Anda di halaman 1dari 26

SKENARIO BLOK 15 2010 (IMPETIGO KONTANGIOSA/KRUSTOSA/NON-BULOSA)

Si Totong, 4 tahun datang berobat ke poliklinik IKKK RSMP dengan keluhan timbul lepuhlepuh berisi cairan bening di tungkai kanan dan kiri disertai gatal sejak 4 hari yang lalu. Lepuh
mudah pecah dan menjadi koreng. Dalam 3 hari ini muncul benjolan sebesar kelereng di lipat
paha kanan dan kiri. Keluhan ini tidak disertai demam. Saudara kembar Totong, si Teteng juga
pernah menderita sakit yang sama 10 hari yang lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter.
Mereka sering menggunakan baju dan handuk bersama. Merek berdua sering bermain di luar
rumah dan malas bila disuruh mandi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Sadar dan Kooperatif
Vital Sign: Nadi: 88x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,0oC
Keadaan Spesifik: KGB inguinalis lateral dextra et sinistra: terdapat pembesaran berupa nodul
berjumlah 2 buah, bulat, diameter 1cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri tekan.
Status dermatologikus: Regio extremitas inferior dextra et sinistra: plak eritem multipel,
bulat, lentikuler, diskret dengan permukaan ditutupi krusta kekuningan.
2.3 Data Seven Jumps
2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. Lepuh
2. Nodul
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

: benjolan yang berisi air pada kulit.


: masa padat berbatas tegas (sirkumskrip) yang
terletak di kutan ataupun subkutan, dapat
menonjol, yang berdiameter < 1 cm.
Mobile
: masa yang dapat digerakkan/ bergerak/ mengikuti
arah tekanan yang diberikan.
Plak eritem multipel
: perninggian di atas permukaan kulit, permukaan
rata dan berisi zat padat (biasanya infiltrat),
berdiameter 2 cm atau lebih.
Eritem
: berwarna merah/ kemerahan.
Multipel
: jumlah yang banyak.
Lentikuler
: ukuran susunan kelainan pada kulit (pada kasus
plak) sebesar biji jagung.
Diskret
: bentuk lesi (pada kasus plak) terpisah satu dengan
yang lainnya.
Krusta
: lapisan luar yang terbentuk, khususnya lapisan luar
dari materi padat yang terbentuk dari pengeringan
eksudat atau sekresi tubuh.

2.3.2 Identifikasi Masalah


1. Totong, 4 tahun berobat dengan keluhan timbul lepuh-lepuh berisi cairan bening di tungkai
kanan dan kiri disertai gatal sejak 4 hari yang lalu, lepuh mudah pecah dan menjadi
koreng.
2. Dalam 3 hari muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri dan tidak
disertai demam.
3. Saudara Totong, Teteng juga pernah menderita sakit yang sama 10 hari yang lalu dan
sembuh setelah berobat ke dokter.
4. Totong dan Teteng sering menggunakan baju dan handuk yang sama,
diluar, serta malas mandi.
5. Keadaan spesifik:

sering bermain

KGB inguinalis lateral dextra et sinistra: terdapat pembesaran berupa nodul berjumlah

2 buah, bulat, diameter 1cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri tekan.
6. Status dermatologikus:
- Regio extremitas inferior dextra et sinistra: plak eritem multipel, bulat, lentikuler,
diskret dengan permukaan ditutupi krusta kekuningan.
2.3.3 Analisis Masalah
1. Totong, 4 tahun berobat dengan keluhan timbul lepuh-lepuh berisi cairan
bening di tungkai kanan dan kiri disertai gatal sejak 4 hari yang lalu, lepuh
mudah pecah dan menjadi koreng.
a. Bagaiman anatomi dari kulit?
b. Bagaimana fisiologi dari kulit?
c. Bagaimana histologi dari kulit?
d. Bagaimana etiologi dari timbulnya lepuh-lepuh berisi cairan bening disertai gatal?
e. Bagaimana mekanisme timbulnya lepuh-lepuh berisi cairan disertai gatal?
f. Bagaimana makna dari keluhan yang muncul sejak 4 hari yang lalu?
g. Bagaimana hubungan jenis kelamin dan usia dengan keluhan?
h. Mengapa lepuh mudah pecah dan menjadi koreng?
i. Mengapa hanya pada tungkai kanan dan kiri saja yang mengalami lepuh berisi cairan
bening?
2. Dalam 3 hari muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri dan
tidak disertai demam.
a. Bagaimana etiologi muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri?
b. Bagaimana mekanisme muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri?
c. Bagaimana makna muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri sejak
3 hari yang lalu tanpa disertai demam?
d. Mengapa keluhan tidak disertai demam?
3. Saudara Totong, Teteng juga pernah menderita sakit yang sama 10 hari yang
lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter.
a. Bagaimana makna saudara kembar Totong yang pernah menderita sakit yang sama 10
hari yang lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter?
b. Adakah hubungan antara keluhan Totong dengan Teteng? Jelaskan!
c. Mengapa setelah Teteng sembuh, Totong menderita hal yang sama?
4. Totong dan Teteng sering menggunakan baju dan handuk yang sama,

sering

bermain diluar, serta malas mandi.


a. Bagaimana hubungan penggunaan baju dan handuk yang sama dengan keluhan yang
dialami Totong?
b. Bagaimana hubungan sering bermain diluar dengan keluhan yang dialami Totong?
c. Bagaimana hubungan malas mandi dengan keluhan yang dialami Totong?
d. Bagaimana cara penularan penyakit pada kasus ini?
5. Keadaan Spesifik:
KGB inguinalis lateral dextra et sinistra: terdapat pembesaran berupa nodul
berjumlah 2 buah, bulat, diameter 1cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri
tekan.
Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari:
a. Keadaan spesifik: KGB inguinalis lateral dextra et sinistra: terdapat pembesaran
berupa nodul berjumlah 2 buah, bulat, diameter 1cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak
nyeri tekan?

