Anda di halaman 1dari 10

PARAPLEGIA

1. AHMAD FAUZI
2. HANUM TYAS W
3. ROFIQI SONY S
Pengertian Paraplegia
◦ Paraplegia adalah kondisi hilangnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh bagian
bawah yang meliputi kedua tungkai dan organ panggul. Paraplegia dapat terjadi hanya
sementara atau bahkan menjadi permanen tergantung dari penyebabnya. Berbeda dengan
paraparesis yang masih dapat menggerakan kedua tungkai walaupun kekuatannya berkurang,
paraplegia sama sekali tidak dapat menggerakan kedua tungkai.
◦ Jika dilihat berdasarkan efek dan gejalanya pada otot, paraplegia terbagi menjadi:
◦ Paraplegia spastik. Otot-otot tubuh pada bagian yang mengalami kelumpuhan dalam kondisi
kaku dan tegang.
◦ Paraplegia flaksid. Otot-otot tubuh pada bagian yang mengalami kelumpuhan dalam kondisi
lemas dan terkulai. Kondisi otot ini cenderung bisa mengkerut.
Faktro Risiko Paraplegia
◦ Terdapat beberapa faktor risiko yang bisa memicu terjadi
paraplegia, antara lain:
◦ Kecelakaan kendaraan bermotor.Kejahatan seperti pada luka
tembak.
• Olahraga ekstrim, atau cedera pada olahraga.
◦ Kecelakaan pada operasi atau tindakan medis lainnya.
◦ Lansia (65 tahun ke atas), cenderung mudah jatuh dan mengalami
degenerasi tulang belakang.
◦ Memiliki kelainan pada tulang atau sendi.
Penyebab Paraplegia
◦ Seringnya paraplegia disebabkan oleh masalah pada otak atau sumsum tulang belakang, yang
berfungsi untuk bekerjasama dalam menerima impuls sensorik dan mengirimkan impuls motorik.
Oleh karena itu, jika salah satunya tidak berfungsi dengan seharusnya, sinyal yang
seharusnya diterima dan dikirim dapat menjadi lemah atau bahkan tidak ada. Cedera sumsum tulang
belakang merupakan penyebab utama paraplegia.
◦ Walaupun kebanyakan kerusakan otak dan sumsum tulang belakang bersifat traumatik, kondisi-
kondisi medis lain juga dapat menyebabkan kerusakan organ-organ pada sistem saraf pusat tersebut.
Kondisi-kondisi tersebut antara lain:
◦ Penyakit genetik seperti genetic spastic paraplegia.
◦ Kekurangan oksigen karena tersedak, komplikasi kelahiran dan cedera lainnya.
◦ Penyakit autoimun.
◦ Infeksi otak atau sumsum tulang belakang.
◦ Kelainan sumsum tulang belakang seperti syrinx.
◦ Tumor atau penyebarannya yang menyebabkan kompresi pada tulang belakang.
Gejala Paraplegia
◦ Seseorang yang mengalami paraplegia bisa merasakan gejala yang cukup bervariasi, bisa berubah dari hari ke
hari. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain proses regenerasi dan penyembuhan, pengobatan, dan
penyakit yang mendasari. Gejala penyerta yang paling sering dikeluhkan pada individu paraplegia adalah:
◦ Hilangnya kemampuan motorik dari pinggang ke bawah.
◦ Hilangnya kemampuan sensorik (tidak dapat merasakan sensasi) pada daerah di bawah lesi.
◦ Sensasi fantom atau sensasi aneh yang tidak dapat dijelaskan, sensasi setruman listrik, atau sensasi lainnya
pada tubuh bagian bawah.
◦ Penurunan libido.
◦ Gangguan BAK dan BAB.
◦ Perubahan mood, pada umumnya depresi.
◦ Kenaikan berat badan, terutama jika asupan kalori tidak sesuai dengan aktivitas fisik yang berkurang.
◦ Infeksi sekunder pada bagian tubuh yang mengalami paralisis, umumnya luka decubitusatau penyakit kulit.
◦ Nyeri kronis.
◦ Abnormalitas pada sistem saraf otonom yang ditemukan dalam bentuk ketidaknormalan denyut nadi dan
tekanan darah.
Diagnosis Paraplegia
◦ Pemeriksaan neuromuskular lengkap, bersama dengan pencitraan tulang belakang seperti MRI
atau CT scan. Rontgen polos dapat mengonfirmasi fraktur, penyempitan, tumor, atau massa
lainnya pada struktur sumsum tulang belakang, sehingga dapat membantu diagnosis. Untuk
melihat adanya infeksi, dapat juga dilakukan pemeriksaan darah dan fungsi lumbal untuk
mengecek infeksi pada cairan spinoserebral.

