Anda di halaman 1dari 23

A.

OVERVIEW CASE

Laki-laki ( 34 tahun )























Ke UGD
KU: Kejang yang terjadi 2
kali dalam 1 hari ini
RPS :
Kejang seluruh tubuh mata
mendelik keatas
Kejang selama 2 menit dirumah
Diklinik kejang lagi setelah minum
obat, berhenti 10-15 menit
Kejang terulang kembali, diberikan
obat
Panas turun, kemudian naik lagi
Diantara kejang pasien sadar


RPD :
Nyeri di telinga kanan, lalu
dibersihkan dengan cotton bud
Berobat ke puskesmas, diberi
obat tetes telinga dan antibiotic
7 hari yang lalu, pasien panas,
keluar cairan dari telinga kanan
berwarna kuning, bau tidak enak
Dengan tetes telinga dan
antibiotic panas menurun,
kemudian naik lagi
Hipotesis :
Meningitis
Ensefalitis
Meningoensefalitis

























Pemeriksaan Fisik
Suhu : 40 C
RR : 38 x / menit
Nadi : 100 x/ menit
Tensi : 120/80 mmHg
Mata : Isokor kanan-
kiri, konjungtiva
anemis (-), sclera
ikterik (-), edema
palpebral, Papil
edema
Gigi geligi : DBN
Thoraks : DBN
Abdomen : DBN
Ekstremitas : DBN

Pemeriksaan neurologis
GCS : E5V4M6
Motorik :
- Hemiparesis (-)
- Normotonus
- Normotrofi
Refleks Fisiologi :
- bicep/tricep (+)
- patella/Achilles (+)
Refleks Babinski (-)
Meningeal Sign :
- kaku kuduk (+)
- brudzinsky 1 (+)
- brudzinsky 2 (+)
- kernig (+)


Pemeriksaan penunjang
Lab :
- Hb 13
- Ht 36 %
- Leukosit 17.000
- Eritrosit 4,5 x 10 6
UL
Elektrolit :
- Natrium 138
mmol/L
- Kalium 4mmol/L
- Kalsium 1,04
mmol/L
- Magnesium normal
GDS : 110 mg/dl




Lumbal Pungsi
- Kejernihan : Keruh - Glukosa : 30 mg/dl - Kultur LCS :
- Bekuan : Tidak ada bekuan - Protein : 120 mg/dl Stapilococcus
epidermidis (+)
- tes pandy : (+) - Jumlah sel : 80/UL
- Tes none : (+) - Sel : PMN 80%, UMN 20%
Diagnosa :
Meningitis e.c Stapilococcus epidermidis

B. INTERPRETASI KASUS
Laki-laki 34 tahun
Keluhan utama
- Kejang yang terjadi 2 kali dalam 1 hari ini

RPS
- Kejang diseluruh tubuh, mata mendelik keatas
Tubuh akan merespon peradangan di dalam tubuh dengan cara mengaktifkan
mediator kimiawi seperti prostaglandin dan leukotriene yang merupakan hasil
metabolism dari asam arakidonat. Kedua mediator kimiawi ini akan merangsang
termoregulasi di hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh.

Dalam keadaan radang, akan terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler yang
disertai dengan keluarnya cairan eksudat. Kemudian terjadi akumulasi cairan
eksudat yang mengakibatkan edema serebri. Edema serebriakan menekan aliran
darah, sehingga terjadi iskemik, ketika terjadi iskemik, pasokan oksigen ke otak juga
akan berkurang, sehingga otak akan juga mengalami hipoksia. Keadaan hipoksia
menurunkan proses metabolisme di otak yang mengakibatkan turunnya jumlah ATP.
Karena minimalnya jumlah ATP, akan menggangu kerja pompa Na-K, kemudian akan
terjadi ketidakseimbangan ion-ion dalam tubuh yang menyebabkan peningkatan
depolarisasi membrane, sehingga terjadi kejang

RPD
- Nyeri di telinga kanan
Menandakan adanya peradangan pada telinga kanan
- Panas, keluar cairan dari telinga kanan berwarna kuning, bau tidak enak
Menandakan pasien mengalami otitis media
- Dengan tetes telinga dan antibiotic panas turun, kemudian naik lagi
Menandakan terjadi peradangan ditempat lain, dicurigai peradangan mencapai
bagian temporal dekstra

