karena proses produksi hormon Insulin sangat erat kaitannya dengan
mekanisme proses oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam
penkreas.
3. Stres dan merokok
Ketika dalam keadaan stres, hormon-hormon stres ditubuh akan
meningkat hal ini Juga akan memicu naiknya kadar gula di dalam
darah. Sedangkan merokok dapat Memperberat gangguan sirkulasi
darah di daerah ujung-ujung tubuh misalnya jari Kaki, sehingga denga
merokok dapat mempercepat proses pembentukan gangren.
Kegemukan / obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahun Sebenarnya
DM bisa menjadi penyebab dan akibat. Sebagai penyebab, obesitas
Menyebabkan sel beta ( yang mengsekresi insulin dalam darah)
pankreas penghasil Insulin hipertropi yang pada gilirannya akan
kelelahan dan jebol sehingga insulin Menjadi berkurang produksinya.
Sebagai akibat pengguna insulin sebagai terapi Diabetes melitus
belebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yangBerlebihan
pula.
4. Bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas sehingga
menyebabkan radang Pankreas. Peradangan pada pankreas
menyebaban pankreas tidak berfungsi secara Optimal dalam
mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme
tubuh,Termasuk hormon insulin.
5. Mengkonsumsi karbohidrat berlebihan
Tingginya konsumsi karbohidrat menyebabkan konsentrasi glukosa
dalam darah Meningkat. Jika jumlah insulin yang diproduksi tidak
disekresikan oleh sel-sel beta (yang mengsekresi insulin dalam darah)
pankreas akibat beberapa gangguan dalam
Tubuh, glukosa darah tidak diubah menjadi energi dan tidak dapat
diubah dalam Bentuk glikogen. Hal ini menyebabkan kadar glukosa
dalam darah tinggi, (melewati Batas kesanggupan ginjal untuk
menyaring glukosa karena konsentrasinya terlalu Tinggi), glukosa
akan dikeluarkan melalui urin sehingga terjadi glukosaria (glukosa
Dalam urin = kencing manis)
6. Kerusakan pada sel pancreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang Pankreas yang otomatis akan menyebabkan
fungsi pankreas turun sehingga tidak ada Sekresi hormon-hormon
untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit Seperti
kolesterol tinggi dan displidemia dapat meningkatkan risiko terkena
diabetes Melitus
Patofisiologi
Pada Kehamilan terjadi resitensi insulin fisiologis akibat peningkatan hormon
hormon kehamilan (human placental lactogen (HPL), progesterone, kortisol, dan
prolaktin) yang mencapai puncaknya pada trimester ketiga kehamilan. Tidak
berbeda pada patofisiologi DM tipe 2, pada DMG juga terjadi gangguan sekresi
sel beta pankreas, kegagalan sel beta ini dipikirkan karena beberapa hal
diantaranya:
1. autoimun,
2. kelainan genetik dan
3. resistensi insulin kronik.
Selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana
jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin
dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam
plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga
terlibat, terjadi komposisi sumber energi abnormal dapat menyebabkan
kemungkinan terjadi berbagai komplikasi baik pada ibu maupun janin. Selain itu
terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
seperti ; hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
Diabetes kehamilan sama dengan diabetes Tipe II. Perubahan hormon selama
kehamilan akan mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap insulin. Pada
kehamilan dini (sebelum usia 20 minggu), sel-sel sangat responsif terhadap
insulin dan kadar glukosa di dalam darah kemungkinan akan lebih rendah
dibanding biasanya. Hal ini juga yang menjadi alasan beberapa wanita hamil
mengalami mual dan muntah jika tidak ada asupan makanan selama kurun waktu
yang lama, misalnya sepanjang malam.Pada diabetes melitus yang terjadi selama
kehamilan disebabkan karena kurangnyajumlah insulin yang dihasilkan oleh
tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosauntuk melewati membran sel.
Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan ginjal harusmengsekresikannya
melalui urine dan bekerja keras sehingga ginjal tidak dapatmenanggulanginya
sebab peningkatan laju filtrasi glomerulus dan penurunan kemampuan tubulus
renalis proksimal/renalis untuk mereabsorbsi glukosa.Penyakit diabetes dapat
merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin
dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan
menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-
perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh
kehamilan. Peningkatan produksi hormon kehamilan terutama HPL (Human
Placenta Lactogen) akan meningkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga
muncul kondisi diabetes. Efek puncak HPL terjadi pada umur kehamilan sekitar
26 sampai 28 minggu. Waktu tersebut merupakan saat yang tepat melakukan
penapisan.
Hiperglikemi menimbulkan banyak efek merugikan pada kehamilan. Angka
aborsi spontan dan lahir mati juga meningkat. Kematian pembuluh darah ke uterus
dan plasenta sehingga meningkatkan insufisiensi uteroplasma, yang
mengakibatkan IUGR dan efek- efek lain. Pada sejumlah besar wanita juga
ditemukan hipertensi dan preeklamsi. Glukosa darah ibu yang meningkat akan
disalurkan ke janin melalui plasenta. Janin memang tidak menderita diabetes,
tetapi harus meningkatkan produksi insulinnya guna metabolisme glukosa yang
ada. Akibat peningkatan kadar insulin dan glukosa, terjadilah pertumbuhan fisik
yang dramatis, yang menghasilkan bayi besar (makrosomia). Makrosomia
disebabkan oleh hiperplasia, peningkatan jumlah sel, hipertrofi, dan pembesaran
sel bayi. Kondisi ini menyebabkan perubahan yang berlangsung seumur hidup
bagi janin dan terbukti meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanak-
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dirasakan dapat berupa: polidipsi, poliuri, polifagia,
penurunan berat badan, lemah, mengantuk (samnolen), dan dapat timbul
ketoasidosis. Pengaruh diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut.
1. Hyperemesis gravidarum
2. Pemakaian glikogen bertambah
3. Meningkat metabolism basal.
Dampak diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut.
1. Abortus dan partus prematurus
2. Preeklampsia
3. Hidramnion
4. Kelainan letak janin
5. Insufisiensi.
Pengaruh diabetes pada bayi yang dilahirkan adalah sebagai berikut.
1. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan
obortus
2. Cacat bawaan
3. Dismaturitas
4. Janin besar
5. Kelainan neurologis.
(Mitayani, 2019)
Komplikasi
1. Komplikasi metabolic akut.
2. Komplikasi vascular jangka panjang. (Mitayani, 2019)
Komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi cenderung meningkat, usia ibu
meningkatkan kejadian preeklampsia, eklampsia, polihidramnion, makrosomia
janin, trauma kelahiran, kelahiran operatif, komplikasi metabolic neonatal dan
kematian perinatal. Dm gestasional meningkatkan mordibitas noenatus yaitu
hipoglikemia, ikterus, polisitemia dan makromosia. Hal ini terjadi karena bayi
dari ibu DM gestasional mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang
pertumbuhan bayi dan makrosomia. DM gestasional juga dapat meningkatkan
risiko bagi ibu 3-5% untuk menjadi DM di masa mendatang (Rahmawati, 2016).
Pemeriksaan diagnostik
Tes glukosa awal : menjalani tes darah untuk mengukur kadar gula darah. Tingkat
gula darah dibawah 130 hingga 140 miligram per desiliter (mg/dl). Tes glokosa
lanjutan : diperiksa setiap jam selama 3 jam, jika pada bacaan tersebut ada 2 yang
tinggi, maka dapat didiagnosa diabetes gestasional (Mitayani, 2019)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terapi DM Gestasional
1. Terapi non farmakologi
a. Diet DM/MNT (Medical Nutrition Therapy)
Diet/terapi nutrisi merupakan pengobatan standar untuk semua pasien DM
gestasional dengan tujuan meningkatkan nutrisi untuk ibu dan janin,meningkatkan
asupan kalori bagi tumbuh kembang janin, pengaturan normoglikemia, dan
mencehaj ketosis
b. Self monitoring of blood glucose (SMBG)
Monitoring glukosa darah dapat dilakukan sebanyak 3x atau lebih sehari untuk
pasien yang menggunakan injeksi insulin atauterapi pompa insulin.
2. Terapi farmakologi
a. Insulin
Tujuan dari terapi insulin yaitu untuk mengatur kadar glukosa darah dengan target
oragan utama adalah hepar, otot dan jaringan adipose. Preparat insulin dibedakan
berdasarkan lama kerja yaitu insulin kerja cepat, sedang dan panjang. Mekanisme
kerja dengan menurunkan kadar glukosa darah dengan menstimulasi pengambilan
glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatic.
b. Obat hipoglikemik oral
Obat ini digunakan untuk pasien DM ada 5 golongan yaitu sulfonylurea, biguanid,
meglitinid, penghambat a-glikosidase dan tiazolidinedione. Obat ini aman
dandapat diberikan pada pasien DM gestasional hanya gliburid, metformin dan
akarbose. (Ardian, 2017
2. Tujuan
Pemeriksaan kehamilan sangat penting karena bisa memberikan
gambaran keadaan ibu hamil, janin dalam kandungan dan
kesehatan umum. Menurut Manuaba dengan pemeriksaan
kehamilan dapat diketahui sedini mungkin komplikasi ibu yang
dapat mempengaruhi kehamilan sehingga segera dapat diatasi.
Adapun tujuan umum dari antenatal care adalah mempersiapkan
seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam
kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak
yang sehat. Tujuan khusus dari antenatal care yaitu:
1. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit selama kehamilan.
2. Mengenali dan mengobati penyakit yang menyertai kehamilan
sedini mungkin.
3. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
4. Memberikan nasihat.