6. Status dermatologikus:
Regio extremitas inferior dextra et sinistra: plak eritem multipel, bulat,
lentikuler, diskret dengan permukaan ditutupi krusta kekuningan.
Bagaimana interpretasi dan mekanisme:
a. extremitas inferior dextra et sinistra: plak eritem multipel, bulat, lentikuler, diskret
dengan permukaan ditutupi krusta kekuningan?
7. Apa saja kemungkinan penyakit pada kasus ini ?
8. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus ini ?
9. Apa kemungkinan diagnosis pasti pada kasus ini?
10.
Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini ?
11.
Apa saja komplikasi dari kasus ini jika tidak ditangani secara
komperhensip?
12.
Bagaimana peluang sembuh pada kasus ini ?
13.
Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ini ?
14.
Bagaimana Pandangan Islam terhadap kasus ini ?
2.3.4 Hipotesis
Anak laki-laki, 4 tahun mengalami keluhan timbul lepuh berisi cairan bening di tungkai kanan
dan kiri disertai gatal dan pembesaran KGB regional extremitas superior disebabkan oleh
impetigo kontagiosa/krustosa/non-bulosa

2.3.5 Kerangka Konsep

hari yll, menggunakan baju+handuk bersama, bermain diluar, dan malas mandi

Penyebaran Bakteri
Pertahanan pertama terhadap infeksi bakteri dilakukan oleh KGB
Menginfeksi kulit di ekstremitas inferior

n IL-4 menghasilkan IgE faktor pertumbuhan sel mast meningkat histamin


Mengeluarkan KGB
eksotoksin
regio extremitas superior membesar

Membentuk lepuh, Nodul bulat, plak eritema multiple, bulat, lentikuler, diskret
kenyal, mobile
Gatal

Pecah
Krusta Kekuningan

SINTESA
1. Totong, 4 tahun berobat dengan keluhan timbul lepuh-lepuh berisi cairan bening di tungkai
kanan dan kiri disertai gatal sejak 4 hari yang lalu, lepuh mudah pecah dan menjadi
koreng.
a. Bagaiman anatomi dari kulit?
Anatomi dan Histologi Kulit

Gambar 2.1 Penampang Kulit

Kulit terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan epidermis dan dermis.


a. Lapisan epidermis
Lapisan ini terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum,
stratum spinosum dan stratum basale.
b. Lapisan dermis
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen elemen selular dan folikel rambut. Lapisan epidermis dibagi menjadi 2 lapisan :
1.
2.

Pars papilare
Pars retikulare

b. Bagaimana fisiologi dari kulit?


Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup, dan menjamin
kelangsungan

hidup.

Kulit

pun

menyokong

penampilan

dan

kepribadian

seseorang. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai peranan yang


sangat penting, selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga
mempunyai arti lain yaitu estetik, ras, indikator sistemik, dan sarana komunikasi
non verbal antara individu satu dengan yang lain.
Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan
keratinisasi. Penjelasan sebagai berikut,
1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis
atau mekanis, misalnya: tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi,
misalnya: zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya: lisol, karbol,
asam, dan alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat panas misalnya:
radiasi, sengatan ultraviolet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri
maupun jamur.
Hal di atas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperanan
sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit terhadap pajanan
sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia
dapat etrjadi karena sifat stratum korneum yang imepermeabel terhadap
pelbagai zat kimia dan air, di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit
yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit
ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum, keasaman kulit
menyebabkan pH kulit berkisar pada pH kulit berkisar pada pH 5-6,5
sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun
jamur. Proses keratinisasi juga berperanan sebagai sawar (barrier)mekanis
karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.

2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan
benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,
begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O 2, CO2, dan uap air
memungkinkan

kulit

ikut

mengambil

bagian

pada

fungsi

respirasi.

Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,


kelembapan,

metabolisme,

dan

jenis

vehikulum.

Penyerapan

dapat

berlangsunng melalui celah antar sel, menembus sel-sel epidermis daripada


yang melalui muara kelanjar.
3. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna lagi atau sisa metabolisme dalm tubuh berupa NaCl, urea, asam
urat, dan ammonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormone
androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya
terhadap cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseosa.
Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain
meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit
tidak

menjadi

kering.

Produk

kelenjar

lemak

dan

keringat

di

kulit

menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5.


4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis
dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan
Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan
Krause yang terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di papilla
dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang
terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan
Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di
daerah erotic.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), kulit melakukan peranan
ini

dengan

cara

mengeluarkan

keringat

dan

mengerutkan

(otot

berkontraksi)pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga


memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vascular
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi biasanya dinding
pembuluh darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi
cairan, karena itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih banyak
mengandung air dan Na.
6. Fungsi pembentuk pigmen, sel pembengtuk pigmen (melanosit), terletakdi
lapisan basal dan sel ini berasl dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel
basal:melanosit adalah 10:1. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya
butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ran maupun
individu. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel
dendrite, disebut pula sebagai clear cell. Melanosom dibentuk oleh alat golgi
dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O 2. Pajanan terhadap sinar
matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis

melalui tangan-tangan dendrit sedangakn ke lapisan kulit di bawahnya


dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya
dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juagoleh tebal tipisnya kulit,
reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.
7. Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel
utama yaitu keratinosit, sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari
sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke
atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
menjadi semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin
lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf.
Proses ini berlangsung terus-menerus seumur hidup, dan sampai sekarang
belum sepenuhnya dimengerti. Matoltsy berpendapat mungkin keratinosit
melalui proses sintesis dan degradasi menjadi lapisan tanduk. Proses ini
berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari, dan memberi perlindungan
kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Fungsi pembentukan Vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7
dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan
tubuh akan vitamin D tidaj cukup hanya dari hal tersebut, sehingga
pemberian vitamin D sistemik masih tetap di perlukan.
9. Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya
pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.
c. Bagaimana histologi dari kulit?
Kulit terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan epidermis dan dermis.
A. Lapisan epidermis. Lapisan ini terdiri dari stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale.
1. Stratum korneum
Sratum korneum ( lapisan tanduk ) adalah lapisan kulit yang paling
luar dan terdiri atas lapisan sel sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin ( zat tanduk).
2. Stratum lusidum
Lapisan ini terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan
lapisansel sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah
menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini tanpak lebih jelas di
telapak tangan dan kaki.
3. Stratum Granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum.
Bentuk sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel
yang terdalam berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya
didalamnya mengandung butirbutir.
Butirbutir

yang

terdapat

sitoplasma

lebih

terwarna

dengan

hematoxylin (butirbutir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan

pigmen. Adanya butirbutir keratohyalin semula diduga berhubungan


dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam proses
tersebut, misalnya pada kuku. Makin ke arah permukaan butirbutir
keratin makin bertambah disertai inti sel pecah atau larut sama sekali,
sehingga selsel pada stratum granulosum sudah dalam keadaan mati.
4. Stratum Spinosum
Stratum spinosum (stratum malphigi) atau disebut juga prickle cell
layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapisan sel yang berbentuk
poligonal yang besarnya berbeda beda karen adanya proses mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogendan intinya
terletak di tengah tengah. Sel sel ini makin dekat ke permukaan makin
gepeng bentuknya. Sel sel stratum spinosum mengandung banyak
glikogen.
5. Stratum Basale
Stratum basale terdiri atas sel sel berbentuk kubus (kolumnar) yang
tersusun vertikal pada perbatasan dermo epidermal berbaris seperti
pagar (palisade) Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling
bawah. Sel sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif.
Lapisan inni terdiri atas 2 jenis sel yaitu :
a) Sel yang berbentuk kulumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong
dan besar, di hubungkan satu dengan yang lain dengan jembatan
antar sel.
b) Sel pembentuk melanin (melanosit) merupakan sel sel berwarna
muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung
butir pigmen (melanosomes)
Selain itu, lapisan epidermis juga memiliki beberapasel sel yang memiliki fungsi
tertentu seperti :
1. Keratinosit
a) Sel terbanyak (85% - 95%)
b) Berasal dari lapis embrional ektoderm permukaan
c) Mengalami keratinisasi menghasilkan lapisan yang kedap air
d) Proses keratinisasi berlangsung selama 2 3 minggu, mulai dari
proliferasi, diferensiasi, kematian sel, dan deskuamasi
2. Melanosit
a) Meliputi 7 10% sel epidermis
b) Berasal dari lapisan neuroektoderm (kristaneuralis)
c) Sel kecil, bercabang denritik panjang dan tipis
d) Jumlah terbanyak papda kulit muka dan genitalia eksterna
e) Jumlah melanosit relatif sama pada tiap individu yang berbeda pada ras
yang berbeda
f) Perbedaan warna kulit terutama ditentukan oleh aktifitas pembentukan
melanin
3. Sel Langerhans
a) Merupakan sel dendritik yang berbentuk bintang (stelata)
b) Ditemukan di antara keratinosit pada daerah atas stratum spinosum
c) Permukaan selnya mempunyai reseptor permukaan penanda imunologis
yang mirip makrofag.
d) Berfungsi mengikat antigen dan merupakan sel pembawa antigen
sehinggalimfosit T bereaksi terhadap antigen yang dibawanya

e) Peran penting dalam respon alergi kontak (dermatitis kontak)


f) Semula diduga berasal dari krista neuralis, tetapi ternyata berasal dari sel
prekursor dalam sum-sum tulang, jadi berasal dari mesoderm
4. Sel Merkel
a) Jumlah paling sedikit
b) Berasal dari krista neuralis
c) Terdapat pada stratum basal kulit tebal terutama pada ujung jari
d) Terdapat juga pada folikel rambut dan mukosa mulut
e) Sel besar, sitoplasma bercabang pendek
f) Serat saraf tak bermielin tampak menembus membran basalnya, melebar
seperti cakram dan menempel pada bagian basal sel.
g) Kemungkinan berfungsi mekanoreseptor

B. Lapisan dermis. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang


jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic
dan fibrosa padat dengan elemen - elemen selular dan folikel rambut. Lapisan
epidermis dibagi menjadi 2 lapisan :
1. Pars papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang
membentuk papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel sel yang
terdapat pada jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.
2. Pars retikulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut
serabut kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar
dengan permukaan. Di dalamnya selain terdapat sel sel jaringan
pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya mangandung
butir butir pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula
sudorifera yang akan bermuara pada epidermis.

Gambar 2.2 Histologi Kulit

d. Bagaimana etiologi dari timbulnya lepuh-lepuh berisi cairan bening


disertai gatal pada kasus?
Terpapar infeksi bakteri :
a. Streptococcus beta-hemolyticus grup A (Group A betahemolytic streptococci
(GABHS)

b. Staphylococcus aureus
Sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh jenis bakteri ini akan
menimbulkan kelainan/penyakit kulit antara lain Impetigo bulosa dan atau nonbulosa serta ektima. Yang mana pada kasus sebagian besar tanda dan gejala
menuju pada impetigo non-bulosa/krustosa/kontagiosa.
e. Bagaimana mekanisme timbulnya lepuh-lepuh berisi cairan disertai
gatal pada kasus?

Gambar 2.3. Struktur Stretoccocus Pyogenes dan substansinya


Impetigo krustosa dimulai ketika trauma kecil terjadi pada kulit normal
sebagai portal of

entry yang terpapar oleh kuman melalui kontak langsung

dengan pasien atau dengan seseorang yang menjadi carrier. Kuman tersebut
berkembang biak dikulit dan akan menyebabkan terbentuknya lesi dalam satu
sampai dua minggu.
Cara infeksi pada impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi
sekunder.
Infeksi Primer
Infeksi primer, biasanya terjadi pada anak-anak. Awalnya, kuman menyebar dari
hidung ke kulit normal (kira-kira 11 hari), kemudian berkembang menjadi lesi
pada kulit. Lesi biasanya timbul di atas kulit wajah (terutama sekitar lubang
hidung) atau ekstremitas setelah trauma.
Infeksi sekunder
Infeksi

sekunder

terjadi

bila

telah

ada

penyakit

kulit

lain

sebelumnya

(impetiginisasi) seperti dermatitis atopik, dermatitis statis, psoariasis vulgaris,


SLE kronik, pioderma gangrenosum, herpes simpleks, varisela, herpes zoster,
pedikulosis, skabies, infeksi jamur dermatofita, gigitan serangga, luka lecet, luka
goresan, dan luka bakar, dapat terjadi pada semua umur.
Impetigo krustosa biasanya terjadi akibat trauma superfisialis dan robekan
pada epidermis, akibatnya kulit yang mengalami trauma tersebut menghasilkan

suatu protein yang mengakibatkan bakteri dapat melekat dan membentuk suatu
infeksi impetigo krustosa. Keluhan biasanya gatal dan nyeri
Impetigo krustosa sangat menular, berkembang dengan cepat melalui kontak
langsung dari orang ke orang. Impetigo banyak terjadi pada musim panas dan
cuaca yang lembab. Pada anak-anak sumber infeksinya yaitu binatang
peliharaan, kuku tangan yang kotor, anak-anak lainnya di sekolah, daerah
rumah kumuh, sedangkan pada dewasa sumbernya yaitu tukang cukur, salon
kecantikan, kolam renang, dan dari anak-anak yang telah terinfeksi.
Impetigo Krustosa diawali dengan munculnya eritema berukuran kurang lebih
2 mm yang dengan cepat membentuk vesikel, bula atau pustul berdinding tipis.
Kemudian vesikel, bula atau pustul tersebut ruptur menjadi erosi kemudian
eksudat seropurulen mengering dan menjadi krusta yang berwarna kuning
keemasan (honey-colored) dan dapat meluas lebih dari 2 cm. Lesi biasanya
berkelompok dan sering konfluen meluas secara irreguler. Pada kulit dengan
banyak pigmen, lesi dapat disertai hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Krusta
pada

akhirnya

mengering

dan

lepas

dari

dasar

yang

eritema

tanpa

pembentukan jaringan scar.


Lesi dapat membesar dan meluas mengenai lokasi baru dalam waktu
beberapa minggu apabila tidak diobati. Pada beberapa orang lesi dapat remisi
spontan dalam 2-3 minggu atau lebih lama terutama bila terdapat penyakit
akibat parasit atau pada iklim panas dan lembab, namun lesi juga dapat meluas
ke dermis membentuk ulkus (ektima).
Kelenjar limfe regional dapat mengalami pembesaran pada 90% pasien tanpa
pengobatan (terutama pada infeksi Streptococcus) dan dapat disertai demam.
Membran mukosa jarang terlibat.

Gambar 2.4 Contoh lesi dari impetigo krustosa

PATOGENESIS

Faktor resiko: Bermain di luar rumah dan malas mandi, (higienis kurang), saudara kembar m

Membawa sampel kuman ke KGB untuk identifikasi dan pemrograman


KGB menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak [ limfo

S. aureus menempel di kulit yang

Mengaktifkan limfosit T mengeluarkan IL-4 menghasilkan IgE faktor pertumbuhan se

Koloni menin

Mengeluarkan ek

Merusak desmosom (je

Epidermis terenggang

Menyebabkan rongga antar s.korn

Neutrofil migrasi ke d

Lepuh berisi c

f. Bagaimana makna dari keluhan yang muncul sejak 4 hari yang lalu?
Kejadian lesi impetigo kontagiosa biasanya terjadi dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu.
4 hari: sudah terbentuk lesi impetigo akibat dari infeksi bakteri S. aureus.
g. Bagaimana hubungan jenis kelamin dan usia dengan keluhan?
Terjadinya penyakit impetigo krustosa di seluruh dunia tergolong relatif sering.
Penyakit ini banyak terjadi pada anak - anak kisaran usia 2-5 tahun
dengan rasio yang sama antara laki-laki dan perempuan.
h. Mengapa lepuh mudah pecah dan menjadi koreng?
Lepuh mudah pecah karena letaknya superficial dan dinding vesikel tipis.
i. Mengapa hanya pada tungkai kanan dan kiri saja yang mengalami
lepuh berisi cairan bening?

Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya pada
bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan
ekstremitas.
2. Dalam 3 hari muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri dan
tidak disertai demam.
e. Bagaimana etiologi muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha
kanan dan kiri tanpa disertai demam?
Pembesaran KGB dapat terjadi primer, disebabkan oleh KGB itu sendiri seperti
Limfoma; atau sekunder berasal dari penyakit lain baik infeksi ataupun kanker.
f. Bagaimana mekanisme muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha
kanan dan kiri tanpa disertai demam?
Infeksi yang dimulai dengan masuknya kuman patogen kedalam tubuh
respons sistem kekebalan yang berlapis. Di lapis depan berjajar komponen
normal tubuh seperti kulit, selaput lendir, batuk, flora normal dan berbagai sel.
Di pusat pertahanan, terdapat KGB yang menyimpan dua mesin perang yaitu
limfosit T (sel T) dan limfosit B (sel B)].
KGB tersusun secara regional menjaga kawasan tertentu. Karena itu mereka
disebut juga sentinel node (sentinal adalah penjaga dan node adalah KGB).
Sentinel node kepala dan muka, terdapat di leher; payudara dan tangan, ketiak;
kaki, lipat paha dlsb.
Dalam peperangan itu salah satu tugas lapis pertama adalah membawa
sampel kuman ke KGB untuk identifikasi dan pemrograman penghancurannya.
Kemudian limfe atau cairan getah bening akan membawa sel T dan sel B, ke
daerah konflik. Dalam usahanya kgb regional akan meningkatkan aktivitasnya
hingga membesar.
Pada kasus ini, KGB bekerja untuk membawa dan mengidentifikasi sampel
kuman yang nantinya akan menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh bukan
sebagai suatu reaksi inflamasi yang biasanya menimbulkan gejala demam.
g. Bagaimana makna muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha
kanan dan kiri sejak 3 hari yang lalu tanpa disertai demam?
3 hari yg lalu usaha KGB regional akan meningkatkan aktivitasnya dengan cara
meningkatkan produksi sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu
sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit untuk melawan kuman
patogen yang masuk ke dalam tubuh (Bakteri penyebab impetigo krustosa).
h. Mengapa keluhan tidak disertai demam?
Karena berdasarkan struktur anatomi, lepuh yang di alami Totong berada pada
supeficial kulit (tidak memiliki pembuluh darah)

infeksi yang terjadi tidak/

belum menjalar ke sistemik. Hal ini yang menyebabkan tidak adanya respon
tubuh ke hipotalamus untuk meningkatkan set point akibat adanya infeksi
tidak demam.
3. Saudara Totong, Teteng juga pernah menderita sakit yang sama 10 hari yang lalu
dan sembuh setelah berobat ke dokter.
a. Bagaimana makna saudara kembar Totong yang pernah menderita sakit
yang sama 10 hari yang lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter?
-

Penyakit impetigo krustosa merupakan penyakit yang sangat menular, jadi


Teteng yang merupakan saudara kembar Totong yang menderita penyakit
yang sama 10 hari yg lalu

merupakan salah satu faktor resiko terjadinya

penularan impetigo krustosa pada Totong.


-

Sembuh setelah berobat ke dokter: Obat yang berikan dokter sudah sesuai
dengan etiologi penyakit yang diderita Teteng.

b. Adakah hubungan antara keluhan Totong dengan Teteng? Jelaskan!


Ada, karena penyakit ini sangat menular, jadi jika biasanya saudara kembar
bermain bersama dan sering terjadi kontak langsung, keadaan ini merupakan
salah satu faktor resiko terjadinya penularan penykit (impetigo krustosa) pada
Totong.
c. Mengapa setelah Teteng sembuh, Totong menderita hal yang sama?
Kemungkinan pada waktu Teteng menderita penyakit ini, sudah terjadi
penularan ke Totong tetapi masih dalam masa inkubasi sampai tanda dan gejala
pada Totong muncul. Jadi setelah Teteng sembuh baru totong menderita hal
yang sama.
4. Totong dan Teteng sering menggunakan baju dan handuk yang sama,

sering

bermain diluar, serta malas mandi.


e. Bagaimana hubungan penggunaan baju dan handuk yang sama dengan
keluhan yang dialami Totong?
Penyakit

impetigo

krustosa

merupakan

penyakit

yang

sangat

menular.

Penggunaan baju dan handuk bersama dan ditambah dengan riwayat Teteng
yang sudah pernah mengalami keluhan yang sama merupakan salah satu
faktor

resiko

terjadinya

penularan

impetigo

krustosa

pada

Totong.

(kemungkinan vesikel yang ada pada lesi kulit Teteng pecah dan seropurulen
pada lesi menempel di baju Teteng dan kemudian dipakai oleh Totong)
f. Bagaimana hubungan sering bermain diluar dengan keluhan yang
dialami Totong?

Anak-anak usia 4 tahun sering kali bermain diluar dan kemungkinan untuk
terinfeksi bakteri ini sangat besar terlebih jika lingkungan tempat bermain dapat
membuat anak tersebut mendapatkan trauma/luka kecil pada kulit, hal ini akan
mempermudah bakteri masuk dan berkembang.
g. Bagaimana hubungan malas mandi dengan keluhan yang dialami
Totong?
Jarang mandi dapat menyebabkan kejadian hygiene yang buruk pada Totong
dan Teteng, hygiene yang buruk merupakan salah satu faktor resiko kejadian
impetigo krustosa karena mempermudah bakteri dalam berkembangbiak.
h. Bagaimana cara penularan penyakit pada kasus ini?
1. Kontak langsung dengan pasien impetigo
2. Kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau pakaian pasien impetigo
3. Cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab
4. Kegiatan/olahraga dengan kontak langsung antar kulit seperti gulat
5. Pasien dengan dermatitis, terutama dermatitis atopik
5. Keadaan Spesifik:
KGB inguinalis lateral dextra et sinistra: terdapat pembesaran berupa nodul
berjumlah 2 buah, bulat, diameter 1cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri
tekan.
Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari:
a. Keadaan spesifik: KGB inguinalis lateral dextra et sinistra: terdapat
pembesaran berupa nodul berjumlah 2 buah, bulat, diameter 1cm,
konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri tekan?
Interpretasi:
KGB membesar 2buah : pembesaran kelenjar getah bening,
dan yang lainnya masih bisa
mengkompensasi.
bulat

: bentuk KGB bulat

diameter 1 cm

: besar dari KGB yang teraba 1cm

Konsistensi kenyal

: sel-sel pertahanan tubuh yang


sendiri

seperti

histiosit,atau

limfosit,

karena

sel

berasal dari KBG itu

plasma,

datangnya

sel-sel

monosit

dan

peradangan

(neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah


bening (limfadenitis)
Mobile
Tidak nyeri tekan

: dapat bergerak
: infeksi bakteri belum sampai ke lapisan dermis

(ada saraf). Dan menandakan bukan merupakan suatu proses inflamasi akibat

infeksi yang terjadi di KGB (contoh limfadenitis) tapi merupakan suatu proses
pertahanan pertama terhadap infeksi yang datangnya dari luar.
Mekanisme:

Faktor resiko: Bermain di luar rumah dan malas mandi, (higienis kurang), sa

S. aur

Membawa sampel kuman ke KGB untuk identifikasi dan pemrograman penghancurannya limfe
KGB menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak [ limfosit, sel plasma, monosit d

6. Status dermatologikus:
Regio extremitas inferior dextra et sinistra: plak eritem multipel, bulat, lentikuler,
diskret dengan permukaan ditutupi krusta kekuningan.
Bagaimana interpretasi dan mekanisme:
a. extremitas inferior dextra et sinistra: plak eritem multipel, bulat,
lentikuler, diskret dengan permukaan ditutupi krusta kekuningan?
Interpretasi:
Plak eritema multipel : sudah terjadi efloresensi berupa perninggian di atas
permukaan kulit, permukaan rata dan berisi zat padat (biasanya infiltrat),
berwarna kemerah dan berjumlah banyak.
Bulat
: berbentuk bulat
Lentikuler
: ukuran sebesar biji jagung.
Diskret
: terpisah antara satu sama lain.
Ditutupi krusta kekuningan : Ditutupi oleh materi padat yang terbentuk dari
pengeringan eksudat atau sekresi tubuh.

Faktor resiko: Bermain di luar rumah dan


malas mandi, (higienis kurang), saudara
kembar menderita sakit yang sam 10 hari
yll,menggunakan baju dan handuk bersama.

