Anda di halaman 1dari 69

ONIKOMIKOSIS

Muhammad Bagus Aryo W


15360464
Pembimbing :
dr. Hj. Hervina, Sp. KK

KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUD DR. RM


DJOELHAM BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2018
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Dinda Putri
Ramadhan
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Pelum menikah
Pekerjaan : Pelajar SD
Alamat : Jl. MT Hargomo
II. ANAMNESA
Keluhan Utama
Gatal-gatal, dijumpai kuku tampak rusak
dan rapuh, permukaan kuku tampak
menebal, kasar, terdapat bercak putih
dan berwarna kusam kecoklatan, pada
kuku kaki kanan, kiri, dan kuku tangan
kiri, hal ini dirasakan sejak 2 tahun yang
lalu dan mulai memberat 1 bulan ini.
Telaah
Awalnya muncul pada kuku jempol kaki
kanan lama kelamaan muncul lagi di
hampir seluruh kuku kaki kanan-kiri, dan
kuku tangan kiri

Keluhan Tambahan : Tidak Ada


Riwayat perjalanan penyakit (RPP)
• Lokasi timbul lesi pertama kali : Muncul
di kuku jempol kaki kanan
• Bagaimana perluasan lesi tersebut :
Awalnya muncul pada kuku jempol kaki
kanan lama kelamaan muncul lagi di
hampir seluruh kuku kaki kanan-kiri, dan
kuku tangan kiri
• Ada/tidak pengaruh makanan/lingkungan :
Ada, os memelihara banyak kucing di
rumahnya
Riwayat Pemakaian Obat : Tidak ada
Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada


Status Gizi : Baik
Keadaan Lingkungan : Kurang
baik
III. PEMERIKSAAN / STATUS
DERMATOLOGI
Inspeksi Kulit
a. Lokasi : Plate nails regio pedis
dextra et sinistra, plate nails
regio palmar sinistra
b. Distribusi : Tidak ada
c. Bentuk : Tidak ada
d. Susunan : Tidak ada
e. Batas : Tidak ada
f. Ukuran : Tidak ada
Efloresensi
Primer : Tidak ada
Sekunder : Tidak ada

Ruam Kuku : Onikolisis, hiperkeratosis,


brown nails, leukonikia

Ruam Rambut : Tidak ada

Ruam Genitallia : Tidak ada

Palpasi kulit : Normal


IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan mikroskopik dilakukan
dengan preparat KOH 20%. Sampel
diambil dari kerokan jaringan dasar kuku
yang terinfeksi. Pada mikroskop akan
tampak elemen jamur berupa hifa atau
ragi, tetapi tidak bisa membedakan
spesies, untuk itu diperlukan pemeriksaan
tambahan, yaitu kultur
V. RESUME
Pasien datang kepoli kulit dan kelamin
RSUD. Dr. Rm. Djoelham dengan keluhan
Gatal-gatal, dijumpai kuku tampak rusak
dan rapuh, permukaan kuku tampak
menebal, kasar, terdapat bercak putih
dan berwarna kusam kecoklatan, pada
kuku kaki kanan, kiri, dan kuku tangan
kiri, hal ini dirasakan sejak 2 tahun yang
lalu dan mulai memberat 1 bulan ini.
VI. DIAGNOSA SEMENTARA
Onikomikosis et causa tinea unguium

VII. DIAGNOSA BANDING


1. Onikomikosis
2. Liken planus
3. Paronikia
VIII. PENETALAKSANAAN
1. Umum (Non Farmakologi) :
• Menghindari sumber penularan
• Selalu terus memperhatikan, menjaga kebersihan lingkungan
dan pribadi

