Anda di halaman 1dari 15

1.

Pengertian
Scabies merupakan penyakit infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh
masuknya organisme dan adanya sensitisasi sarcoptes scabei var homonis ternasuk ordo
acariformes, family sarcoptidae, Genus sarcoptes (Maulina 2016).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei, hal ini
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit parit di dalam epidermis sehingga
menimbulkan gatal gatal dan merusak kulit penderita (Loetfia 2012). Terjadinya penyakit
ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor sosial ekonomi rendah, kontak
dengan penderita baik langsung maupun tidak langsung maupun kebiasaan hygenis buruk.
Penyakit ini dapat menyerang manusia secara berkelomok, apabila ada salah satu dari
anggota keluarga terkena Scabies, maka seluruh anggota keluarga kebiasaanya juga akan
terkena infeksi. (Djuanda, dan Akmal, 2013)
Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh investasi
kutu sarcoptes scabei membuat terowongan pada stratum korneum kulit, terutama pada
tempat predileksi (Loetfia 2012) Sarcoptes scabei adalah parasit yang termasuk dalam
filum artropoda (serangga). Secara morfolik, merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung, dan perutnya rata. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa Scabies adalah penyakit kulit diakibatkan oleh kuman sarcoptes
scabei var hominis utamanya dirasakan pada malam hari dengan rasa gatal hebat di
tangan, kelamin, dan beberapa lipatan kulit ditubuh.
2. Etiologi
Scabies disebabkan oleh tungau sarcoptes scabei. Infrestasi tungau ini mudah
menyebar ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui kontak fisik dan sering
menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah tungau ini ukurannya cukup besar
sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan sering menular diantara orang orang
yang tidur bersama. Kadang tungau ditularkan melalui pakaian, sprei dan benda-benda
lainnya yang digunakan secara bersama-sama, masa hidupnya sangat sebentar dan pencucian
biasa bisa menghilangkan tungau ini. Tungau betina membuat terowongan dibawah lapisan
kulit paling atas dan menimpa telurnya dalam lubang. Beberapa hari kemudian akan menetas
tungau muda (larva), infeksi menyebabkan gatal-gatal hebat, kemungkinan merupakan suatu
reaksi terhadap tungau. (Susanto Clevere, 2013)
3. Manifestasi Klinik
4. Preuritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu lembab dan panas.
5. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam sebuah keluarga, sehingga seluruh
keluarga terkena infeksi, di asrama, atau pondokan. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang
padat penduduknya, sebagian besar tetangga berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
Walaupun seluruh anggota keluarga mengalami investasi tungau, namun tidak memberikan gejala.
Hal ini dikenal sebagai hiposensititasi. Penderita bersifat sebagai pembawa (carrier)
6. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat tempat predileksi berwarna putih atau keabu-abuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok kelok, rata rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan
papul atau vasikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorf (putsul, ekskoriasi, dan
lain-lain). Namun, kunikulus biasanya sukar terlihat, karena sangat gatal pasien selalu menggaruk,
kulikulus dapat rusak karenanya. Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum tipis, yaitu sela sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae, umbikulus bokong,
genetalia eksterna, dan perut bagian belakang. Pada bayi, dapat menyerang telapak tangan, telapak
kaki, wajah dan kepala.