3. JadawalKunjungan ANC
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan
ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara
dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan antisipasi
yang tepat dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa
janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang
saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan
meningkatkan kesehatan, pertumbuhan,dan perkembangan janin.
Menurut Pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas
dan bayi baru lahir di era adaptasi kebiasaan baru tahun 2020
kunjungan ibu hamil minimal 6 kali (2 kali pada trimester I, 1 kali
pada trimrster II dan 3 kali pada trimester III). Jadwal kunjungan
pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu setiap 2 2 minggu
samapai 1 minggu sampai tiba masa kelahiran (Qomar, Uli, &
Kitty, 2020).

4. Standar Pelayanan ANC


Pemeriksaan ANC di lakukan sebanyak 4 kali pemeriksaan
kehamilan yaitu trimester satu 1 kali pemeriksaan,trimester dua 1
kali pemeriksaan dan trimester tiga 2 kali pemeriksaan Pelayanan
ANC yang berkualitas :
1. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan, termasuk
gizi, agar kehamilan berlangsung sehat.
2. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit, dan penyulit atau
komplikasi kehamilan
3. Menyiapkan persalinan yang bersih dan amat.
4. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi penyulit atau komplikasi
5. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat
waktu bila diperlukan.
6. Melibatkan ibu dan keluarga terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan ibu hamil, menyiapkan persalinan da kesiagaan
bila terjadi penyulit atau komplikasi.
Standar Pemeriksaan Kehamilan 14t :

1. Tinggi Badan dan Berat Badan


2. Tekanan Dara
3. Tinggi fundus uter
4. TT
5. Tablet FE (minimal 90 Tablet)
6. Tes HB
7. Tes protein urine
8. Tes urine reduksi
9. Tekan pijat payudara
10. Tingkat kebugaran (senam hamil)
11. Tes VDRL (Pemeriksaan Veneral Desease Research
Laboratory)
12. Temu wicara
13. Terapi Yodium (Endemic Gondok
14. .Terapi Malaria (Endemic)
5. Pemeriksaan Penunjang ANC
Menurut Manuaba (2001), jadwal pemeriksaan kehamilan dengan
ketentuan sebagai Berikut:

a. Trimester I dan II

1. Dilakukan 1 bulan sekali.


2. Diambil data tentang laboratorium.
3. Pemeriksaan USG (ultrasonogarafi).
4. Observasi: penyakit yang dapat mempengaruhi
kehamilan, komplikasi kehamilan.
5. Rencana: pengobatan penyakitnya, menghindari
terjadinya komplikasi kehamilan, Imunisasi tetanus I
6. Nasihat: makan makanan 4 sehat 5 sempurna.

a. III
Dilakukan setiap 2 minggu, seminggu sekali sampai ada tanda
kelahiran tiba.
Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan.
Pemeriksaan USG.
Imunisasi Tetanus II.
Diet 4 sehat 5 sempurna.
Observasi: penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi
hamil trimester III, berbagai kelainan kehamilan trimester III.
6. Perubahan – Perubahan dan adaptasi fisiologis pada masa
kehamilan
a.perubahahan fisik

1) Rahim

Rahim perubahan yang amat jelas adalah pembesaran rahim untuk


menyimpan bayi yang ditumbuh. Peningkatan ukuran ini
disebabkan membesar dan meragang yang disebabkan oleh
rangsangan estrogen serta progesteron dan terjadi akibat tekanan
mekanik dari dalam yaitu janin, plasenta serta cairan ketuban akan
memerlukan lebih banyak ruangan.