Hipotesis
- Meningitis
Keluhan pasien menandakan adanya gejala klinis mengitis, dan ditambah pasien
menderita otitis media yang merupakan factor risiko.
- Ensefalitis
Hipotesis ini diambil karena pasien mempunyai 2 gejala dari trias ensefalitis yaitu
kejang dan demam.
- Meningoensefalitis
Diambil karena pasien mempunya beberapa gejala klinis meningitis dan ensefalitis

Pemeriksaan fisik
- Suhu 40 C
Suhu tubuh meningkat menandakan adanya infeksi atau peradangan.
- RR 38/ menit
Suhu tubuh meningkat enyebabkan metabolism basal meningkat. Karena
metabolism basal meningkat, maka CO2, yang dihasilkan menjadi banyak, keaadaan
inilah yang akan merangsang peningkatan frekuensi nafas dan denyut nadi agar CO2
yang banyak dalam tubuh dapat dikeluarkan dan memasukkan O2 untuk melakukan
metabolism selanjutnya.
- Tensi 120/80 mmhg

Pemeriksaaan neurologis
- GCS E5V4M6
Pemeriksaan tingkat kesadaran menurut Glassgow Coma Scale ( GCS ) dapat
dilakukan dengan memperhatikan tanggapan/ respon penderita yang membuka
mata (E), respon motoric (M), respon verbal ( V). Setelah itu dijumlah dan
didapatkan skor GCSnya.
Pasien ini mempunyai nilai GCS yang tinggi, yang melemahkan hipotesis ensefalitis
dan meningoensefalitis.
- Motorik
Hemiparesis (-), normotonus, normotrofi.Gejala klinis pada pasien ini menguatkan
hipotesis meningitis karena tidak ada kelainan motorik.
- Pemeriksaan reflex fisiologis
Bicep/tricep (+), patella/Achilles (+) menunjukan bahwa tidak ada kelainan pada
UMN dan LMN dalam keadaan baik menguatkan meningitis.
- Pemeriksaan reflex patologi (babinski)
Babinski (-) menandakan bahwa tidak ada kelainan di system saraf pusat,
menguatkan meningitis dan melemahkan ensefalitis serta meningoensefalitis.
- Meningeal sign (+)
Menunjukkan adanya infeksi pada meningen, memperkuat hipotesis meningitis.

Pemeriksaan Penunjang
- Leukosit tinggi
menandakan adanya infeksi, memperkuat hipotesis meningitis,ensefalitis,
meningoensefalitis
- Elektrolit normal.
- GDS 110 mg/dl.
- Lumbal pungsi
- Kejernihan : Keruh
- Tes pandy : (+)
- Tes none : (+)
- Glukosa : 30 mg/dl
Glukosa rendah menguatkan hipotesis infeksi bakteri, karena bakteri
membutuhkan glukosa untuk dimetabolisme agar dapat bertahan hidup.
- Protein : 120 mg/dl
Pada saat inflamasi terjadi peningkatan permeabilitas vascular yang
mengakibatkan protein bebas masuk.
- Jumlah sel : 80/UL
- Sel : PMN 80 %, MN 20 % menunjukkan bahwa terjadi peradangan akut.
- Kultur LCS : Stapilococcus epidermidis

Diagnosa
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, dapat disimpulkan bahwa adanya infeksi
yang ditandai dengan meningeal sign , dan pada pemriksaan oenunjang ditemukan
etiologi infeksi yaitu Stapilococcus epidermidis


























Diagnosa :
Meningitis e.c Stapilococcus epidermidis

MENINGES
EMBRIOLOGI
Berasal dari mesoderm yang mula-mula membentuk menix primitiva lalu berdiferensiasi menjadi :
1. Ectomenix (bagian luar) membentuk duramater
2. Leptomenix (bagian dalam) membentuk arachnoidea (bagian luar) dan piamater (bagian
dalam)
Sehingga meninges terdiri atas (dari luar kedalam) :
1. Duramater (pachymenix)
2. Arachnoid mater ( arachnoidea)
3. Piamater
Diantara duramater dan arachnoidea terdapat ruangan potensial yang dinamakan cavum subdurale
(subdural space) yang didalamnya terdapat :
1. Sedikit cairan (sekedar untuk membasahi permukaan kedua selaput otak)
2. Bridging veins (pembuluh balik yang berasal dari permukaan otak dan bermuara ke dalam sinus
duraematris)
Diantara arachnoidea dan piamater terdapat ruangan yang dinamakan cavum subarachnioidea
(subarachnoid space) yang didalamnya terdapat :
1. Liquorcerebrospinal (LCS)
2. Pembuluh darah otak










