Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Skabies merupakan salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai
di Negara berkembang. Skabies disebabkan oleh infestasi parasit obligat pada
manusia yaitu tungau Sarcoptes Scabiei pada jaringan epidermis kulit manusia.
Tungau skabies tidak menimbulkan suatu manifestasi berupa infeksi, namun
tungau scabies dapat menyebab rasa gatal sehingga dapat terjadi infeksi akibat
dari aktivitas menggaruk. Skabies merupakan penyakit menular, terutama pada
orang yang hidup di lingkungan yang padat dan juga pada lingkungan dengan
higenitas yang rendah. 1

Penularan skabies dapat terjadi melalui kontak yang intens atau dalam
jangka waktu yang lama, baik secara langsung seperti hubungan seksual ataupun
tidak langsung seperti penggunaan handuk bersamaan, ataupun tidur bersama.
Sarcoptes Scabiei merupakan kelas Arachnida, subclass Acari, ordo Astigmata,
Famili Sarcoptidae. Dengan ukuran tungau betina mencapai 0,3-0,4 mm dan
ukuran tungau jantan adalah setengah dari ukuran betina. Tungau Skabies dewasa
memiliki 4 kaki, berbentuk oval dengan punggung cembung dan perut rata, dan
tidak berwarna.2

Skabies biasanya ditandai dengan ciri khasnya yaitu gatal pada malam
hari, dan adanya terowongan yang ujung dari terowongan tersebut dapat berupa
papul maupun vesikel. Skabies dapat terjadi di seluruh bagian tubuh jarang pada
wajah dan leher, predileksi terbesar penyakit ini pada tangan, kaki, sela-sela jari,
lipatan ketiak, lipatan siku, lipatan dada, perut bagian bawah, pantat maupun
lipatan paha.2 Diagnosis skabies dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
yang dikonfirmasi dengan Scrap Test atau menggerus ujung dari terowongan dan
melihat dibawah mikroskop untuk mengkonfirmasi adanya tungau.3

Penanganan skabies dapat berupa pemberian agen topikal ataupun oral dan
juga dengan menjaga kebersihan.3 Selain itu hal terpenting untuk memutus rantai
penularan adalah pengobatan kepada seluruh anggota keluarga dan pembersihan
lingkungan tempat tinggal. Seperti perendaman pakaian dan material yang kontak

1
dengan penderita di dalam air panas, menjemur kasur di bawah sinar matahari,
dan juga mengatur pencahayaan yang cukup ke setiap ruangan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Skabies adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi tungau
Sarcoptes Scabiei pada kulit manusia. Bermanifestasi sebagai lesi popular,
pustule, vesikel, bahkan erosi serta krusta dan terowongan berwarna abu-abu
yang disertai dengan keluhan subyektif sangat gatal pada malam hari. Lesi
tersebut ditemukan terutama pada daerah lipatan, yang penularannya terjadi
secara kontak langsung maupun tidak langsung.4

Gambar 2.1 Skabies pada tangan

Gambar 2.2 Skabies pada perut bagian bawah

3
3
Gambar 2.3 Skabies pada kemaluan

2.2 Epidemiologi

Penyakit ini memiliki insidensi yang cukup tinggi pada Negara Berkembang.
Skabies dapat terjadi baik pada anak-anak hingga orang tua terutama pada
orang yang hidup di tempat dengan tingkat hygiene yang rendah. 5 Sekitar 300
juta penduduk dunia diperkirakan menderita skabies. Skabies dapat mengenai
semua kelas sosioekonomi, lebih sering pada daerah yang berpenduduk padat.
Angka kejadian skabies terbukti lebih pada musim dingin daripada musim
panas. Angka kejadian skabies terus meningkat selama 2 dekade terakhir
dengan kejadian yang tinggi pada rumah perawatan, penjara, dan ruang rawat
di rumah sakit. 5

2.3 Etiologi

Skabies disebabkan oleh Sarcoptes Scabiei, secara morfologi merupakan


tungau kecil, memiliki 4 pasang kaki, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata. Tungau ini berukuran mencapai 0,3-0,4 mm untuk
tungau betina dan ukuran tungau jantan adalah setengah dari ukuran betina.
Tungau ini tidak dapat dilihat secara langsung oleh manusia. Tungau ini
4
menghabiskan 30 hari siklus kehidupannya di atas epidermis manusia.
Setelah perkawinan antara tungau jantan dan betina di atas kulit maka tungau
betina akan membuat terowongan hingga stratum korneum manusia dalam
waktu sekitar 20 menit. Tungau betina akan meletakkan telurnya pada stratum
korneum kurang lebih 3 butir per hari. Telur dapat menetas dalam waktu 4
hari. Proses dari telur menjadi tungau dewasa membutuhkan waktu kurang
lebih 2 minggu. Tungau betina akan mati dalam waktu 6 minggu sedangkan
tungau jantan akan jatuh dari kulit dan mati setelah perkawinan. Tungau
dapat bertahan hidup selama 3 hari di luar tubuh manusia. 5 Penularan tungau
ini dapat terjadi dengan kontak langsung maupun tidak langsung.3, 5

