1. Definisi
kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa
kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. (Rahayu & Rodiani,
2016).
Karena insiden tipe 2 meningkat seiring dengan usia dan dipengaruhi oleh
1
metabolisme glukosa yang merupakan tanda utama diabetes tipe 2
(Cunningham, 2012).
2. Etiologi
tidak efektif. Karena kerja insulin membantu penyerapan glukosa oleh sel-
sel tubuh tidak efektif, akibatnya jumlah glukosa dalam darah meningkat
1. Pola Makan
meningkat.
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut hal itu didominasi defek
2
sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative
meningkat hal ini juga akan memicu naiknya kadar gula di dalam darah.
berlebihan pula.
3
6. Mengkonsumsi karbohidrat berlebihan
diubah menjadi energi dan tidak dapat diubah dalam bentuk glikogen.
Hal ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah tinggi, (melewati batas
pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon hormon untuk proses
3. Klasifikasi
a. Diabetes gestasional
1) Kelas A1
Pasien dengan dua atau lebih nilai abnormal pada tes toleransi glukosa
dengan gula darah puasa yang normal. Kadar glukosa darah harus
4
2) Kelas A2
b. Diabetes pregestasional
1) Kelas B
Awalnya terjadi setelah usia 20 tahun dan durasi penyakit < 10 tahun.
2) Kelas C
Awalnya terjadi di usia 10-19 tahun atau durasi penyakit 10-19 tahun atau
keduanya.
3) Kelas D
Awalnya terjadi pada usia < 10 tahun atau durasi penyakit sudah > 20
4) Kelas F
4. Manifestasi Klinis
kasus) diabetes dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang
cukup untuk menangani gula selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut
5
b. Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)
d. Obesitas
5. Patofisiologi
terjadi gangguan sekresi sel beta pankreas, kegagalan sel beta ini dipikirkan
komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah
tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran
plasenta, dimana sirkulasi janin juga terlibat, terjadi komposisi sumber energi
6
abnormal dapat menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi baik
pada ibu maupun janin. Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin
kemungkinan akan lebih rendah dibanding biasanya. Hal ini juga yang
menjadi alasan beberapa wanita hamil mengalami mual dan muntah jika tidak
ada asupan makanan selama kurun waktu yang lama, misalnya sepanjang
malam.
karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan
7
penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan
sehingga muncul kondisi diabetes. Efek puncak HPL terjadi pada umur
Angka aborsi spontan dan lahir mati juga meningkat. Kematian pembuluh
yang mengakibatkan IUGR dan efek-efek lain. Pada sejumlah besar wanita
kadar insulin dan glukosa, terjadilah pertumbuhan fisik yang dramatis, yang
8
6. Komplikasi
diabetes dalam kehamilan adalah kelainan bawaan, makrosomia (bayi besar >
sindrom gawat napas, dan kematian janin. Faktor maternal (pada ibu) yang
melahirkan, bahu janin dapat tersangkut serta dan peningkatan jumlah operasi
caesar. Hipoglikemia pada bayi dapat terjadi beberapa jam setelah bayi
dilahirkan. Hal ini terjadi karena ibu mengalami hiperglikemia (kadar gula
(diabetic).
9
2) Hidronion
3) Pre-eklamsi
5) Insufisiensi plasenta.
kematian.
7. Pemeriksaan Penunjang
10
ini. Glucose Challenge Screening, pemeriksaan pendahuluan saat usia hamil
efektifitas pemakaian gula oleh tubuh. Karena tidak semua wanita yang tes
pemeriksaan selanjutnya.
Kemudian akan diukur kadar gula darah puasa, selanjutnya ibu hamil
disuruh mengkonsumsi glukosa. Kemudian kadar gula akan diukur setiap jam
selama 3 jam berturut-turut. Berikut ini merupakan hasil GTT yang tidak
Jika hanya satu hasil yang tidak normal, maka ibu hamil dianjurkan
atau 3 tidak normal, maka ibu hamil akan didiagnosis dengan Gestasional
Diabetes Militus dan pada ibu hamil akan dilakukan tindakan pengobatan.