ANATOMI









1. Duramater
Duramater adalah lapisan paling luar selaput otak, paling tebal, dan sangat kuat.Duramater terdiri
atas dua lapisan.
Stratum periostale/duramater eksterna
Merupakan lapisan di bagian luar yang melekat dan bersatu dengan periosteum
Stratum meningeale/duramater interna
Terdapat di bagian yang lebih dalam
Diantara duramater eksterna dan duramater interna terdapat ruangan yang dinamakan cavum
epidural/epidural space yang mengandung arteri meningea media.
Dari duramater interna terdapat tonjolan-tonjolan yang menyerupai sekat dan membagi cavum cranii
atas beberapa bagian, sekat tersebut adalah :
1. Falx Cerebri
Berbentuk bulan sabit yang memisahkan otak menjadi 2 belahan yaitu hemispherium cerebralis
dextra dan hemispherium cerebralis sinistra
2. Tentorium Cerebelli
Membentuk atap fossa cranii posterior dan memisahkan lobus occipitalis cerebri dari
cerebellum
3. Falx Cerebelli
Terletak disebelah kaudal tentorium cerebelli, kecil, dan berbentuk bulan sabit.
4. Diaphragma Sellae
Membentuk atap fossa hypophysealis, bagian tengahnya ditembus oleh infundibulum glandulae
hypophysis
Duramater dipersarafi oleh N. Trigeminus, N.Vagus, dan systema nervosum sympathetica
2. Arachnoidea
Merupakan selaput tipis yang menyerupai sarang laba-laba.Dari arachnoidea berjalan sekat-sekat
yang menuju piamater (trabecula).Disekeliling trabekula terdapat suatu rongga besar yang
menyeruai spons (rongga subarachnoid) yang berisi cairan serebrospinal (CSS) dan terpisah dari
rongga subdural.Di beberapa daerah, arakhnoid menembus duramater dan membentuk tonjolan-
tonjolan kedalam sinus venosus yang terisi darah di dalam duramater. Tonjolan-tonjolan yang berisi
CSS ini dilapisi sel-sel endotel vaskular yang disebut villi arachnoides yang berfungsi mengangkut CSS
dari ruang subarachnoid ke dalam sinus venosus

3. Piamater
Lapisan ini membungkus otak dengan erat dan memasuki lekukan-lekukan otak (gyrus
cerebrales).Didalam piamater, pembuluh-pembuluh darah otak bercabang-cabang.Piamater
melindungi otak terhadap masuknya benda-benda berbahaya kedalamnya.


HISTOLOGI










Gambar ini merupakan potongan area dekat fissura mediana anterior.
D = dura mater
SD = ruang subdural (keras dan dilapisi oleh sel pipih mirip epitel
A = lapisan arachnoidea (menyerupai jaring dan mengandung ruang subarachnoidea dan trabekula
SA = ruang subarachnoidea
T= trabekula jaringan ikat
BV = pembuluh darah besar yang melalui lapisan arachnoid
P= pia mater (berada paling tipis dan tidak terpisah secara tegas dari arachnodea
LIQUOR CEREBROSPINALIS
LCS /CSF (cerebrospinal fluid) adalah cairan jernih, tidak berwarna, dan hampir bebas protein.
Fungsi LCS :
Fungsi utama adalah melindungi dan merendam SSP
Salah satu mata rantai pengawasan chemical environment SSP
Media pertukaran nutriens dan sisa metabolisme
Sarana pengangkutan intra cerebral
LCS dihasilkan oleh plexus choroideua ventriculi, terutama ventriculli laterales.Volume pada orang
dewasa 75-150 (rata-rata 135) ml. 80ml diantaranya terdapat didalam systema ventriculi, 55ml didalam
spatium subarachnoideum.
Aliran LCS
Plexus choroideus (ventriculi laterales)
Foramen interventriculare Monro
Ventrikel III
Aquaeductus cerebri Sylvii
Ventrikel IV

