Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan
sensititsasi terhadap sarcoptes scabiei var huminis dan produknya.
Sinonim dari penyakti ini adalah kudis.
Penyakti scabiei merupakan penyakti menular oleh kutu tuma gatal
sarcoptes scabiei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6
sampai 1,2 cm.
Akibatnya, penyakti ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan udem
yang disebabakan oleh garukan.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian scabies
2. Menjelaskan etiologi scabies
3. Menjelaskan manifestasi klinis scabies
4. Menjelaskan patofisiologi scabies
5. Menjelaskan penatalaksanaan scabies
6. Menjelaskan asuhan keperawatan scabies

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes
scabiei yang menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit
didalam epidermis sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit
penderita. (Soedarto, 1992).

Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh
investasi kutu sarcoptes scabiei var homini yang membuat terowongan
pada stratum korneum kulit, terutama pada tempat predileksi (Wahidayat,
1998).
Scabies merupakan investasi kulit oleh kutu sarcoptes scabiei yang
menimbulkan gatal. Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang
miskin yang hidup dengan kondisi higiene dibawah standar sekalipun juga
sering tedapat diantara orangorang yang sangat bersih. Scabies sering
dijumpai pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun demikian, infestasi
parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut
sering menjangkiti jari-jari tangan, sentuhan tangan dan menimbulkan
infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi
atau atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadi sumber
infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama
dengan pasien scabies dapat pula terinfeksi.

B. Etiologi
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini. Kutu betina
yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superfisial kulit dan
berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir dan
tajam perluas dari persendian kaki depannya, kutu tersebut akan
memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3 butir
sehari sampai selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva
(telur) menetas dalam waktu 3 hingga 4 hari dan berlanjut hingga stadium
larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam tempo sekitar 10
hari.

Cara penularan (transmisi) penyakit penyakit ini ada dua macam, yaitu
secara langsung dan tidak langsung :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan sekseual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dll.

C. Manifestasi klinik
Pasien dengan skabies memiliki gejala-gejala yang sangat khas. Ini
berbeda dengan penyakit kulit yang lain. Oleh karena itu perawatan harus
memahami secara benar gejala tersebut :
1. Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan
pada saat hospes dalam keadaan tenang atau tidak beraktvitas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam
sebuah keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena
infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, misalnya asrama atau penjara.
3. Adanya lesi yang khas, berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat
predileksi; berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm. Pada ujung terowongan
ditemukan papulatau vesikel. Tempat predileksinya adalah kulit
dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola
mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna pria (pria), dan
perut bagian bawah. Pada bayi, dapat mengenai telapak tangan dan kaki.
4. Ditemukannya tungau merupakan penentu utama diagnosis.

D. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman
atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan
lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh
sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.
Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

E. Penatalaksanaan
Kepada pasien agar diminta mandi dengan air yang hangat dan sabun
guna menghilangkan debris yang mengelupas dari krusta dan kemudian
kulit dibiarkan kering benar serta menjadi dingin.
Preparat skabisida, seperti lindane (Kwell) atau krotamiton (krim dan
lotion Eurax), dioleskan tipis-tipis pada seluruh permukaan kulit mulai dari
leher kebawah dengan hanya meninggalkan daerah muka dan kulit kepala
(yang pada scabies tidak terkena). Obat itu dibiarkan selama 12 hingga 24
jam dan sesudah itu, pasien diminta untuk membasuh dirinya sampai
bersih. Aplikasi obat satu kali sudah dapat memberikan efek kuratif, tetapi
disarankan agar terapi tersebut diulang sesudah 1 minggu kemudian.
Pasien perlu mengetahui petunjuk pemakaian ini karena pengolesan
skabisida segera sesudah mandi dan sebelum kulit mengering serta
menjadi dingin dapat meningkatkan absorbsi perkuatan skabisida
sehingga berpotensi untuk menimbulkan gangguan sistem saraf pusat
seperti serangan kejang.

