Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH SISTEM KARDIOVASKULER DAN SISTEM PERNAFASAN

Dosen Pengajar :
Asri Iman Sari,SST., M. Keb

Anggota Kelompok :

1. Alfi Fahrani (21104002)


2. Ana Abelatuz Zahro (21104006)
3. Ardila (21104010)
4. Citra Ammora Dhea Ayu Puspitasari (21104014)
5. Dias Putri Rika Rachmawati (21104018)
6. Fika Laila Syarifah (21104022)
7. Ikvina Nurfaidza Putri (21104026)
8. Jerin Amelia Margaretha (21104030)
9. Luvita Agustin (21104034)
10. Nadia Juwana (21104038)
11. Nuril Hazaizah (21104042)
12. Radella Rakhman Putri (21104046)
13. Rofiqoh (21104050)
14. Siti Fatimah (21104054)
15. Titis Maulida (21104058)
16. Yosanda Assahra (21104062)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2021
DAFTAR ISI

i
COVER ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian...................................................................................................4
2.2 Anatomi Sistem Kardiovaskuler................................................................5
2.3 Kardiovaskuler Jantung..............................................................................6
2.4 Siklus Jantung.............................................................................................7
2.5 Bunyi Jantung.............................................................................................8
2.6 Curah Jantung.............................................................................................9
2.7 Siklus Arteri.............................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Sistem Kardiovaskuler..................................................................................20
3.2 Kompone3n Sistem Kardiovaskuler.............................................................20
3.3 Perkembangan Sistem Kardiovaskuler..............................................................21
3.4 Anatomi Sistem Kardiovaskuler............................................................................. 22
3.5 Mekanisme Sistem Kardiovaskuler0................................................................. 25
BAB IV PENUTUP......................................................................................................40
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................40
4.2 Daftar Pustaka.........................................................................................................41

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia —Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan tepat waktu
yang berjudul “ Anatomi Sistem Kardiovaskuler dan Anatomi Sistem Pernafasan”. Tidak
lupa pula kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kami kepada dosen kami yang
bernama ibu Asri Iman Sari,SST., M. Keb yang telah membimbing kami dalam
menyusun makalah ini menjadi lebih baik. Kami menyadari sepenuhnya dalam menyusun
makalah Anatomi Sistem Kardiovaskuler dan Anatomi Sistem Pernafasan ini masih
terdapat banyak kekurangan, baik dalam sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
dalam pembuatan makalah selanjutnya. Akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat
diterima dan bermanfaat bagi kami serta bagi para pembaca pada umumnya. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.

Jember, 3 Oktober 2021

Penyusun

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri atas jantung,
pembuluh darah (arteri, vena, kapiler) dan sistem limfatik. Fungsi utama sistem
kardiovaskular adalah mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh dan
memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk di oksigenasi.
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot dan berronga, terletak di
rongga toraks bagian mediastrum (Reni Yuli Aspiani,2015: hal.1). Gangguan apapun yang
mengurangi besar lumen dari salah satu arteri koroner dapat menurunkan aliran darah dan
penghantaran oksigen ke daerah miokardium yang disuplai oleh arteri tersebut, dan
mengakibatkan angina (nyeri dada) sindrom koroner akut, infark miokard akut dan
kematian jantung mendadak (Reni Yuli Aspiani,2015: hal.1). Infark Miokard Akut (IMA)
dikenal juga sebagai serangan jantung, oklusi koroner, atau hanya “koroner”, yang
merupakan kondisi mengancam jiwa yang ditandai dngan pembentukan area nekrotik lokal
didalam miokardium. Infark Miokard Akut biasanya mengikuti oklusi mendadak dari arteri
koroner dan henti mendadak dari aliran darah dan oksigen ke otot jantung. Oleh karena otot
jantung harus berfungsi terus-menerus, penyumbatan darah ke otot 2 serta munculnya area
nekrotik merupakan sesuatu yang fatal. (Black&Hawks, hal.178) Di Amerika Serikat
diperkirakan menderita Infark Miokard Akut tiap tahunnya dan 300.000 orang meninggal
karena Infark Miokard Akut sebelum sampai ke rumah sakit (Christofferson, 2009).
Sedangkan setiap tahunnya terdapat sekitar 525.000 pasien Infark Miokard Akut baru dan
190.000 pasien Infark Miokard Akut berulang (Antman et al., 2015). Tahun 2006, hampir
satu dari tiga penderita IMA didiagnosis infark miokard akut dengan elevasi segment ST
(IMA-EST) (Arso et al., 2014). Saat ini, prevalensi IMA-EST meningkat dari 25% ke 40%
dari presentasi semua kejadian Infark Miokard Akut (Muhammad, 2015). Di Amerika
serikat Penyakit Infark Miokard Akut merupakan jenis penyakit kardiovaskuler penyebab
kematian yang utama pada tahun 2006 jika dibandingkan penyakit kardiovaskuler lainnya.

1
Angka kejadian pasien Infark Miokard Akut hampir 650.000 orang mendapatkan perawatan
setiap tahunnya sementara di Inggris ada 180.000 pasien mendapatkan perawatan miokard
akut farction setiap tahun, (Perwitasari, 2009). Infark Miokard Akut merupakan salah satu
penyakit umum di antara negara-negara berkembang, Indonesia merupakan negara
berkembang dimana prevelansi penyakit jantung dari tahun ke tahun semakin meningkat
terutama infark miokard akut. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) prevalensi
penyakit Infark Miokard 3 Akut tertinggi yaitu Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi
Utara, DKI Jakarta, dan Aceh, masing-masing 0,7%. Direktorat Jendral Yanmedik
Indonesia meneliti pada tahun 2007 jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat
inap dan rawat jalan di rumah sakit adalah 239.548 jiwa, Care fatelity rate (CFR) tertinggi
terjadi pada Infark Miokard Akut (13,49%) kemudian diikuti oleh gagal jantung (13,42%)
dan penyakit jantung lainnya (13,37%) (Booloki, HM. Askari A, 2014). Berdasarkan data
Bappenas 2013 angka harapan hidup pasien Infark Miokard Akut di Indonesia mengalami
peningkatan dari 70,1 % / tahun (2010-2015) menjadi 72,2 % / tahun (2030-2035). Hal ini
seirama dengan proyeksi penduduk Indonesia dalam 25 tahun ke depan, dari 238,5 juta
penduduk (2010) menjadi 305,8 juta (2035). Penduduk yang berusia > 65 tahun akan
mengalami peningkatan dari 5,0% menjadi 10,8% pada tahun 2035 (Nunes et al, 2010).
Data yang diperoleh dari rekam medik didapatkan bahwa Infark Miokard Akut merupakan
penyakit urutan ke tujuh dari sepuluh penyakit terbanyak di rumah sakit UKI Jakart setelah
Diabetes Melitus (86,81%), Hipertensi (43,52%), TBC (29,31%), gagal ginjal (27,84%),
Stroke (16,49%) dan Thypoid (7,88%). Angka kejadian Infark Miokard Akut sebanyak 190
pasien dengan prevelensi 7,75% (Januari-Desember 2018). Dalam hal ini penulis memilih
penyakit Infark Miokard Akut dikarenakan penyakit Infark Miokard Akut merupakan jenis
penyakit 4 kardiovaskuler penyebab kematian yang utama pada tahun 2006 jika
dibandingkan penyakit kardiovaskuler lainnya, (Perwitasari, 2009). Fenomena yang terjadi
dalam pengamatan penulis selama praktek diruangan rawat inap bahwa perawat ruangan
kurang maksimal dalam memberikan edukasi tentang latihan mobilisasi aktivitas fisik pada
pasien Infark Miokard Akut sehingga pasien tersebut merasa cemas, detak jantung
bertambah, tekanan darah naik, frekuensi pernafasan bertambah dan tingkat energi pada
pasien berkurang serta mengakibatkan komplikasi. (Purwaningsih, 2010). Penatalaksanaan
pasien Infark Miokard Akut berupa terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi
farmakologi pada pasien Infark Miokard Akut berupa pemberian obat-obatan. Terapi non