2) Vagina

Vagina sampai minggu ke-8, meningkatnya vaskularisas dan


pengaruh hormone estrogen pada vagina menyebabkan tanda
kehamilan yang khas disebut tanda chadwigck‟s, yang berwarna
kebiru-biruan yang dapat terlihat oleh pemeriksa. Respon lain
pengaruh hormonal adalah sekresi sel-sel vagina meningkat,
sekresi tersebut berwarna putih yang bersifat sangat asam, dikenal
dengan istila “putih” atau leucorrhea.

3) Ovarium

Ovarium merupakan sumber hormone estrogen dan progesteron


pada wanita tidak hamil. Pada kehamilan ovulasi berhenti,
corpuslutium terus tumbuh sampai terbentuk plasenta yang
mengambil alih pengeluaran hormone estrogen dan progesteron .
Plasenta juga membentuk hormon yang lain: human chorionic
gonadotropin (HCG), human plasenta lactogen (HPL), juga disebut
human chorionic somammotropin (hCS) dan human chorionic
thyrotropin (hCT).

4) Dinding Perut

Dinding perut dengan pembesaran rahim menimbulkan peregangan


dan menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit, maka
timbullah striae grafidarum. Kulit perut pada linia alba (garis
keputih) bertambah pigmentasnya disebut linia nigra.

5) Kulit

Kulit akibat membesarnya rahim dan pertumbuhan janin, perut


menonjol keluar. Serabut-serabut elastis dari lapisan kulit terdalam
terpisah dan terputus karena regangan. Tanda regangan yang
disebut strie gravidarum terlihat pada abdomen dan bokong terjadi
pada 50% wanita hamil dan menghilang menjadi bayangan lebih
terang setelah melahirkan. Perubahan deposit pigmeng dan
hiperpigmentasi karena pengaruh rangsangan hormone
melanophore.

6) Payudara

Payudara terjadi perubahan secara bertahap mengalami


pembesaran karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveoli dan
suplai darah. Putting susu menjadi menonjol dan keras, perubahan
ini yang membawa fungsi laktasi, disebabkan oleh peningkatan
kadar hormone estrogen, progesteron, laktogen dan prolaktin.

7) Sistem Sirkulasi Darah

System sirkulasi darah sebagaimana kehamilan berlanjut, volume


darah meningkat bertahap sampai mencapai 30% sampai 50%
diatas tingkat pada keadaan tidak hamil.

8) Sistem Pernapasan

Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek nafas,


dikarenakan pada wanita hamil terjadi perubahan system respirasi
untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen. Disamping itu terjadi
desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada
umur kehamilan 32 minggu.
9) Sistem Gastrointestinal

Sistem gastrointestinal dapat terpengaruh oleh karena kehamilan,


penyebabnya adalah factor hormonal dan mekanis. Tingginya
kadar progesteron mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolesterol darah.

10) Sistem Urinari

Sistem urinari pada awal kehamilan suplai darah ke kandung


kemih meningkat dan pembesaran uterus menekan kandung kemih,
menyebabkan sering kemih. Terjadinya hemodilusi menyebabkan
metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan air senipun
bertambah.

11) Berat Badan

Berat badan pada wanita hamil peningkatan berat badan normalnya


sama dengan 25% dari berat badan sebelumnya, peningkatan yang
utama adalah pada trimester kedua kehamilan.