2.4 Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan juga oleh penderita sendiri akibat garukan.
Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta
tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat
itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta,
dan infeksi sekunder.6

2.5 Gejala Klinis

Terdapat 4 tanda kardinal:

1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan oleh
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab.

2. Penyakit ini menyerang manusia yang hidup berkelompok, misalnya


dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perumahan yang padat penduduknya, sebagian
besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya
terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala maka penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

5
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan. Berbentuk garis lurus atau berkelok
dengan rata-rata panjangnya 1 cm pada ujung terowongan ditemukan
papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder maka ruam kulitnya akan
menjadi polimorf (pustul, eksokoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak,
bokong, area genitalia eksterna (pria), dan juga perut bagian bawah. Pada
bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

Gambar 2.4 Gambaran terowongan pada skabies (difoto dengan resolusi


tinggi dan diperbesar 150 kali)

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat


menemukan satu atau lebih tungau.6

2.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan penunjang. Diagnosis juga dapat ditegakkan apabila menemukan
2 dari 4 tanda kardinal.
1. Anamnesis
Penderita datang dengan keluhan terdapat papul ataupun vesikel berisi
cairan bening yang terasa gatal pada malam hari.

6
2. Pemeriksaan Fisik
Terlihat terowongan berwarna putih atau keabu-abuan berbentuk garis
lurus atau berkelok dengan panjang rata-rata 1 cm dan pada ujungnya
terdapat papul ataupun vesikel. Kadang pula terdapat pustule apabila
terjadi infeksi sekunder.
3. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
penunjang yaitu scrap test. Scrap test adalah penggerusan pada ujung
terowongan lalu meletakkan hasil gerusan pada kaca preparat dan
melihat di bawah mikroskop.7

Gambar 2.5 Tungau Sarcoptes Scabiei

2.7 Diagnosis Banding

2.7.1 Prurigo

Merupakan erupsi papular kronik dan rekurens yang ditandai dengan


papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah dengan keluhan sangat
gatal tidak hanya pada malam hari dan apabila digaruk akan menimbulkan
krusta. Tempat predileksinya di ekstremitas bagian ekstensor kadang disertai
dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.

2.7.2 Dermatitis Atopi

Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal


berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dan riwayat atopi pada keluarga.
7
2.7.3 Pedikulosis Korporis

Merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh Pediculus humanus var


corporis yang menyerang orang dengan tingkat higenitas yang rendah.
Dengan gejala dominan yaitu gatal dan akibat dari garukan akan
menyebabkan terbentuknya infeksi sekunder berupa krusta.6

2.8 Penatalaksanaan

1. Sulfur presipitatum dengan kadar 4-20% dalam bentuk krim. Tidak efektif
untuk memberantas telur kutu, dan penggunaan tidak boleh kurang dari 3
hari. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang
dapat menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berusia kurang dari 2
tahun dan ibu hamil.

2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%), efektif untuk semua fase hidup kutu.


Diberikan setiap malam selama tiga hari. Namun obat ini sulit diperoleh
kadang terasa semakin gatal setelah dipakai dan sering menimbulkan
iritasi.

3. Gama Benzena Heksa Klorida (Gameksan) kadar 1% dalam bentuk krim


atau losio. Termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua fase hidup
kutu, mudah digunakan dan jarang menimbulkan iritasi. Obat ini tidak
dianjurkan untuk anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena bersifat
toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali
jika masih ada gejala maka diulangi seminggu kemudian.

4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan
dari mata, dan juga mulut.