2. Farmakologi :
• Topikal
Amorolfine
Digunakan dalam bentuk cat kuku konsentrasi 5 %.

• Sistemik
Intrakonazol Dosis 200 mg (2 Kapsul)/ hari selama 3 bulan
IX. PROGNOSIS
 Penyakit ini dapat kambuh kembali.
Prognosisnya bergantung pada idetifikasi
penyebab, karakeristik kuku, lalu
penyakit penyerta dan imunologi yang
mempengaruhi waktu penyembuhan cepat
atau lambat.
ONIKOMIKOSIS
1. Definisi
Onikomikosis berasal dari
bahasa Yunani yaitu onyx
artinya kuku dan mykes artinya
jamur.
Onikomikosis adalah
merupakan istilah umum
untuk infeksi jamur
(dermatofit, ragi/ yeast dan
kapang) pada kuku kaki dan
atau kuku tangan.
Sementara untuk infeksi atau
kelainan kuku yang di
akibatkan karena jamur
dermatofit disebut tinea
unguium
2. Epidemiologi
 Onikomikosis adalah kelainan kuku tersering
pada dewasa, sekitar 15-40% dari semua
penyakit kuku.
 Prevalensi onikomikosis 2 -13%, pada pasien
usia lanjut dapat 28%, pada anak-anak < 0,5%
atau 30x lebih sedikit dibandingkan dewasa.
 Onikomikosis lebih meluas di kuku kaki 4-25
kali dibanding pada kuku tangan
3. Etiologi
 Terdapat tiga kelompok jamur yang
menyebabkan onikomikosis, yaitu:
dermatofita, nondermatofita, dan yeast.

 Dermatofita yang paling banyak


menyebabkan onikomikosis adalah
Trichophyton rubrum 70%, dan
Trichophyton mentagrophytes 19,8%.
Dermatofit adalah sekelompok jamur yang memiliki kemampuan membentuk molekul
yang berikatan dengan keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi untuk
membentuk kolonisasi

1. Trichophyton Koloni: putih


bertumpuk di tengah
rubrum.
dan
maroon pada tepinya
berwarna merah cheri
pada PDA.
Gambaran
mikroskopik: beberapa
mikrokonida berbentuk
airmata, sedikit
makrokonidia
berbentuk pensil.

2 Trichophyton Koloni: putih hingga


mentagrophytes. krem dengan
permukaan seperti
tumpukan kapas
Gambaran
mikroskopik:
mikrokonidia yang
bergerombol, bentuk
cerutu yang jarang,
terkadang hifa spiral.
4 Tipe GAMBARAN PATOGEN
Onikomikosis et
causa tinea unguium KLINIS TERSERING
1. Onikomikosis Onikolisis dan Trichophyton
subungual distal penebalan rubrum.
(OSD) subungual.
Diskolorasi kuning
kecokelatan, pada
dasar kuku di bawah
lempeng
2. Onikomikosis Terbentuk ‘pulau- Trichophyton
superfisial putih pulau putih’ pada mentagrophytes.
(OSPT)/ lapisan superfisial
Leukonikia Trikofita lempeng kuku

3. Onikomikosis Hiperkeratotik Trichophyton rubrum 4


subungual proksimal subungual,
(OSP) Onikolisis proksimal,
Leukonikia

4. Onikomikosis Kuku menebal dan Dapat merupakan


distrofik total distrofik hasil akhir
dari OSD, OSPT,
dan OSP
Onikomikosis Kandida

•Dimulai sebagai paronikia yang


disebabkan oleh spesies jamur
candida albicans.

•Menginvasi matriks,
menyebabkan depresi transversal
kuku, tampak sebagai
hiperkeratosis subungual dengan
massa abu-abu kekuningan
dibawahnya, mirip OSD, terutama
terjadi pada tangan
5.Patogenesis Masuknya fungi

Lempeng kuku, celah lipat kuku


lateral, proksimal, hiponikium

Perlekatan awal, selanjutnya jamur mengalami


pertumbuhan, germinisasi, dan penetrasi pada
jaringan kuku

Seluruh lapisan kuku terpenetrasi oleh


fungi mulai dari pada lempeng kuku
sampai bantalan kuku (nail bed).

Kondisi ini secara bertahap akan menyebabkan kuku


menjadi rusak.
Terjadinya penularan dermatofitosis adalah melalui 3 cara yaitu:
• Antropofilik, transmisi dari manusia ke manusia. Ditularkan baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui lantai kolam renang
dan udara sekitar rumah sakit/klinik, dengan atau tanpa reaksi
keradangan (silent “carrier”).

• Zoofilik, transmisi dari hewan ke manusia. Ditularkan melalui


kontak langsung maupun tidak langsung melalui bulu binatang
yang terinfeksi dan melekat di pakaian, atau sebagai kontaminan
pada rumah / tempat tidur hewan, tempat makanan dan minuman
hewan. Sumber penularan utama adalah anjing, kucing, sapi, kuda
dan mencit.

