Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN AKIBAT PARASIT (SCABIES)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
tugas makalah ini alhamdulillah tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada rasul yang mulia, Muhammad shallaullahu ‘alaihi
wasallam.
Penyusunan makalah ini dilakukan dengan mengambil referensi dari
berbagai sumber, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempuruna, karena keterbatasan referensi baik dari buku, maupun dari
(internet).
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
untuk hasil yang lebih baik. Harapan saya semoga makalah ini bermanfaat
terutama bagi penulis dan untuk semua yang membaca.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
B.     Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN
A.    Pengertian scabies
B.     Etiologi scabies
C.    Manifestasi klinis scabies
D.   Patofisiologi scabies
E.    Penatalaksanaan scabies
F.     Asuhan keperawatan

BAB III : PENUTUP


A.    Kesimpulan
B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang


Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan
sensititsasi terhadap sarcoptes scabiei var huminis dan produknya. Sinonim
dari penyakti ini adalah kudis.
Penyakti scabiei merupakan penyakti menular oleh kutu tuma gatal
sarcoptes scabiei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6
sampai 1,2 cm.
Akibatnya, penyakti ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan udem yang
disebabakan oleh garukan.

B.    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Menjelaskan pengertian scabies
2.      Menjelaskan etiologi scabies
3.      Menjelaskan manifestasi klinis scabies
4.      Menjelaskan patofisiologi scabies
5.      Menjelaskan penatalaksanaan scabies
6.      Menjelaskan asuhan keperawatan scabies

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis
sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit penderita. (Soedarto,
1992).

Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh
investasi kutu sarcoptes scabiei var homini yang membuat terowongan pada
stratum korneum kulit, terutama pada tempat predileksi (Wahidayat, 1998).

Scabies merupakan investasi kulit oleh kutu sarcoptes scabiei yang


menimbulkan gatal. Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang miskin
yang hidup dengan kondisi higiene dibawah standar sekalipun juga sering
tedapat diantara orang–orang yang sangat bersih. Scabies sering dijumpai
pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun demikian, infestasi parasit ini
tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering
menjangkiti jari-jari tangan, sentuhan tangan dan menimbulkan infeksi. Pada
anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau atau
saling berganti pakaian dengannya dapat menjadi sumber infeksi. Petugas
kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien scabies
dapat pula terinfeksi.

B.    Etiologi
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini. Kutu betina yang
dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superfisial kulit dan berada
disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir dan tajam perluas
dari persendian kaki depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan
dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3 butir sehari sampai selama 2 bulan.
Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur) menetas dalam waktu 3 hingga
4 hari dan berlanjut hingga stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu
dewasa dalam tempo sekitar 10 hari.

Cara penularan (transmisi) penyakit penyakit ini ada dua macam, yaitu
secara langsung dan tidak langsung :
1.      Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan hubungan sekseual.
2.      Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dll.

C.    Manifestasi klinik


Pasien dengan skabies memiliki gejala-gejala yang sangat khas. Ini berbeda
dengan penyakit kulit yang lain. Oleh karena itu perawatan harus memahami
secara benar gejala tersebut :
1.      Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena aktivitas
tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan pada saat
hospes dalam keadaan tenang atau tidak beraktvitas.
2.      Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam
sebuah keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
misalnya asrama atau penjara.
3.      Adanya lesi yang khas, berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat
predileksi; berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm. Pada ujung terowongan ditemukan papul
atau vesikel. Tempat predileksinya adalah kulit dengan stratum korneum
yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar,
lipatan ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong,
genitalia eksterna pria (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi, dapat
mengenai telapak tangan dan kaki.
4.      Ditemukannya tungau merupakan penentu utama diagnosis.

D.   Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi
timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh
sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit
dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

E.    Penatalaksanaan
Kepada pasien agar diminta mandi dengan air yang hangat dan sabun guna
menghilangkan debris yang mengelupas dari krusta dan kemudian kulit
dibiarkan kering benar serta menjadi dingin.
Preparat skabisida, seperti lindane (Kwell) atau krotamiton (krim dan lotion
Eurax), dioleskan tipis-tipis pada seluruh permukaan kulit mulai dari leher
kebawah dengan hanya meninggalkan daerah muka dan kulit kepala (yang
pada scabies tidak terkena). Obat itu dibiarkan selama 12 hingga 24 jam dan
sesudah itu, pasien diminta untuk membasuh dirinya sampai bersih. Aplikasi
obat satu kali sudah dapat memberikan efek kuratif, tetapi disarankan agar
terapi tersebut diulang sesudah 1 minggu kemudian.
         Pasien perlu mengetahui petunjuk pemakaian ini karena pengolesan
skabisida segera sesudah mandi dan sebelum kulit mengering serta menjadi
dingin dapat meningkatkan absorbsi perkuatan skabisida sehingga
berpotensi untuk menimbulkan gangguan sistem saraf pusat seperti
serangan kejang.