Foramen Luschka Foramen Magendi


Mengelilingi seluruh otak dan medula spinalisRuang subarachnoid
Diabsorbsi villi araknoidalis







MENINGITIS
A. DEFINISI
Peradangan pada selaput otak (menigens) akibat infeksi yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur, maupun protozoa

B. EPIDEMIOLOGI
Insidens meningitis bakteri terhadap neonatal adalah 0,25 1 % kasus per
1000 kelahiran. Di Indonesia, sebagian besar (sekitar 70%) kasus meningitis
terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 atau pada orang yang berusia di
atas 60.

C. FAKTOR RESIKO
Sistem Imun yang buruk
Usia
Trauma kepala
Prosedur bedah saraf baru
Otitis media
ISPA

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi
menjadi 2 golongan :
Purulenta
Penyebabnya adalah bakteri (misalnya: Pneumococcus,
Meningococcus, Haemofillus Influenza, E. coli), menghasilkan exudat
berupa pus pada cairan otak. Neutrofil berperan dalam menyerang
mikroba, neutrofil akan hancur menghasilkan exudat.
Serosa
Penyebabnya seperti Mycobacterium tuberculosa& virus, terjadi
pada infeksi kronis. Peran limfosit & monosit dalam melawan
mikroba dengan cara fagositosis, tidak terjadi penghancuran,
hasilnya adalah cairan serosa.

E. ETIOLOGI
1. Bakteri
Haemophillus influenzae
Nesseria meningitides (meningococcal)
Staphylococcus pneumoniae (pneumococcal)
Staphylococcus aureus
- Mycobacterium tuberculosis
Penyebab meningitis pada beberapa golongan umur :
1. Neonatus : E.colli
S. beta hemolitikus
L. monositogenes
2. Anak dibawah 4 tahun : H. influenza
Meningokokus
Pneumokokus
3. Anak diatas 4 tahun dan orang dewasa : Meningokokus
Pneumokokus
2. Virus
Enteroviruses
Human herpesvirus (HHV)-2
Lymphocytic choriomeningitis virus (LCM)
3. Jamur/Fungi
- Aspergillus
- Cryptococcus
4. Protozoa
F. MANIFESTASI KLINIS
Demam
Nyeri kepala trias meningitis
Kaku kuduk
Mual
Muntah
Lemah
Gangguan kesadaran
Kejang

G. DIAGNOSIS
Punksi Lumbal
Tekanan : Tekanan cairan otak meningkat di atas 180 mm H
2
O
Warna : Cairan otak berwarna mulai dari keruh sampai
purulenta bergantung pada jumlah selnya.
Sel : Jumlah leukosit meningkat, biasanya berjumlah 200-
10.000 dan 95% terdiri dari sel PMN setelah pengobatan
dengan antibioka perbandingan jumlah sel MN
(mononuclear) terhadap sel PMN meningkat.
Protein : Kadar protein meningkat, biasanya di atas 75 mg
Klorida : Kadar klorida menurun kurang dari 700 mg
Gula : Kadar gula menurun

Px.Neurologi : Meningeal sign (+)
Px. Darah Tepi : Menghitung jumlah leukosit & gambaran hitung jenis
sel
Pemeriksaan radiologi (MRI & CT-scan)
Untuk membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel;
hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.Selain itu, dapat
mengetahui ada tidaknya komplikasi seperti abses otak maupun efusi
subdural.
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan
daerah infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
Pemeriksaan EEG
Pemeriksaan dengan elektroensefalografi akan menunjukkan
perlambatan yang menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya
sebanding dengan beratnya radang.