Komplikasi Paraplegia

◦ komplikasi yang meliputi: Ulkus dekubitus, yaitu luka yang terjadi pada kulit yang terus tertekan
akibat tidak dapat menggerakan bagian tersebut.
◦ Paraplegia yang tidak ditangani dengan tepat bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Dalam
beberapa kasus, paraplegia bisa menyebabkan pengidapnya kesulitan bernapas dan batuk.
Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya pneumonia. Selain itu, paraplegia juga bisa
menyebabkan depresi, penggumpalan darah pada pembuluh darah tungkai, serta memicu
depresi.
Pengobatan Paraplegia
◦ Setiap pengidap berbeda, karenanya penanganan yang bekerja baik untuk seseorang mungkin tidak berhasil untuk orang lain. Secara umum, perawatan intensif
memberi kesempatan terbaik bagi pemulihan individu, terutama jika perawatan diberikan secepatnya.

◦ Untuk mengobati paraplegia, dokter akan melakukan tindakan sesuai dengan penyebab yang mendasari terjadinya paraplegia. Beberapa opsi tatalaksana termasuk:
◦ Pembedahan untuk mengatasi pembengkakan di lokasi cedera, menghilangkan lesi, atau mengangkat objek yang menyebabkan kerusakan sumsum tulang belakang.
◦ Operasi penyelarasan tulang belakang tulang belakang.
◦ Pembedahan sekunder, contohnya untuk mengtasi masalah pada cedera otot akibat paraplegia.
◦ Obat-obatan untuk mengurangi risiko infeksi, pembekuan darah, dan masalah sekunder lainnya.
◦ Fisioterapi, untuk membantu pengidap mendapatkan kembali sebanyak mungkin fungsi dengan mengajarkan otak dan sumsum tulang belakang cara mengatasi cedera.
Terapi ini juga bisa membantu untuk memperlambat hilangnua tonus otot d bawah lokasi cedera.

◦ Terapi latihan untuk membantu tubuh tetap dalam bentuk fisik yang baik dan mengurangi rasa sakit kronis.
◦ Psikoterapi untuk membantu mengadopsi keterampilan mengatasi dan mengelola cedera.
◦ Pendidikan tentang cedera, program advokasi, dan kelompok dukungan keluarga.
◦ Pelatihan dan terapi kerja untuk membantu mempelajari keterampilan baru, mendapatkan kembali yang lama, dan menemukan cara baru untuk mengatasi cedera.

Pencegahan Paraplegia
◦ Untuk mencegah paralegia, cobalah hindari penyebab dan faktor risiko yang bisa memicu
terjadi paraplegia.
◦ Cedera tulang belakang paling sering disebabkan oleh kecelakaan. Oleh sebab tu,
pencegahan paraplegia dapat dilakukan dengan meminimalisir risiko cedera dengan cara
memperhatikan lingkungan sekitar.
◦ Menggunakan alat pelindung saat berolahraga dan memakai sabuk pengaman termasuk
langkah penting untuk mencegah cedera serius yang diakibatkan oleh kecelakaan. Selain itu,
hindari juga beraktivitas atau berkendara saat kondisi fisik kurang fit, mengantuk, atau di bawah
pengaruh obat-obatan.
Daftar Pusaka
◦ https://www.halodoc.com/kesehatan/paraplegialegia

Anda mungkin juga menyukai