12) Sistem Muskuloskeletal

Selama masa kehamilan wanita membutuhkan kira-kira lebih


banyak kalsium dan fosfor, dengan makan makanan yang
seimbang kebutuhan tersebut akan terpenuhi. Postur tubuh pada
wanita mengalami perubahan secara bertahap karena janin
membesar bertahap dalam rahim
7. Tanda-Tanda Kehamilan
Ada 2 tanda yang menunjukkan seorang wanita mengalami suatu
kehamilan, tanda pasti dan tanda tidak pasti. Tanda tidak pasti
dibagi menjadi dua, pertama tanda subjektif (presumtif) yaitu
dugaan atau perkiraan seorang wanita mengalami suatu kehamilan,
kedua tanda objektif (probability) atau kemungkinan hamil.
a. Tanda pasti
1) Terdengar Denyut Jantung Janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat didengarkan dengan stetoskop
Laennec/ stetoskop Pinard pada minggu ke 17-18. Serta dapat
didengarkan dengan stetoskop ultrasonik (Doppler) sekitar
minggu ke 12. Auskultasi pada janin dilakukan dengan
mengidentifikasi bunyi-bunyi lain yang meyertai seperti bising
tali pusat, bising uterus, dan nadi ibu (Kumalasari, 2015)
2) Melihat, meraba dan mendengar pergerakan anak saat
melakukan pemeriksaan
3) Melihat rangka janin pada sinar rontgen atau dengan USG
(Sunarti, 2013)
b. Tanda- tanda tidak pasti
1) Tanda Subjektif (presumtif/ Dugaan Hamil)
a) Aminorhea (terlambat datang bulan)
Yaitu kondisi dimana wanita yang sudah mampu hamil,
mengalami terlambat haid/ datang bulan. Konsepsi dan
nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel
degraaf dan ovulasi. Pada wanita yang terlambat haid
22 dan diduga hamil, perlu ditanyakan hari pertama
haid terakhirnya (HPHT). supaya dapat ditaksirumur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang
dihitung dengan menggunakan rumus Naegele yaitu
TTP : (hari pertama HT + 7), (bulan -3) dan (tahun + 1)
(Kumalasari, 2015).
b) Mual (nausea) dan muntah (vomiting)
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan
menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada
pagi hari yang disebut dengan morning sickness.
Akibat mual dan muntah ini nafsu makan menjadi
berkurang. Dalam batas yang fisiologis hal ini dapat
diatasi Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis
Untuk mengatasinya ibu dapat diberi makanan ringan
yang mudah dicerna dan tidak berbau menyengat
(Kumalasari, 2015)
c) Mengidam
Wanita hamil sering makan makanan terntentu,
keinginan yang demikian disebut dengan mengidam,
seringkali keinginan makan dan minum ini sangat kuat
pada bulan –bulan pertama kehamilan. Namun hal ini
23 akan berkurang dengan sendirinya seiring
bertambahnya usia kehamilan (Kumalasari, 2015)
d) Syncope (pingsan)
erjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan
menimbulkan syncopeatau pingsan bila berada pada
tempa-tempat ramai yang sesak dan padat. Keadaan ini
akan hilang sesudah kehamilan 16 minggu
(Kumalasari,2015)
e) Perubahan payudara
Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara
mensekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan
lebih dari 16 minggu (Sartika, 2016). Pengaruh
estrogen –progesteron dan somatotropin menimbulkan
deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara
membesar dan tegang, ujung saraf tertekan
menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama
(Kumalasari, 2015)
f) Sering miksi
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung
kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar.
Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan.
Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena
kandung kemih ditekan oleh kepala janin
(Prawirohardjo, 2008)
g) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik
usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk
BAB (Sunarsih, 2011)
h) Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12
minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid
plasenta yang merangsang melanofor dan
kulit.Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini :
- Daerah pipi: cloasma gravidarum (penghitaman
pada daerah dahi, hidung, pipi dan leher)
- Daerah leher : terlihat tampak lebih hitam
- Dinding perut: strie livide/ gravidarum yaitu tanda
yang dibentuk akibat serabut- serabut elastis lapisan
kulit terdalam terpisah dan putus/ meranggang,
berwarna kebiruan kadang dapat menyebabkan rasa
gatal (pruritus), linea alba atau garis keputihan di
perut menjadi lebih hitam (linea nigra atau garis
gelap vertical menikuti garis perut dari pusat
simpisis (sunarti, 2013).
- Sekitar payudara: hiperpigmentasi areola mammae
sehingga terbentuk areola sekunder.
- Sekitar pantat dan paha atas: terdapat striae akibat
pembesaran bagian tersebut.
i) Epulis
Hipertropi papilla ginggivae/ gusi, sering terjadi pada
trimester pertama
j) Varises (penampakan pembuluh darah vena)
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang
mempunyai bakat. Varises dapat terjadi di sekitar
genitalia eksterna, kaki dan betis serta payudara.
Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah
peralinan (Hani, 2011)
2) Tanda Obyektif (probability/ kemungkinan)
a) Pembesaran rahim/ perut
Rahim membesar dan bertambah besar terutama setelah
kehamilan 5 bulan, karena janin besar secara otomatis
rahim pun membesar dan bertempat di rongga perut.
Tetapi perlu di perhatikan pembesaran perut belum jadi
tanda pasti kehamilan, kemungkinan lain disebabkan
oleh mioma, tumor, atau kista ovarium.
b) Perubahan bentuk dan konsistensi rahim
Perubahan dapat dirasakan pada pemeriksaan dalam,
rahim membesar dan makin bundar, terkadang tidak
rata tetapi pada daerah nidasi lebih cepat tumbuh atau
biasa disebut tanda Piscasek
c) Perubahan pada bibir rahim
Perubahan ini dapat dirasakan pada saat pemeriksaan
dalam, hasilnya akan teraba keras seperti meraba ujung
hidung, dan bibir rahim teraba lunak seperti meraba
bibir atau ujung bawah daun telinga (Sunarti, 2013)
d) Kontraksi Braxton Hicks
Kontraksi rahim yang tidak beraturan yang terjadi
selama kehamilan, kontraksi ini tidak terasa sakit, dan
menjadi cukup kuat menjelang akhirkehamilan. Pada
waktu pemeriksaan dalam, terlihat rahim yang lunak
seakan menjadi keras karena berkontraksi.
e) Adanya ballottement
Ballotement adalah pantulan yang terjadi saat jari
telunjuk pemeriksa mengetuk janin yang mengapung
dalam uterus, hal ini menyebabkan janin berenang jauh
dan kembali keposisinya semula/ bergerak bebas.
Pantulan dapat terjadi sekitasr usia 4-5 bulan, tetapi
ballotement tidak dipertimbangkan sebagai tanda pasti
kehamilan, karena lentingan juga dapat terjadi pada
tumor dalam kandungan ibu.
f) Tanda hegar dan goodells
Tanda hegaryaitu melunaknya isthmus uteri (daerah
yang mempertemukan leher rahim dan badan rahim)
karena selama masa hamil, dinding –dinding otot rahim
menjadi kuat dan elastis sehingga saat di lakukan
pemeriksaan dalam akan teraba lunak dan terjadi antara
usia 6-8 minggu kehamilan dan tanda goodells yaitu
melunaknya serviks akibat pengaruh hormon esterogen
yang menyebabkan massa dan kandungan air
meningkat sehingga membuat serviks menjadi lebih
lunak (Kumalasari, Intan. 2015).
g) Tanda Chadwick
Anda yang berwarna kebiru-biruan ini dapat terlihat
saat melakukan pemeriksaan, adanya perubahan dari
vagina dan vulva hingga minggu ke 8 karena
peningkatan vasekularitasdan pengaruh hormon
esterogen pada vagina. Tanda ini tidak 28
dipertimbangkan sebagai tanda pasti, karena pada
kelainan rahim tanda ini dapat diindikasikan sebagai
pertumbuhan tumor.
h) Hyperpigmentasi kulit
Bintik –bintik hitam (hyperpigmentasi) pada muka
disebut chloasma gravidarum.Hyperpigmentasi ini juga
terdapat pada areola mamaeatau lingkaran hitam yang
mengelilingi puting susu, pada papilla mamae (puting
susu) dan di perut. Pada wanita yang tidak hamil hal ini
dapat terjadi kemungkinan disebabkan oleh faktor
alergi makanan, kosmetik, obat-obatan seperti pil KB
(Sunarti, 2013).
Beberapa test yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya suatu kehamilan yaitu,
- Tes urine
Tes urine dapat dilakukan dirumah atau dilaboratorium.
Tes Pack atau alat teskehamilan yang banyak
digunakan oleh pasangan suami istri secara mandiri
dengan mudah, meskipun terdapat banyak macam jenis
tes pack baik yang berbentuk strip (sekali pakai),
berbentuk pena, atau batangan kecil tetapi pada
prinsipnya cara kerja tes pack tersebut sama, yaitu
untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hormon
kehamilan HCG (Human Chorionic gonadotropin) di
dalam tubuh (Siswosuharjo, Suwignyo & Fitria C.
2010)
- Tes darah
Prinsipnya sama dengan tes urine yaitu menguji adanya
HCG dalam tubuh. Bedanya, tes darah ini tidak dapat
dilakukan sendiri dirumah, melainkan dilakukan di
laboratorium dengan jalan mengambil contoh darah.
Jika terdapat peningkatan HCG didalam darah, maka
dinyatakan positif hamil, demikian juga seterusnya.
- Tes USG
Tes ini di lakukan oleh seorang dokter dengan
memastikan kehamilan melalui USG yang dapat
melihat bagian dalam tubuh manusia. Dari gambaran
yang ditampilkan alat tersebut, dokter akn melihat
didalam rahim terdapat embrio atau tidak. Jika
kehamilan sudah berjalan enam minggu, alat ini sangat
membantu dokter dalam menganalisis suatu kehamilan.
Selain melihat ada tidaknya 30 embrio, penggunaan
USG juga dapat digunakan untuk amengetahui taksiran
persalinan, perkiraan usia kehamilan, serta perkiraan
berat badan dan panjang janin (Siswosuharjo,
Suwignyo & Fitria C. 2010)

