PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skabies
2.1.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei Var. Hominis yang berpenetrasi ke dalam
epidermis1,2. Sarcoptes Scabiei termasuk filum Arthropoda kelas Arachnida, ordo
Acarina, super family Sarcoptes yang pertama kali dikenal pada tahun 1600an,
tetapi belum diketahui sebagai penyebab erupsi kulit sampai tahun 1700an1,2.
2.1.2 Epidemiologi
Skabies cenderung lebih umum di dunia perkotaan, khususnya di daerah
yang padat. Kejadian skabies telah meningkat selama dua dekade terakhir dan
telah ditemukan sebagai wabah di rumah jompo, penjara, dan bangsal rumah
sakit2.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain :
sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologi1.
2.1.3 Cara penularan
Transmisi tungau dapat terjadi melalui :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) seperti berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), seperti pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lainnya.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi
atau kadang-kadang oleh bentuk larva1.
2.1.4 Etiologi
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggung
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor
dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut.
Sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat1.
Tungau ini tidak dapat terbang atau melompat. Siklus hidupnya 30 hari di
epidermis. Tungau betina menggali stratum korneum dalam waktu 20 menit dan
meninggalkan sekitar 3 butir telur dalam sehari. Telur menetas setelah 4 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki dan bermigrasi ke permukaan kulit
dan tumbuh menjadi dewasa. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus
hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12
hari. Setelah 2 minggu, tungau betina dan jantan akan berkopulasi, yang jantan
akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari di terowongan yang
digali oleh betina. Dan tungau betina yang telah dibuahi akan kembali menggali
terowongan dalam stratum korneum1,2.
2.1.5 Patogenesis
Tungau skabies, menginfestasi jaringan kulit membutuhkan waktu sekitar
satu bulan untuk menimbulkan gejala gatal dan kelainan dikulit berupa papul,
vesikel, urtika, dan lain-lain. Gatal ditimbulkan akibat dari sensitisasi terhadap
sekreta dan eksreta dari tungau tersebut. Akibat gatal, akan timbul reaksi garukan
dari penderita. Garukan tersebut dapat menyebabkan timbulnya erosi, eskoriasi,
dan krusta di kulit yang akan memudahkan timbulnya infeksi sekunder1.
2.1.6 Gejala klinis
Keluhan seperti pruritus dan ruam akan timbul dalam waktu 6 sampai 8
minggu. Keluhan gatal biasanya lebih dirasakan di malam hari. Lesi
patognomonik adalah terowongan yang tipis, seperti benang, struktur linear,
berukuran panjang 1 sampai 10 mm, dan merupakan tempat pergerakan tungau di
stratum korneum2.
Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies1 :
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktifitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela
jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat
ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong,
genitalia ekstema (pria), dan perut bagian bawah.
Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur namun obat ini dapat
membunuh tungau dan nimfa
dan
kadang
menimbulkan iritasi.
Dapat dipakai pada bayi kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi Benzil-benzoat (20-25 %)
Efektif terhadap semua stadium
Diberikan setiap malam selama tiga hari.
Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan) atau krim Lindan 1%
Obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan
dan jarang terjadi iritasi.
luas.
Jangan digunakan setelah mandi.
4. Krotamiton 10 %
Cara penggunaan : krim ini dioleskan mulai leher ke bawah/ pada lesi
2.1.10
Pencegahan
Prognosis
Definisi
Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus,
Etiologi
Penyebabnya yang utama ialah Staphylococcus Aureus dan Streptococcus B
Klasifikasi
Pioderma Primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu,
penyebabnya biasanya satu macam mikroorganisme.
Pioderma Sekunder
Pada kulit yang telah ada penyakit kulit yang lain. Gambaran klinisnya
tak khas dan mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit
disertai pioderma sekunder disebut impetigenisata. Tanda impetigenisata,
ialah jika terdapat pus, pustul, bula purulen, krusta berwarna kuning
kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening regional, leukositosis, dapat
pula disertai demam4.
Etiologi
Predileksi
Impetigo Krustosa
Streptococcus B Hemolyticus
Daerah sekitar muka, yakni
Impetigo Bulosa
Staphylococcus Aureus
Ketiak, dada,
punggung
Timbul eritema, bula,
memecah)
Antibiotik
Sistemik
Topikal/Cairan
Gejala Klinis
Pengobatan
Antiseptik, Antibiotik
Sistemik
2.2.4
Penatalaksanaan
1. Antibiotik sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma. Terdiri
dari :
Eritromisin
Dosis : 4x500 mg.