• Geofilik, transmisi dari tanah ke manusia. Secara sporadis


menginfeksi manusia dan menimbulkan reaksi radang.
6.Patofisiologi
Penularan dermatofitosis melalui 3 cara
Dermatofit yaitu Antropofilik, Zoofilik, Geofilik.
Setelah tumbuh, dermatofit
akan melakukan penetrasi yang
menghasilkan sekresi Perlekatan pada jaringan keratin
proteinase, lipase, dan enzim dimediasi oleh serabut dinding terluar
musinolitik, yang menjadi dermatofit yang memproduksi
nutrisi bagi jamur keratinase (keratolitik) yang dapat
menghidrolisis keratin dan memfasilitasi
pertumbuhan jamur
Proses penetrasi juga
menyebabkan mengaktifkan
pertahanan non spesifik yaitu Daya tahan tubuh individu sangat
struktur, keratinisasi, dan berpengaruh dalam membatasi
proliferasi epidermis, kemampuan dermatofit melakukan
bertindak sebagai barrier penetrasi, Pada kondisi individu
terhadap masuknya dengan sistem imun yang lemah,
dermatofit dermatofitosis yang berat atau
menetap.
7. Faktor resiko
 Mempunyai riwayat penyakit psoriasis,
diabetes dan immuno supression.
 Melakukan kegiatan atau kontak dengan
sumber infeksi.
 Tidak menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.
8. Diagnosis
A. Anamnesa
Onikomikosis sering kali asimtomatis
dan pasien sering kali hanya
mengeluhkan kosmetik kuku. Pada
anamnesis didapatkan kecurigaan yang
menagarah keinfeksi jamur seperti
perubahan warna atau bentuk
kuku.Pada penyakit yang sangat berat
dapat mengganggu aktivitas seperti
berdiri, berjalan, atau berolahraga.
B. Pemeriksaan fisik
Tanda klinis yang mungkin ditemukan pada kuku
yaitu:
• Onikolisis
• Hiperkeratosis subungual
• Diskolorasi (biasanya putih atau kuning tidak
transparan, lebih jarang pigmentasi coklat)
• Destruksi seluruh atau sebagian lempeng kuku
• Permukaan kuku menebal
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan langsung menggunakan mikroskop dapat
dilakukan dengan preparat KOH 20% atau KOH
20% + DMSO (Dimetil Sulfoksid) lalu di lanjutkan
dengan identifikasi spesimen menggunakan kultur
Kultur Jamur
Dapat dilakukan dengan medium agar dekstrose
(SDA) yang ditambah kloramfenikol/gentamisin
Selama pertumbuhan ini perlu diperhatikan adalah ada
tidaknya warna yang dibentuk, ada tidaknya hifa yang
seperti kapas, beludru, bubuk, lalu bentuk dan
permukaannya.
Pemeriksaan histo PA
Indikasinya : bila dua kali pemeriksaan
KOH dan kultur memberikan hasil
negatif dan klinis tetap curiga suatu
onikomikosis, maka pemeriksaan histo PA
perlu dilakukan.
Pengecatan GMS
Pada Pewarnaan Gomori Methenamine
Silver (GMS) jamur yang terwarnai akan
tampak masa padat hifa dermatofit.
9. Diagnosis banding
 Onikomikosis
 Psoriasis Kuku
 Liken planus kuku
10. Penatalaksanaan
• Terapi sistemik
Intrakonazol Dosis 200 mg (2 Kapsul)/ hari
selama 3 bulan, terapi denyut 400 mg (4 Kapsul)/
hari selama 7 hari tiap bulan untuk kuku tangan 2
bulan, kuku kaki 3-4 bulan.
Griseofulvin Dosis yang digunakan adalah 0,5-1
g untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak-
anak dalam sehari atau 10-25 mg/kgBB. Selama
2-4 minggu.
Ketokonazol.
Dosis 200 mg/ hari selama 10-14 hari pada pagi
hari setelah makan.
 Terapi topikal