H. DIAGNOSIS BANDING
Ensefalitis
Meningoensefalitis
Meningismus
Pendarahan subarachnoid

I. PENATALAKSANAAN
Perawatan Umum
Penderita dirawat di rumah sakit. Mula-mula cairan diberikan secara
infus dalam jumlah yang cukup dan jangan berlebihan.Bila gelisah
diberi sedatif seperti fenobarbital atau penenang.Nyeri kepala diatasi
dengan analgetika. Panas diturunkan dengan Kompres es dan
Paracetamol. Kenaikan tekanan intracranial diatasi dengan :
1. Manitol
dosisnya 1-1,5 mg/kg BB secara intravena dalam 30-60 menit
dan dapat diulangi 2 kali dengan jarak 4 jam

2. Kortikosteroid
biasanya dipakai deksametason secara intravena dengan
dosis pertama 10 mg lalu diulangi dengan 4 jam setiap 6 jam.

Pemberian Antibiotik
1. Gentamisin : untuk bakteri gram (-)
Dosis : -) Bayi prematur 5mg/kgBB/hari, dibagi dlm 2x
pemberian
-) Neonatal 7,5mg/kgBB/hari, dibagi dlm 3x
pemberian
-) Dewasa : 5 mg/kg/BB/hari dibagi dalam 3x
pemberian
2. Ampisilin (secara intravena) : untuk hemofilus
Dosis : Dewasa : 8-12 gram/hari dibagi dalam 4 kali pemberian
3. Sulvadiazina : untuk meningokokkus
Dosis : 12x500mg dalam 24 jam selama kurang lebih 10hari
4. Kloramfenikol (secara intravena) : Untuk hemofilus
Dosis : Dewasa : 4-8 gram/hari dibagi dalam 4 kali pemberian
5. Sefalosporin
a. Sefotaksim
Dosis : 50mg/kgBB/kaliIV, setiap 6 jam ; atau
b. Seftriakson
Dosis : 100mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-
60mnt setiap 12 jam
6. Penisilin G : untuk pneumokokkus, streptokokkus,
meningokokkus
Dosis : 1-2 juta IU setiap 2 jam

J. PROGNOSIS
Tergantung pada jenis mikroorganisme, usia pasien, kecepatan penegakkan
diagnosis, serta antibiotik yang diberikan

K. KOMPLIKASI
Kejang
Efusi subdural
Edema dan herniasi serebral
Cerebral palsy











Bakteri Virus TBC
Merusak BBB ( beberapa
bakteri Mampu merusak
BBB)
Nasofaring Melepaskan
bakteri TB
kedalam darah
Merusak
BBB
Bakteri
Mati
Bakteri
berkemba
ng biak
Eksudat kaseosa
Leptomeningen menutupi
eksudat tersebut (membentuk
tuberkel)
Daya tahan tubuh
terus menurun
Tuberkel pecah
Bakteri TB masuk ke ruang
subaranoid
Darah
Daya tahan
tubuh baik
Daya tahan
tubuh buruk
Bakteri masuk ke ruang
subaranoid


PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
























Invasi selaput
meningen
Proses infeksi subaranoid
Inflamasi pada
piamater & aranoid
Peradangan meningen
peningkatan netrofil
diotak
LCS mengental
Menyumbat vili
akuades
Obstruksi LCS
Hidrosefalus
TIK
Aliran darah
Iskemi
kejang
IL-1
Setpoint
hipotalamus
demam
Protein otak
Iritasi pada
meningens
Reaksi
inflamasi(rubor,
kalor,TUMOR, dll)
Edema
Nyeri
kepala
Kejang
(baca
kejang
demam)
Sakit
kepala
Nyeri kepala
akut
Herniasi
Menekan
medula
oblongata
Muntah-
muntah
kesadaran
Kaku kuduk

























Eksudat


Enchepalitis
A. Definisi
Encephalitis adalah suatu peradangan pada jaringan parenkim otak, adapun jenis
ensefalitis yaitu bisa infeksi yang terjadi langsung di otak dan yang disebabkan oleh
terganggunya sistem kekebalan tubuh hingga menyerang otak.
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme.
Encephalitis adalah suatu infeksi akut pada jaringan otak yang disebabkan oleh
berbagai macam kausa terutama virus yang ditandai dengan gejala-gejala gangguan
fungsi otak seperti kesadaran yang menurun, suhu yang mendadak naik, kejang-
kejang, tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial dan tanda serebral lainnya.

B. Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menyebabkan encephalitis (bakteri, virus,
jamur,parasit) dan paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Misalnya herpes simplex,
rabies dan virus yang dibawa oleh nyamuk.
Berikut beberapa virus dari kelas ARBO virus dan Enterovirus yang infeksinya
berpotensi menimbulkan radang akut pada jaringan otak yaitu :
1. Japanese B encephalitis
2. Western equine encephalitis
3. Sint louis encephalitis
4. Poliomyelitis
5. Cixacki virus
6. ECHO virus

C. Epidemiologi

Karena terdapat banyak penyebab ensefalitis, maka tidak terdapat pola epidemiologi
yang sama. Tetapi sebagian besar kasus yang terjadi pada musim panas dan musim
gugur, mencerminkan adanya virus arbo dan virus entero sebagai etiologi.Ensefalitis
yang disebabkan karena virus arbo terjadi dalam bentuk epidemik, dengan batas
wilayah yang ditentukan oleh batas vektor nyamuk serta prevalensi binatang reservoar
alamiah.
Kasus-kasus enesefalitis yang sporadis dapat terjadi setiap musim, pertimbangan
epidemiologis yang harus ditinjau ulang dalam usaha mencari agen penyebab meliputi
wilayah geografis, iklim, pemaparan oleh binatang, air, manusia, dan bahan makanan,
tanah, manusia, dan faktor-faktor hospes (Nelson, 1992).
Angka kematian untuk ensefalitis berkisar antara 35-50%. Dari penderita yang hidup,
20-40% mempunyai komplikasi atau gejala sisa

D. Klasifikasi
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
1. Infeksi virus yang bersifat endemic
Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis,
Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer
encephalitis, Murray valley encephalitis.
2. Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap
disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
3. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-
vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi
traktus respiratorius yang tidak spesifik.






E. Tanda dan Gejala
Meskipun penyebabnya berbeda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas
sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik. Secara umum gejala berupa trias
ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. Berikut adalah
tanda dan gejala encephalitis :
Kebingungan Agitasi
Halusinasi Kejang
Sakit kepala Mual
Muntah Malaise
Demam Gangguan kesadaran
Irritability

F. Patofisiologi Ensephalitis
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk
ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ
tertentu.
Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah
Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir
dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia,
Ataksia, Paralisis syaraf otak.





PATOFISIOLOGI























Menyerang bagian
encephalon

Masuk kedalam
tubuh melalui port
dentre
Enchepalitis

Mual, Muntah Sakit kepala
Kejang
Depolarisasi

Na Intrasel
ningkat

Gangguan pompa
Na+/K+
ATP turun

Nutrisi Berkurang

TIK naik

Terjadi proses
inflamasi

Patogen
(Bakteri, virus,
jamur)


G.Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan serologis
2. Pemeriksaan darah
3. EEG/ Electroencephalography
4. CT scan
H.Penatalaksanaan
Penderita baru dengan kemungkinan encephalitis harus dirawat inap sampai
menghilangnya gejala-gejala neurologik.Tujuan penatalaksanaan adalah
mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap terbuka,
pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah.

Tata laksana yang dikerjakan sebagai berikut :
1. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada encephalitis biasanya
berat. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu
diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.
2. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S
(tergantung umur) dan pemberian oksigen.
3. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia
serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.
4. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan intravena
dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap
8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb
diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi
setiap 6 jam untuk waktu lama.
5. Pengobatan kausatif.
Sebelum berhasil menyingkirkan etilogi bakteri, terutama abses otak (encephalitis
bakterial), maka harus diberikan pengobatan antibiotik parenteral. Pengobatan untuk
encephalitis karena infeksi virus herpes simplek diberikan Acyclovir intravena, 10
mg/kgbb sampai 30 mg/kgbb per hari selama 10 hari. Jika terjadi toleransi maka
diberikan Adenine arabinosa (vidarabin).Begitu juga ketika terjadi kekambuhan
setelah pengobatan dengan Acyclovir.Dengan pengecualian penggunaan Adenin
arabinosid kepada penderita encephalitis oleh herpes simplek, maka pengobatan
yang dilakukan bersifat non spesifik dan empiris yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan serta menopang setiap sistem organ yang terserang.

Anda mungkin juga menyukai