8. Pemeriksaan kehamilan (leopold I-IV)


a. Leopold I

Bertujuan untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk


mnegetahui bagian janin apa yang terdapat difundus uteri (bagian
atas perut ibu). Mengetahui bagian janin apa yang terdapat di
fundus uteri

1) Apabila kepala janin teraba dibagian fundus, yang


akan teraba adalah keras bundar dan melenting
(seperti mudah digerakkan)

2) Apabila bokong janin teraba dibagian fundus, yang


akan terasa dalah lunak, kurang bundar, dan kurang
melenting.

3) Fundus kosong apabila posisi janin melintang pada


Rahim.

Menentukan usia kehamilan

 Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapar teraba 1-2


jari diatas simpisis

 Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba


diantara simpisis dan pusat

 Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari


dibawa pusat

 Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat


dipusat
 Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari
diatas pusat

 Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba


dipertengahan antara prosesus xipoideus dan pusat

 Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari


dibawah prosesu xipoideus

 Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba


dipertengahan prosesus xipoideus dan pusat

b. Leopold II

Bertujuan untuk menentukan dimana letak punggung ataupun kaki


janin pada kedua sisi perut ibu.

c. Leopold III

Bertujuan untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau


bokong) yang terdapat dibagian perut ibu, serta apakah bagian
janin sudah menyentuh pintu atas panggul.

d. Leopold IV

Bertujuan untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa tyang


terdapat dibagian bawah perut ibu, serta untyuk mengetahui
seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas
panggul.

9. Perhitungan tafsiran partus


Pada umumnya kehamilan berlangsung selama 37-42 minggu atau
rata-rata 280 hari (40 minggu), dihitung dari hari pertama haid
terakhir usai. Pada hari pertama haid terakhir (HPHT) adalah hari
pertama siklus haid, dan sementara itu untuk ovulasi terjadi kurang
lebih dua minggu setelah masa ini. Sehingga jika pada durasi ini
sperma bertemu telur dan terjadi pembuahan, maka saat itulah
kehamiulan dimulai. Nah, berikut ini cara menghitung taksiran
persalinan (TP) :
1. Dengan Menggunakan Kalender Kehamilan
Fungsi lain dari kalender kehamilan yaitu untuk mengetahui
taksiran persalinan atau HPL (harri perkiraan lahir), anda hanya
cukup mengarahkan panah “menstruasi terakhir” dan kemudian
dilihat panah lainnya yang berada pada usia kehamilan 40 minggu
yang berada tepatt pada tanggal dan bulan apa.
2. Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Baca Juga Penyebab Gusi Berdarah Pada Anak
Pada kehamilan dalam istilah trimester 1 merupakan masa
kehamilan dengan usia kandungan 0-2 minggu, yang dihitung dari
hari pertma haid terakhir. Dengan menggunakan usia kehamilan itu
bisa diketahui tanggal taksiran persalinan dengan memakai rumus
Naegele, caranya yaitu: Tanggal HPHT ditambah 7, Bulan
dikurang 3, dan tahun ditambah 1.
Contoh perhitungan misalnya tanggal HPHT adalah 1-4- 2017,
maka TP nya adalah (1+7=8) / (4-3=1) / (2011+1=2012). Hasilnya
menjadi =8-1-2018 (sesuai dengan usia kehamilan 40 minggu).
Dan tentukan hari pertama menstruasi terakhir, angka ini dihitung
dari hari pertama menstruasi terakhir (LMP=Last Menstruasi
Periode).
3. Menghitung Usia Kehamilan Gerakan Janin
Perlu diketahui bahwa pada kehamilan pertama gerakan janin
mulai terasa setelah kehamilan memsuki usia 18-20 minggu,
sedangkan pada kehamilan kedua dan seterunya gerakan janin
sudah terasa pada usia kehamilan 16-18 minggu.
10. Perhitungan tafsiran berat janin
Perhitungan terhadap tafsiran berat janin bisa dilakukan dengan
USG, HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) hingga pengukuran
TFU. Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) menjadi salah satu
yang membantu dalam memperkirakan taksiran berat janin (TBJ).
Fundus uteri merupakan nama latin dari puncak rahim. Pengukuran
puncak tertinggi rahim atau tinggi fundus uteri (TFU) perlu
digunakan dalam menghitung berat janin. 
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dengan rumus MC Donald
perlu dilakukan untuk memastikan perkiraan usia kehamilan yaitu
TFU x 8/7 
Hasil perhitungan dalam rumus MC Donald ini memang membantu
untuk memastikan perkiraan usia kehamilan. Namun, perhitungan
ini belum selalu tepat sesuai dengan usia prediksi kehamilan. Perlu
disadari kalau USG harus tetap harus dilakukan

TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU-12) x 155 gram


rumus dari MC Donald, memperkirakan taksiran berat janin juga
bisa dilakukan melalui rumus Johnson. 
TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU (dalam cm) - n)
x 15
n = 11 jika kepala bayi belum masuk pintu atas panggul 
n = 12 jika kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
n diisi dengan angka-angka konstanta yang sudah ditentukan dalam
pembuatan rumus Johnson.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau
tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan
abdomen dan retinopati.
b. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga
c. Riwayat kehamilan
Diabetes mellitus gestasional, hipertensi karena
kehamilan, infertilitas, bayi low gestasional age, riwayat
kematian janin, lahir mati tanpa sebab jelas, anomali
congenital, aborsi spontan, polihidramnion, makrosomia,
pernah keracunan selama kehamilan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun
atau lambat pada diabetes yang lama.
Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
Peningkatan tekanan darah.
Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.
b. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang,
nefropati dan poliuri.
c. Nutrisi dan Cairan
d. Polidipsi.
e. Poliuri.
f. Mual dan muntah
g. Obesitas.
h. Nyeri tekan abdomen.
i. Hipoglikemi.
j. Glukosuria.
k. Ketonuria.
Keamanan
Kulit : Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat
berubah karena ada bekas injeksi insulin yang sering
Riwayat gejala-gejala infeksi dan/budaya positif terhadap
infeksi, khususnya perkemihan atau vagina.