Bifonazol-urea :
Kombinasi derivat azol, yaitu bifonazol 1 % dengan
urea 40 % dalam bentuk salep.
Amorolfine :
Merupakan derivat morfolin yang bersifat
fungisidal. Digunakan dalam bentuk cat kuku
konsentrasi 5 %.
Ciclopiroxolamin 8 %:
Suatu derivat piridon dengan spectrum anti jamur
luas, juga digunakan dalam bentuk cat kuku.
• Debridemen
Mengangkat jaringan kuku yang distropik, pasien
seharusnya didebridemen setiap satu minggu.
Pada onikomikosis subungual distal,
hiperkeratotik harus diangkat. Pada onikomikosis
superfisial putih, kuku diangkat dengan cara
dikuret
• Terapi Novel laser
Telah dikemukakan terapi laser untuk mengobati
onikomikosis (total distropi, proksimal subungual
onikomikosis, distal subungual onikomikosis dan
onikomikosis endoniks).
Edukasi
 Selalu memakai sendal /sepatu jika keluar
 Menghindari penggunaan gunting kuku bersamaan dengan
orang lain.
 Karena onikomikosis menular, semua anggota keluarga yang
terinfeksi juga harus dirawat di saat yang sama untuk
menghindari infeksi ulang.
 Menjaga kaki tetap dingin dan kering.
 Memakai antijamur topikal dan sistemik secara teratur sesuai
indikasi. Mengganti sepatu yang lama.
 Memakai bubuk atau spray antijamur yang mengandung
miconazole, clotrimazole atau tolnaftate ke dalam sepatu 1
minggu sekali dan memakai kaus kaki.
11.Komplikasi
 Perlukaan kulit di sekitar kuku yang
sakit memudahkan kolonisasi
mikroorganisme sehingga meningkatkan
risiko infeksi. Komplikasi pada lansia dan
penderita diabetes yang pernah dilaporkan
dianataranya selulitis, osteomyelitis,
sepsis, dan nekrosis jaringan
12.Prognosis
 Meskipun dengan obat-obat baru dan
dosis optimal, 1 diantara 5 kasus
onikomikosis tidak memberikan respon
baik.
 Penyebab kegagalan diduga adalah
diagnosis tidak akurat, salah indentifikasi
penyebab, adanya penyakit kedua/riwayat
penyakit, serta daya tahan tubuh yang
rendah (immunokopromais).
LIKEN PLANUS
1. Definisi
Liken planus merupakan
suatu penyakit inflamasi
yang berefek ke kulit,
membran mukosa, kuku,
dan rambut dan yang
ditandai dengan timbulnya
papul-papul yang memiliki
warna dan konfigurasi yang
khas Papul berwarna biru,
berskuama dan berbentuk
siku-siku.
2. Epidemiologi
 Tidak ada perbedaan pada ras, jenis
kelamin, geografik, distribusi umur rata-
rata 30-60 tahun.
 Di Jepang prevalensinya sekitar 0,5%,
1,9% di Swedia, 2,6% di India, dan 0,38%
di Malaysia.
3. Etiologi
 Etiologi terjadinya liken planus belum
diketahui secara pasti.
 Dugaan lain adalah didasarkan kelainan
imunologik, gangguan neurologik, dan stres
emosional, serta adanya infeksi virus hepatitis
C.
4. Gejala Klinis
 Liken planus pada kuku dapat timbul
tanpa kelainan kulit namun biasanya
terdapat keluhan gatal setelah
satu/beberapa minggu setelah lesi pertama
 Perubahan pada kuku berupa belah
longitudinal, pterigium kuku, kadang
anonikia, lempeng kuku menipis
5. Tipe liken planus
Berdasarkan Konfigurasi Lesi
Anular Papul menyebar ke perifer dengan bagian central
yang telah sembuh. Tepi lesi annular sedikit
meninggi dan berwarna ungu keputihan disertai
bagian tengah lesi hiperpigmentasi. Sering terjadi
badan, ekstremitas.