F. Asuhan keperawatan
Pengkajian
Data yang perlu dikaji adalah :
1. Biodata, perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit scabies bisa
menyerang semua semua kelompok umur baik anak-anak maupun
dewasa bisa terkena penyakit ini, tempat, paling sering dilingkungan yang
kebersihannya kurang dan padat penduduknya, seperti asrama dan
penjara.
2. Keluhan utama, biasanya klien datang keluhan gatal dan ada lesi pada
kulit.
3. Riwayat penyakit sekarang, biasanya klien mengeluh gatal terutama
malam hari dan timbul lesi berbentuk pustula pada sela-sela jari tangan,
telapak tangan, ketiak, areola mamae, bokong atau perut bagian bawah.
Untuk menghilangkan gatal biasanya penderita menggaruk lesi tersebut
sehingga dapat ditemukan adanya lesi tambahan akiat garukan.
4. Riwayat penyakit dahulu, tidak ada penyakit lain yang dapat
menimbulkan skabies kecuali kontak langsung atau tidak langsung
dengan penderita.
5. Riwayat penyakit keluarga, pada pasien skabies, biasanya ditemukan
anggota keluarga lain, tetangga atau juga teman yang menderita, atau
mempunyai keluhan dan gejala yang sama. Oleh karena itu, dalam
melakukan pengkajian/anamnesis, perawat perlu menanyakannya secara
lengkap.
6. Psikososial, penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, daan cemas
dengan adanya lesi yang berbentuk pustula. Mereka biasanya
menyembunyikan daerah-daerah yang terkena lesi pada saat interaksi
sosial.
7. Pola kehidupan sehari-hari, penyakit skabies terjadi karena higiene
pribadi yang buruk/kurang (kebiasaan mandi, cuci tangan, dan ganti baju
yang tidak baik). Pada saat anamnesis perlu ditanyakan secara jelas
tentang pola kebersihan diri klien maupun keluarga. Dengan adanya rasa
gatal dimalam hari, tidur penderita seringkali terganggu. Lesi dan bau
yang tidak sedap, yang tercium dari sela-sela jari atau telapak tangan
akan menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial.
8. Pemeriksaan fisik, pada inspeksi ditemukan lesi yang khas berbentuk
papula, pustula, vesikel, urtikaria, dll. Garukan dapat menimbulkan erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Pada daerah predileksi ditemukan
terowongan kecil, sedikit meninggi, berkelok-kelok, berwarna putih keabu-
abuan, panjang kira-kira 10 mm. Pada beberapa kasus, ditemukan bau
yang tidak sedap/amis.

Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan pruritus
2. Gangguan pola tidur b/d pruritus/gatal
3. Gangguan citra diri b/d penampilan dan respon orang lain
4. Risiko tinggi infeksi b/d lesi
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan

Intervensi
Dx I : Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan pruritus
Tujuan : setelah di lakukan tindakan 3x24 jam diharapkan :
lapisan kulit klien terlihat normal : dengan kriteria evaluasi :
1. Integritas kulit yang bak dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur)
2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit.
3. Perfusi jaringan baik

Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingkungan
yang kurang menyenangkan.
2. Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun.
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
Dx II : Ganguan pola tidur b/d pruritus/gatal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan :
1. Klien dapat menjelaskan faktor-faktor penghambat atau pencegah tidur
2. Klien dapat mengidentifikasi teknik untuk mempermudah tidur

Intervensi :
1. Identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang
keberhasilan tidur
2. Beri penjelasan pada klien dan keluarga penyebab gangguan pola tidur
3. Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan

Dx III : Gangguan citra diri b/d penampilan dan respon orang lain
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan : klien tidak
mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri dengan kriteria
evaluasi :
1. Mengungkapkan penerimaan atas penyakit yang di alaminya
2. Mengakui dan memantapkan kembali sistem dukungan yang ada

Intervensi :
1. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai
pikiran, pandangan dirinya
2. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan,
perkembangan kesehatan.