Sefalosporin
Dosis : Cefadroxil 2x500 mg.
2. Antibiotik topikal
BAB III
LAPORAN KASUS
10
: An. R
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 14 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Pelajar
Tanggal Berobat
3.2 Anamnesis
Alloanamnesis (tanggal 13 September 2016, pukul 10:45 WIB)
Keluhan utama
Luka pada lipat siku lengan bawah kiri sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan tambahan
Mengeluh gatal di daerah sela-sela jari tangan kiri dan kanan, punggung
kaki kiri dan kanan, lengan bawah kiri, lipat paha kiri dan kanan, bokong.
Riwayat perjalanan penyakit
1 bulan yang lalu, Os mengeluh gatal-gatal pada sela jari-jari tangan dan
kaki. Gatal lebih dirasakan pada malam hari dibandingkan siang hari. Gatal juga
lebih dirasakan apabila os berkeringat. Os sering menggaruk daerah tersebut
sampai luka.
2 minggu yang lalu, keluhan gatal menyebar ke daerah lengan bawah
kiri, ,bokong, serta punggung kaki kiri dan kanan. Os sulit untuk tidur pada
malam hari dikarenakan gatal yang semakin menjadi.
Sejauh ini, Os merupakan pelajar pesantren yang tinggal di asrama dan
menempati kamar yang berisi 17 orang, Os jarang untuk mencuci pakaian, tidak
pernah menjemur kasur dan mencuci sprei, os sering bertukar barang bersama
teman-temannya seperti baju, celana, dan handuk, sering berpindah-pindah tempat
tidur.
2 hari yang lalu, timbul benjolan berisi air di daerah lipat siku kiri dan os
menggaruk benjolan tersebut sehingga menyebabkan timbul luka pada daerah
tersebut. Luka tersebut dirasakan pedih dan seperti melepuh.
11
Riwayat pengobatan
-
Riwayat alergi
-
Status generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Kompos Mentis
Tanda Vital
TB/BB
: 158 cm/38 kg
Nadi
: 80x/menit
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Pernafasan
: 18x/menit
Suhu
: 36,8C
Kepala
12
Bentuk
: Normochepali
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas Superior
Ekstermitas Inferior
Status dermatologikus
1. Regio Dorsum Manus, Interdigitalis I,II,III,IV Dextra dan Sinistra
Interpretasi :
Papul, berukuran 0,1-0,3 cm, multiple, bentuk teratur, tersebar diskret.
Kanalikuli, berukuran 0,3 cm, linier, bentuk teratur, tersebar diskret.
Papul
Papul
Kanalikuli
Kanalikuli
13
Papul
Papul
Vesikel
Krusta
Eskoriasi
Pustul
14
Papul
Kanalikuli
15
Papul
Kanalikuli
16
Non farmakologi
a. Menjelaskan penyakit yang diderita pasien,
b. Menjelaskan cara minum obat dan cara menggunakan obat oles yang benar,
c. Meningkatkan kebersihan tubuh, menghindari kelembaban tubuh dan keringat
yang berlebihan,
d. Mengganti pakaian yang telah basah oleh keringat, dan hindari menggunakan
pakaian yang sempit.
e. Mencuci pakaian, handuk, sprei dengan air panas,
f. Gunakan handuk sendiri dan jangan menggunakan pakaian orang lain,
g. Menjemur kasur dan mengganti sprei yang ada di asrama,
h. Menghindari kontak langsung dengan penderita scabies,
i. Keringkan bagian lipat tubuh dan bercak lalu oleskan dengan salep.
farmakologi
a. Topikal
b. Sistemik
3.8 Prognosis
Quo Ad Vitam
: Bonam
Quo Ad Functionam
: Bonam
Quo Ad Sanationam
: Bonam
BAB IV
ANALISIS KASUS
17
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.
Penyakit ini sering juga disebut dengan nama lain kudis, The itch, Seven year itch,
Gudikan, Gatal Agogo, Budukan.
