Anda di halaman 1dari 12

Fungsi saraf kranial

1. Pemeriksaan indra penciuman


Cara pemeriksaan : periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan
setempat misalnya ingus, atau polip. Hal ini dapat mengurangi ketajaman keciuman.
Salah satu hidung ditutup, dan pasien diminta untuk mencium bau-bau tertentu yang
tidak merangsang. Zat pengetes yang digunakan sebaiknya zat yang dikenal seharihari, misalnya kopi, teh, tembakau, jeruk. Tiap lubang hidung diperiksa atau satu
persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan.
Interpretasi : jika kerusakkan saraf ini menyebabkan hilangnya penciuman(anosmia),
atau berkurang penciumannya (hiposmia)
2. Inspeksi lebar celah palpebra
Cara pemeriksaan :
Perhatikan celah mata dan bandingkan lebar celah palpebra kiri dan kanan.
Interpretasi :
Apakah ada ptosis yaitu kelumpuhan nervus III dapat menyebabkan terjadinya
kelopak mata terjatuh, mata tertutup, dan tidak dapat dibuka. E ksoftalmus,
enoftalmus, dan apakah ada strabismus. Selain itu, apakah dia cendrung memejamkan
matanya yang kemungkinan disebabkan oleh diplopia
3. Inspeksi pupil (ukuran dan bentuk)
Cara pemeriksaan :
Lihat diameter pupil, bandingan kiri dan kanan serta lihat bentuk bulatan pupil teratur
atau tidak
Interpretasi :
Normal besarnya 3 mm, isokor atau anisokor.
4. Penilaian pupil terhadap cahaya
Cara pemeriksaan :
Relfleks cahaya langsung: Pada pemeriksaan ini pasien disuruh melihat jauh setelah
itu kita senter dan lihat reaksi pada pupil.
Refleks cahaya tidak langsung : Lalu perhatiakn pupil mata yang satu lagi, apakah
pupil ikut mengecil oleh penyinaran mata yang satu lagi.
Lakukan pada mata satu lagi.
Interpretasi : pada keadaan normal hasil refleks cahaya langsung adalah pupil
mengecil, dan refleks cahaya tidak langsung adalah pupil mengecil.
5. Reaksi pupil terhadap objek dekat
Penderita disuruh melihat jauh, kemudian disuruh melihat dekat, misalnya jari kita
yang di tempatkan dekat matanya.
Interpretasi: refleks akomodasi dianggap positif bila terlihat pupil mengecil.
6. Penilaian gerak bola mata
Penderita disuruh mengikuti jari-jari pemeriksa yang di gerakkan ke arah lateral,
medial atas, atas-medial, bawah-lateral. Perhatikan apakah mata pasien dapat
mengikutinya, dan perhatikan bagaimana gerakan bola mata, perhatikan apakah ada
diplopia, dan nistagmus.
Interpretasi: pada keadaan normal terdapat koordinasi, sinkronisasi, serta asosiasi
yang baik antara otot penggerak bola mata yang kiri dan kanan.
7. Penilaian diplopia