Dx IV : Risiko tinggi infeksi b/d lesi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan : tidak terjadi
risiko infeksi dengan kriterian hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Menunjukan perilaku hidup sehat

Intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Monitro kerentanan terhadap infeksi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Pertahankan lingkngan aseptic selama pemasangan alat
5. Instruksikan pada pengunjung untk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah meninggalkan pasien.
6. Ajarkan cara menghindari infeksi

Ansietas b/d perubahan status kesehatan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan :
klien tidak cemas lagi dengan kriteria hasil :
1. Klien tidak resah
2. Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyataan
3. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala kecemasan

Intervensi :
1. Identifikasi kecemasan
2. Gunakan pendekatan yang menenangkan
3. Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi ketakutan
4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes
scabiei yang menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit
didalam epidermis sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit
penderita. (Soedarto, 1992).
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini.
Cara penularan (transmisi) penyakit ini ada dua macam, yaitu secara
langsung dan tidak langsung :
3. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan sekseual.
4. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dll.
Manifestasi klinis
1. Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan
pada saat hospes dalam keadaan tenang atau tidak beraktvitas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam
sebuah keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena
infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, misalnya asrama atau penjara.
3. Adanya lesi yang khas, berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat
predileksi; berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm. Pada ujung terowongan
ditemukan papulatau vesikel. Tempat predileksinya adalah kulit
dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola
mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna pria (pria), dan
perut bagian bawah. Pada bayi, dapat mengenai telapak tangan dan kaki.
4. Ditemukannya tungau merupakan penentu utama diagnosis.

B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah
agar kita selalu menjaga kesehatan yaitu misanya dengan mandi minimal
2x sehari kemudian, selalu berhati-hati dengan orang yang menderita
penyakit menular salah satunya adalah scabies.
DAFTAR PUSTAKA

Loetifa Dwi Rahariyani. 2008. Buku sjsr asuhan keperawatan dengan sisitem
integumen. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta : EGC
http://muhsakirm.blogspot.com/2013/02/makalah-skabies_7852.html

Gejala scabies atau kudis lainnya meliputi:

Gatal di sela-sela jari dan pergelangan tangan.


Gatal pada permukaan luar siku dan di ketiak.
Gatal di sekitar perut dan pusar.
Gatal Pada bagian bokong dan selangkangan.
Gatal di sekitar puting susu, garis bra, dan sisi payudara (pada wanita).
Item lainnya...

Scabies
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular

Oleh :
1. RYAN KOKO

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012

DAFTAR ISI
A. Definisi Scabies
B. Epidemiologi Scabies
C. Penularan atau Transmisi Scabies
D. Faktor Resiko Scabies
E. Klasifikasi Scabies
F. Etiologi Scabies
G. Gejala dan Tanda Scabies
H. Pathogenesis Scabies
I. Diagnosis Scabies
J. Diagnosis Banding Scabies
K. Penatalaksanaan Scabies
L. Pengobatan Scabies
M. Pencegahan Scabies
N. Prognosis Scabies