5. Permethrin dengan kadar 5% dalam bentuk krim, bersifat less toxic


dibandingkan dengan gameksan namun memiliki efektivitas yang sama.
Aplikasinya hanya sekali dan dibilas setelah 10 jam. Tidak dianjurkan
untuk bayi di bawah umur 2 bulan.6

8
2.9 Prognosis
Sejak ditemukan obat scabicide untuk menangani skabies, angka kesembuhan
penyakit skabies hampir dapat dipastikan. Hal ini juga dibantu dengan upaya
pencegahan atau pemutusan rantai penularan dengan memberikan KIE
kepada pasien untuk melakukan pengobatan dengan komunitas yang berisiko
tinggi dan peningkatan higenitas lingkungan. Sikap kooperatif pasien sangat
diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi. Maka dari itu risiko
penularan mungkin saja terjadi. Namun hal ini dapat menurun untuk kondisi
tertentu seperti pada orang dengan sistem imun yang rendah yang dapat
mengalami Norwegian scabies, dengan perkembangan penyakit yang sangat
cepat dan sangat menular.5

9
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : ZM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 13 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Denpasar, 28 Maret 2004
Alamat : Jl. Maruti GG II No 26 Dauh Puri Kaja Denpasar
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum menikah
No Rekam Medik : 147796
Tanggal Pemeriksaan : 4 September 2017
3.2 Anamnesis
1) Keluhan Utama
Gatal pada sela-sela jari tangan kanan dan kiri.

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantar ibunya ke poli kulit dan kelamin RS Mata Bali Mandara
pada tanggal 4 September 2017 dengan keluhan terasa gatal pada sela-sela
jari tangan kanan dan kiri, sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan awalnya hanya ada satu benjolan merah berisi cairan bening di
tangan saja namun beberapa hari kemudian benjolan bertambah banyak dan
benjolan bertambah di daerah tangan. Benjolan dirasakan sangat gatal pada
malam hari, sehingga pasien menggaruk benjolan tersebut dan menjadi luka.

3) Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mendapat penanganan untuk mengatasi keluhannya ini.

10
10
4) Riwayat Alergi
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
obat dan makanan, pasien tidak memiliki riwayat asma, ataupun riwayat
sering pilek pada pagi hari atau saat udara dingin.

5) Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyatakan tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Pasien tidak pernah menderita asma, hipertensi, penyakit ginjal, diabetes
melitus, liver dan jantung.

6) Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Kedua adik laki-laki dalam keluarga pasien juga mengalami keluhan serupa
dengan pasien. Riwayat keluarga menderita asma, hipertensi, diabetes
mellitus, ataupun penyakit sistemik lainnya disangkal oleh pasien.

7) Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang pelajar tingkat SMP yang tinggal di asrama
pesantren. Selama di asrama, pasien tinggal satu kamar dengan 24 orang
siswa lainnya dengan tempat tidur yang sama (tidak terpisah). Pasien
mengaku beberapa teman sekamarnya juga menderita keluhan yang sama
sebelumnya, termasuk salah satu adik pertama pasien yang juga siswa di
sekolah yang sama dan tidur di kamar yang sama dengan pasien. Pasien
mandi 2 kali sehari dengan sabun batang. Pasien dan adik pertamanya sering
menggunakan handuk secara bergantian. Ketika pasien berada di rumah,
pasien sering bermain dengan kedua adiknya, dan kini adik keduanya juga
mengalami keluhan yang serupa.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present
Keadaan Umum : Baik

11
Kesadaran : Compos mentis GCS E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Temperatur aksila : 36,5oC

Status General
Kepala : normocephali, rambut warna hitam tidak beruban
Mata : anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+, isokor
THT : tonsil T1/T1, faring hiperemi (-)
Thorak : Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pul : ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : distensi (-), BU (+) normal
Ekstremitas : edema (-/-), hangat (+/+), kemerahan (-/-)

Status Dermatologi

1. Lokasi : Manus Dextra et Sinistra

Efloresensi : Papul dengan dasar eritema, multiple, berbatas tegas


berbentuk bulat, berukuran diameter 0,5-1 cm, pada beberapa tempat
ditutupi krusta.

12
Gambar 3.1 Lesi pada manus dextra et sinistra

2. Lokasi : Digiti Manus Dextra et Sinistra


Efloresensi : Papul dengan dasar eritema, multiple, berbatas tegas
berbentuk bulat, berukuran diameter 0,5-1 cm, pada beberapa tempat
ditutupi krusta.