Diperiksa saat melakukan pemeriksaan gerak bola mata. Tentukan posisi mata mana
yang timbul diplopia. Bila satu mata ditutup, bayangan mana yang hilang. Minta
pasien menunjukkan posisi dari bayangan.
Interpretasi: arah posisi bayangan yang salah menunjukkan arah gerakan otot yang
lumpuh
8. Penilaian nistagmus
Diperiksa saat melakukan pemeriksaan gerak bola mata, harus diperhatikan apakah
ada nistagmus. Penderita disuruh melirik terus ke satu arah (misalnya kanan) selama
5 detik.
Interpretasi: selama 5 detik nistagmus (gerak bolak balik bola mata yang involunter
dan ritmik) akan terlihat.
9. Refleks kornea
Sentuh kornea penderita dengan menggunakan kapas.
Interpretasi: normal apabila mata pasien menutup.
10. Funduskopi
Pemeriksa memegang oftalmoskop dengan tangan kanan. Tangan kiri pemeriksa
memfiksasi dahi pasien. Pemeriksa menyandarkan dahinya pada dorsum manus
tangan iri yang memegang dahi pasien. Mata kanan pasien diperiksa dengan mata
kanan pemeriksa, begitu sebaliknya. Pemeriksa menilai retina dan papil nervus optik.
Interpretasi:
Papil normal : bentuknya lonjong, warna jingga muda, di bagian temporal sedikit
pucat, batas dengan sekitarnya (retina) tegas, hanya di bagian nasal agak kabur, selain
itu didapatkan lekukan fisiologis.
Pembuluh darah normal : pembuluh darah muncul ditengah, bercabang ke atas dan ke
bawah, jalannya arteri agak lurus sedangkan vena berkelok-kelok, perbandingan besar
v:a = 3:2 sampai 5:4.
11. Penilaian Kesimetrisan Wajah
- Cara pemeriksaan : pasien diperintah untuk mengerutkan dahi atau mengangkat
kedua alis mata, menutup kedua kelopak mata dengan rapat lalu pemeriksa
mencoba membukanya dengan tangan, dan senyum dan diamati lipatan nasobialis
simetris atau tidak, mengembungkan kedua pipi lalu pemeriksa menekan pipi kiri
dan kanan apakah kekuatannya sama.
- Intepretasi : untuk menentukan adanya paresis nervus facialis central maupun
perifer.
12. Penilaian Kekuatan Otot Temporal dan Masseter
- Cara pemeriksaan : pasien diminta untuk merapatkan gigi serapat-rapatnya. Lalu
pemeriksa menilai kekuatan otot temporal dan masseter.
- Intepretasi : untuk menentukan adanya paresis nervus trigeminus
13. Penilaian Sensasi Wajah
- Cara pemeriksaan : memeriksa sensasi nyeri daerah dahi, pipi, dan rahang bawah
kiri dan kanan dengan menggunakan tusuk gigi, pasien diminta menunjukkan
perbedaan rasa pada bagian kiri dan kanan. Lalu memeriksa sensasi raba daerah
dahi, pipi, dan rahang bawah kiri dan kanan dengan menggunakan kapas/kuas,
pasien diminta menunjukkan perbedaan rasa pada bagian kiri dan kanan.
- Intepretasi : untuk menentukan adanya lesi nervus trigeminus cabang oftalmik
(dahi), maksila (pipi), dan mandibula (rahang bawah).
14. Penilaian Pergerakan Wajah