Linier Ada area normal diantara lesi, lebih sering


sebagai akibat trauma, sering terjadi di ekstremitas
Berdasarkan predileksi
Pada Like Planus dapat meyebabkan inflamasi bahkan
Palmopl kerusakan pada kuku.
antar

Pada Gambaran yang Nampak akan khas dengan


Kulit kehilangan rambut pada uni/multifocal lesi.
Kepala

Pada Beberapa bentuk liken planus pada mukosa yaitu


mukosa reticular, plaque-like, dan bentuk bulosa.
5.Patogenesis
Sel T CD8+ berikatan dengan MHC kelas Sel T CD8+ teraktivasi melepaskan
I pada keratinosit di daerah lesi sitokin-sitokin inflamasi
mengenali antigen spesifik liken planus

•TNF-α berikatan dengan reseptor TNF-


Mengaktivasi keratinocyte caspase α R1
cascade •Permukaan sel T CD95 (Ligand Fas)
berikatan dengan CD95 (Fas)
•Granzim B memasuki keratinosit
melalui pori atau celah membran

Apoptosis keratinosit
6.Patofisiologi
Peningkatan produksi sitokin TH1
merupakan kunci dan penanda awal
Sel T yg teraktivasi kemudian terjadinya Liken Planus,
tertarik dan bermigrasi

Hasil dari aktivasi faktor nuklear


mediator inflamasi kappa B dan
Sel T kemudian berikatan pada inhibisi dari jalur pengontrol faktor
keratinosit memicu proses pertumbuhan yang bertransformasi
kematian sel (apoptosis), menyebabkan hiperproliferasi
sehingga menghancurkan sel keratinosit yang memicu timbulnya lesi
basal epitelial. putih.
7. Faktor resiko
 Stress
 Penyakit kardiovaskular
 Adanya infeksi virus hepatitis c
8. Diagnosis

Anamnesa
• Liken planus pada kuku dapat timbul
tanpa kelainan kulit namun biasanya
terdapat keluhan gatal setelah
satu/beberapa minggu setelah lesi pertama
Pemeriksaan fisik
• Perubahan pada kuku berupa belah
longitudinal, pterigium kuku, kadang
anonikia, lempeng kuku menipis
Pemeriksaan penunjang
 Jumlah total limfosit dan sel darah putih menurun
 Pemeriksaan histopatologi
Pada epidermis yang tipis terlihat hiperkeratosis, akantosis,
penebalan stratum granulosum setempat, degenerasi
membran basalis, dan hilangnya stratum basalis.
 Pemeriksaan patologi anatomi
Terdapat 2 gambaran utama pada liken planus yaitu
kerusakan Basal Epidermal Keratinosit dan reakis
likenoid-interface limfositik
9. Diagnosis banding
 Onikomikosis
 Psoriasis kuku
 Pironikia
9. Penatalaksanaan
Farmakologi
Kortikosteroid Topikal
Triamcinolon asetonide intralesi dosis 5-
10 mg/mL ,Dioleskan 1-2 kali/hari
Kortikosteroid Sistemik
Prednison 20 mg/hari (30-80 mg ) untuk
4-6 minggu dan dilanjutkan dosis yang
dikurangi selama 4-6 minggu
Etretinat 10-20 mg/hari selama 4-6 bulan
Fotokemoterapi (psoralen dan ultraviolet)
sangat bermanfaat pada liken planus di
kulit yang sifatnya generalisata.
Penggunaan dikombinasi dengan
kortikosteroid sistemik untuk
mempercepat respon. Fototerapi dapat
meliputi UVB dan UVA.
Edukasi
 Gunakan air bersih hangat tanpa sabun
untuk membersihkan bagian kulit yang
terinfeksi, dan pakailah pelembap untuk
kulit.
 Kompres dengan es batu untuk
mengurangi rasa gatal dan pembengkakan.
Khusus bagi wanita, disarankan tidak
mengenakan celana ketat untuk sementara
10. Komplikasi
- Rambut
Alopesia sikatrisial atrofi
- Kuku
Pada kuku, terjadi pada hingga 10%
kasus, tetapi biasanya sebagai gambaran
minor penyakit.
11. Prognosis
 Penyakit ini dapat sembuh sendiri.
Prognosisnya bergantung pada luasnya
dan bentuknya, yang mempengaruhi
waktu penyembuhan cepat atau lambat.
PARONIKIA
1. Definisi

Paronikia merupakan suatu


peradangan yang terjadi pada
daerah kulit lipat kuku yang
berbatasan dengan lempeng
kuku, atau lipatan kulit di
sekitar kuku
2. Epidemiologi
 Dapat mengenai seluruh kelompok usia
(bayi dan anak-anak jarang), paling
banyak ditemukan pada usia dewasa,
terutama ibu-ibu rumah tangga dan orang
yang mempunyai pekerjaan tertentu
3. Etiologi
 Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma
langsung ataupun tidak langsung, namun
agen penginfeksinya sering disebabkan oleh
stafilokokus, streptococcus pyogenes, bakteri
anaerob gram negatif
5. Tipe Paronikia
Berdasarkan perjalanan penyakit,dan gejala klinis
Akut Biasanya hanya satu jari kuku yang terkena,
kondisi ini ditandai oleh eritema, edema, rasa
nyeri pada lipat kuku
Tanda awal infeksi diindikasikan mengalirnya pus
ketika lipatan kuku ditekan. Infeksi yang tidak
diobati dapat menjadi abses subungual dengan
adanya peradangan dan nyeri pada matriks kuku.
Manifestasi lanjut, dapat terjadi distrofi
sementara atau permanen pada lempeng kuku.

Kronik Penyakit inflamasi multifaktorial pada lipatan kuku


proximal terhadap iritan dan alergen (riwayat
kontak terus-menerus dengan air, kontak dengan
sabun, deterjen, atau bahan kimia lainnya)
Biasanya ibu jari dan kedua atau ketiga tangan
dominan. Lempeng kuku menjadi tebal dan
berwarna
5.Patogenesis dan patofisiologi
Masuknya staphylococcus terjadi akibat Terdapat celah Lempeng kuku, lipat
dari trauma langsung maupun tidak kuku lateral, proksimal, hiponikium
langsung

Disaat stafilokokus melakukan


Stafilokokus melakukan perlekatan, dan
penetrasi ke lapisan epidermis lebih
menghasilkan extracellular enzyme untuk
dalam, tubuh merespon dengan
dapat beradaptasi
mengaktifkan imunitas

Stafilokokus
Stafilokokus merespon dengan mengeluarkan
menghasilkan surface associated toksik, merusak
factor (menghindar dari imunitas jaringan secara
inang) langsung, terjadi
degradasi jaringan
7. Faktor resiko
Trauma langsung/
Riwayat penyakit Kontak iritan/alergen
tidak langsung

Penggunaan
Imunokomprimais obat sistemik

PARONIKIA
8. Diagnosis
A. Anamnesa
Pada paronikia biasanya hanya satu jari
kuku yang terkena, timbul rasa nyeri pada
lipat kuku

B. Pemeriksaan fisik
Adanya eritema, edema, rasa nyeri pada
lipat kuku. Pus mengalir bila di lakukan
penekanan pada lipatan kuku, dapat terjadi
distrofi sementara, dan lempeng kuku
menjadi tebal, berwarna
C. Pemeriksaan penunjang
Tes tekan jari
Dapat membantu pada infeksi stadium awal keberadaan atau
luas abses, peningkatan tekanan di dalam lipatan kuku,
menyebabkan perubahan warna menjadi putih dari kulit di
atasnya dan demarkasi yang jelas dari abses
Pemeriksaan langsung menggunakan mikroskop dapat dilakukan
dengan preparat KOH 20% atau KOH 20% + DMSO
(Dimetil Sulfoksid) lalu di lanjutkan dengan identifikasi
spesimen menggunakan kultur
8. Diagnosis banding
 Psoriasis kuku
 Liken planus
 Onikomikosis
9. Penatalaksanaan
Non farmakologi
Pengobatan paronkia akut ditentukan oleh
tingkat peradangan. Jika abses tidak
terbentuk, penggunaan kompres air hangat
dan merendamkan yang terkena dalam
larutan Burow (yaitu, aluminum asetat)
atau cuka dapat efektif.
Farmakologi
Sistemik
Antibiotik : Flukloksasilin 4x500mg/hari
Topikal
Antiseptik providonyodium atau
klorheksidin
Kombinasi antibiotik topikal dan
kortikosteroid seperti betametason
(Diprolene)
 Ketika terdapat abses atau fluktuasi, pus
mungkin menyebar kebawah sulkus kuku
pada daerah yang berlawanan sehingga
mengakibatkan terjadinya abses disekitar
kuku, atau pus berakumulasi pada bawah
kuku sehingga mengangkat lempeng kuku
dan bila hal ini terjadi usahakan drainase
secara spontan, atau drainase dengan
intervensi bedah
Edukasi
 Menghindari kontak dengan zat iritasi
 Manajemen yang penyebab dasar
inflamasi dan infeksi, lalu dapat
 Mencegah adanya trauma dan
 Menjaga agar kulit tetap kering
11. Komplikasi
 Paronikia akut yang rekuren dapat
berkembang menjadi paronikia kronis
 Ketika proses inflamasi kronis tidak
responsif terhadap pengobatan, dokter
harus mempertimbangkan kemungkinan
karsinoma
12. Prognosis
 Prognosis menjadi baik bila dapat
menghindari kontak dengan zat iritasi,
manajemen yang dilakukan sudah tepat
terhadap penyebab dasar inflamasi dan
infeksi, lalu dapat mencegah adanya
trauma dan menjaga agar kulit tetap
kering karena paronikia akut yang
rekuren dapat berkembang menjadi
paronikia kronis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai