Diperiksa saat melakukan pemeriksaan gerak bola mata. Tentukan posisi mata mana
yang timbul diplopia. Bila satu mata ditutup, bayangan mana yang hilang. Minta
pasien menunjukkan posisi dari bayangan.
Interpretasi: arah posisi bayangan yang salah menunjukkan arah gerakan otot yang
lumpuh
8. Penilaian nistagmus
Diperiksa saat melakukan pemeriksaan gerak bola mata, harus diperhatikan apakah
ada nistagmus. Penderita disuruh melirik terus ke satu arah (misalnya kanan) selama
5 detik.
Interpretasi: selama 5 detik nistagmus (gerak bolak balik bola mata yang involunter
dan ritmik) akan terlihat.
9. Refleks kornea
Sentuh kornea penderita dengan menggunakan kapas.
Interpretasi: normal apabila mata pasien menutup.
10. Funduskopi
Pemeriksa memegang oftalmoskop dengan tangan kanan. Tangan kiri pemeriksa
memfiksasi dahi pasien. Pemeriksa menyandarkan dahinya pada dorsum manus
tangan iri yang memegang dahi pasien. Mata kanan pasien diperiksa dengan mata
kanan pemeriksa, begitu sebaliknya. Pemeriksa menilai retina dan papil nervus optik.
Interpretasi:
Papil normal : bentuknya lonjong, warna jingga muda, di bagian temporal sedikit
pucat, batas dengan sekitarnya (retina) tegas, hanya di bagian nasal agak kabur, selain
itu didapatkan lekukan fisiologis.
Pembuluh darah normal : pembuluh darah muncul ditengah, bercabang ke atas dan ke
bawah, jalannya arteri agak lurus sedangkan vena berkelok-kelok, perbandingan besar
v:a = 3:2 sampai 5:4.
11. Penilaian Kesimetrisan Wajah
- Cara pemeriksaan : pasien diperintah untuk mengerutkan dahi atau mengangkat
kedua alis mata, menutup kedua kelopak mata dengan rapat lalu pemeriksa
mencoba membukanya dengan tangan, dan senyum dan diamati lipatan nasobialis
simetris atau tidak, mengembungkan kedua pipi lalu pemeriksa menekan pipi kiri
dan kanan apakah kekuatannya sama.
- Intepretasi : untuk menentukan adanya paresis nervus facialis central maupun
perifer.
12. Penilaian Kekuatan Otot Temporal dan Masseter
- Cara pemeriksaan : pasien diminta untuk merapatkan gigi serapat-rapatnya. Lalu
pemeriksa menilai kekuatan otot temporal dan masseter.
- Intepretasi : untuk menentukan adanya paresis nervus trigeminus
13. Penilaian Sensasi Wajah
- Cara pemeriksaan : memeriksa sensasi nyeri daerah dahi, pipi, dan rahang bawah
kiri dan kanan dengan menggunakan tusuk gigi, pasien diminta menunjukkan
perbedaan rasa pada bagian kiri dan kanan. Lalu memeriksa sensasi raba daerah
dahi, pipi, dan rahang bawah kiri dan kanan dengan menggunakan kapas/kuas,
pasien diminta menunjukkan perbedaan rasa pada bagian kiri dan kanan.
- Intepretasi : untuk menentukan adanya lesi nervus trigeminus cabang oftalmik
(dahi), maksila (pipi), dan mandibula (rahang bawah).
14. Penilaian Pergerakan Wajah
Sistem motorik
23. Inspeksi : postur, habitus, gerakan involunter
- Cara pemeriksaan : inspeksi apakah ada tremor, chorea, tic, athetosis distonia,
hemibalismus, diskinesiapada pasien
- Intepretasi :
24. Penilaian tonus otot
- Cara pemeriksaan : pemeriksa memanipulasi gerakan bagian ekstremitas secara
pasif apakah ada tahanan.
- Intepretasi : adanya tahanan saat manipulasi gerakan disebut hipertonus.
25. Penilaian kekuatan otot
- Cara pemeriksaan : meminta pasien untuk mengerakkan tiap persendian
ekstremitas dan diberikan tahanan oleh pemeriksa
- Intepretasi : nilai (0)tidak ada kontraksi, (1)ada sedikit kontraksi tetapi tidak
bergerak, (2)ada pergerakan tetapi tidak bisa melawan gravitasi, (3)ada pergerakan
dan dapat melawan gravitasi, (4)dapat melawan gravitasi dan tahanan ringan,
(5)tidak ada kelemahan/normal
KOORDINASI
26. Inspeksi cara berjalan (gait)
- Cara pemeriksaan :
1. Circumflection gait : Berjalan dengan menyeret tungkai, hingga terayun seolah
membuat gerakan melengkung membentuk setengah lingkaran
2. Stamping gait : Melangkah lebar- lebar, mengangkat tungkai tinggi- tinggi dan
di jatuhkan keras-keras pada seluruh tapak kakinya
3. Parkinson gait : Berjalan membungkuk, lengan aduksi dan fleksi pada sendi
siku dan lutut, langkah kecil- kecil, diseret, lambat, dan kaku, serta sulit
menghentikan langkahnya
4. Spastic gait : Berjalan dengan kedua tungkai spastic sehingga pasien seperti
baru belajar berjalan
5. Scissors gait : berjalan dengan kekakuan otot- otot, abduktor kedua paha,
pasien berjalan seperti menggunting, akibat paraplegia
6. Ataxic gait : Berjalan seperti orang mabuk
7. Stappage gait : Berjalan dengan mengangkat tungkai tinggi- tinggi, dan
sewaktu diturunkan jari- jari terlebih dahulu yang menyentuh tangan
- Interpretasi :
1. Biasanya terdapat pada penderita hemiplegia
2. Biasanya terdapat pada penderita tabes dorsalis
3. Biasanya terdapat pada penderita parkinson
4. Biasanya terdapat pada penderita lesi UMN
5. Biasanya terdapat pada penderita paraplegia
6. Biasanya terdapat pada penderita kelainan di serebelum atau gangguan sistem
keseimbangan
7. Biasanya terdapat pada penderita neuritis perifer (foot drop)
27. Shallow knee bend
- Cara pemeriksaa : pasien berdiri belakang kursi dan memegang ujung atas kursi,
lalu tekuk lutut dan luruskan berulang-ulang
Intepretasi : rasa kebas menunjukkan ada lesi diatas satu segmen yang diuji. Lesi
pada traktus spinothalamicus.
35. Penilaian sensasi raba halus
- Cara pemeriksaan : pemeriksa menggunakan kapas untuk menilai sensasi raba
halus per segmen saraf dermatom dan dibandingkan pada kedua sisi tubuh.
- Intepretasi : rasa kebas menunjukkan ada lesi diatas satu segmen yang diuji.
36. Penilaian rasa posisi (proprioseptif)
- Cara pemeriksaa: pasien diperintah untuk menyentuh/memegang bagian tubuhnya
dengan mata tertutup.
- Intepretasi : jika pasien tidak bisa melakukan perintah maka ada gangguan
proprioseptif. Lesi pada traktus spinocerebellar.
37. Penilaian sensasi diskriminatif (misal stereognosis)
- Cara pemeriksaan : pemeriksa membuat sensasi nyeri dengan 2 jarum tumpul
secara bersamaan dengan jarak-jarak tertentu
- Intepretasi : terdapat astereognosis jika pasien tidak dapat mengidentifikasi
apakah ada 1/2 sumber nyeri pada jarak tertentu.
Fungsi luhur
38. Penilaian tingkat kesadaran dengan skala koma Glasgow (GCS)
- Cara pemeriksaan : pemeriksa menggunakan skala GCS dengan menilai mata,
verbal, dan motorik
- Intepretasi : Mata; skor (1)tidak ada respon, (2)membuka mata dengan nyeri,
(3)membuka mata dengan suara, (4)membuka mata spontan.
Verbal; skor (1)tidak ada respon, (2)mengerang, (3)perkataan kacau dan
disorientasi, (4)berbicara perkata dan disorientasi, (5)orientasi baik.
Motorik; skor (1)tidak ada respon, (2)deserebrasi, ekstensi patologis,
(3)dekortikal, fleksi patologis, (4)menghindar rangsang nyeri, (5)melokalisasi
rangsang nyeri, (6)sesuai perintah.
39. Penilaian orientasi
- Cara pemeriksaan : pemeriksa bertanya waktu dan tempat
- Intepretasi : ada disorientasi waktu/tempat jika pasien salah dalam menjawab
40. Penilaian kemampuan berbicara dan berbahasa, termasuk penilaian afasia
- Cara pemeriksaan : pemeriksa diajak berbicara dan melihat respon pasien, apakah
ada berbicara pelo atau bisu.
- Intepretasi : gangguan berbicara(disartria) ditandai berbicara pelo dan mengerti
apa yang dikatakan. gangguan berbahasa(afasia motorik) ditandai pasien tidak
bisa berkata tapi mengerti apa yang diperintah, (afasia sensorik) pasien tidak
mengerti apa yang diperintah tapi bisa berkata.
41. Penilaian apraksia
- Cara pemeriksaan : pasien disuruh melakukan perintah-perintah (gerakan motorik
halus) oleh pemeriksa seperti melambaikan tangan, menggunakan
gunting(ideomotor); bersiul, meniup(buccofacial); memakai pakaian(dressing).
- Intepretasi : dikatakan apraksia jika tidak bisa melakukan sesuai perintah.
42. Penilaian agnosia
- Cara pemeriksaan : pemeriksa bertanya sesuatu objek (kursi, meja, suara, jarak,
waktu) yang telah dikenal oleh pasien
- Intepretasi : dikatakan agnosia jika pasien tidak dapat menjawab beberapa
pertanyaan dengan tepat.
43. Penilaian kemampuan belajar baru
Intepretasi : positif jika ibu jari ekstensi, jari lainnya fleksi dan mengembang
(fanning).
52. Snout reflex
- Cara pemeriksaan : menekan antara daerah hidung dan bibir atas
- Intepretasi : respon kerutan bibir dan menonjol, jika reflek meningkat bisa
didapatkan gerkan menghisap, mengunyah bahkan menelan.
53. Refleks menghisap/rooting reflex
- Cara pmeriksaan : menyentuh bibir atau ujung mulut dengan jari
- Intepretasi : positif jika pasien menengok ke arah sentuhan, normal pada infant.
54. Refleks menggengam palmar/grasp reflex
- Cara pemeiksaan : menggores telapak tangan
- Intepretasi : positif jika diikuti respon fleksi jari-jari tangan, normal sampai 6
bulan.
55. Refleks glabela
- Cara pemeriksaan : mengetuk daerah dahi dengan palu refleks
- Intepretasi : pada pasien normal akan berkedip saat diketuk, tidak normal pasien
akan berkedip terus-menerus.
56. Refleks palmomental
- Cara pemerksaan : menggores bagian telapak dari pergelangan ke arah ibu jari
dengan jari pemeriksa akan diikuti respon kontraksi m.mentalis dan m.orbicularis
oris.
- Intepretasi : ada pada pasien normal, bisa meningkat pada gangguan saraf central
dan menurun/hilang pada gangguan saraf perifer.
Tulang belakang
57. Inspeksi tulang belakang saat istirahat
- Cara pemeriksaan : melihat adanya jejas, penonjolan pada tulang belakang,
rambut halus, dan tulang belakang lurus atau tidak. Dilakukan pasien berdiri,
berbaring.
- Intepretasi : nilai adanya pendataran arkus lumbal, kurvatura berlebihan
58. Inspeksi tulang belakang saat bergerak
- Cara pemeriksaan : pasien diminta mengerakkan tulang belakang ke kanan, kiri,
membungkuk dan tegap
- Intepretasi : lihat apakah ada kelainan tulang belakang (kifosis, lordosis, skoliosis)
59. Perkusi tulang belakang
- Cara pemeriksaan : mengetuk dengan kepalan tangan pemeriksa
- Intepretasi : nyeri timbul pada osteoporosis, infeksi, atau keganasan
60. Palpasi tulang belakang
- Cara pemeriksaan: dilakukan dengan posisi pasien duduk atau berdiri, meraba
prosesus spinosa dengan ibu jari
- Intepretasi : nyeri saat palpasi indikasi fraktur/dislokasi. Penonjolan bisa terjadi
pada spondilolisthesis. Perabaan terasa kaku atau keras indikasi spasme otot.
61. Mendeteksi nyeri diakibatkan tekanan vertikal
- Cara pemeriksaan : deteksi apakah ada nyeri saat berdiri/duduk.
- Intepretasi :
62. Penilaian fleksi lumbal
Interpretasi : Jika pasien merasakan nyeri menjalar dari bokong hingga ke tungkai,
sesuai dengan inervasi N. Ischiadicus sebelum mencapai 70 derajat dikatakan tes
laseque positif (+), biasanya didapatkan pada penderita hernia diskus L5, S1, atau
S2
1. Brudzinski
a. Brudzinski I
-
Cara pemeriksaan :
Pasien
berbaring terlentang
tanpa
bantal kepala.
Pemeriksa meletakka
tangan
kiri pasien di bawah
kepala
pasien, tangan kanan di
atas
dada kemudian lakukan
fleksi
kepala dengan cepat kea
rah
dada pasien
- Interpretasi : (-) / (normal) bila pada saat fleksi kepala , tidak terjadi fleksi
involunter kedua tungkai pada sendi lutut . (+)/ (abnormal) bila terjadi fleksi
involunter kedua tungkai pada sendi lutut
b. Brudzinski II
- Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang , fleksikan satu tungkai pada sendi
lutut, kemudian secara pasif lakukan fleksi maksimal pada persendian panggul,
tungkai satunya dalam keadaan lurus
- Interpretasi : (+)/ (abnormal) bila tungkai yang dalam posisi ekstensi terjadi fleksi
involunter pada sendi panggul dan lutut. (-) bila tidak terjadi apa-apa
c. Brudzinski III
- Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang, lakukan penekanan pada kedua
OS.Zygomaticus kiri dan kanan dengan menggunakan ibu jari pemeriksa
- Interpretasi : (+)/ (abnormal) terjadi fleksi involunter kedua ekstremitas superior
pada sendi siku. (-)/ (normal) jika tidak terjadi apa-apa
d. Brudzinski IV
- Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang, lakukan penekanan pada
symphisis os. Pubis dengan tangan kanan pemeriksa
- Interpretasi : (-) / (normal) bila tidak terjadi apa- apa. (+)/ (abnormal) terjadi fleksi
involunter kedua tungkai pada sendi lutut
2. Counting Tes
- Cara pemeriksaan
- Interpretasi
3. Valsava
4. Naffziger
- Cara pemeriksaan : Pasien diminta
atau berbaring, pemeriksa
kedua vena jugularis dengan
tangan pemeriksa sekitar 2 menit
pasien merasa kepalanya penuh.
diminta untuk mengejan saat
penekanan vena jugularis tadi.
- Interpretasi : (+) jika terdapat nyeri radikuler sekitar dermatom
menahan
menahan
yang
lengan
berdiri
menekan
kedua
sampai
Pasien
dilakukan
5. Tinnel tes
- Cara pemeriksaan :
melakukan
penekanan pada
sulcus
n.ulnaris yaitu
dibagian
posterior
epicondylus
medialis
humeri (sulcus n.
ulnaris)
- Interpretasi :
(Tinels
test +)timbul nyeri
yang
dirasakan berpangkal pada tempat penekanan dan menjalar sepanjang perjalanan
n. ulnaris yaitu sebelah medial lengan bawah hingga ke setengah jari IV dan V
6. Fallen test
- Cara pemeriksaan
- Interpretasi
7. Tes Wattenberg
- Cara pemeriksaan
- Interpretasi