Cara pemeriksaan : pasien diperintah untuk mengerutkan dahi atau mengangkat


kedua alis mata, menutup kedua kelopak mata dengan rapat lalu pemeriksa
mencoba membukanya dengan tangan, dan senyum dan diamati lipatan nasobialis
simetris atau tidak, mengembungkan kedua pipi lalu pemeriksa menekan pipi kiri
dan kanan apakah kekuatannya sama.
- Intepretasi : untuk menentukan adanya paresis nervus facialis central maupun
perifer.
15. Penilaian Indra Pengecapan
- Cara pemeriksaan : Pasien diminta menjulurkan lidah lalu meneteskan cairan
manis/asin/asam pada depan/kiri/kanan lidah(2/3 anterior lidah). Meneteskan
cairan pahit pada 1/3 posterior lidah. Dan meminta pasien menunjukkan apa yang
dirasakannya.
- Interpretasi : untuk menentukan adanya lesi nervus facialis
16. Penilaian Indra Pendengaran (lateralisasi, konduksi, udara, dan tulang)
- Cara pemeriksaan : Pemeriksa memberikan perintah kepada pasien, pemeriksa
menggesekkan jari atau pasien disuruh mendengarkan detik jam tangan.
- Interpretasi : untuk menentukan adanya paresis nervus vestibulocochlearis
17. Penilaian Kemampuan Menelan
- Cara pemeriksaan : Pasien diminta mengatakan ah atau disuruh menguap,
kemudian amati arkus faring terangkat simetris dan uvula di tengah atau tidak
- Interpretasi : untuk menentukan adanya paresis nervus glosofaringeus
18. Inspeksi Palatum
- Cara pemeriksaan : pasien buka mulut dan mengatakan aaa
- Interpretasi : untuk menilai lesi pada nervus glosofaringeus (IX), lesi ditunjukkan
salah satu sisi palatal yang tertinggal.
19. Pemeriksaan Refleks Gag
- Cara pemeriksaan : Sentuh uvula dengan menggunakan (bisa menggunakan spatel
tongue)
- Interpretasi : untuk menilai adanya parese nervus glosofaringeus (IX) dan nervus
vagus (X)
20. Penilaian Otot Sternomastoid dan Trapezius
- Cara pemeriksaan : Menekan pundak pasien dan pasien diminta untuk
mengangkat pundaknya, pasien diminta untuk menoleh ke kanan dan ke kiri dan
ditahan oleh pemeriksa, kemudian dilihat dan diraba tonus dari M. sternomastoid
- Interpretasi : untuk menentukan adanya parese nervus aksesorius (XI) kanan
dan/atau kiri
21. Lidah, Inspeksi saat Istirahat
- Cara pemeriksaan : Pasien diminta menjulurkan lidah, lihat apakah ada atrofi atau
fasikulasi pada otot lidah
- Interpretasi : untuk menentukan adanya paresis nervus hipoglosus (XII) sentral
atau perifer
22. Lidah, Inspeksi dan Penilaian Sistem Motorik
- Cara pemeriksaan : Pasien diminta menjulurkan lidah, lihat apakah ada kelemahan
pada otot lidah.
- Interpretasi : untuk menentukan adanya paresis nervus hipoglosus (XII) kanan
atau kiri

Sistem motorik
23. Inspeksi : postur, habitus, gerakan involunter
- Cara pemeriksaan : inspeksi apakah ada tremor, chorea, tic, athetosis distonia,
hemibalismus, diskinesiapada pasien
- Intepretasi :
24. Penilaian tonus otot
- Cara pemeriksaan : pemeriksa memanipulasi gerakan bagian ekstremitas secara
pasif apakah ada tahanan.
- Intepretasi : adanya tahanan saat manipulasi gerakan disebut hipertonus.
25. Penilaian kekuatan otot
- Cara pemeriksaan : meminta pasien untuk mengerakkan tiap persendian
ekstremitas dan diberikan tahanan oleh pemeriksa
- Intepretasi : nilai (0)tidak ada kontraksi, (1)ada sedikit kontraksi tetapi tidak
bergerak, (2)ada pergerakan tetapi tidak bisa melawan gravitasi, (3)ada pergerakan
dan dapat melawan gravitasi, (4)dapat melawan gravitasi dan tahanan ringan,
(5)tidak ada kelemahan/normal
KOORDINASI
26. Inspeksi cara berjalan (gait)
- Cara pemeriksaan :
1. Circumflection gait : Berjalan dengan menyeret tungkai, hingga terayun seolah
membuat gerakan melengkung membentuk setengah lingkaran
2. Stamping gait : Melangkah lebar- lebar, mengangkat tungkai tinggi- tinggi dan
di jatuhkan keras-keras pada seluruh tapak kakinya
3. Parkinson gait : Berjalan membungkuk, lengan aduksi dan fleksi pada sendi
siku dan lutut, langkah kecil- kecil, diseret, lambat, dan kaku, serta sulit
menghentikan langkahnya
4. Spastic gait : Berjalan dengan kedua tungkai spastic sehingga pasien seperti
baru belajar berjalan
5. Scissors gait : berjalan dengan kekakuan otot- otot, abduktor kedua paha,
pasien berjalan seperti menggunting, akibat paraplegia
6. Ataxic gait : Berjalan seperti orang mabuk
7. Stappage gait : Berjalan dengan mengangkat tungkai tinggi- tinggi, dan
sewaktu diturunkan jari- jari terlebih dahulu yang menyentuh tangan
- Interpretasi :
1. Biasanya terdapat pada penderita hemiplegia
2. Biasanya terdapat pada penderita tabes dorsalis
3. Biasanya terdapat pada penderita parkinson
4. Biasanya terdapat pada penderita lesi UMN
5. Biasanya terdapat pada penderita paraplegia
6. Biasanya terdapat pada penderita kelainan di serebelum atau gangguan sistem
keseimbangan
7. Biasanya terdapat pada penderita neuritis perifer (foot drop)
27. Shallow knee bend
- Cara pemeriksaa : pasien berdiri belakang kursi dan memegang ujung atas kursi,
lalu tekuk lutut dan luruskan berulang-ulang