11
8. Penatalaksanaan
a. Penapisan
kehamilannya. Faktor risiko antara lain berat badan yang sangat berlebihan
glukosa atau glikosuria (glukosa dalam air seni), atau riwayat keluarga
kehamilan berusia 24-28 minggu. Jika risiko untuk terjadinya GDM adalah
seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri
12
dirumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin
konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/dl (5,3 mmol/l) sebelum makan
lemak 30%-40% (saturated kurang dari 10%), makan tinggi serat. Kenaikan
berat badan selama kehamilan (weight gain) diusahakan hanyaa sekitar 11-
12,5 kg saja. Program pengaturan gizi dan makanan yang dianjurkan oleh
oleh bagi perempuan dengan berat badan normal pada paruh kedua
Bila Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) lebih dari 30 kg/m2,
13
Gestasional Diabetes Militus juga dianjurkan walaupun pengaruhnya
c. Pemberian insulin
pemeriksaan glukosa atau adanya janin yang besar) atau perempuan yang
mempunyai konsentrasi gula darah yang tinggi harus dirawat lebih seksama
140 mg/dl sampai mencapai kadar glikemi dibawah rata-rata dan hasil 20
konsentrasi gula darah praprandial kurang dari 105 mg/dl, tetapi keadaan
kurang lebih 80 mg/dl (4,4 mmol/l). Oleh karena itu, dalam merancang
d. Penatalaksanaan antepartum
bertujuan untuk:
14
1) Melakukan penatalaksanaan kehamilan trimester ketiga dalam upaya
mencegah bayi lahir mati atau asfiksia, serta menekan sekecil mungkin
15
tulang dan injuri fleksus brachialis. Bayi yang dilahirkan juga beresiko
minggu) dengan cara induksi persalinan atau seksio secaria dilakukan atas
dengan upaya menurunkan berat badan janin di atas 4000 gram atau diatas
terjadinya makrosomia. Bila berat janin diduga lebih dari 4500 gram,
f. Pasca persalinan
Karena sudah tidak ada resisitensi terhadap insulin lagi, maka pada
16
Karena risiko terjadi DM tipe II di kemudian hari meningkat, maka 6
cara pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah
dari 140 mg/dl berarti normal, kadar antara 140-200 mg/dl, berarti ada
melitus). Bila tes ini menunjukan kadar yang normal, maka kadar
glukosa darah puasa dievaluasi lagi setelah 3 tahun. Skrining diabetes ini
hamil menderita diabetes, maka dia berisiko terkena hal yang sama pada
menurun.
17
B. Konsep Masalah Keperawatan
dan gejala yang tidak harus ditemukan, namun dapat mendukung penegak
Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan suatu masalah yang dapat
masalah keperawatan.
18
4. Pathway
19
5. Masalah Keperawatan
kurang tepat.
mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
Intervensi :
aturan diet.
adaptasi
insulin.
20
5) Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester pertama.
terjadinya ketosis.
6) Tinjau ulang dan diskusikan tanda gejala serta kepentingan hipo atau
hiperglikemia.
terjadinya hidramnion.
mempertahankan normoglikemi.
Rasional : Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun bila
21
105 mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam sesudah
kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan
Kriteria evaluasi :
- Tetap normotensif.
- Mempertahankan normoglikemia.
Intervensi :
6 kali sehari.
22
5) Identifikasi kejadian hipoglikemia dan hiperglikemia.
karena aliran glukosa darah dan asam amino yang kontinue pada janin
urin janin.
ancaman hipoglikemia.
8) Siapkan untuk ultrasonografi pada gestesi ke-8, 12, 26, 36 dan 38 untuk
cephalopelvis.
Kriteria evaluasi :
23
- Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium dan
Intervensi :
glukosa yang tidak efektif dalam sel, penggunaan lemak dan protein
untuk energi secara berlebihan dan dehidrasi seluler saat air dialirkan
2) Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan insulin dan
menjadi dua kali dan empat kali selama trimester kedua dan ketiga.
optimal.
24
4) Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan ringan.
ketoasidosis.
25
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2018). Data Riset Kesehatan Dasar. Hasil Utama Riskesdas , 146.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: dewan pengurus pusat PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.
26