2
farmakologi berupa pendidikan kesehatan tentang latihan aktivitas fisik dengan masalah
intoleransi aktivitas. Menurut Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) Latihan
aktivitas fisik merupakan suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana, terstruktur dan
berkesinambungan dengan melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang yang bertujuan untuk
meningkatkan kebugaran jasmani dan manfaat dari latihan aktivitas fisik yaitu menurunkan
resiko terjadinya penyakit degeneratif, memperkuat otot jantung dan meningkatkan
kapasitas jantung, meningkatkan rasa percaya diri. Sesuai dengan hal tersebut, perawat
berperan sebagai edukator dan care giver. 5 Sebagai edukator perawat yang wajib
memberikan edukasi kesehatan terhadap pasien Infark Miokard dengan masalah intoleransi
aktivitas, agar pasien mampu mengolah informasi ataupun pendidikan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan dalam latihan mobilisasi fisik. Sebagai care giver perawat
melakukan asuhan keperawatan pada pasien Infark Miokard Akut. Berdasarkan uraian
diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul Asuhan Keperawatan pada
pasien Infark Miokard Akut yang mengalami masalah Intoleransi Aktivitas dengan
tindakan Edukasi Latihan Aktivitas Fisik di RSU UKI Jakarta Timur

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Sistem kardiovaskuler adalah kumpulan organ yang bekerja sama untuk melakukan
fungsi transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini bertanggung jawab untuk
mentransportasikan darah, yang mengandung nutrisi, bahan sisa metabolisme, hormone,
zat kekebalan tubuh, dan zat lain ke seluruh tubuh. Sehingga, tiap bagian tubuh akan
mendapatkan nutrisi dan dapat membuang sisa metabolismenya ke dalam darah.
Dengan tersampainya hormone ke seluruh bagian tubuh, kecepatan metabolisme juga
akan dapat diatur. Sistem ini juga menjamin pasokan zat kekebalan tubuh yang
berlimpah pada bagian tubuh yang terluka, baik karena kecelakaan atau operasi, dengan
bertujuan mencegah infeksi di daerah tersebut. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
sistem kardiovaskuler memiliki fungsi utama untuk mentransportasikan darah dan zat-
zat yang dikandungnya ke seluruh bagian tubuh.
a. Komponen Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler terdiri atas organ jantung dan pembuluh darah. Fungsi
sistem ini dapat dianalogikan dengan sistem pengairan di rumah tangga, dimana
organ jantung berperan sebagai pompa dan pembuluh darah berperan sebagai
salurannya atau pipanya. Sistem ini bertanggung jawab untuk mentransportasikan
darah dan zat yang dikandungnya ke seluruh bagian tubuh manusia.
Untuk menjaga agar darah tetap mencapai seluruh bagian tubuh secara terus-
menerus maka jantung sebagai pompa harus berdenyut secara terus menerus pula.
Denyutan jantung diatur oleh sistem saraf otonom (SSO) yang berada di luar
kesadaran atau kendali kita sehingga kita tidak dapat mengatur denyutan jantung
seperti kehendak kita. Sistem kardiovaskuler merupakan sistem tertutup artinya darah
yang ditransportasikan akan berada di dalam jantung dan pembuluh darah, tidak
4
dialirkan ke luar pembuluh darah. Berdasarkan arah aliran darah maka pembuluh
darah dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah pembuluh darah yang
meninggalkan jantung (arteri) dan pembuluh darah yang menuju jantung (vena).
Berdasarkan ukuran penampangnya (diameter) maka pembuluh darah (arteri dan
vena) dapat dikelompokkan menjadi pembuluh darah besar, sedang, dan kecil.
Contoh pembuluh arteri besar adalah aorta, a. iliaca commonis; pembuluh arteri
sedang adalah a. tibialis, a. radialis; sedangkan contoh vena besar adalah cafa
superior dan inferior. Diantara pembuluh darah arteri kecil (arteriole) dan vena kecil
(venule) akan terdapat saluran kecil yang disebut pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler
ini menghubungkan bagian pembuluh darah arteri dan vena. Pembuluh kapiler ini
memiliki struktur histologis tertentu.
2.2 Anatomi Sistem Kardiovaskuler