S. aureus menempel di kulit


Koloni meningkat

Mengeluarkan
eksotoksin

Epidermis terenggang (akantolisis)

Merusak desmosom (jembatan


sel )

Menyebabkan rongga antar s.korneum dan s. granulosum


Neutrofil migrasi ke dalam rongga

Lepuh berisi cairan (vesikel) / plak eritem multiple (penonjolan di atas kulit sebagai suatu reaksi yang
terjadi terhadap respon infeksi atau penyakit yang berwarna kemerahan) , bulat, lentikuler, diskret
pecah mengeluarkan secret seropurulen kuning kecoklatan mengering membentuk krusta yang
berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, di bawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan
secret sehingga krusta kembali menebal. Lepuh yang pecah akan mengering dan menjadi krusta berwarna
kuning keemasan atau honey-colored.
7. Apa saja kemungkinan penyakit pada kasus ini ?

+
+

Impetigo
Kontagiosu
m
+
+

+
-

+
-

gejala/
penyakit
Lepuh
Gatal
KGB
membesar
Demam
krusta
kekuningan

Kasus

Ektima
+
+
+
+/k.
hemorogik

Dematit
is
Kontak
+
+/-

Varicel
a
+
+

8. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus ini ?


a.

Pemeriksaan Darah

biasanya akan menunjukkan leukositosis


b.

Kultur bakteri

bertujuan untuk mengetahui jenis bakteri penyebab, sehingga akan membantu


pada proses pengobatan (eradikasi bakteri)
c.

Uji sensitivitas

untuk mengetahui jenis bakteri, dan pengobatan pilihan.


9. Apa kemungkinan diagnosis pasti pada kasus ini?
1. Bintik-bintik

merah

yang

kecil

menjadi

lepuh

yang

berisi

nanah

dan

berkeropeng; biasanya pada muka, tangan atau kepala. Impetigo berawal


sebagai

luka

terbuka

yang

menimbulkan

gatal,

kemudian

melepuh,

mengeluarkan isi lepuhannya lalu mengering dan akhirnya membentuk


keropeng.
2. Besarnya lepuhan bervariasi, mulai dari seukuran kacang polong sampai
seukuran cincin yang besar. Lepuhan ini berisi carian kekuningan disertai rasa
gatal.

3. Penyakit ini biasanya asimetris yang ditandai dengan lesi awal berbentuk
makula eritem pada wajah, telinga maupun tangan yang berubah dengan cepat
menjadi vesikel berisi cairan bening atau pustul dengan cepat dan dikelilingi
oleh suatu areola inflamasi, bila mengering akan mengeras menyerupai batu
kerikil yang melekat di kulit. Jika diangkat maka daerah tempat melekatnya tadi
nampak basah dan berwarna kemerahan.
4. Tahap ini jarang terlihat karena kulit vesikel sangat tipis dan mudah rupture.
Pada dasar vesikel terdapat eksudasi, jika mengering akan menjadi krusta
warna kuning. Lesi awalnya kecil (ukuran kira-kira 3-10 mm), tapi kemudian
dapat membesar. Bila lesi sembuh tidak akan meninggalkan bekas. Lesi bias
annular, circinata atau bundar menyerupai Tinea circinata. Lesi satelit dapat
terbentuk di sekitar lesi utama yang disebabkan oleh adanya autoinoculation.
5. Tanda khas dari impetigo krustosa ini adalah warna kemerahan seperti madu
atau kuning keemasan honey-colored. Pada daerah tropis umumnya terjadi
pada anak-anak yang kurang gizi, erupsinya bias luas dan bereaksi lambat
terhadap terapi. Umumnya terjadi pada daerah-daerah tubuh yang terbuka
seperti wajah, mulut, telapak tangan atau leher.
6. Tidak disertai gejala umum. Tempat predileksi di muka, yakni di sekitar lubang
hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut.
Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika
penderita datang berobat, yang terlihat ialah krusta tebal berwarna kuning
seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi di bawahnya. Sering krusta
menyebar

ke

perifer

dan

sembuh

di

bagian

tengah.

Streptokkus yang menginfeksi anak-anak dan yang lebih tua tidak berbeda
dengan yang terkena/menyebar pada populasi yang lain, walaupun perlu
dipertimbangkan bahwa tingkat infeksi yang lebih serius bias berbeda dari
kedua kelompok umur tersebut. Keluhan utama adalah rasa gatal. Lesi awal
berupa macula eritematosa berukuran 1 2 mm, segera berubah menjadi
vesikel atau bula. Karena dinding vesikel tipis, mudah pecah dan mengeluarkan
secret seropurulen kuning kecoklatan. Selanjutnya mengering membentuk
krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, di bawah krusta terdapat
daerah erosif yang mengeluarkan secret sehingga krusta kembali menebal.
7. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar daerah yang
terinfeksi.
10.

Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini?

Edukatif
1. Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.
2. Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit yang
terkena untuk mencegah infeksi.
3. Mengurangi kontak dekat dengan penderita.

4. Bila diantara anggota keluarga ada yang mengalami impetigo diharapkan dapat
melakukan beberapa tindakan pencegahan berupa:
-

Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air
mengalir serta membalut lesi.

Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak
menggunakan peralatan harian bersama-sama.

Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan setelah itu
mencuci tangan sampai bersih.

Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang memperberat lesi.

Memotivasi penderita untuk sering mencuci tangan.

b. Causatif
Pada prinsipnya, pengobatan impetigo krustosa bertujuan untuk memberikan
kenyamanan dan perbaikan pada lesi serta mencegah penularan infeksi dan
kekambuhan.

Gambar 2.5 penatalaksanaan impetigo


a. Mupirocin
Mupirocin (pseudomonic acid) merupakan antibiotik yang berasal dari
Pseudomonas fluorescent .Mekanisme kerja mupirocin yaitu menghambat
sintesis protein (asam amino) dengan mengikat isoleusil-tRNA sintetase
sehingga menghambat aktivitas coccus Gram positif seperti Staphylococcus
dan sebagian besar Streptococcus. Salap mupirocin 2% diindikasikan untuk
pengobatan impetigo yang disebabkan Staphylococcus dan Streptococcus
pyogenes.
b. Asam Fusidat
Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari Fusidium coccineum.
Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat sintesis protein. Salap atau
krim asam fusidat 2% aktif melawan kuman gram positif dan telah teruji
sama efektif dengan mupirocin topikal.