A. Definisi Scabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. (Handoko, R, 2001)
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes
scabiei yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya
bisa dilihat dengan mikroskop.
Penyakit ini merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh kutu, penetrasi pada
kulit terlihat jelas berbentuk papula, vesikel atau berupa saluran kecil berjejer, berisi kutu dan
telurnya. Jika dapat terjadi komplikasi dengan kuman hemolytic streptococcus bisa terjadi
glomerulonephritis akut.
Penyakit scabies juga sering disebut dengan kutu badan. Penyakit ini tergolong
penyakit yang mudah menular dari manusia ke manusia, hewan ke manusia, dan manusia ke
hewan.
Scabies merupakan penyakit yang menyebabkan rasa gatal pada kulit seperti sela-sela
jari, siku, dan perut bagian bawah. Scabies juga identik dengan penyakit anak pondok atau
asrama. Bukan bermaksud mendiskriminasikan pondok atau asrama tetapi, melihat kondisi
pondok atau asrama yang kebanyakan kondisi kebersihannya kurang terjaga, sanitasi yang
buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan yang terlalu lembab karena kurang mendapat sinar
matahari. Penyakit scabies ini menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal
bersama sehingga dalam tindakan pengobatannya harus dilakukan dengan cepat dan secara
menyeluruh individu dan lingkungan yang terserang scabies. Dilakukan tindakan seperti itu,
karena apabila pengobatan hanya dilakukan secara individual maka akan mudah tertular
kembali penyakit scabies.
B. Epidemiologi Scabies
Scabies ditemukan hampir di seluruh Negara dengan prevalensi yang bervariasi. Di
beberapa Negara yang sedang berkembang, prevalensi scabies sekitar 6% - 27% populasi
umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja.
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi scabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini antara lain sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang
buruk, hubungan seksual yang bersifat promiskuitas atau sering bergonta-ganti pasangan,
kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografi serta ekologi. Selain itu, mudahnya
penyakit ini menular dari manusia ke manusia, hewan ke manusia, dan menusia ke hewan
melalui berbagai cara penularan.
Kejadian wabah disebabkan oleh buruknya sanitasi lingkungan karena peperangan,
pengungsian dan krisis ekonomi. Penyebaran scabies di Amerika Serikat dan Eropa yang
terjadi ternyata terjadi pada situasi normal yaitu tanpa peperangan, tanpa krisis, menyerang
masyarakat di semua tingkat sosial tanpa melihat usia, jenis kelamin, ras atau status
kesehatan seseorang. Scabies endemis di sebagian besar negara berkembang.
C. Penularan atau Transimisi Scabies
Secara umum, cara penularan scabies dibagi menjadi 2 yang didalamnya dapat dibagi-
bagi lagi, yaitu:
a. Penularan kontak langsung yaitu: penularan yang terjadi akibat kontak langsung antara
penderita scabies dengan orang sehat seperti melalui: hubungan seksual antara penderita
dengan orang sehat, kontak dengan hewan pembawa tungau seperti anjing, babi, kambing,
dan biri-biri, dan faktor fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama dengan lingkungan
padat penduduk, tidur bersama, dan berjabat tangan.
b. Penularan tanpa kontak langsung yaitu: penularan yang terjadi melalui kontak tidak langsung
antara penderita dengan orang sehat seperti: penggunaan handuk secara bergantian,
penggunaan pakaian dan tempat tidur, sprei, dan bantal secara bersamaan.
Penularan scabies biasanya melalui Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-
kadang menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang
peliharaan misalnya anjing.
Akan tetap menular kecuali kutu dan telur sudah dihancurkan dengan pengobatan,
biasanya setelah dilakukan 1 atau 2 kali pengobatan dalam seminggu.
D. Faktor Resiko Scabies
Faktor resiko scabies adalah:
a. Sistem imun tubuh
Semakin rendah imunitas seseorang maka, akan semakin besar kemungkinan orang
tersebut untuk terjangkit atau tertular penyakit scabies. Namun, diperkirakan terjadi
kekebalan setelah infeksi. Orang yang pernah terinfeksi akan lebih tahan terhadap infeksi
ulang walaupun tetap masih bisa terkena infeksi dibandingkan mereka (orang-orang) yang
sebelumnya belum pernah terinfeksi scabies.
b. Lingkungan dengan hygiene sanitasi yang kurang
Lingkungan yang dimungkinkan sangat mudah terjangkiti scabies adalah lingkungan
yng lembab, terlalu padat, dan dengan sanitasi buruk.
c. Semua kelompok umur
Semua kelompok umur, baik itu anak-anak, reaja, dewasa, dan tua mempunyai resiko
untuk terjangkiti penyakit scabies.
d. Kemiskinan
e. Seksual promiskuitas (berganti-ganti pasangan)
f. Diagnosis yang salah
g. Demografi
h. Ekologi
i. Derajat sensitasi individual
E. Klasifikasi Scabies
Penyakit scabies atipik memiliki beberapa jenis, yaitu:
a. Scabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Scabies pada orang bersih ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang
sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Scabies inconigto
Scabies inconigto biasanya muncul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik tetapi, tungau tetap ada dan tetap bisa terjadi
penularan. Scabies inconigto sering sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
lesi yang luas dan mirip penyakit lain.
c. Scabies nodular
Pada scabies nodular terdapat lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat di bagian tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal, dan aksila.
Nodus ini timbul akibat reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang
berumur lebih dari 1 bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama
beberapa bulan sampai satu tahun meskipun sudah diberi pengobatan anti scabies dan
kortikosteroid.
d. Scabies yang ditularkan melalui hewan
Seperti di Amerika, sumber utama kejadian scabies biasanya ditularkan oleh hewan
yaitu anjing. Kelainan ini berbeda dengan scabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan,
tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terjadi di daerah dimana
orang-orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya, yaitu perut, dada, paha, dan
lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat
sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh karena Sarcoptes scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada tubuh manusia.
e. Scabies Norwegia
Scabies Norwegia atau biasa disebut dengan scabies krustosa ditandai dengan lesi
yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat
predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokog, siku, lutut, telapak tangan dan
kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Rasa gatal pada scabies Norwegia tidak menonjol tapi
scabies bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak
(ribuan). Bentuk ini terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau sehingga dapat berkembang biak dengan mudah.
f. Scabies pada bayi dan anak
Lesi scabies pada anak dapat terjadi di seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima
sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, dapat terjadi lesi di muka.
g. Scabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Pada penderita penyakit kronis atau orang tua yang terpaksa tinggal di tempat tidur
dapat menderita scabies yang lesinya terbatas.
F. Etiologi Scabies
Scabies atau kudis disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang
bernama Sarcoptes
scabiei, filum Arthopoda, kelas Aracnida, ordo Ackarina,Superfamili Sarcoptes. Jenis Sarcop
tes yang menyerang pada hewan dan manusia adalah:
a. Pada manusia : S. scabiei var homonis
b. Pada hewan : S. scabiei var animalis
c. Pada babi : S. scabiei var suis
d. Pada kambing : S. scabies var caprae
e. Pada biri-biri : S. scabiei var ovis
Secara morfologik, tungau berukuran kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar 330-450 mikron x 250-350 mikron sedangkan yang jantan
lebih kecil yakni 200-210 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasanya memiliki 4 pasang
kaki yaitu 2 pasang kaki di depan sebagai alat melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina
berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
rambut dan kaki keempat berakhir dengan alat perekat. Tungau ini memiliki siklus hidup
sebagai berikut:
Tungau berkopulasi (kawin) diatas kulit, setelah terjadi kopulasi (kawin) yang jantan
akan mati, kadang-kadang masih hidup dalam terowongan yang digali oleh tungau betina.
Tungau betina yang telah dibuahi akan menggali stratum korneum dengan kecepatan 2-3 mm
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau
50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat bertahan hidup selama 1 bulan. Biasanya
dalam watu 3-5 hari, telur akan menetas dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.
Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari, larva
akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk yaitu jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-
12 hari. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, dan tungau jantan akan mati
setelah kopulasi.
Sarcoptes scabiei dapat hidup di luar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14
hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada
orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat
diserang oleh tungau.
G. Gejala dan Tanda Scabies
Gejala penyakit scabies pada manusia adalah:
a. Terdapat liang di permukaan kulit
b. Gatal
c. Kemerahan pada kulit
d. Biasa terjadi infeksi sekunder
e. Pada bayi, terdapat bisul pada telapak tangan dan kaki
Terdapat 4 tanda cardinal penyakit scabies pada manusia adalah:
a. Pruritus nocturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tngau akan
lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, yaitu misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika terjadi infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan statum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita),
umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan kaki.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.
Tanda-tanda umum scabies:
a. Adanya papula (bintil)
b. Adanya pustule (bintil bernanah)
c. Adanya ekskoriasi (bekas garukan), dan
d. Bekas-bekas lesi yang berwarna hitam
H. Patogenesis Scabies
Patogenesis atau perjalanan terjadinya penyakit scabies yaitu kelainan kulit dapat
disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan.
Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,
menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya
papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan
infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
I. Diagnosis Scabies
Diagnosis scabies dapat ditegakkan melalui:
a. Ditemukannya 2 dari 4 tanda cardinal
b. Terdapat terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok,
panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm, dan pada ujungnya terdapat vesikula, papula
atau pustule.
c. Tempat predileksi yang khas adalah sela-sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku,
lipat ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilicus, perut bagian bawah, dan
genitalia eksterna pria. Pada orang dewasa jarang terdapat di bagian muka dan kepala, kecuali
pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi lesi dapat terjadi di seluruh permukaan
kulit
d. Penyembuhan terjadi dengan cepat setelah pemberian obat anti scabies topical yang efektif
e. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari 1 anggota keluarga menderita gatal,
perlu diwaspadai terjadinya scabies. Gatal meningkat pada malam hari disebabkan karena
temperatur badan yang meningkat sehingga aktivitas kutu atau tungau juga meningkat.
f. Menemukan tungau. Metode-metode penemuan tungau yang lain:
Kerokan kulit
Papul atau terowongan yang baru dibentuk dan utuh ditetesi minyak mineral/KOH,
kemudian dikerok dengan scalpel steril untuk mengangkat atap papul atau terowongan. Hasil
kerokan diletakkan di gelas obyek dan ditutup dengan lensa mantap, lalu diperiksa dibawah
mikroskop.
Mengambil tungau dengan jarum
Jarum ditusukkan pada terowongan di bagian yang gelap dan digerakkan tangensial.
Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.
Epidermal shave biopsy
Papul atau terowongan yang dicurigai diangkat dengan ibu jari dan telunjuk lalu diiris
dengan scalpel no. 15 sejajar dengan permukaan kulit. Biopsy dilakukan sangat superfisial
sehingga perdarahan tidak terjadi dan tidak diperlukan anestesi.
Burrow ink test
Papul scabies dilapisi tinta cina dengan menggunakan pena lalu dibiarkan selama 2
menit kemudian dihapus dengan alkohol. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk kedalam
terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis zig-zag.
Swab kulit
Kulit dibersihkan dengan eter lalu dilekatkan selotip dan diangkat dengan cepat. Selotip
dilekatkan pada gelas obyek kemudian diperiksa dengan mikroskop.