Jantung

Jantung terletak di rongga dada (thorax), dan cenderung terletak di sisi kiri. Pada
kelainan dekstrokardia jantung justru terletak di sisi sebelah kanan. Jantung dikelilingi
oleh pembuluh darah besar dan organ paru, dan timus di bagian depannya.
Jantung terdiri dari empat ruang jantung yang dipisahkan oleh sekat-sekat jantung. Empat
ruang jantung tersebut adalah :
1. Atrium kanan

2. Atrium kiri

3. Ventrikel kanan

4. Ventrikel kiri

Ruang jantung ini terbentuk karena adanya sekat interventrikuler dan sekat
atrioventrikuler. Pada sekat atrioventrikuler terdapat dua buah katup jantung, yaitu katup
trikuspidalis dan katup bicuspidalis. Disebut trikuspidalis karena terdiri dari tiga
lempengan katup, dan disebut bicuspidalis karena terdiri dari dua buah lempengan katup.
Atrium kanan dan kiri memiliki ukuran yang sama, demikian juga ventrikel kanan dan
kiri. Atrium dibatasi oleh otot jantung dan sekat yang tipis, sedangkan bagian ventrikel
dibatasi oleh otot jantung dan sekat interventrikuler yang tebal.
Empat ruang jantung ini dilapisi oleh lapisan endotel, endocardium, myocardium,

5
dan dua lapisan pericardium (bagian dalam = bagian visceral dan bagian luar = bagian
parietal). Katup jantung sesungguhnya merupakan perluasan cincin fibrosa
atrioventrikuler, yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa yang dilapisi endotel pada kedua
sisi.
Darah mengalir di dalam jantung ke satu arah, dari sisi kanan ke sisi kiri. Hal ini
dimungkinkan karena adanya katup-katup jantung yang akan mencegah aliran darah
balik. Katup-katup ini hanya mengijinkan darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel
kanan; dan dari atrium kiri ke ventrikel kiri.Darah di dalam jantung mengalir dalam satu
arah. Dari atrium kanan darah akan mengalir ke ventrikel kanan, darah ini mengandung
oksigen yang rendah, dan banyak mengandung CO2. Kemudian darah dialirkan ke paru
melalui arteri pulmonalis, untuk mendapatkan Oksigen (oksigenasi). Dari paru-paru
darah kembali ke atrium kiri jantung melalui vena pulmonalis, darah ini kaya akan
oksigen karena telah mengalami oksigenasi di paru. Dari atrium kiri dialirkan ke
ventrikel kiri, selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.

2.3 Kardiovaskuler Jantung


a. Sebagai Pompa
Denyut Jantung
Jantung memiliki system yang memungkinkan mereka untuk berdenyut sendiri.
System ini disebut sistem penghantar yang terdiri dari simpul sinoatrial (SA node),
lintasan antar simpul di atrium, simpul atrioventrikuler (AV node) dan berkas His
(bundle of His) dan cabangnya serta serabut Purkinje. Nodus SA letaknya pada muara
dari vena cava inferior dan nodus AV letaknya pada bagian posterior kanan septum
antar atrium. Serabut antar simpul atrium terdiri dari tiga berkas, yaitu bagian anterior
(berkas Bachman), bagian medial (Wenckebach), dan bagian posterior (Thorel).
Secara histologis sistem penghantar ini merupakan modifikasi otot jantung,
dimana serat lintangnya lebih sedikit dan batas selnya tidak tegas. Simpul SA dna AV
mengandung sel bulat kecil dengan sedikit organela di dalamnya. Pada keadaan
normal, SA node merupakan pencetus denyut jantung. Kecepatan cetusan listriknya
menentukan frekuensi jantung. Impuls tersebut kemudian berjalan melalui lintasan
antar simpul atrium menuju simpul AV, kemudian dari simpul ini menuju ke berkas
His. Akhirnya akan mencapai otot jantung melalui cabang berkas His dan serabut