11.

Apa saja komplikasi dari kasus ini jika tidak ditangani secara

komperhensip?
Ektima
Impetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi ke epidermis
menjadi ektima. Ektima merupakan pioderma pada jaringan kutan yang ditandai
dengan adanya ulkus dan krusta tebal.
Selulitis dan Erisepelas
Impetigo krustosa dapat menjadi infeksi invasif menyebabkan terjadinya selulitis
dan erisepelas, meskipun jarang terjadi. Selulitis merupakan peradangan akut kulit
yang mengenai jaringan subkutan (jaringan ikat longgar) yang ditandai dengan
eritema setempat, ketegangan kulit disertai malaise, menggigil dan demam.
Sedangkan erisepelas merupakan peradangan kulit yang melibatkan pembuluh
limfe superfisial ditandai dengan eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan
biasanya disertai gejala prodromal.
Glomerulonefritis Post Streptococcal
Komplikasi utama dan serius dari impetigo krustosa yang umumnya disebabkan
oleh Streptococcus group A beta-hemolitikus ini yaitu glomerulonefritis akut (2%5%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia kurang dari 6 tahun. Tidak
ada

bukti

yang

menyatakan

glomerulonefritis

terjadi

pada

impetigo

yang

disebabkan oleh Staphylococcus. Insiden glomerulonefritis (GNA) berbeda pada


setiap individu, tergantung dari strain potensial yang menginfeksi nefritogenik.
Faktor yang berperan penting atas terjadinya GNAPS yaitu serotipe Streptococcus
strain 49, 55, 57,dan 60 serta strain M-tipe 2. Periode laten berkembangnya nefritis
setelah pioderma streptococcal sekitar 18-21 hari. Kriteria diagnosis GNAPS ini
terdiri dari hematuria makroskopik atau mikroskopik, edema yang diawali dari regio
wajah, dan hipertensi.
Rheumatic Fever
Sebuah kelainan inflamasi yang dapat terjadi karena komplikasi infeksi streptokokus
yang tidak diobati strep throat atau scarlet fever. Kondisi tersebut dapat
mempengaruhi otak, kulit, jantung,dan sendi tulang.
Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit ynag banyak ditemui setiap tahun. Penyakit ini
biasa terjadi pada perokok dan seseorang yang menggunakan obat yang menekan
sistem imunitas.
Infeksi Methicilin- resistant staphylococcus aureus (MRSA)

MRSA adalah sebuah strain bakteri stafilokokus yang resisten terhadap sejumlah
antibiotik. MRSA dapat menyebabkan infeksi serius pada kulit yang sangat sulit
diobati. Infeksi kulit dapat dimulai dengan sebuah eritem, papul, atau abses yang
mengeluarkan pus. MRSA juga dapat menyebabkan pneumonia dan bakterimia.
Osteomielitis
Sebuah inflamasi pada tulang disebabkan bakteri. Inflamasi biasanya berasal dari
bagian tubuh yang lain yang berpindah ke tulang melalui darah.
Meningitis
Sebuah inflamasi pada membran dan cairan serebrospinal yang melingkupi otak
dan medula spinalis. Meningitis merupakan sebuah penyakit serius yang dapat
mempengaruhi kehidupan dan menghasilkan komplikasi permanen seperti koma,
syok, dan kematian.
12.

Bagaimana peluang sembuh pada kasus ini ?

Pada beberapa individu, bila tidak ada penyakit lain sebelumnya impetigo krustosa
dapat membaik spontan dalam 2-3 minggu. Namun, bila tidak diobati impetigo
krustosa

dapat

bertahan

dan

menyebabkan

lesi

pada

tempat

baru

serta

menyebabkan komplikasi berupa ektima, dan dapat menjadi erisepelas, selulitis,


atau bakteriemi. Dapat pula terjadi gangguan fungsi ginjal bila terjadi komplikasi
glomerulonefritis akut. prognosis anak- anak lebih baik daripada dewasa.
Dalam kasus:
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad fungtioman : dubia ad bonam


13.

Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ini ? 8,9,10

Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis
pemeriksaanpemeriksaan

klinik

tambahan

berdasarkan
yang

diminta

pemeriksaan
oleh

dokter

fisik

dan

(misalnya

pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan


mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.

14.

Bagaimana Pandangan Islam terhadap kasus ini ?

Kebersihan merupakan bagian dari iman. (HR. Bukhori muslim)


PYODERMA

CUTANEOUS BACTERIAL INFECTION


PYODERMA
Staphylococcus aureus
Streptococcus Beta Hemolyticus

NON PYODERMA
Corynebacterium
Mycobacterium
Other bacteria

PYODERMA
1. Penyakit kulit yang purulen
2. Infeksi kulit oleh bakteri
3. Etiologi: Pyogenes-cocci
4. Yi.: -

Staphylococcus aureus &


Streptococcus b. hemolyticus

5. Lesi kulit dibagi dalam:


-

Infeksi kulit primer

Infeksi kulit sekunder

(Mis: orang digigit nyamuk bernanah)


Staphylococcus
Impetigo bulosa
(= Impetigo vesico-bulosa)
Impetigo neonatorum
Staph. Scalded Skin Syndr.
Folliculitis
( I. Bochart & Sycosis
barbae)
g. Furuncle & carbuncle
h. Paronychia
i. Multiple Absceses of sweats
glands
j. Hidra-adenitis suppurativa
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Streptococcus
a. Impetigo crustosa
b. (= I.contagiosa; Tillbury
Fox Disease )
c. Ecthyma
d. (=Ulcerative Impetigo)
e. Erysipelas
f. Cellulitis
g. Phlegmon
h. Scarlet Fever

IMPETIGO & ECTHYMA


1. Infeksi kulit superfisial
2. Etiologi: Staphylococcus aureus
Staphylococcus pyogenes
3. Bila hanya di epidermis: Impetigo
Bila terus sampai dermis: Ecthyma
4. Karakterisasi: krusta erosi atau krusta ulcer
5. Infeksi melalui:
a. Infeksi primer pada lesi minor di kulit
b.