Mata Kerusakan penglihatan atau retinopati.


Seksualitas
Uterus : tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau
lebih rendah dari normal terhadap usia gestasi.
Riwayat neonatus besa terhadap usia gestasi
(LGA),Hidramnion,anomaly congenital, lahir mati tidak
jelas
3. Psikososial
Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi
rendah.
Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.

2. Diagnosa Keperawatan
1. tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan
menggunakan nutrisi kurang tepat
2. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada
sirkulasi.
3. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan
dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik, profil darah
abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan
respon umum.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan
kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak
mengenal sumber informasi.
5. Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik
maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra
uterin.
6. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi
kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal atau
janin
3. Intervensi Keperawatan
Dx. I : Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria Hasil :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
mpertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2
jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
Intervensi keperawatan
1. Timbang berat badan setiap kunjungan.
R: Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk
memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori.
2. masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.
Rasional : embantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien
tentang aturan diet
3. Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang
diperlukan pada penatalaksanaan diabetic.
R: Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu membutuhkan
perubahan besar selama gestasi memerlukan pemantauan ketat dan
adaptasi.
4. ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila memakai
insulin.
R/: Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia , sesudah
makan dan kelaparan.
5. Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester
pertama.
R/: Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat
yang dapat mengakibatkan metabolisme lemak dan terjadinya
ketosis.
6. Kaji pemahaman stress pada diabetic.
R/: Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa,
menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
7. Ajarkan pasien tentang metode finger stick untuk memantau
glukosa sendiri.
R/: Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan temuan glukosa
darah serum secara periodik.
8. Tinjau ulang dan diskusikan tanda gejala serta kepentingan hipo
atau hiperglikemia.
R/: Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan berat pada
trimester pertama karena peningkatan penggunaan glukosa dan
glikogen oleh ibu dan perkembangan janin. Hiperglikemia berefek
terjadinya hidramnion.
9. Instruksikan untuk mengatasi hipoglikemia asimtomatik.
R/: Pengguanaan jumlah besar karbohidrat sederhana untuk
mengatasi hipoglikemi menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat.
10. Anjurkan pemantauan keton urine.
R/: Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan dengan ketonuria,
menandakan kebutuhan terhadap peningkatan karbohidrat
Kolaborasi :
11. Diskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe insulin.
R/: Pembagian dosis insulin mempertimbangkan kebutuhan basal
maternal dan rasio waktu makan.
12. Sesuaikan diet dan regimen insulin untuk memenuhi kebutuhan
individu.
Rasional : Kebutuhan metabolisme prenatal berubah selama
trimester pertama.
13. Rujuk pada ahli gizi.
R/: Diet secara spesifik pada individu perlu untuk mempertahankan
normoglikemi.
14. Observasi kadar Glukosa darah.
R/: Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun bila
kadar glukosa darah antara 60 – 100 mg/dl, sebelum makan antara
60 -105 mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam
sesudah makan kurang dari 200 mg/dl.
15. Tentukan hasil HbA1c setiap 2 – 4 minggu.
R/: Memberikan keakuratan gambaran rata rata control glukosa
serum selama 60 hari. Kontrol glukosa serum memerlukan waktu 6
minggu untuk stabil.
Dx. II : Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
Kriteria Hasil :
Cidera janin tidak terjadi.
Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau
Construction Stress Test secara normal.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji control diabetik sebelum konsepsi.
R/: Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi membantu
menurunkan resiko mortalitas janin dan abnormal konginental.
2. Tentukan klasifikasi white terhadap diabetes.
R/: Janin kurang beresiko bila klasifikasi white adalah A, B, C dan
apabila D adalah beresiko tinggi.
3. Kaji gerakan janin dan denyut janin setiap kunjungan.
R/: Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin
secara negatif mempengaruhi gerakan janin dan denyut jantung
janin.
4. tinggi fundus uteri setiap kunjungan.
R/: Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal.
5. Observasi urine terhadap keton.
R/: Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan susunan syaraf
pusat yang tidak dapat diperbaiki.
6. Berikan informasi dan buatkan prosedur untuk pemantauan
glukosa dan penatalaksanaan diabetes di rumah.
R/: Penurunan mortalitas dan komplikasi morbiditas janin bayi
baru lahir dan anomali congenitial dihubungkan dengan kenaikan
kadar glukusa darah.
7. Pantauan adanya tanda tanda edema, proteinuria, peningkatan
tekanan darah.
R/: sekitar 12% – 13% dari diabetes akan berkembang menjadi
gangguan hipertensi karena perubahan kardiovaskuler berkenaan
dengan diabetes.
8. Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk Non stress Test setiap
minggu.
R/: Aktifitas dan pergerakan janin merupakan petanda baik dari
kesehatan janin.
9. Diskusikan rasional atau prosedur untuk melaksanakan Oxytocin
Challenge Test atau Contraction Stress Test setiap minggu mulai
minggu ke – 30 sampai dengan minggu ke- 32.
R/: Contraction Stress Test dapat memberikan informasi tentang
perfusi oksigen dan nutrisi pada janin. Hasil positif menandakan
insufisiensi plasenta.
10. Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk tindakan amniosentesis
R/: Maturasi paru janin adalah kriteria yang digunakan untuk
menentukan kelangsungan hidup.
Kolaborasi :
11. Kaji HbA1c setiap 2 – 4 minggu sesuai indikasi.
R/: Insiden bayi malformasi secara kongenital meingkat pada
wanita dengan kadar HbA1c tinggi pada awal kehamilan atau
sebelum konsepsi.
12. Kaji kadar albumin glikosilat pada getasi minggu ke 24 sampai ke
28 khususnya pada ibu dengan resiko tinggi.
R/: Tes serum albumin glikosilat menunjukkan glikemia lebih dari
beberapa hari
13. Dapatkan kadar serum alfa fetoprotein pada gestasi minggu ke 14
sampai minggu ke 16.
R/: Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu diabetik dari
pada non diabetik bila kontrol sebelum kehamilan sudah buruk.
14. Siapkan untuk ultrsonografi pada gestasi minggu ke 8, 12, 18, 28,
36 sampai minggu ke 38.
R/: Ultrasonografi bermanfaat dalam memastikan tanggal gestasi
dan membantu dalam evaluasi retardasi pertumbuhan intra uterin.
15. Lakukan non stress test dan Oxytocin Challenge Test atau
Construction Stress test dengan tepat.
R/: Mengetahui kesehatan janin dan kedekatan perfusi plasenta.
16. Dapatkan sekuensial serum atau specimen urine 24 jam terhadap
kadar estriol setelah gestasi minggu ke 30.
R/: Penurunan kadar estriol dapat menunjukkan penurunan fungsi
plasenta, menimbulkan retardasi pertumbuhan intra uterin dan lahir
mati.
17. Bantu untuk persalinan per vaginam atau seksio.
R/: Membantu menjamin hasil positif untuk neonatus. Insiden lahir
mati meningkat secara bermakna pada gestasi lebih dari minggu
ke-36. Makrosomia sering menyebabkan distosia dengan
sefalopelvis disproporsi.
Dx. III : Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan perubahan
kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan
perubahan respon imun.
Kriteria Hasil :
Tetap normotensif
Mempertahankan normoglikemia.
Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.
Intervensi Keperawatan :
1. klasifikasi white untuk diabetes. Kaji derajad kontrol diabetik.
R/: Klien dengan klasifikasi D, E atau F adalah berisiko tinggi
terhadap komplikasi kehamilan.
2. Kaji perdarahan pervaginam dan nyeri tekan abdomen.
R/: Perubahan vaskuler yang dihubungkan dengan diabetes
menandakan resiko abrupsi plasenta.
3. Pantau terhadap tanda dan gejala persalinan preterm.
R/: Distensi uterus berlebihan karena makrosomia atau hidramnion
dapat mempredisposisikan pada persalinan awal.
4. untuk belajar memantau glukosa darah di rumah yang dilakukan 6
kali sehari.
R/: Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar karena
ambang ginjal terhadap glukosa menurun selama kehamilan.
5. Periksa keton dalam urin setiap hari.
R/: Ketonuria menandakan adanya kondisi kelaparan yang secara
negatif dapat mempengaruhi perkembangan janin
6. Identifikasi kejadian hipoglikemia dan hiperglikemia.
R/: Insiden hipoglikemia sering terjadi pada trimester ketiga karena
aliran glukosa darah dan asam amino yang kontinue pada janin dan
untuk menurunkan kadar insulin antagonis laktogen plasenta.
Insiden hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau insulin untuk
normoglikemia khususnya pada trimester kedua dan ketiga karena
kebutuhan insulin sering meningkat dua kali.
7. Pantau adanya edema dan tentukan tinggi fundus uteri.
R/: Diabetes cenderung kelebihan cairan karena perubahan
vaskuler. Insiden hidramnion sebanyak 6% – 25% pada kasus
diabetes yang hamil kemungkinan berhubungan dengan
peningkatan kontribusi janin pada cairan amnion dan hiperglikemia
meningkatkan haluaran urin janin.
8. Kaji adanya infeksi saluran kencing.
R/: Deteksi awal adanya infeksi saluran kencing dapat mencegah
pielonefritis
9. Pantau dengan ketat bila obat tokolitik digunakan untuk
menghentikan persalinan.
R/: Obat tokolitik dapat meningkatkan glukosa darah dan insulin
plasma.
Kolaborasi :
10. Pantau kadar glukosa serum setiap kunjungan.
R/: Mendeteksi ancaman ketoasidosis, menentukan adanya
ancaman hipoglikemia.
11. Dapatkan HbA1c setiap 2-4 minggu sesuai indikasi.
R/: Mengontrol secara akurat glukosa selama 60 hari terakhir.
12. Hb dan Ht pada kunjungan awal lalu selama trimester kedua dan
preterm.
R/: Anemia mungkin ada dengan masalah vaskuler.
13. pemberian insulin sesuai indikasi.
R/: Kebutuhan insulin menurun pada trimester pertama kemudian
meningkat dua kali dan empat kali lipat pada trimester kedua dan
ketiga.
14. Dapatkan urinalisa dan kultur urin, kultur rabas vagina, berikan
antibiotika sesuai indikasi.
R/: Membantu mencegah atau mengatasi pielonefritis. Monilial
vulvovaginitis dapat menyebabkan sariawan oral pada bayi baru
lahir.