6
Purkinje.
Depolarisasi dimulai dari nodus SA dan disebarkan secara radial ke seluruh atrium
yang kemudian seluruh impuls tersebut bertemu dengan nodus AV. Depolarisasi atrium
keseluruhan berlangsung selama 0,1 detik. Hantaran yang terjadi pada nodus AV lebih
lambat, sehingga terjadi perlambatan selama 0,1 detik sebelum impuls menyebar ke
ventrikel. Kemudian depolarisasi menyebar dengan cepat dalam serabut purkinje ke
seluruh ventrikel dalam waktu 0,08 — 0,1 detik. Pada manusia, depolarisasi otot
ventrikel dimulai di pada sisi kiri septum interventrikuler dan bergerak pertama-tama ke
kanan menyebrangi bagian tengah septum. Setelah itu menyebar ke bagian bawah septum
menuju puncak jantung. Kemudian menyebar di sepanjang dinding ventrikel kembali ke
daerah AV, berjalan terus dari bagian dalam jantung (endokardium) ke bagian luar
(epikardium).
Bagian terakhir jantung yang mengalami depolarisasi adalah bagian posterobasal
ventrikel kiri. Pada jantung orang normal, tiap denyut berasal dari simpul SA sehingga
irama jantungnya disebut sebagai irama sinus. Pada keadaan istirahat, jantung berdenyut
kira- kira 70 kali per menit. Frekuensi akan lebih lambat pada waktu tidur (bradikardia)
dan bertambah cepat (takikardia) selama olah raga, emosi, demam, dan sebab lainnya.

2.4 Siklus Jantung

Urutan proses depolarisasi seperti yang telah diuraikan di atas akan memicu
gelombang kontraksi yang menyebar ke seluruh bagian pada otot jantung. Kontraksi pada
satu sel otot jantung dimulai segera setelah depolarisasi dam berakhir kira-kira 50
milidetik setelah repolarisasi lengkap. Kontraksi otot jantung terjadi dalam satu
rangkaian tertentu, sesuai dengan perjalanan depolarisasi. Sehingga mengakibatkan
serangkaian perubahan tekanan dan aliran dalam ruang jantung. Rangkaian perubahan
yang terjadi disebut juga sebagai siklus jantung, yang terdiri dari :
1. Akhir diastolik

Katup atrioventrikuler membuka dan katup pulmonal dan aorta menutup; darah
mengalir ke atrium dari sistem vena; darah mengalir secara pasif dari atrium ke
ventrikel; laju pengisian ventrikel menurun setelah ventrikel makin teregang.
2. Sistole atrium

7
Kontraksi atrium mendorong sejumlah kecil darah tambahan ke ventrikel.
Sebagian besar (70 %) pengisian darah ventrikel terjadi selama pengisian pasif
sebelumnya. Kontraksi atrium mengakibatkan muara vena cafa semakin
mengecil.
3. Kontraksi isovolumetrik ventrikel

Kontraksi isovolumetrik (isovolumik dan isometric) mengakibatkan menutupnya


katup atrioventrikuler. Pada fase ini terjadi peningkatan tajam dari tekanan
intraventrikuler. Fase ini berlangsung kira-kira 0,05 detik, sampai tekanan dalam
ventrikel kiri dan kanan masing-masing melampaui tekanan dalam aorta (80
mmHg) dan arteri pulmonal (10 mmHg) dan katup aorta dan pulmonal membuka.
4. Ejeksi ventrikel

Dengan terbukanya katup aorta dan pulmonal, mulailan fase ejeksi ventrikel.
Puncak tekanan ventrikel kiri adalah sekitar 120 mmHg dan ventrikel kanan
sekitar 25 mmHg.
5. Relaksasi isovolumetrik ventrikel