Uji tetrasiklin
Tetrasiklin dioleskan pada daerah yang dicurigai ada terowongan, kemudian
dibersihkan dan diperiksa dengan lampu Wood. Tetrasiklin dalam terowongan akan
menunjukkan fluoresensi.
J. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk penyakit scabies adalah:
a. Prurigo, biasanya berupa papel-papel yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor
ekstremitas
b. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan
c. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eriterm
K. Penatalaksanaan Scabies
Penatalaksanaan scabies adalah secara farmakologis (pengobatan). Pengobatan untuk
scabies tersedia dalam beberapa bentuk yaitu: krim dan salep. Namun, ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi antara lain: tidak berbau, efektif terhadap semua stadium kutu (telur,
larva, maupun kutu dewasa), tidak menimbulkan iritasi kulit, mudah diperoleh, dan juga
murah harganya
L. Pengobatan Scabies
Semua keluarga atau orang terdekat yang berkontak dengan penderita harus ikut serta
diobati. Beberapa macam obat yang dapat digunakan untuk mengobati scabies adalah:
a. Permetrin
Obat dengan tingkat keamanan yang cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak
mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun.
Penggunaannya dengan cara dioleskan di tempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci
bersih.
b. Malation
Malation 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya
diberikan beberapa hari kemudian.
c. Emulsi benzil-benzoas (20-25%)
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi
iritasi dan kadang-kadang semakin gatal setelah memakainya.