- - intepretasi : menilai gangguan gait dan keseimbangan(cerebellar).


28. Tes Romberg
- Cara pemeriksaan : pasien berdiri tanpa alas kaki kedua tumit bertemu dan
pemeriksa berdiri dibelakang pasien. Pertama pemeriksaan dengan mata terbuka,
setelah itu memejamkan mata, diobservasi apakah pasien merasa goyah atau
oleng, dan terjatuh ke salah satu sisi kiri/ kanan
- Interpretasi : Apabila pasien goyah/ terjatuh, tes romberg positif, ada gangguan
pada cerebelum
29. Tes Romberg dipertajam
- Cara pemeriksaan : pasien berdiri tanpa alas kaki kedua tumit bertemu dan kedua
tangan disilangkan di dada, pemeriksa berdiri dibelakang pasien. Pertama
pemeriksaan dengan mata terbuka, setelah itu memejamkan mata, diobservasi
apakah pasien merasa goyah atau oleng, dan terjatuh ke salah satu sisi kiri/ kanan
- Interpretasi : Apabila pasien goyah/ terjatuh, tes romberg positif, ada gangguan
proprioseptif
30. Tes telunjuk hidung
- Cara pemeriksaan : Pemeriksa mengancungkan telunjuknya di depan pasien,
kemudian pasien disuruh menggerakkan telunjuknya dari hidung pasien menuju
telunjuk pemeriksa dilakukan berulang-ulang. Pemeriksa menilai kelancaran
pergerakan dan akurasi.
- Interpretasi : ada gangguan koordinasi jika ada pergerakan osilasi (goyang),
gerakan menyentak, tremor.
31. Tes tumit lutut
- Cara pemeriksaan : Pasien diminta meletakkan salah satu tumitnya di atas lutut
tungkai sebelahnya, kemudian minta pasien menggerakkan tumit meluncur dari
lutut ke pergelangan kaki menyusuri tulang tibia dan melewati dorsum pedis
sampai ke ibu jari kaki
- Interpretasi : ada gangguan koordinasi jika ada pergerakan osilasi (goyang),
gerakan menyentak, tremor.
32. Tes disdiadokinesis
- Cara pemeriksaan : Pasien diminta merentangkan kedua tangannya ke depan,
kemudian diminta untuk melakukan gerakan supinasi dan pronasi secara
bergantian dan cepat.
- Interpretasi : Pemeriksaan positif apabila gerakan lamban dan tidak teratur
Sistem sensorik
33. Penilaian sensasi nyeri
- Cara pemeriksaan : pemeriksa menggunakan jarum tumpul untuk menilai sensasi
nyeri per segmen saraf dermatom dan dibandingkan pada kedua sisi tubuh.
- Intepretasi : rasa kebas menunjukkan ada lesi diatas satu segmen yang diuji. Lesi
pada traktus spinothalamicus.
34. Penilaian sensasi suhu
- Cara pemeriksaan : pemeriksa menggunakan benda yang hangat (palu refleks
yang gesekkan terlebih dahulu) untuk menilai sensasi nyeri per segmen saraf
dermatom dan dibandingkan pada kedua sisi tubuh.

Intepretasi : rasa kebas menunjukkan ada lesi diatas satu segmen yang diuji. Lesi
pada traktus spinothalamicus.
35. Penilaian sensasi raba halus
- Cara pemeriksaan : pemeriksa menggunakan kapas untuk menilai sensasi raba
halus per segmen saraf dermatom dan dibandingkan pada kedua sisi tubuh.
- Intepretasi : rasa kebas menunjukkan ada lesi diatas satu segmen yang diuji.
36. Penilaian rasa posisi (proprioseptif)
- Cara pemeriksaa: pasien diperintah untuk menyentuh/memegang bagian tubuhnya
dengan mata tertutup.
- Intepretasi : jika pasien tidak bisa melakukan perintah maka ada gangguan
proprioseptif. Lesi pada traktus spinocerebellar.
37. Penilaian sensasi diskriminatif (misal stereognosis)
- Cara pemeriksaan : pemeriksa membuat sensasi nyeri dengan 2 jarum tumpul
secara bersamaan dengan jarak-jarak tertentu
- Intepretasi : terdapat astereognosis jika pasien tidak dapat mengidentifikasi
apakah ada 1/2 sumber nyeri pada jarak tertentu.
Fungsi luhur
38. Penilaian tingkat kesadaran dengan skala koma Glasgow (GCS)
- Cara pemeriksaan : pemeriksa menggunakan skala GCS dengan menilai mata,
verbal, dan motorik
- Intepretasi : Mata; skor (1)tidak ada respon, (2)membuka mata dengan nyeri,
(3)membuka mata dengan suara, (4)membuka mata spontan.
Verbal; skor (1)tidak ada respon, (2)mengerang, (3)perkataan kacau dan
disorientasi, (4)berbicara perkata dan disorientasi, (5)orientasi baik.
Motorik; skor (1)tidak ada respon, (2)deserebrasi, ekstensi patologis,
(3)dekortikal, fleksi patologis, (4)menghindar rangsang nyeri, (5)melokalisasi
rangsang nyeri, (6)sesuai perintah.
39. Penilaian orientasi
- Cara pemeriksaan : pemeriksa bertanya waktu dan tempat
- Intepretasi : ada disorientasi waktu/tempat jika pasien salah dalam menjawab
40. Penilaian kemampuan berbicara dan berbahasa, termasuk penilaian afasia
- Cara pemeriksaan : pemeriksa diajak berbicara dan melihat respon pasien, apakah
ada berbicara pelo atau bisu.
- Intepretasi : gangguan berbicara(disartria) ditandai berbicara pelo dan mengerti
apa yang dikatakan. gangguan berbahasa(afasia motorik) ditandai pasien tidak
bisa berkata tapi mengerti apa yang diperintah, (afasia sensorik) pasien tidak
mengerti apa yang diperintah tapi bisa berkata.
41. Penilaian apraksia
- Cara pemeriksaan : pasien disuruh melakukan perintah-perintah (gerakan motorik
halus) oleh pemeriksa seperti melambaikan tangan, menggunakan
gunting(ideomotor); bersiul, meniup(buccofacial); memakai pakaian(dressing).
- Intepretasi : dikatakan apraksia jika tidak bisa melakukan sesuai perintah.
42. Penilaian agnosia
- Cara pemeriksaan : pemeriksa bertanya sesuatu objek (kursi, meja, suara, jarak,
waktu) yang telah dikenal oleh pasien
- Intepretasi : dikatakan agnosia jika pasien tidak dapat menjawab beberapa
pertanyaan dengan tepat.
43. Penilaian kemampuan belajar baru