15. Kumpulkan spesimen untuk ekskresi protein total, klirens kreatinin


nitrogen urea darah dan kadar asam urat.
R/: Kemajuan perubahan vaskuler dapat merusak fungsi ginjal
dengan diabetes jangka panjang atau berat.
16. Jadwalkan pemeriksaan oftalmologi selama trimester pertama,
trimester kedua dan ketiga bila berada dalam diabetes klasifikasi
kelas D atau diatasnya.
R/: Latar belakang retinopati dapat berlanjut selama kehamilan
karena keterlibatan vaskuler berat. Terapi koagulasi laser dapat
memperbaiki dan menurunkan fibrosis optic
17. Siapkan untuk ultrasonografi pada gestesi ke-8, 12, 26, 36 dan 38
untuk menentukan ukuran janin dengan menggunakan diameter
biparietal, panjang femur dan perkiraan berat badan janin.
R/: Mengetahui adanya tanda makrosomia dan diproporsi
cephalopelvis.
18. Mulai terapi intra vena dengan dekstrose 5%, berikan sub cutan
bila dirawat di rumah sakit dengan shock insulin dan tidak sadar.
Ikuti dengan pemberian susu skim 8 oz bila mampu menelan
R/: Glukagon adalah substansi alamiah yang bekerja pada glikogen
hepar dan mengubahnya menjadi glukosa yang memperbaiki status
hipoglikemik.
Dx. IV : Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan
kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan
informasi dan tidak mengenal sumber informasi
Kriteria Hasili
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan
Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium dan aktivitas
yang melibatkan pengontrolan diabetes.
Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin.