Infeksi sekunder pada kelainan kulit yang udah ada Pre Existing Dermatoses atau
ada penyebab lain sebelum erjadi Impetiginization

Klasifikasi Klinik
1. Impetigo Krustosa (Impetigo vulgaris; impetigo contagiosa; Tillbury Fox)
2. Impetigo Bulosa
3. Impetigo Neonatorum
4. Impetigo Bockhart (Superficial Folliculitis)
5. Impetigo Ulcerative (Ecthyma)
IMPETIGO
1. Suatu pioderma yg menular
2. Biasa pada anak-anak
3. Biasanya pada wajah, khususnya dekat hidung dan mulut ( kenapa ? )
4. Ditandai dengan vesikel kecil yang mudah pecah dengan pinggir kemerahan yang menjadi
pustular dan pecah mengeluarkan cairan seropurulen kuning yang mengering dan
membentuk krusta tebal.
Impetiginization :

Terjadinya impetigo pada area yang sebelumnya terkena penyakit kulit yang

lain
ECTHYMA
1. Pioderma ulceratif
2. Biasanya disebabkan oleh Streptococcus haemolyticus grup A
3. Pada lokasi cedera ringan
4. Secara predominan mengenai tulang kering dan punggung kaki
5. Umumnya menyembuh dengan pembentukan jaringan parut yang bervariasi
CRUSTED IMPETIGO & ECTHYMA
Sinonim
-

Impetigo Vulgaris; Impetigo Contagiosa; Tillbury Fox

Impetigo ulceratif

Etiologi
-

Group A haemolyticus Streptococcus pyogenes (GAS)

Streptococcus haemolyticus

Gambaran Klinik
-

Umumnya pada anak, tanpa gejala umum (tanpa panas; malaise)

Individu pada umumnya sehat gigitan serangga, kutu kepala dan trauma

Diawali dengan kelainan kulit yaitu: eczema infeksi sekunder (Impetiginized)

Awalnya macula erythematosus blister/ lepuh (vesikel/ bula) + pus kuning pecah
(rupture)

Meninggalkan eksudat purulen kering = Golden Yellow Crust (Honey Bee)

Bila krusta pecah, ada di perifer dengan penyembuhan pada bagian tengahnya:
Polycyclic & Circinate
o

Erosi Impetigo Krustosa

Ulkus Impetigo Ulceratif (= Ecthyma)

Urtika ( bentol ) pembengkakan setempat dan cepat hilang

Urtika yang banyak = Urtikaria ( Biduran; kaligata; gidu; lapar garam)

Biduran penyebabnya banyak, jika org tersebut punya bakat hipersensitif

Diferensiasi
Durasi
Gejala
Lesi Kulit
Type
Warna
Ukuran
bentuk
Palpasi
Susunan

Distribusi

Distribusi

IMPETIGO
KRUSTOSA
Hari - Minggu
Tak ada s/d pruritus

&

ECTHYMA
Minggu Bulan
Sakit - lembut

Vesikel pustula pecah


+ erosi
Golden Yellow Crusts
Kecil, bulat/ oval
Nyeri ringan- kasar
Scattered
(menyebar
jauh)
Discrete
(menyebar
dekat)
Confluent
(lingkaran
jadi 1)
Lesi satelit (khas pada
candida)

Ulcerasi + krusta tebal


erat
Krusta hemorrhagik
Lebar, bulat/ oval
Tender & indurated
Soliter/ multipel

Muka

Pergelangan kaki,

peri oral / nasal

dorsal kaki, paha,


gluteus, daerah dekat

DD

Perioral/ Dermatitis

trauma
Ekskoriasi gigitan

seborrheic

serangga

Dermatitis kontak

Neurotic excoriation

alergi

Ulkus hati kronik

Herpes Simplex
Labialis
IMPETIGO BULLOSA
Sinonim
Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet
Etiologi
Staphylococcus aureus (utama)
Gambaran Klinik
1. Vesikel & bula + kuning jernih atau cairan keruh
2. Timbul/ menonjol pd kulit normal, erytema +/3. Bula lemah/ lunak: Bula hipopion

4. Bila bula pecah gray-brownish, krusta hemorrhagic: Collarete


5. Erytematous Erosion
6. Predileksi: wajah, tangan, tungkai, intertrigenous site
7. General bula & deskuamasi pada infant Impetigo Neonatorum
Diagnosa
1. Temuan klinik
2. Pewarnaan gram atau kultur
Diagnosis Diferensial
1. Dermatitis kontak alergi
2. Herpes simplex atau Herpes Zoster
3. Folikulitis bakterial
4. Luka bakar
5. Pemphigoid bullosa
6. Dermatitis herpetiformis
Manajemen
1. Pencegahan:
a.

Benzoyl peroxide wash (soap bar)

b.

Kristal permanganas kalicus mandi


i. (beri sesuai dosis, jangan sampai mewarnai kulit)

2. Th/ topikal: minyak mupirocin efektif terhadap S.aureus, GAS & MRSA.
3. Th/ Sistemik:
a.

Eritromisin 250-500 mg q.i.d (10 hr)


40 mg/kgBB/hari q.i.d (10 hr)

b.

Cephalexin 250-500 mg q.i.d (10 hr)


40-50 mg/kgBB/hari q.i.d (10 hr)

(Kontraindikasi pada wanita hamil)


c.

Minocyclin 100 mg b.i.d (10 hr)

d.

Ciprofloxacin 500 mg b.i.d (7 hr)

4. Th/ aman utk wanita hamil: Penicillin


5. Bila takut injeksi: ampicillin/ amoxycillin
6. Bila alergi penicillin, beri eritromycin p.c (Kontraindikasi: Maag)

DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi (ed), dkkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Fitzpaarticks, Thomas B. 2008. Fitzpaarticks Dermatology in General Medicine. New York: Mc.
Graw Hill.
Ganiswarna, dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FK UI
Guyton, dkk. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Price, dkk. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
www.emidecine.com
www.fkui.ac.id
www.google.co.id/images

Anda mungkin juga menyukai