F.     Asuhan keperawatan


Pengkajian
Data yang perlu dikaji adalah :
1.      Biodata, perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit scabies bisa
menyerang semua semua kelompok umur baik anak-anak maupun dewasa
bisa terkena penyakit ini, tempat, paling sering dilingkungan yang
kebersihannya kurang dan padat penduduknya, seperti asrama dan penjara.
2.      Keluhan utama, biasanya klien datang keluhan gatal dan ada lesi pada
kulit.
3.      Riwayat penyakit sekarang, biasanya klien mengeluh gatal terutama
malam hari dan timbul lesi berbentuk pustula pada sela-sela jari tangan,
telapak tangan, ketiak, areola mamae, bokong atau perut bagian bawah.
Untuk menghilangkan gatal biasanya penderita menggaruk lesi tersebut
sehingga dapat ditemukan adanya lesi tambahan akiat garukan.
4.      Riwayat penyakit dahulu, tidak ada penyakit lain yang dapat
menimbulkan skabies kecuali kontak langsung atau tidak langsung dengan
penderita.
5.      Riwayat penyakit keluarga, pada pasien skabies, biasanya ditemukan
anggota keluarga lain, tetangga atau juga teman yang menderita, atau
mempunyai keluhan dan gejala yang sama. Oleh karena itu, dalam
melakukan pengkajian/anamnesis, perawat perlu menanyakannya secara
lengkap.
6.      Psikososial, penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, daan cemas
dengan adanya lesi yang berbentuk pustula. Mereka biasanya
menyembunyikan daerah-daerah yang terkena lesi pada saat interaksi
sosial.
7.      Pola kehidupan sehari-hari, penyakit skabies terjadi karena higiene
pribadi yang buruk/kurang (kebiasaan mandi, cuci tangan, dan ganti baju
yang tidak baik). Pada saat anamnesis perlu ditanyakan secara jelas tentang
pola kebersihan diri klien maupun keluarga. Dengan adanya rasa gatal
dimalam hari, tidur penderita seringkali terganggu. Lesi dan bau yang tidak
sedap, yang tercium dari sela-sela jari atau telapak tangan akan
menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial.
8.      Pemeriksaan fisik, pada inspeksi ditemukan lesi yang khas berbentuk
papula, pustula, vesikel, urtikaria, dll. Garukan dapat menimbulkan erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Pada daerah predileksi ditemukan
terowongan kecil, sedikit meninggi, berkelok-kelok, berwarna putih keabu-
abuan, panjang kira-kira 10 mm. Pada beberapa kasus, ditemukan bau yang
tidak sedap/amis.

Diagnosa
1.      Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan pruritus
2.      Gangguan pola tidur b/d pruritus/gatal
3.      Gangguan citra diri b/d penampilan dan respon orang lain
4.      Risiko tinggi infeksi b/d lesi
5.      Ansietas b/d perubahan status kesehatan

Intervensi
Dx I : Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan pruritus
Tujuan : setelah di lakukan tindakan 3x24 jam diharapkan :
lapisan kulit klien terlihat normal : dengan kriteria evaluasi :
1.      Integritas kulit yang bak dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur)
2.      Tidak ada luka atau lesi pada kulit.
3.      Perfusi jaringan baik

Intervensi :
1.      Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingkungan
yang kurang menyenangkan.
2.      Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun.
3.      Monitor kulit akan adanya kemerahan.

Dx II : Ganguan pola tidur b/d pruritus/gatal


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan :
1.      Klien dapat menjelaskan faktor-faktor penghambat atau pencegah tidur
2.      Klien dapat mengidentifikasi teknik untuk mempermudah tidur

Intervensi :
1.      Identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang
keberhasilan tidur
2.      Beri penjelasan pada klien dan keluarga penyebab gangguan pola tidur
3.      Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan

Dx III : Gangguan citra diri b/d penampilan dan respon orang lain
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan : klien tidak
mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri dengan kriteria
evaluasi :
1.      Mengungkapkan penerimaan atas penyakit yang di alaminya
2.      Mengakui dan memantapkan kembali sistem dukungan yang ada

Intervensi :
1.      Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai
pikiran, pandangan dirinya
2.      Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan,
perkembangan kesehatan.

Dx IV : Risiko tinggi infeksi b/d lesi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan : tidak terjadi risiko
infeksi dengan kriterian hasil :
1.      Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.      Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3.      Menunjukan perilaku hidup sehat

Intervensi :
1.      Monitor tanda dan gejala infeksi
2.      Monitro kerentanan terhadap infeksi
3.      Batasi pengunjung bila perlu
4.      Pertahankan lingkngan aseptic selama pemasangan alat
5.      Instruksikan pada pengunjung untk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah meninggalkan pasien.
6.      Ajarkan cara menghindari infeksi

Ansietas b/d perubahan status kesehatan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan :
klien tidak cemas lagi dengan kriteria hasil :
1.      Klien tidak resah
2.      Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyataan
3.      Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala kecemasan

Intervensi :
1.      Identifikasi kecemasan
2.      Gunakan pendekatan yang menenangkan
3.      Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi ketakutan
4.      Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5.      Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis
sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit penderita. (Soedarto,
1992).
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini.
Cara penularan (transmisi) penyakit ini ada dua macam, yaitu secara
langsung dan tidak langsung :
3.      Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan hubungan sekseual.
4.      Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dll.
Manifestasi klinis
1.      Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena aktivitas
tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan pada saat
hospes dalam keadaan tenang atau tidak beraktvitas.
2.      Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam
sebuah keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
misalnya asrama atau penjara.
3.      Adanya lesi yang khas, berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat
predileksi; berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm. Pada ujung terowongan ditemukan papul
atau vesikel. Tempat predileksinya adalah kulit dengan stratum korneum
yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar,
lipatan ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong,
genitalia eksterna pria (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi, dapat
mengenai telapak tangan dan kaki.
4.      Ditemukannya tungau merupakan penentu utama diagnosis.

B.    Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah
agar kita selalu menjaga kesehatan yaitu misanya dengan mandi minimal 2x
sehari kemudian, selalu berhati-hati dengan orang yang menderita penyakit
menular salah satunya adalah scabies.

DAFTAR PUSTAKA
Loetifa Dwi Rahariyani. 2008. Buku sjsr asuhan keperawatan dengan sisitem
integumen. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta : EGC
http://muhsakirm.blogspot.com/2013/02/makalah-skabies_7852.html

Anda mungkin juga menyukai