Intervensi Keperawatan :
1. Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap penyakit
termasuk hubungan dengan diet, latihan, stress dan kebutuhan
insulin.
R/: Diabetes mellitus gestasional besisiko terhadap ambilan
glukosa yang tidak efektif dalam sel, penggunaan lemak dan
protein untuk energi secara berlebihan dan dehidrasi seluler saat air
dialirkan dari sel oleh konsentrasi hipertonik glukosa dalam serum.
2. Tinjau ulang pentingnya pemantauan serum glukosa sedikitnya 6
kali sehari.
R/: Pengukuran glukosa darah penting untuk mengenali dampak
diet dan latihan
3. Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan insulin
dan tinjau ulang alasan menghindari obat hipoglikemi oral.
R/: Perubahan metabolik prenatal menyebabkan kebutuhan insulin
berubah. Trimester pertama kebutuhan insulin rendah tetapi
menjadi dua kali dan empat kali selama trimester kedua dan ketiga.
Meskipun insulin tidak melewati plasenta, agen hipoglikemi oral
dapat dan potensial membahayakan janin.
4. Jelaskan penambahan berat badan normal.
R/: Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia dapat
menyebabkan kerusakan janin dan menghambat penggunaan
protein optimal.
5. Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan ringan.
R/: Latihan setelah makan dapat membantu mencegah
hipoglikemia dan menstabilkan penyimpangan glukosa, kecuali
terjadi peningklatan glukosa berlebihan, dimana latihan dapat
meningkatkan ketoasidosis
6. Berikan informasi mengenai dampak kehamilan pada kondisi
diabetes dan harapan masa depan.
R/: Peningkatan pengetahuan dapat menurunkan rasa takut,
meningkatkan kerja sama dan membantu menurunkan komplikasi
janin.
7. Diskusikan mengenali tanda infeksi.
R/: Penting untuk mencari pertolongan medis awal untuk
menghindari komplikasi.
8. Anjurkan mempertahankan pengkajian di rumah terhadap kadar
glukosa serum, dosis insulin, diet dan latihan.
R/: Bila ditinjau ulang oleh praktisi pemberi perawatan, catatan
harian dapat membantu bagi evaluasi dan perubahan terapi.
9. Tinjau kadar Hb dan Ht, berikan informasi diet tentang sumber zat
besi dan suplemen zat besi.
R/: Anemia harus lebih diperhatikan dengan diabetes karena
peningkatan kadar glukosa dapat menggantikan oksidasi pada
molekul Hb, mengakibatkan penurunan kapasitas pembawa
oksigen.
Dx. V : Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia
atau retardasi pertumbuhan intra uterin
Kriteria Hasil :
Kehamilan cukup bulan
Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.
Bebas cedera
Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemi.
Intervensi :
1. Tinjau ulang riwayat pranatal dan kontrol maternal
R/: Hiperglikemia maternal pada periode pranatal meningkatkan
makrosomia, membuat janin berisiko terhadap cedera kelahiran karena
distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang tinggi
pada kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatkan
hiperinsulinemia.
2. Periksa adanya glukosa atau keton dan albumin dalam urin ibu dan pantau
tekanan darah.
R/: Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan ketoasidosis yang
dapat mengakibatkan asidosis janin dan potensial cedera susunan syaeaf
pusat.
3. Observasi tanda vital.
R/: Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan sepsis neonatal.
4. Anjurkan posisi rekumben lateral selama persalinan.
R/: Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan kesediaan oksigen
untuk janin.
5. Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan vagina untuk menentukan
kemajuan persalinan.
R/: Persalinan yang lama dapat meningkatkan resiko distres janin.
Kolaborasi :
1. Tinjau hasil tes pranatal seperti profil biofisikal, tes nonstres dan
tes stres kontraksi.
R/: Memberikan informasi tentang cadangan pada plasenta untuk
oksigenasi janin selama periode intrapartal.
2. Pantau atau tinjau ulang hasil dari amniosentesis dan
ultrasonografi.
R/: Memberikan informasi tentang maturasi paru janin
3. kadar glukosa serum maternal dengan finger stick setiap jam, kemudian
setiap 2-4 jam sesuai indikasi.
R/: Peningkatan kebutuhan energi, penurunan kadar glikogen.
4. Observasi frekuensi denyut jantung janin.
R/: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan
variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia janin.
5. Lakukan pemberian cairan dekstrose 5% per parenteral.
R/: Mempertahankan normoglikemia tanpa pemberian glukosa sampai
persalinan aktif mulai.
6. Siapkan untuk induksi persalinan dengan oksitosin atau seksio saesar.
R/: Mendapatkan kelahiran dari bayi sesuai usia gestasi yang tepat.
7. Kolaborasi dengan tim medis lain sesuai indikasi.
R/: Profesionalisasi dapat memberikan bantuan atau tindakan yang tepat.
Dx. VI : Gangguan psikologis: ansietas berhubungan dengan situasi krisis atau
mengancam pada status kesehatan (maternal atau janin).
Kriteria Hasili :
Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan persalinan
Menggunakan strategi koping yang tepat.
Intervensi Keperawatan :
1. Atur keberadaan perawat secara kontinu selama persalina
R/: Meningkatkan kontinuitas asuhan. Pasien dan keluarga perlu
mengetahui bahwa mereka tidak sendiri dan tersedianya tenaga bantuan
dengan segera.
2. Pastikan respon yang ada pada pesalinan dan penatalaksanaan medis. Kaji
keefektifan sistem pendukung.
R/: Memberikan pengkajian dasar untuk perbandingan selanjutnya,
mengidentifikasi kekuatan dan masalah yang potensial.
3. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
R/: Memberikan perasaan kontrol terhadap situasi.
4. Jelaskan semua prosedur tindakan perawatan.
R/: Pengetahuan tentang apa yang terjadi membantu menurunkan rasa
takut
5. Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan perasaan
R/: Suasana terbuka dan mendukung menurunkan intimidasi karena
prosedur atau peralatan.
6. Informasikan kepada keluarga tentang kemajuan persalinan dan keadaan
janin.
R/: Membantu untuk menghilangkan atau meminimalkan rasa khawatir
dan mengembangkan rasa percaya.
DAFTAR PUSTAKA

Bahri. 2019. Deskripsi Faktor resiko Diabetes mellitus gestasional Di Poli


Kandungan RSD Kalisat Jember.
Depkes RI. 2018. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit
Metabolik. Jakarta : Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Dirjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Firdawati, dkk. 2019. Kualitas ANC Terhadap Plasenta Ringan. https://osf.io.
Diakses pada tanggal 29 Maret 2021.
Mitayani. 2020. Asuhan Keperawatan Maternitas/Mitayani. Jakarta: Salemba
Medika
Nurrahmani, Ulfa. 2020. Stop Diabetes. Jogjakarta: Familia
Zainuddin, Ali Imran. 2017 Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Gestasional di
RSIA Siti KhadijahMakassar Periode 2016-Juni2017. Skripsi. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Ardian. 2017. POLA Pengobatan Diabetes Mellitus Gestasional Di Instansi Rawat
Inap RSUD Dr.
Mitayani. 2019. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Medika.
Rahmawati. 2016. Skrining Diabetes Emlitus Gestasional Dan Factor Risiko Yang
Mempengaruhinya
Qomar, U. L., Uli, L., & Kitty, B. (2020). Hubungan Paritas, Umur Dan Usia
Kehamilan Dengan Jarak

Anda mungkin juga menyukai