Predileksi
Teori
sela-sela
Kasus
tangan, sela-sela jari tangan dan
jari
pergelangan
tangan kaki
kanan
areola
pinggang,
Efloresensi
dan
bawah
mammae, bokong,
dan
kiri,
kiri,
punggung
ketiak, genitalia.
papul eritem, vesikel, vesikel,
pustul,
papul,
krusta,
kuat
menimbulkan
eskoriasi,
Keluhan tambahan
Faktor Risiko
krusta
Gatal
sosial
dan
erosi,
skuama
dan
ekonomi
Gatal
yang hygiene yang buruk (tidak
hygiene
rendah,
pernah
menjemur
Gejala Klinik
Pruritus
yang
padat
(tinggal di asrama)
nokturna, gatal
malam
hari,
(kunikulus) terowongan.
tempat-tempat
predileksi
dan
18
ditemukan
menemukan tungau.
Berdasarkan anamnesis yang di lakukan pada pasien An. R, 14 tahun, LakiLaki mengeluh luka pada lipat siku lengan bawah kiri sejak 2 hari yang lalu.
Sebelumnya, os mengeluh gatal-gatal pada sela jari-jari tangan dan kaki. Gatal
lebih dirasakan pada malam hari dibandingkan siang hari. Gatal juga lebih
dirasakan apabila os berkeringat. Os sering menggaruk daerah tersebut sampai
luka. Keluhan gatal menyebar ke daerah lengan bawah kiri, ,bokong, serta
punggung kaki kiri dan kanan. Os sulit untuk tidur pada malam hari dikarenakan
gatal yang semakin menjadi.
Os merupakan pelajar pesantren yang tinggal di asrama dan menempati
kamar yang berisi 17 orang, Os jarang untuk mencuci pakaian, tidak pernah
menjemur kasur dan mencuci sprei, os sering bertukar barang bersama temantemannya seperti baju, celana, dan handuk, sering berpindah-pindah tempat tidur.
2 hari yang lalu, timbul benjolan berisi air di daerah lipat siku kiri dan os
menggaruk benjolan tersebut sehingga menyebabkan timbul luka pada daerah
tersebut. Luka tersebut dirasakan pedih dan seperti melepuh.
Saat ini os belum pernah berobat masalah keluhannya, teman-teman os juga
menderita keluhan serupa, riwayat digigit serangga (-), riwayat gatal-gatal apabila
berkontak dengan bahan yang menempel pada kulit (-).
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien di regio dorsum manus,
interdigitalis I,II,III,IV dextra dan sinistra, regio cubiti posterior sinistra, regio
glutealis dekstra dan sinistra, regio dorsum pedis, interdigitalis I,II,III dekstra dan
sinistra ditemukan efloresensi primer dan sekunder berupa papul, pustul, vesikel,
kanalikuli, krusta, eskoriasi
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain :
sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis, perkembangan demografik dan ekologik.
Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan
penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai.
Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies : Pruritus nokturna, Penyakit ini
menyerang secara kelompok, Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat
19
predileksi dan menemukan tungau. Pada kasus ini terdapat 3 tanda kardinal
berupa gatal malam hari, menyerang teman asrama lainnya, adanya kanalikuli
(terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang menandakan adanya telur atau
tungau.
Dari anamnesis didapatkan bahwa teman satu asramanya juga ada yang
mengalami keluhan serupa. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa penularan penyakit skabies dapat terjadi secara kontak langsung dan
kontak tidak langsung.
Anamnesis
Kasus
Mengeluh
Skabies
Pedikulosis Corporis Prurigo Hebra
Mengeluh gatal, Mengeluh
gatal Gatal
timbul
pada apabila
pada
hari.
Menyerang
Keluhan
manusia
serupa
setelah apabila
diawali
gigitan
secara
bersamaan, serangga.
teman berkelompok.
garukan
yang
Di
tidak
langsung
sela-sela Tempat
Tempat
Tempat predileksi
predileksinya daerah di
pinggang,
dan inguinal.
bawah
bokong.
kiri, tempat
dengan
ekstremitas
stratum komeum
dan
dapat
sela-sela
terkena. Biasanya
jari
perut,muka
pula
tangan,
bagian
distal
pergelangan
lengan
dan
tangan
tungkai
lebih
bagian
20
volar,
siku
parah
daripada
bagian proksimal.
ketiak
bagian
Tungkai
depan,
areola
parah
mammae(wanita
),
lebih
daripada
lengan.
umbilikus,
bokong, genitalia
ekstema
(pria),
Pada
bayi
dapat
menyerang
telapak
Efloresensi
tangan
vesikel,
mula-mula
kanalikuli,
berupa
krusta,
pustule, vesikel,
eskoriasi
papul,
Dengan
garukan
dapat
timbul
erosi,
yang miliar
menyeluruh
yang berwarna,berbent
menimbulkan
dan eskoriasi
mudah
daripada
tidak
diraba
dilihat.
Garukan
menimbulkan
ekskoriasi,
krusta
garukan
dan
infeksi sekunder.
erosi,ekskoriasi,kr
usta,hiperpigment
asidan likenifikasi
.Jika telah
kronik,tampak
kulit yang sakit
lebih
kecoklatan
gelap
dan
berlikenifikasi.
21
Etiologi
Predileksi
Impetigo Krustosa
Streptococcus B Hemolyticus
Daerah sekitar muka, yakni
Impetigo Bulosa
Staphylococcus Aureus
Ketiak, dada,
Gejala Klinis
punggung
Timbul eritema, bula,
22
Pengobatan
memecah)
Antibiotik
Sistemik
Topikal/Cairan
Antiseptik, Antibiotik
Sistemik
Pada pengobatan awal sebaiknya diberikan obat topikal dan dapat diberi
juga pengobatan sistemik. Pada pasien diberikan pengobatan topikal obat-obatan
tersebut adalah belerang endap atau sulfur prestitatum dengan kadar 4-20%,
emulzi benzil-benzoat 20-25%, gama benzena heksa klorida atau gameksan,
krotamiton 10% dan permetrin 5%. Dari kelima obat tersebut, dilakukan
pemilihan obat sesuai dengan syarat obat skabies yang ideal yaitu harus efektif
terhadap semua stadium tungau, harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik,
tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian dan mudah
diperoleh dan harganya murah. Obat topikal yang memenuhi syarat tersebut
adalah permetrin 5% karena efektif pada semua stadium skabies dan toksisitasnya
yang rendah, serta penggunannya yang mudah dan dapat diperoleh dengan mudah
di apotek. Obat topical berupa krim permetrin 5% di oleskan sekali saja di seluruh
tubuh yang telah dibersihkan dan dalam keadaan kering. Setelah 10 jam, krim
permetrin dibersihkan dengan sabun. Bila belum terdapat perbaikan diulangi
setelah 1 minggu pengobatan.
Dapat pula diberikan juga terapi untuk mengurangi gejala gatal-gatal
diberikan anti histamin berupa cetirizine 10 mg diminum 1 kali sehari. Cetrizine
merupakan obat antihistamin 1 generasi kedua, antihistamin 1 generasi kedua ini
hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak mempunyai kerja sedatif atau
stimulasi karena lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma,
sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak, sedangkan antihistamin 1
generasi pertama lebih menyebabkan sedatif dikarenakan generasi pertama kurang
selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar.
Pengobatan yang diberikan untuk infeksi sekunder adalah Krim Mupirocin
2%, karena Mupirocin merupakan golongan antibiotic yang bekerja sebagai
bakteriostatik yaitu menghambat laju sintetik dari bakteri dengan menembus
23
barrier membran sel bakteri, dan obat ini juga bekerja pada spectrum luas seperti
kuman Gram+.
Selain pengobatan, konseling dan edukasi kepada pasien dan keluarga juga
sangat penting. Edukasi berupa melakukan perbaikan higiene diri dan lingkungan,
dengan tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama dan alas tidur
diganti bila ternyata pernah digunakan oleh penderita skabies serta menghindari
kontak langsung dengan penderita skabies.
Prognosis pada pasien ini bonam apabila pasien mengetahui dan mengerti
cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor
predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik.
Oleh karena berdasarkan teori tersebut, prognosis skabies yang diderita
pasien ini adalah baik dengan penjabaran prognosis sebagai berikut:
1
2
organ-organ tubuh
Quo ad sanationam: bonam karena penyakit ini dapat sembuh dengan
pengobatan yang benar dan kepatuhan pasien dalam pengobatan, serta
diperlukan juga pengobatan kepada keluarga pasien yang mengalami
keluhan yang sama.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada penderita dapat
disimpulkan diagnosis pada kasus adalah Skabies Impetigenisata yang disebabkan
oleh Sarcoptes Scabiei Var. Humanis.
Penatalaksanaan pada kasus ini, diberikan edukasi mengenai penyakit yang
diderita, bagaimana minum obat dan cara mengoleskan krim dengan benar,
24
DAFTAR PUSTAKA
1
Handoko RP. Skabies. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Keenam. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta. Hal. 122-125. (2011).
25
26