7. Menemukan tungau merupakan hal paling menunjang diagnosis. Dapat ditemukan satu atau lebih
stadium hidup tungau. Selain tungau dapat ditemukan telur dan kotoran (skibala) (Linuwih Sri,
2017) Untuk gejala, ciri khas dari Scabies adalah gatal gatal hebat, biasanya semakin memburuk
pada malam hari. Lubang tungau tampak sebagai garis bergelombang dengan panjang sampai 2,5
cm, kadang pada ujungnya terdapat bruntus kecil. Lubang/trowongan tungau atau gatal-gatal
sering ditemukan dan dirasakan di sela-sela jari, pergelangan tangan, dan seperti yang disebutkan
diatas. Infeksi jarang mengenai wajah, kecuali pada anak-anak dimana lesinya muncul sebagai
lepuhan berisi air. Lama-lama terowongan ini sulit untuk dilihat karena tertutup oleh peradangan
terjadi akibat pengarukan (susanto clevere, 2013)
8. Patofisiologi
Kutu Scabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi mereka
bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan paling efisien adalah melalui kontak
langsung dan lama dengan seorang individu terinfeksi. Kutu Scabies dapat bertahan
hingga tiga hari pada kulit manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian
merupakan sumber alternatif untuk terjadinya suatu penularan. Siklus hidup dari kutu
berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam epidermis manusia. Setelah melakukan
kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan membuat liang ke dalam lapisan
kulit dan meletakkan total 60-90 telur. Telur menetas membutuhkan 10 hari untuk
menjadi larva dan kutu dewasa. Kurang dari 10% dari telur dapat menghasilkan kutu
dewasa. Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit Scabies, termasuk pasien
dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons imun sekunder
terhadap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya adalah gangguan motorik akibat
kerusakan saraf yang menyebabkan ketidakmampuan untuk menggaruk dalam
menanggapi pruritus sehingga menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan
kutu pada epidermis dan menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu betina. (Arif
Muttaqin, Kumala Sari, 2013)
9. Pathway
10. Pemeriksaan Penunjang
Penemuan tungau pada pasien merupakan suatu hal yang paling diagnostik, maka
dari itu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang untuk menemukan tungau
jika kondisi pasien masih meragukan. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan
tungau karena anamnesis dan pemeriksaan fisik saja sudah dapat menegakkan diagnosis
dan menyingkirkan diagnosis banding dan juga karena terdapat keterbatasan alat. Adapun
cara yang bisa dilakukan sesuai dengan tinjauan pustaka yakni:
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau
vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca obyek, lalu
ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
11. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat
dengan kaca pembesar.
12. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis
dengan pisau dan diperiksa denga mikroskop cahaya.
13. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.
14. BIT (Burrow Ink Test) bisa juga menjadi indikasi terdapatnya scabies. Area yang dicurigai
dioleskan atau digoreskan tinta kemudian hapuskan dengan alcohol. Pada penderita scabies maka
akan terdapat garis zig-zag pada persilangan terhadap terowongan.
Pada pasien ini dari anamnesis sudah ditemukan dua tanda kardinal dan pada
pemeriksaan fisik ditemukan lesi yang sesuai dengan predileksi yang sesuai pula,
sehingga anamnesa dan pemeriksaan fisik saja sudah dapat menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan penunjang yang diusulkan dikerjakan
bila keadaan meragukan. Direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan nomor dua
dan nomor lima apabila terjadi keterbatasan alat.
15. Penatalaksanaan
1. Salep yang mengandung asam salisilat dan sulfur selama 3-4 hari, kemudian dapat
diulang setelah satu minggu.
16. Salep yang mengandung Benzoas benzilicus selama 3 malam kemudian dapat diulangi setelali
satu minggu
17. Salep yang mengandung Gamma benzene hexachlorida selama 1 malam, kemudian dapat
diulangi setelah satu minggu.
18. Malathiom 0,5% dalam basis air berfungsi sebagai skabisid dioleskan pada kulit dalam 24 jam.
Aplikasi kedua bisa diulang beberapa hari kemudian.
19. Krim permethrin 5% (terbaik, dapat untuk semua umur dan wanita hamil). Dioleskan pada
seluruh tubuh dari leher kebawah dan dicuci setelah 8-14 jam, merupakan obat paling efektif bila
terjadi kegagalan pengobatan dengan Gamma Benzene Hexachloride 1%
20. Semua baju dan alat alat tidur dicuci dengan air panas serta mandi dengan sabun
21. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah berkontak dengan penderita harus diperiksa dan
bila juga menderita Scabies juga diobati bersamaan agar tidak terjadi penularan kembali.
22. Keluhan gatal dapat diberi antihistamin dengan setengah dosis biasanya. Infeksi sekunder dapat
diberi antibiotika.
23. Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat timbul menurut (Puspasari 2018) yaitu:
1. Urtikaria
Peradangan dan pembengkakan pada permukaan kulit. Kondisi ini terjadi ketika
tubuh terpapar zat atau benda tertentu yang mengakibatkan sistem kekebalan tubuh
melepaskan histamin. Zat histamin inilah yang kemudian menimbulkan gejala-gejala
urtikaria
24. Infeksi Sekunder
Infeksi sekunder adalah infeksi pada kulit yang muncul bersamaan
dengan infeksi kulit yang sebelumnya sudah ada. Pada umumnya, infeksi
sekunder disebabkan karena menggaruk luka/infeksi yang sudah terjadi sebelumnya.
25. Folikulitis
Infeksi pada satu atau beberapa kantong tempat rambut tumbuh (folikel).
26. Furunkel
Benjolan menyakitkan berisi nanah di bawah kulit yang disebabkan oleh folikel
rambut meradang terinfeksi.
27. Infiltrat
Infiltrat adalah suatu substansi yang lebih padat dibandingkan udara. Contohnya
adalah adanya protein, nanah, darah, dan lain-lain yang ada di jaringan parenkim
paru. Pada foto rontgen, paru yang tampak bersih terlihat berwarna hitam.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang meliputi nama, jenis
kelamin, suku, tanggal lahir, alamat, agama, dan tanggal pengkajian
28. Keluhan Utama
Klien dengan penyakit scabies biasanya datang dengan keluhan utama gata-gatal.
29. Riwayat penyakit
30. Keluhan Utama
Pada kasus scabies umumnya klien mengeluh gatalnya lebih meningkat pada malam
hari.
31. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena
garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
32. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah klien sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama. Etiologi
scabies adalah Sarcoptes scabiei berupa tungau yang bisa berpindah-pindah. Maka
pada klien dengan penyakit scabies ada kemungkinan penyakit bisa muncul kembali
apabila klien tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Penyakit juga bisa
muncul kembali karena kontak dengan anggota keluarga atau orang lain yang
menderita scabies.
33. Riwayat Kesehatan Keluarga
Salah satu manifetasi klinis dari penyakit scabies adalah umumnya ditemukan pada
sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota keluarga. Jadi pada klien
dengan penyakit scabies harus dikaji tentang anggota keluarga yang lain.
34. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis. Kemudian dikaji juga apakah klien paham tentang
penyakitnya.
35. Kulit
Lakukan inspeksi pada kulit klien dengan memperhatikan warna kulit, perubahan
warna kulit. Lakukan palpasi untuk memeriksa temperatur, kelembaban, tekstur, dan
elastisitas. melakukan observasi untuk mengetahui apakah ada gejala lain yang
berhubungan dengan lesi misalnya gatal, kronologi terjadinya lesi
36. Pola Persepsi Terhadap Kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeli obat di toko obat terdeat atau apabila tidak
terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
37. Pola Aktivitas
Aktivitas latihan selama sakit :Aktivitas 0 1 2 3 4, Makan, Mandi, Berpakaian,
Eliminasi, Mobilisasi di tempat tidur
38. Pola Istirahat
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam
hari.
39. Pola Eliminasi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-
5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
40. Diagnosa Keperawatan
1. D.0077. Nyeri Akut
2. D.0129. Gangguan Integritas kulit/Jaringan
3. D.0055. Gangguan Pola Tidur
41. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 D.0077. Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
Nyeri Akut selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat nyeri
Observasi
menurun dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun 42. Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif menurun 43. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Gelisah menurun Terapeutik
SLKI PPNI 2019 (L.08066) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri)
44. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab periode dan pemicu
nyeri
45. Jelaskan strategi meredakan nyeri
46. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 D.0129. Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Gangguan Integritas selama 3 x 24 jam diharapkan integritas Observasi
kulit/Jaringan kulit membaik dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas
1. Kerusakan jaringan menurun
kulit (mis. perubahan sirkulasi, perubahan
2. Kerusakan lapisan kulit menurun
status nutrisi, penurunan kelembaban,
3. Nyeri menurun
suhu lingkungan ekstrem, penggunaan
SLKI PPNI 2019 (L.14125)
mobilitas)
Terapiutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
47. Lakukan pemijatan pada area penonjolan
tulang, jika perlu
48. Bersihkan perineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
49. Gunakan produk berbahan petrolium
atau minyak pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
lotion, serum)
50. Anjurkan minum air yang cukup
51. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
52. Anjurkan meningkatkan asupan buah
dan sayur
3 D.0055. Setelah dilakukan asuhan keperawatan Terapi Relaksasi (I.09326)
Gangguan Pola Tidur selama 3 x 24 jam diharapkan pola tidur Observasi
meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
1. Keluhan sulit tidur menurun ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
2. Keluhan tidak nyaman menurun gejala lain yang mengganggu kemampuan
3. Gelisah menurun kognitif
SLKI PPNI 2019 (L.08064) 53. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
54. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
55. Gunakan pakaian longgar
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang tersedia (mis. musik,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2013. P. 122-3.
Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W (eds).
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017. P. 137-
40.
Fina, Scolastika. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Integumen. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
SDKI DPP PPNI.(2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator.
Jakarta: DPP PPNI
SIKI DPP PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator.
Jakarta: DPP PPNI
SLKI DPP PPNI.(2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator. Jakarta:
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai