Anda di halaman 1dari 56

Presentasi Teori

GONORE & SIFILIS


Tasya Tamaya 2110221057
Pembimbing :
dr. Brahm Udumbara, Sp.KK
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KULIT DAN KELAMIN
RSPAD GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
PERIODE 13 MARET – 14 APRIL 2023
GONORE
Definisi
• Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae.
• Ditandai dengan keluarnya duh tubuh berupa nanah.
• Penularan melalui hubungan seksual secara genito-genital, orogenital atau
anogenital.
Epidemiologi
• WHO : 106 juta di dunia menderita gonore.
• Sejak tahun 1980-an prevalensi laki-laki dan wanita sama.
• Usia : 15 – 24 tahun.
• Indonesia → Data morbiditas di RSCM infeksi ini menempati urutan ke-3,
setelah kondiloma akuminata, infeksi genital non spesifik.
• Neisseria gonorrhea
• Gram negative
• Bentuk : kokus yang berpasangan
(diplokokus) /
berbentuk biji kopi / ginjal berhadapan
(bagian tengah rata / cekung)
• Lebar 08 μ dan panjang 1,6 μ
• Terletak di dalam leukosit
polimorfonuklear
• Bertahan hidup di lingkungan lembab,
tidak tahan
lama di udara bebas, tidak tahan suhu >
39°C, & tidak tahan desinfektan
Faktor Resiko

Perilaku hubungan seksual yang tidak sehat


● Pasangan seksual lebih dari satu
● Melakukan seks berisiko tanpa
● menggunakan proteksi.

Faktor lain:
● Melakukan seks pertama kali pada usia terlalu muda
● Pernah mengalami infeksi gonore sebelumnya
● Penggunaan obat-obatan
● Lingkungan sosial ekonomi yang rendah
Patogenesis
Manifestasi Klinis

Laki-laki Perempuan
- Gatal dan panas di sekitar OUE
- Keluar discharge purulen dari OUE - 50% bersifat asimtomatis
- OUE edema dan eritema - Keluar discharge mukopurulen dari vagina
- Nyeri saat BAK dan ereksi - Pruritus vagina
- Disuria, polakisuria - Disuria
- Distal penis dapat membesar → Bull - Edema dan nyeri tekan pada vagina
- Head Cap - Vaginitis dapat terjadi kecuali pada
perempuan dewasa yang aktif secara seksual
Bayi dan Anak-anak Disseminated disease
Infeksi bayi pasca partus menyebabkan
oftalmia neonates dengan gejala: - Penyebaran infeksi → inokulasi ke bagian lain
- Keluar discharge mucopurulen dari mata tubuh melalui aliran darah
- kongjungtiva bengak dan merah - Kulit : makula kecil hingga sedang,
vesikopustula hemoragik dengan dasar
eritematosa yang terletak di telapak tangan dan
telapak kaki, cenderung tidak gatal dan tidak
nyeri.
Diagnosa

Anamnesis

Perempuan Laki-laki

• Asimtomatik
• Keputihan • Gatal pada ujung kemaluan
• Nyeri saat BAK • Nyeri saat BAK
• Keluar duh tubuh berwarna putih
atau kuning kehijauan kental dari
Pada keduanya didapatkan adanya riwayat kontak seksual uretra
sebelumnya (coitus suspectus)
Pemeriksaan Fisik

Perempuan Laki-laki

• Predileksi pada serviks uteri dan • Predileksi pada uretra bagian


uretra anterior
• Seringkali asimtomatik • OUE hiperemis, edema
• Serviks hiperemis, edema, kadang • Disuria
• ektropion • Duh tubuh mukopurulen
• Duh tubuh mukopurulen • Infeksi rektum homoseksual :
• Dapat disertai nyeri pelvis/perut duh tubuh anal, nyeri/rasa tidak
• bagian bawah enak di anus/perianal
• Infeksi pada uretra → disuria • Infeksi pada faring biasanya
asimtomatik
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Gram → bakteri gonokokus Gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler.
2. Kultur Thayer Martin : Mengandung vankomisin → menekan bakteri gram positif, kolestrimetat →
bakteri gram negatif dan nistatin → pertumbuhan jamur (dengan media selektif isolasi N.
Gonorrhoeae).
3. Kultur Mc Leod’s : Media nonselektif, berisi agar coklat dan agar serum, selain N.Gonorhoeae
bakteri lain juga dapat tumbuh.
4. Tes oksidasi : tetramil-p-hidroklorida 1% pada koloni gonokok → koloni semula bening →
merah muda - lembayung.
5. Tes fermentasi : Tes oksidasi (+) → tes fermentasi memakai glukosa, maltosa dan sukrosa
(N.Gononhoea hanya meragikan glukosa).
6. Thomson 2 gelas
• Mengetahui sejauh mana infeksi berlangsung dengan menggunakan air seni
• Syarat pengambilan urin :
- Dilakukan pagi hari setelah bangun tidur
- Urin dibagi 2 gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
• Air seni paling sedikit 80 - 100ml

Galas I Gelas II Arti


Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Infeksi urethritis
Keruh Jernih
anterior
Keruh Keruh Panurethritis
Jernih Keruh Tidak ada infeksi
Diagnosa Banding

• Uretritis nongonokokus • Infeksi genital nonspesiik


• Infeksi saluran kemih • Trikomoniasis
• Bakterial vaginosis
• Kandidosis vulvovaginalis
Tatalaksana
Komplikasi
Tisonitis
• Kelenjar yang menghasilkan smegma
• Butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum
• Nyeri tekan

Epididitis
• Epididimitis, tali spermatik, testis membengkak dan teraba panas
• Nyeri tekan

Prostatitis
• Rasa tidak nyaman pada perineum dan suprapubik
• Malaese, demam
• Nyeri berkemih, hematuri
• Spasme otot uretra → retensi urin • Sulit BAB
• Pembesaran prostat, konsistensi kenyal, nyeri tekan, fluktuasi (bila abses)
Komplikasi
Bartholinitis
• Labium minor bengkak,merah, nyeri tekan
• Kelenjar bartholin membengkak, nyeri saat berjalan, sukar duduk

Salphingitis
• Nyeri abdomen bawah
• Duh tubuh vagina
• Disuria
• Menstruasi tidak teratur
Prognosis
• Prognosis baik jika infeksi diobati dini dengan antibiotik yang tepat
• Infeksi gonokokal yang sudah diobati sebelumnya tidak mengurangi resiko infeksi
ulang.
• Gonore diseminata memiliki prognosis baik jika diobati dengan tepat dan sebelum
terjadi kerusakan permanen pada sendi dan organ.
• Gonore akut tanpa komplikasi:

Quo ad vitam bonam


Quo ad functionam bonam
Quo ad sanationam bonam
SIFILIS
Definisi
Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Treponema palidum, sangat kronik dan bersifat
sistemik. Pada perjalannya dapat menyerang hampir semua
alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai
masa laten, dan dapat ditularkan dari
Epidemiologi
● Penyebaran sifilis tersering dikarenakan sexually transmitted disease yaitu melalui
kontak vaginal, anogenital dan urogenital.
● Transmisi secara vertikal juga dapat terjadi melalui transplasenta atau dari ibu ke
janin sehingga dapat menyebabkan sifilis kongenital pada janin.
● Di Indonesia sendiri insidensi sifilis berkisar 0,61 %. Dimana penderita yang
● erbanyak ialah stadium laten, di susul sifilis stadium I yang jarang, dan yang
langka ialah sifilis stadium II.
ETIOLOGI
• Penyebab sifilis ditemukan oleh
Schaudinn dan Hoffman ialah
Treponema pallidum, yang termasuk
ordo Spirochaetales, familia
Spirochaetaceae, dan genus
Treponema.
• Pembiakan pada umumnya tidak
dapat dilakukan di luar badan. Di
luar badan kuman tersebut cepat
mati, sedangkan dalam darah untuk
transfusi dapat hidup tujuh puluh
dua jam
Klasifikasi
Sifilis Kongenital Sifilis Akuisita (didapat)
dini (<2 tahun), lanjut (>2 Secara klinis dan
tahun), dan stigmata. epidemiologik.