Cara pemeriksaan : pasien disuruh mengingat 3 benda, setiap 1 detik diminta


untuk kembali menyebutkan 3 benda tersebut.
- Intepretasi : terdapat gangguan memori (immediate memory) jika ada kesalahan
dalam menyebutkan 3 objek tersebut setelah beberapa kali pengulangan.
44. Penilaian daya ingat/memori
- Cara pemeriksaan : pasien disuruh mengingat 3 benda, setelah itu dialihkan
selama beberapa menit, lalu disuruh mengingat kembali 3 benda tersebut.
Pemeriksa menanyakan identitas diri pasien.
- Intepretasi : kesalahan dalam menyebutkan objek terdapat gangguan memori
jangka pendek (recent/short-term memory) dalam beberapa kali pengulangan. Jika
pasien tidak dapat menjawab tentang identitas dirinya terdapat gangguan memori
jangka panjang (long-term memory)
45. Penilaian konsentrasi
- Cara pemeriksaan : pasien diminta untuk mengeja kata terbalik atau urutan hari
atau urutan bulan secara terbalik/mundur.
- Intepretasi : terdapat gangguan konsentrasi jika tidak bisa dalam beberapa kali
pengulangan, indikasi gangguan fungsi eksekutif (lobus frontal dorsolateral)
Refleks fisiologis, patologis, dan primitif
46. Refleks tendon (bisep, trisep, pergelangan, platela, tumit)
- Cara pemeriksaan : dengan mengetuk tendon otot yang bersangkutan dengan palu
refleks
- Intepretasi : refleks meningkat terdapat pada pasien dengan lesi umn dan refleks
menurun/hilang pada pasien dengan lesi lmn
47. Refleks abdominal
- Cara pemeriksaan : pemeriksa menggores keempat kuadran abdomen dari lateral
ke medial dengan ujung belakang palu reflek dan dilakukan per segmen(T7-T12).
- Intepretasi : jika reflek tidak ada terdapat lesi pada traktus kortikospinal diatas
segmen yang diuji. Dan letak lesi dapat terjadi pada ipsilateral segmental atau
kontralateral traktus piramidalis. Reflek berlebihan terlihat pada pasien cemas.
48. Refleks kremaster
- Cara pemeriksaan : pemeriksa menggores paha atas bagian medial dengan ujung
belakang palu reflek, untuk evaluasi(L1-L2).
- Intepretasi : normal jika ada kontraksi otot skrotum dan elevasi testis.
49. Refleks anal
- Cara pemeriksaan : pemeriksa menggores kulit bagian perianal dengan aplikator
- Intepretasi: untuk evaluasi segmen S5, normal jika ada kontraksi otot spincter
anal.
50. Tanda Hoffmann-Tromner
- Cara pemeriksaan : hoffmann;pemeriksa menggores kuku jari tengah pasien.
Tromner;colekan pada ujung jari tengah dari bawah ke atas.
- Intepretasi : ada jika jari lainnya pada tangan fleksi.
51. Respon plantar (termasuk grup Babinski)
- Cara pemeriksaan : babinski;menggores telapak kaki bagian lateral dari posterior
ke anterior. Chaddock;menggores kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar
malleolus lateralis dari posterior ke anterior. Oppenheim;menggores tibia dari
superior ke inferior dengan dua jari. Gordon;menekan dengan keras otot betis.

Intepretasi : positif jika ibu jari ekstensi, jari lainnya fleksi dan mengembang
(fanning).
52. Snout reflex
- Cara pemeriksaan : menekan antara daerah hidung dan bibir atas
- Intepretasi : respon kerutan bibir dan menonjol, jika reflek meningkat bisa
didapatkan gerkan menghisap, mengunyah bahkan menelan.
53. Refleks menghisap/rooting reflex
- Cara pmeriksaan : menyentuh bibir atau ujung mulut dengan jari
- Intepretasi : positif jika pasien menengok ke arah sentuhan, normal pada infant.
54. Refleks menggengam palmar/grasp reflex
- Cara pemeiksaan : menggores telapak tangan
- Intepretasi : positif jika diikuti respon fleksi jari-jari tangan, normal sampai 6
bulan.
55. Refleks glabela
- Cara pemeriksaan : mengetuk daerah dahi dengan palu refleks
- Intepretasi : pada pasien normal akan berkedip saat diketuk, tidak normal pasien
akan berkedip terus-menerus.
56. Refleks palmomental
- Cara pemerksaan : menggores bagian telapak dari pergelangan ke arah ibu jari
dengan jari pemeriksa akan diikuti respon kontraksi m.mentalis dan m.orbicularis
oris.
- Intepretasi : ada pada pasien normal, bisa meningkat pada gangguan saraf central
dan menurun/hilang pada gangguan saraf perifer.
Tulang belakang
57. Inspeksi tulang belakang saat istirahat
- Cara pemeriksaan : melihat adanya jejas, penonjolan pada tulang belakang,
rambut halus, dan tulang belakang lurus atau tidak. Dilakukan pasien berdiri,
berbaring.
- Intepretasi : nilai adanya pendataran arkus lumbal, kurvatura berlebihan
58. Inspeksi tulang belakang saat bergerak
- Cara pemeriksaan : pasien diminta mengerakkan tulang belakang ke kanan, kiri,
membungkuk dan tegap
- Intepretasi : lihat apakah ada kelainan tulang belakang (kifosis, lordosis, skoliosis)
59. Perkusi tulang belakang
- Cara pemeriksaan : mengetuk dengan kepalan tangan pemeriksa
- Intepretasi : nyeri timbul pada osteoporosis, infeksi, atau keganasan
60. Palpasi tulang belakang
- Cara pemeriksaan: dilakukan dengan posisi pasien duduk atau berdiri, meraba
prosesus spinosa dengan ibu jari
- Intepretasi : nyeri saat palpasi indikasi fraktur/dislokasi. Penonjolan bisa terjadi
pada spondilolisthesis. Perabaan terasa kaku atau keras indikasi spasme otot.
61. Mendeteksi nyeri diakibatkan tekanan vertikal
- Cara pemeriksaan : deteksi apakah ada nyeri saat berdiri/duduk.
- Intepretasi :
62. Penilaian fleksi lumbal

Cara pemeriksaan : melihat apakah ada fleksi lumbal ada/tidak dan


kelengkungannya
Intepretasi : pendataran daerah lumbal indikasi spasme otot, terlalu melengkung
indikasi kifosis

Pemeriksaan fisik lainnya


63. Deteksi Kuduk
- Cara pemeriksaan : Pasien diminta telentang tanpa menggunakan bantal,
tempatkan tangan kiri dibawah kepala pasien yang sedang berbaring sedangkan
tangan kanan diatas dada pasien. Rotasikan kepala pasien ke kiri dan ke kanan
untuk mengetahui pasien dalam keadaan rileks, tekukkan (fleksi) kepala pasien
secara pasif dan usahakan agar dagu mencapai dada
- Interpretasi : Jika pasien tidak bisa menekukkan kepala, atau terasa sakit maka
kaku kuduk positif (+)
64. Penilaian Fontanel
- Cara pemeriksaan : Terdiri Inspeksi daerah kepala dan palpasi kepala. Inspeksi,
lihat malauge, caput suksedanum, cephal hematoma, perdarahan. Palpasi, lakukan
palpasi sepanjang garis sutura dan fontanel pada saat bayi duduk dan tenang, nilai
ukuran lebarnya, nilai penonjolan dan cekungannya, fontanel apakah sudah
membuka atau menutup
- Interpretasi : Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi pre-term, molding
yang buruk, atau hidrosefalus
65. Tanda Patrick dan Kontra- Patrick
- Cara pemeriksaan : Pemeriksaan patrick, tempatkan tumit atau maleolus eksterna
tungkai pasien yang sakit pada lutut tungkai lainnya, lakukan penekanan pada
lutut yang di fleksikan. Kontra- Patrick, lipat tungkai pasien yang sakit dan
endorotasikan serta aduksikan, lakukan penekanan pada lutut tungkai
- Interpretasi : Patrick, akan timbul nyeri pada sendi panggul ipsilateral pada saat
dilakukan penekanan pada lutut yang di fleksikan. Kontra- Patrick, akan timbul
rasa nyeri pada sacro iliaca bila disitu terdapat suatu keadaan patologis (athritis),
baik berupa nyeri yang menjalar sepanjang tungkai maupun yang terbatas pada
daerag gluteal atau sacral saja
66. Tanda Chvostek
- Cara pemeriksaan : Dilakukan ketokan pada 2 titik, dibawah prosesus
zygomaticus os. Temporal (didepan telinga), titik kedua pertengahan antara arcus
zygomaticus dan sudut mulut
- Interpretasi : Respon yang di dapat berupa kedutan atau tarikan minimal pada
sudut bibir atas atau sudut mulut, maksimal jika terdapat kontraksi pada daerah
frontal wajah, otot sekitar mata dan pipi
67. Tanda Laseque
- Cara pemeriksaan : Pasien berbaring dengan kedua tungkai diluruskan (ekstensi),
kemudian mengangkat tungkai pasien sambil mempertahankan lutut tetap lurus
dan mengangkat sampai membentuk sudut lebih atau minimal 70 derajat, namun
pada pasien yang sudah lanjut diambil patokan 60 derajat

Interpretasi : Jika pasien merasakan nyeri menjalar dari bokong hingga ke tungkai,
sesuai dengan inervasi N. Ischiadicus sebelum mencapai 70 derajat dikatakan tes
laseque positif (+), biasanya didapatkan pada penderita hernia diskus L5, S1, atau
S2

1. Brudzinski
a. Brudzinski I
-

Cara pemeriksaan :
Pasien
berbaring terlentang
tanpa
bantal kepala.
Pemeriksa meletakka
tangan
kiri pasien di bawah
kepala
pasien, tangan kanan di
atas
dada kemudian lakukan
fleksi
kepala dengan cepat kea
rah
dada pasien
- Interpretasi : (-) / (normal) bila pada saat fleksi kepala , tidak terjadi fleksi
involunter kedua tungkai pada sendi lutut . (+)/ (abnormal) bila terjadi fleksi
involunter kedua tungkai pada sendi lutut
b. Brudzinski II
- Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang , fleksikan satu tungkai pada sendi
lutut, kemudian secara pasif lakukan fleksi maksimal pada persendian panggul,
tungkai satunya dalam keadaan lurus
- Interpretasi : (+)/ (abnormal) bila tungkai yang dalam posisi ekstensi terjadi fleksi
involunter pada sendi panggul dan lutut. (-) bila tidak terjadi apa-apa
c. Brudzinski III
- Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang, lakukan penekanan pada kedua
OS.Zygomaticus kiri dan kanan dengan menggunakan ibu jari pemeriksa
- Interpretasi : (+)/ (abnormal) terjadi fleksi involunter kedua ekstremitas superior
pada sendi siku. (-)/ (normal) jika tidak terjadi apa-apa
d. Brudzinski IV
- Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang, lakukan penekanan pada
symphisis os. Pubis dengan tangan kanan pemeriksa
- Interpretasi : (-) / (normal) bila tidak terjadi apa- apa. (+)/ (abnormal) terjadi fleksi
involunter kedua tungkai pada sendi lutut
2. Counting Tes
- Cara pemeriksaan
- Interpretasi
3. Valsava

Cara pemeriksaan : Pasien diminta untuk


nafasnya, pasien diminta mengejan sewaktu
nafas
Interpretasi : (+) jika terdapat nyeri radikuler
berpangkal dari leher kemudian menjalar ke

4. Naffziger
- Cara pemeriksaan : Pasien diminta
atau berbaring, pemeriksa
kedua vena jugularis dengan
tangan pemeriksa sekitar 2 menit
pasien merasa kepalanya penuh.
diminta untuk mengejan saat
penekanan vena jugularis tadi.
- Interpretasi : (+) jika terdapat nyeri radikuler sekitar dermatom

menahan
menahan
yang
lengan
berdiri
menekan
kedua
sampai
Pasien
dilakukan

5. Tinnel tes
- Cara pemeriksaan :
melakukan
penekanan pada
sulcus
n.ulnaris yaitu
dibagian
posterior
epicondylus
medialis
humeri (sulcus n.
ulnaris)
- Interpretasi :
(Tinels
test +)timbul nyeri
yang
dirasakan berpangkal pada tempat penekanan dan menjalar sepanjang perjalanan
n. ulnaris yaitu sebelah medial lengan bawah hingga ke setengah jari IV dan V
6. Fallen test
- Cara pemeriksaan
- Interpretasi
7. Tes Wattenberg
- Cara pemeriksaan
- Interpretasi

Anda mungkin juga menyukai