Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Defenisi
Hernia nucleus pulposus adalah kelemahan pada anulus
fibrosus bagian lateral pada diskus vertebrata dan ligamen longitudinal
posterior menjadi tipis, yang mengakibatkan penekanan pada syaraf
spinal (Mohammad Judha & Nazwar Hamdani, 2011).
Hernia nucleus pulposus (HNP) adalah keadaan nukleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah kanalis
spinalis melalui anulus fibrosis yang sobek. HNP merupakan suatu
nyeri yang disebabkan oleh proses patologis di kolumna vertebralis
pada diskus intervebralis/ diskogenik (Arif Muttaqin, 2008).
Diskus intervebralis adalah lempengan kartilago

yang

membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra, material keras


dan fibrosa ini di gabungkan dalam suatu kapsul. Bantalan seperti bola
di bagian tengah diskus di sebut nukleus pulposus. HNP merupakan
rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
2. Anatomi Fisiologi

3. Etiologi
Menurut Mohammad Judha, 2011

a. Keadaan akut, injuri pada ligamen, otot pada deregenari


spinal ini akan menyebabkan nyeri pada punggung (low
back pain).
b. Degenarasi pada tulang belakang normal pada proses
ketuaan, akselerasi trauma, penggunaan yang berlebihan dan
lama, tidak pernah melakukan aktivitas.
c. Nyeri punggung akibat spasma otot sehubungan dengan
stres.
d. Pengalaman masing- masing orang tentang persepsi nyeri
punggung berbeda.
4. Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan
protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus
pulposus.

Perkembangan

pecahan

yang

menyebar

di

anulus

melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma *jatuh,


kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago
dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan
singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak
terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada
degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis
atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong
terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa
nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan
arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau
tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengahtengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada
tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis
lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi
pada kolumna anterior.

Setelah

terjadi

hernia

nukleus

pulposus

sisa

duktus

intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra


bertumpang tindih tanpa ganjalan.
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri punggung dalam 4 minggu dengan pengobatan yang spesifik
b. Bila mengeluh nyeri punggung lebih dari 4 minggu terus menerus
merupakan penyakit yang serius.
c. Dirasakan nyeri pada punggung dan bila berjalan nampak kaku.
d. Pada riwayat kesehatan dapat dilihat:
1) Fraktur, tumor, infeksi atau penyakit serius yang lain
2) Gangguan diluar nyeri punggung
3) Nyeri belakang yang tidak spesifik
6. Tes Diagnostic
a. Tidak ada test laboratorium yang spesifik
b. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang
belakang
c. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama
untuk penyakit spinal lumbal.
d. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak
terlihat pada M R I
e. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal
khusus yang terkena.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi konservatif
1) Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tampat tidur selama
beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam
posisi setengah duduk, tungkai dalam sikap fleksi pada sendi
panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai
pegas atau per, dengan demikian tempat tidur harus dari papan
yang lurus, dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring
bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama
tirah baring bergantunga pada berat ringannya gangguan yang
dirasakan penderita. Pada HNP, klien memerlukan tirah baring
dalam waktu yang lebih lama. Setelah tirah baring, klien

melakukan latihan atau dipasang korset untuk mencegah


terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi- fungsi
otot.
2) Medikamentosa
a) Simptomatik
Analgesik (Salisilat, Paracetamol)
Kortikosteroid (Prednison, Prednisolon)
Anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti Meloxicam
Anti depresan trisiklik (Amitriptilin)
Obat penenang minor (Diazepam)
b) Kausal; Kolagenese
3) Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dalam jangkauan
permukaan yang lebih dalam), untuk relaksasi otot dan
mengurangi lordosis.
b. Terapi operatif
Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang, atau terjadi defisit
neurologis.
1) Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar
dari diskus intervertebral
2) Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen
neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk
menginspeksi

kanalis

spinalis,

mengidentifikasi

dan

mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan


radiks
3) Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
4) Disektomi dengan peleburan.
c. Rehabilitasi
Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula, Agar tidak
mengantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan
sehari hari (theactifity of daily living)
8. Komplikasi
Postlaminektomi syndrom
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas

HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis


kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran
berat atau mendorong benda berat)

b. Keluahan Utama
Nyeri pada punggung bawah
P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut,
seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus.
Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan
(referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul,
makin lama makin nyeri .
R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepattepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan
aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa
nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu,
gerakan yang mendesak. Obat-oabata yang ssedang diminum
seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat
menetap, hilng timbul, makin lama makin nyeri.
c. Riwayat Keperawatan
1)

Apakah

klien

pernah

menderita

Tb

tulang,

osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik


(osteoporosis)
2)

Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa


menimbulkan nyeri punggung bawah

d. Status mental
Pada umumny aklien menolak bila langsung menanyakan tentang
banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita
menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental
secara tidak langsung (faktor-faktor stres)

e. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a)

Keadaan umum

pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan

jantung, paru-paru, perut.


Inspeksi

inspeksi punggung, pantat dan tungkai


dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi
neyurogenik

Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus


lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng miring/asimitris,
muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris,
postur tungkai yang abnormal.

Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis


dan tungkai selama begerak.

Klien dapat menegenakan pakaian secara


wajar/tidak

Kemungkinan

adanya

atropi,

faskulasi,

pembengkakan, perubahan warna kulit.

palpasi dan perkusi

paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan


hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan
klien

Paplasi pada daerah yang ringan rasa


nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri.

Ketika meraba kolumnavertebralis dicari


kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau anteroposterior

Palpasi dan perkusi perut, distensi perut,


kandung kencing penuh dll.

b)

Neurologik

Pemeriksaan motorik

Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas,


tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan
menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan
ekstensi dengan menahan gerakan.

atropi otot pada maleolus atau kaput fibula


dengan membandingkan kanan-kiri.

fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat


halus) pada otot-otot tertentu.

Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam
dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana
yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks
mana yang terganggu.

pemeriksaan refleks

refleks

lutut

/patela/hammer

(klien

bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada


HNP lateral di L4-5 refleks negatif.

Rfleks tumit.achiles (klien dalam posisi


berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas
tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam
posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles
dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.

Pemeriksaan range of movement (ROM)


Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk
memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk
mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.

2) Pemeriksaan penunjang
a)

foto rontgen
Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk
identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi
adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan
lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus.
Apabila diketahui adanya penyumbatan.hambatan kanalis
spinalis yang mungkin disebabkan HNP.

b) Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat
adanya polineuropati.
c)

Sken tomografi
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya
termasuk diskusi intervertebralis.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah
pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan
keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau
dikurangi.
a. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif
dan kerusakan neuromuskulus
c. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual
d. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi,
prognosis dan tindakan pengobatan.
3. Rencana Keperawatan
a. Nyeri b.d kompresi saraf, spasme otot
1) Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus /
yang memperberat. Tetapkan skala 0 10

2) Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang


spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi
telentang
3) Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi
4) Bantu pemasangan brace / korset
5) Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
6) Ajarkan teknik relaksasi
7) Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif
dan kerusakan neuromuskulus
1) Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak
pasif dan aktif
2) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
3) Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang
tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit
dibawah brace dengan periode waktu tertentu.
4) Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi
5) Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.
6) Kolaborasi : analgetik
c. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual
1) Kaji tingkat ansietas pasien
2) Berikan informasi yang akurat
3) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah
seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi
seksual, perubahan peran dan tanggung jawab.
4) Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi
keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses
penyembuhannya.
5) Libatkan keluarga

d. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi,


prognosis
1) Jelaskan kembali

proses

penyakit dan

prognosis

dan

pembatasan kegiatan
2) Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk
berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong
3) Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya.
4) Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal
kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut
difleksikan, hindari posisi telungkup.
5) Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama
6) Berikan

informasi

mengenai

tanda-tanda

yang

perlu

diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi /


kemampuan untuk berjalan.

C. Patoflow
Proses degeneratif

Kehilangan protein polisakarida

Kandungan air menurun

Trauma

Stress Okupasi

HNP

Nukleus Pulposus Terdorong

Ujung saraf spinal tertekan

Perubahan sensasi

Nyeri

Gangguan Mobilitas Fisik

Penurunan Kerja reflek

Anda mungkin juga menyukai