Sifiis Akuisita (Klinis) Sifiis Akuisita (Epi)


Tiga stadium : Stadium Stadium dini menular (dalam 1 tahun
I (SI), stadium II (SII), dan stadium sejak infeksi) : SI, SII, stadium
III (SIII). rekuren dan stadium laten dini
Stadium lanjut tak menular
(setelah 1 thn sejak infeksi:
stadium laten lanjut dan SIII
Sifilis Primer (SI)
Lesi sifilis primer terjadi di lokasi awal inokulasi T. pallidum. Lesi yang muncul biasanya
tunggal dan tidak menimbulkan rasa nyeri. Awalnya lesi yang muncul berupa makula yang
kemudian menjadi papul, dan akirnya menjadi ulserasi, Masa inkubasi teradi 2-3 minggu sejak
inokulasi T. pallidum hingga perkembangan lesi.

Kelainan kulit dimulai sebagai papul lentikular yang permukaannya segera menjadi erosi, umu,
dasarnya ialah jaringan granulasi berwarna merah dan bersih, diatasnya hanya tampak serum.
Lesi yang khas ialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi karena itu disebut ulkus durum
mnya kemudian menjadi ulkus. Ulkus tersebut biasana segera menjadi erosi
Kelainan tersebut dinamakan afek primer dan umumnya berlokasi pada enitalia
eksterna. Afek primer tersebut sembuh sendiri antara tiga sampai sepuluh
minggu. Pada pria lokasi yang sering : sulkus koronarius, sedangkan wanita :
labia minor dan major

Seminggu setelah afek primer, biasanya terdapat pembesaran kelenjar getah


bening regional di inguinalis medialis, keseluruhanna disebut sebagai kompleks
primer.

Sekitar 60-70% pada sifilis primer terdapat limfadenopati regional yang tidak
nyeri yang muncul 7 sampai 10 hari setelah chancre timbul
Sifilis Sekunder (SII)

● Pada sifilis sekunder dapat disertai gejala konstitusi yang umumnya tidak
berat seperti turun berat badan, nyeri kepala, demam, dan atralgia.
Lama SII sampai 9 bulan
● Kelainan kulit yang membasah (eksudatif) pada SII sangat menular,
kelainan yang kering kurang menular. Kondiloma lata dan plaque
muqucuscs ialah bentuk yang sangat menular
Gejala yang penting untuk membedakan dengan berbagai penyakit kulit
lainnya adalah
● Kelainan kulit pada SII umumnya tidak gatal
● Sering disertai limfadenitis generalisata
● Pada SII dini kelainan kulit jua terjadi pada telapak tangan dan
kaki

Antara SII dini dan SII lanjut ada perbedaan :


● SII dini, kelainan kulit eneralisata, simetrik dan cepat hilang
● SII lanjut, tidak generalisata, melainkan setempat, tidak simetrik dan
lebih lama bertahan
Sifilis Laten
Sifilis laten atau asimtomatik adalah periode hilangnya gejala
klinis sifilis sekunder sampai diberikan terapi atau gejala klinik
tersier muncul. Sifilis laten dibagi menjadi dua bagian berdasarkan
waktu relaps infeksi mukokutaneus secara spontan pada pasien
yang tidak diobati.

Test serologik darah positif, namun tes likuor serebrospinalis


negatif

Test yang dianjurkan adala VDRL dan TPHA


Sifilis Rekuren
● Relaps dapat terjadi secara klinis berupa kelainan kulit mirip SII, maupun
serologik yang telah negatif menjadi positif. Hal ini terjadi terutama pada
sifilis ang tidak diobati atau yang mendapatkan pengobatan tetapi tidak
cukup
● Umumnya bentuk relaps seperti SII, terkadang SI atau terkadang hanya
relaps pada tempat afek primer
● Relaps dapat memberi kelainan pada mata, tulang, dan susunan saraf
Sifilis Laten Lanjut

Pada fase ini biasanya tidak menular,


diagnostik dapat ditegakan secara pemeriksaan
tes serologik. Lama masa laten dapat
bertahun-tahun bahkan sampai seumur
hidup

Likuor serebrospinal sebaiknya diperiksa


untuk menyingkirkan adanya neurosifilis
asimptomatik

Perlu diperiksa juga apakah terdapat sikatriks


bekas SI pada genitalia atau leukoderma pada
leher yang menunjukan bekas SII
Sifilis Tersier (SIII)
● Sifilis tersier dapat muncul sekitar 3 – 10 tahun setelah infeksi awal muncul
dan dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu sifilis gumotous, neurosifilis lanjut
d sifilis kardiovaskular.
● Ciri khas stadium ini adalah terbentuk guma. Guma merupakan infilrat
sirkumskripta kronis yang bersifat destruktif, beberapa bulan kemdian kulit
melunak disertai tanda radang.
● Perforasi dapat meluas menjadi ulkus dan dapat berkonfluensi
Sifilis Kongenital
● Sifilis kongenital pada bayi terjadi jika ibunya terkena sifilis, terutama sifilis
dini. Treponema masuk secara hematogen ke janin melalui plasenta
● Gambaran klinis dapat dibagi menjadi sifilis kongenital dini (prekoks), sifilis
kongenital lanjut (tarda) dan stigmata. Batas antara dini dan lanjut adalah dua
tahun. dini bersifat menular, sedangkan lanjut berbentuk guma dan tidak
menular. Stigmata tandanya berupa jaringan parut atau deformitas akibat
penyembuhan.
Sifilis Kongenital Dini Sifilis Kongenital Lanjut

• Gejala ringan • Umur 7-15 tahun


• Hukum Kossowitz • Khas : Gumma pada hidung, mulut, palatum
• Bula bergerombol, simetris, telapak tangan dan mole dan pallatum durum
kaki • Parrot nodus
• Regades • Terjadi pada bayi berusia >2 tahun
• Wajah bayi tampak tua • Jarang terjadi, dapat ditemukan pada anak
• Alopesia yang tidak diobati
• Onikia sifilatika • >5 tahun dapat terjadi  keratitis interstitial
• Plaque muqueuses • Gigi Hutchinson
• KGB membesar, generalisata • Neurosifilis
• Hepatomegali dan splenomegaly • Saber tibia
• Anemia berat • Ketulian
Stigmata
1. Stigmata pada lesi dini
• Fasies (saddle nose, bulldog jaw)
• Gigi hutchinson
• Ragades
• Jaringan parut koroid (koroidenitis)
• Kuku (onikia)

2. Stigmata pada lesi lanjut


• Kornea (keratitis interstisial)
• Sikatriks gumatosa
• Tulang (osteoporosis gumatosa)
• Atrofi optikus
• Trias Hutchinson (keratitis interstisial,
gigi Hutchinson, dan ketulian N.VIII)
Sifilis
Kongenital
Diagnosa Banding
Stadium Primer Stadium Sekunder Stadium Tersier
• Herpes simpleks • Erupsi obat alergi • Sporotrikosis
• Ulkus piogenik • Morbili • Aktinomikosis
• Skabies • Pitiriasis rosea • TB kutis gumosa
• Balanitis • Psoriasis • Keganasan
• Limfogranuloma • Dermatitis Seboroik
vereneum (LGV) • Kondiloma akuminata
• Karsinoma sel skuamos • Alopesia areata
• Penyakit Behcet
• Ulkus mole
Tes Serologik
Non Treponema Treponema
• Rapid Plasma Reagen (RPR) • Treponema Pallidum Imobilization (TPI)
• Venereal Disease Research Laboratory • Reiter protein complement fixation test (RPCF)
(VDRL) • Fluorescent Treponemal Antibody Absorption Assay
• Automated Reagin Test (ART) (FTA- ABS) : IgM dan IgG
• Reagen Screen Test (RST) • Treponema Pallidum Haemagglutination Assay
• Wasserman (WR), Kolmer (TPHA)
• Mendeteksi Ig antibodi T. pallidum dan bersifat • Microhemaglutination Assay for Treponema
non spesifik Pallidum (MHA-TPA),
• Hasil pemeriksaan dapat berupa kualitatif • Menggunakan seluruh fragmen T. pallidum
(reaktif/non-reaktif) ataupun kuantitatif berupa sebagai antigen, mendeteksi infeksi T. pallidum
titer secara langsung.
• Cepat, sederhana dan murah  skrining • Hanya menunjukkan seseorang pernah terinfeksi T.
• Memantau jalannya penyakit selama dan pallidum
setelah pengobatan • Menunjukkan hasil reaktif seumur hidup walaupun
• Bisa reaktif kondisi lain terapi berhasil
• Apabila reaktif harus dikonfirmasi ulang
dengan tes spesifik treponema
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Lapangan Gelap Tes Direct Fluorescent Antibody Nucleic Acid Amplificaton Test
(DFE) (DFA) (NAAT) atau PCR

• Mikroskop lapangan gelap • Mikroskop fluoresens • Terutama untuk lesi oral atau
• T. pallidum = bentuk spiral • T. pallidum = berpendar lesi lain yang kemungkinan
berwarna putih bersinar pada kehijauan dengan latar belakang dapat terkontaminasi oleh
latar belakang hitam hitam Treponema lain
• Tidak praktis • DFA > DFE • Sensitivitas PCR mencapai 95
• Positif/ negatif palsu %
• Membutuhkan tenaga terlatih
dan berpengalaman
• Rongga mulut seringkali
dikolonisasi oleh selain
Treponema  tidak
dianjurkan
Pemeriksaan Lapangan Gelap (DFE) Tes Direct Fluorescent Antibody (DFA)
Tatalaksana

Edukasi pasien umum


● Memberikan informasi tentang penyakit sifiis, cara penularan,
cara pencegahan, dan terapinya
● Tidak berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan
seksual
● Menggunakan pengaman saat melakukan hubungan seksual
● Menganjurkan pasangan seksual juga ikut melakukan terapi
sifilis
Tatalaksana
(Medikamentosa)
Obat Pilihan Obat Alternatif
Penicilin • Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari atau
• Penicilin G prokain dalam akua • Eritromisin 4 x 500 mg/hari atau
• Penicilin G prokain dalam minyak • Doksisiklin 2 x 100 mg/hari
• Penicilin G Benzatin Lama pengobatan 15 hari (stadium dini) atau 30 hari
• Penisilin G dengan dosis bergantung pada (stadium lanjut)
stadium • Sefaleksin 4x500 mg 15 hari
• Stadium dini : Stadium I, II & laten < 2 tahun : 2,4 • Ceftriaxone 2 gr DT 15 hari
juta unit • Azitromisin 1x500 mg 10 hari
• Stadium lanjut : Stadium laten >2 tahun & III : 7,2
juta unit (injeksi IM, 2,4 juta unit/x dengan interval
1 minggu)
Komplikasi
Manifestasi yang akan muncul akibat kerusakan di beberapa organ
tubuh terutama pada stadium sifilis tersier dapat berkomplikasi
ke cardiovaskular, neurosifilis, dan gumma

Pengidap sifilis juga akan beresiko lebioh besar terjadina


penularan HIV

Penularan sifilis dari ibu ke bayi saat kehamilan akan menibgkatkan


terjadinya keguguran dan kemarian bayi beberapa hari pasca
kelahiran
Prognosis
Dubia ad bonam

Semakin dini sifilis terdeteksi maka


tatalaksana juga akan sedini mungkin
diberikan, sehingga prognosis akan lebih baik

Dengan ditemukannya penisilin, maka


prognosis sifilis menjadi lebih baik
Daftar Pustaka

• Daili, S.F., Nilasari, H. Gonore. Dalam: Minaldi, S.L.S., Bramono, K., Indriatmi, W. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016;443-9.
• Iwasiw, R. Infectious Disease: Gonorrhea Pathogenesis.2015.Nadobudskaya, D.U. Gonore. Dalam: Liwang,
F., Yuswar, P.W., Wijaya, E., Sanjaya, N.P. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kelima. Media Aesculapius.
2020;655-62.
• Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter
• Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI. 2017.
• Jacoeb TNA. Sifilis. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2016. 455–74 p.
• Lewinson RT. Dermatology - Syphilis: Pathogenesis and clinical findings [Internet].CalgaryGuide, 2016 [cited 12 Juli
2022]. Available from : https://calgaryguide.ucalgary.ca/1-and-2-syphilis-pathogenesis-and-clinical-findings/
• Widanty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan MY, Siswati AS, Triwahyudi D, dkk, penyunting. Panduan Praktik Klinis.
Jakarta: Persatuan Doker Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia; 2017. h.372-74
• Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. Kang S,Amagai M,Brunckner AL,Alexander H, Margolis DJ, McMichael MJ, et al.
Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. McGraw-Hill; 2019. 3145–68 p

Anda mungkin juga menyukai