Gambar 3.2 Lesi pada digiti manus dextra et sinistra

Mukosa : hiperemis (-)


Rambut : rambut rontok (-), warna hitam
Kuku : pitting nail (-), rapuh (-)

13
Fungsi kelenjar keringat : tidak dikerjakan
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
Saraf : penebalan saraf (-), parastesi (-)

3.4 Diagnosis Banding

1. Skabies
2. Prurigo
3. Dermatitis Atopi

3.5 Pemeriksaan Penunjang : -

3.6 Resume
Pasien berjenis kelamin laki-laki, umur 13 tahun, pekerjaan pelajar dengan
keluhan utama gatal karena terdapat benjolan dengan dasar berwarna
kemerahan pada sela-sela jari tangan kanan dan kirinya kurang lebih satu
bulan yang lalu. Awalnya benjolan merah hanya ada di sela-sela jari tangan
kanan saja namun beberapa hari kemudian bertambah banyak dan benjolan
menyebar ke tangan kanan dan kiri. Benjolan dirasakan semakin hari semakin
gatal terutama pada malam hari hingga mengganggu tidur pasien. Pada
pemeriksaan fisik terhadap pasien ditemukan:
- Status present : dalam batas normal
- Status general : dalam batas normal
- Status dermatologis :

14
Pada regio manus dextra et sinistra terdapat papul dengan dasar
eritema, multiple, berbatas tegas berbentuk bulat, berukuran diameter
0,5-1 cm, pada beberapa tempat ditutupi krusta.
Pada regio digiti manus dextra et sinistra terdapat papul dengan dasar
eritema, multiple, berbatas tegas berbentuk bulat, berukuran diameter
0,5-1 cm, pada beberapa tempat ditutupi krusta.

3.7 Diagnosis Kerja


Skabies

3.8 Penatalaksanaan
1) Medikamentosa
Topikal:
- Permethrin 5% aplikasikan 1 kali biarkan selama 10 jam lalu bilas

- Inerson + chloramphenicol 2% cream topical (dioles ditempat yang gatal)


tiap 12 jam

2) Non- Medikamentosa
KIE :
- Memberi pengertian bahwa penyakit yang diderita pasien merupakan
penyakit menular sehingga pasien harus bisa mencegah penularan dengan
cara tidak saling bertukar pakaian dan handuk. Cuci sprei dan baju pasien
secara terpisah.
- Memberi informasi bahwa pengobatan akan efektif jika dilakukan pada
seluruh kelompok yang ada pada lingkungan yang sama dengan pasien
untuk memutus rantai penularan, dalam hal ini adalah teman sekamar
pasien di asrama pesantren.
- Merendam segala pakaian, sprei, atau bahan yang terbuat dari kain yang
kontak dengan pasien di air panas.
- Menjemur kasur di bawah sinar matahari.
- Senantiasa menjaga kebersihan tubuh dengan mandi 2 kali sehari
menggunakan sabun antiseptik, dan mengganti pakaian 2 kali sehari.

15
- Setelah mandi, pasien disarankan untuk mengelap bagian lipatan tubuh
dengan tujuan menghindari kelembapan berlebih.
- Menjaga kebersihan lingkungan. Hindari menggaruk dan memencet lesi,
memakai obat teratur dan kontrol setelah 1 minggu.

3.9 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubius ad Bonam
Ad Kosmetika : Dubius ad Bonam

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis skabies ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,


dan pemeriksaan penunjang dari gejala klinis yang dikeluhkan oleh pasien. Pasien
laki-laki berumur 13 tahun mengeluh gatal karena terdapat benjolan dengan dasar
berwarna kemerahan pada sela-sela jari tangan kanan dan kirinya kurang lebih
satu bulan yang lalu. Dari keluhan utama, diagnosis bisa diarahkan kepada
skabies, prurigo, dermatitis kontak, dan dermatitis atopi. Anamnesis lebih lanjut
didapatkan bahwa pasien mengatakan awalnya benjolan merah hanya ada di sela-
sela jari tangan kanan saja namun beberapa hari kemudian bertambah banyak dan
benjolan menyebar ke tangan kanan dan kiri. Benjolan dirasakan semakin hari
semakin gatal terutama pada malam hari hingga mengganggu tidur pasien.
Berdasarkan teori, salah satu tanda kardinal dari skabies adalah rasa gatal pada
malam hari. Predileksi dari skabies yaitu pada daerah lipatan atau daerah yang
memiliki stratum korneum yang tipis.6
Pemeriksaan fisik didapatkan status present dan general dalam batas
normal. Pemeriksaan dermatologi didapatkan lesi pada daerah manus dextra dan
sinistra berupa papul dengan dasar eritema, multiple, berbentuk bulat batas tegas,
berukuran diameter 0,5-1 cm, pada beberapa tempat ditutupi krusta. Pada daerah
digiti manus dextra dan sinistra berupa papul dengan dasar eritema, multiple,
berbentuk bulat batas tegas, berukuran diameter 0,5-1 cm, pada beberapa tempat
ditutupi krusta. Pada pemeriksaan fisik ditemukan juga terowongan (kunikulus)
yang berwarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus ataupun berkelok dengan
rata-rata panjangnya 1 cm yang diujungnya berupa vesikel. Hal ini sesuai dengan
teori yaitu penderita skabies datang dengan keluhan terdapat papul ataupun
vesikel yang sangat gatal pada malam hari, dan terdapat terowongan pada daerah
predileksi. 6
Diagnosis banding pada kasus ini disingkirkan hanya melalui anamnesis,
dan pemeriksaan fisik saja tanpa dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan teori, pemeriksaan penunjang untuk skabies yaitu scraping test. Pada
hasil scraping test, skabies biasanya menunjukkan tungau Sarcoptes Scabiei.