d. Sulfur
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum efektif dan aman digunakan.
Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari
selama 3 malam.
e. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk losion 25%, yang sebelum digunakan harus ditambah 2-3 bagian
dari air dan digunakan selama 2-3 hari.
f. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan)
Kadarnya 1% dalam krim atau losion, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak
dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian
cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.
g. Krotamiton
Krotamiton 10% dalam krim atau losion merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek
sebagai antiskabies dan antigatal.
M. Pencegahan Scabies
Penyakit scabies dapat dicegah melalui tindakan-tindakan:
a. Penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas kesehatan tentang cara penularan
b. Diagnosis dini
c. Cara pengobatan penderita scabies dan orang-orang yang kontak
d. Pengobatan yang dilakukan secara massal jika sudah dikatakan sebagai kejadian luar biasa
(KLB)
e. Sediakan sabun, sarana pemandian, dan pencucian umum. Sabun Tetmosol jika ada sangat
membantu dalam pencegahan terjadinya infeksi
f. Tidak berganti-ganti pasangan hubungan seksual
g. Tidak berganti-ganti pakaian, handuk, sprei, dan alat atau benda-benda yang menempel pada
tubuh
h. Selalu menjaga kebersihan sanitasi dan hygiene personal dan lingkungan
i. Jika ada salah satu orang terdekat yang mengalami gejala atau tanda scabies segera lakukan
pemeriksaaan dan pengobatan baik secara individu maupun serentak
j. Berikan vaksin atau obat antiscabies pada hewan peliharaan yang dekat dengan manusia,
seperti anjing
N. Prognosis Scabies
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis
yang baik. (Harahap, M, 2000)

Gejala scabies atau kudis lainnya meliputi: Gatal di sela-sela jari dan pergelangan tangan.
Gatal pada permukaan luar siku dan di ketiak. Gatal di sekitar perut dan pusar. Gatal Pada
bagian bokong dan selangkangan Gatal di sekitar puting susu, garis bra, dan sisi payudara
(pada wanita). Gatal Pada alat kelamin (pada pria). Pada bayi dan anak-anak kecil, gatal-
gatal dan iritasi kulit juga dapat terjadi pada kulit kepala, leher, dan wajah dan telapak tangan
dan telapak kaki.

Pengobatan Scabies Penyakit scabies atau Kudis ini tidak akan sembuh dengan sendirinya.
Untuk menghilangkannya, dan agar tidak menyebar kepada orang lain, maka perlu
menggunakan obat scabies berbentuk krim khusus atau lotion yang dioleskan pada kulit.
Obat scabies cream ini mengandung permethrin atau kandungan lainnya. Oleskan obat
scabies merata ke seluruh permukaan kulit yang gatal, tapi hindari daerah sekitar mata dan
mulut. Setelah dioleskan biarkan, jangan terkena air selama 8 sampai 14 jam (tergantung
obatnya) baru kemudian dibersihkan atau mandi. Antihistamin (seperti interhistin, cetirizin,
dll), krim steroid, atau, dalam kasus yang parah, pil steroid dapat membantu mengurangi
rasa gatal. Obat anti gatal ini diminum sebelum menggunakan obat scabies di atas, tentu hal
ini harus berdasarkan rekomendasi dokter. Baca juga: Obat gatal paling ampuh Jika terdapat
infeksi skunder yang ditandai dengan nanah pada kulit yang gatal, maka diperlukan
antibiotik. Tips Cara Mengobati Scabies (kudis atau gudik) dengan tuntas! Penderita dalam
satu rumah atau kelompok harus diobati secara bersamaan (serempak), untuk memutus
rantai penularan. Ayo rame-rame ke dokter Cuci semua pakaian, seprai, dan handuk yang
digunakan dalam 3 hari sebelum memulai pengobatan. Gunakan air panas pada bilasan
terakhir sebelum menjemurnya. Bersihkan dengan hati-hati tempat tidur, sofa, ruangan atau
kamar yang digunakan oleh orang yang memiliki kudis atau gudikan. Itulah rangkuman
tentang penyakit scabies yang dikenal juga dengan sebutan kudis atau gudikan yang perlu
diketahui. Semoga bermanfaat.
Bersumber dari: Mengenal Penyakit Scabies (Kudis, Gudik) dan Pengobatannya | Mediskus

Anda mungkin juga menyukai