17
16
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan juga dapat ditegakkan dengan
menemukan 2 dari 4 tanda kardinal.6
Diagnosis banding pada kasus ini yaitu prurigo, dan dermatitis atopik.
Berdasarkan teori, skabies merupakan infeksi yang disebabkan oleh tungau
Sarcoptes Scabiei yang ditandai dengan adanya terowongan berujung papul atau
vesikel dengan panjang rerata 1 cm. 7 Sedangkan, prurigo belum diketahui
penyebab pastinya dan ditandai oleh papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk
kubah terutama terdapat di ekstremitas bagian ekstensor. Selain itu, daerah
predileksinya berbeda dengan skabies yaitu pada lipatan ketiak, lipat paha, pantat,
sela-sela jari atau dibawah payudara.2 Tidak adanya riwayat atopik pada pasien
dan keluarga juga membedakannya dengan dermatitis atopik.6

Pengobatan topikal, diberikan permethrin kadar 5% karena memiliki


efektivitas yang sama dengan gameksan tetapi kurang toksik. Inerson +
chloramphenicol 2% cream topical (dioles ditempat yang gatal) tiap 12 jam untuk
meredakan keluhan gatal agar pasien tidak menggaruk dan menimbulkan infeksi
sekunder. Selain itu pengobatan permethrin harus dilakukan pada satu keluarga
dan terutama pada teman satu kamar pasien di pesantren karena penyakit ini
merupakan penyakit menular dan kemungkinan keluarga serta teman sekamar
pasien di pesantren sudah tertular atau bahkan merupakan sumber yang
menularkan kepada pasien. Maka selain pengobatan farmakologis, KIE juga
sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada pasien mengenai cara
memutus rantai penularan. Selain itu, perlu dilakukan pembersihan lingkungan
seperti menjemur kasur di bawah sinar matahari, merendam pakaian dan barang
berbahan kain di air panas, dan hindari menggunakan handuk bergantian.1

18
BAB V
SIMPULAN

Kasus ini terjadi sesuai dengan teori. Kasus skabies terjadi pada anak laki-
laki usia 13 tahun yang tinggal di pesantren. Diagnosa ditegakan melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan penunjang. Pasien diberi
terapi medikamentosa topikal Permethrin kadar 5% krim dan Inerson +
chloramphenicol 2% cream topical (dioles ditempat yang gatal) tiap 12 jam.
Pasien dan keluarga diberi edukasi mengenai penyakitnya, resiko penularan, dan
cara mencegah rekurensi. Pasien diharapkan kontrol kembali setelah 7 hari untuk
melihat respon pengobatan.

19
18
DAFTAR PUSTAKA

1. D, Gould. Prevention, Control and Treatment of Scabies. Nursing Standard.


November 2009 42-46.
2. Gunning, Karen et all. Pediculosis and Scabies: Treatment Update. Indian
Journal of Clinical Practice vol 24 No 3. August 2013.
3. Hay, J.R et all. Scabies In The Developing World: Its Prevalence,
Complications and Management. Clinical Microbiology and Infection. April
2012.
4. Azizah, Ifa Nur et all. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Pemulung Tentang
Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies pada Balita di Tempat
Pembuangan Akhir Kota Semarang. Dinamika Kebidanan. Januari 2011.
5. Fitzpatrick, Freedberg. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi
VII. United Stated of America. The McGraw-Hill Companies. 2008.
6. Handoko Ronny P. Skabies In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Hal 122.
7. Golant, Alexandra et all. A Review of Diagnosis and Management Based on
Mite Biology. Skin Disorders vol 33 No 1. January 2012.

20

Anda mungkin juga menyukai