Setelah seluruh otot ventrikel berelaksasi yang diikuti penutupan katup aorta dan
pulmonal, tekanan ventrikel akan menurun dengan tajam. Periode ini berlangsung
selama 0,04 detik. Periode relaksasi isovolumetrik ini berakhir ketika tekanan
intraventrikuler turun di bawah tekanan atrium dan katup atrioventrikuler
membuka.
2.5 Bunyi Jantung
Secara normal akan terdapat dua buah bunyi jantung pada tiap satu siklus jantung.
Bunyi jantung pertama dan kedua digambarkan sebagai bunyi “lubb” (bunyi pertama)
dan “dup” (bunyi kedua). Bunyi pertama memiliki sifat lebih rendah, lebih lembut, dan
lebih panjang. Bunyi pertama ditimbulkan oleh getaran yang terjadi akibat penutupan
katup mitral dan tricuspid pada permulaan systole ventrikel. Sedangkan bunyi kedua,
sedikit lebih tinggi, lebih tajam, dan lebih pendek. Bunyi ini ditimbulkan oleh getaran
yang terjadi akibat penutupan katup aorta dan pulmonal yang terjadi segera setelah akhir
systole ventrikel. Terdapat juga variasi bunyi jantung ketiga dan keempat, tetapi
keduanya sulit untuk didengar. Bising atau bruit adalah bunyi jantung abnormal yang
terjadi akibat kelainan pada sistem katup jantung. Berdasarkan waat terdengarnya dapat
8
digolongkan bising sistolik, yaitu yang terjadi pada saat sistolik; dan bising diastolik,
yaitu yang terjadi pada saat diastolik. Bising ini dapat dijadikan sebagai tanda dalam
diagnosis kelainan katup jantung

2.6 Curah jantung (Cardiac Output)

Setiap kali jantung berdenyut akan dipompakan darah dari masing-masing ventrikel,
ventrikel kanan dan kiri. Jumlah darah yang dipompa keluar dari masing-masing
ventrikel per denyut disebut sebagai stroke volume. Pada keadaan istirahat stroke
volume ini

9
besarnya 80 ml. Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh jantung per
satu satuan waktu, dalam hal ini per menit. Sehingga curah jantung adalah stroke volume
dikalikan frekuensi jantung per menit. Besarnya curah jantung pada keadaan istirahat
adalah 5,5 liter (80 ml x 69 denyut per menit). Terdapat hubungan antara curah jantung
istirahat dengan luas permukaan tubuh. Berbagai keadaan akan mempengaruhi curah
jantung, dapat meningkatkan atau menurunkannya.
Perubahan-perubahan pada stroke volume dan frekuensi jantung akhirnya akan
mempengaruhi curah jantung. Frekuensi jantung diatur oleh persarafan otonom (simpatis
dan parasimpatis). Rangsangan oleh saraf simpatis akan meningkatkan frekuensi denyut
jantung (efek chronotropik positif) sedangkan rangsangan oleh parasimpatis akan
mengakibatkan perlambatan denyut jantung (efek chronotropic negative). Stroke volume
juga dipengaruhi oleh persarafan otonom. Rangsangan simpatis akan mengakibatkan
peningkatan stroke volume karena peningkatan kekuatan kontraksi otot jantung (efek
inotropik positif) dan perangsangan parasimpatis mengakibatkan akan mengakibatkan
penurunan stroke volume akibat penurunan kekuatan kontraksi otot jantung (efek
inotropik negative).
Selain itu isi sekuncup juga akan tergantung pada panjang serabut miokardium
(peregangan otot jantung), dan tidak tergantung dari persarafan. Kekuatan kontraksi
adalah sebanding dengan panjang awal serabut otot jantung pada batas-batas tertentu
(Hukum Starling =
Starling Law). Banyak factor yang dapat mengakibatkan terjadinya regangan, seperti
daya pompa otot rangka, tonus vena, tekanan intratorak, posisi tubuh, volume darah total,
dan pengisian ventrikel.
2.7 Sirkulasi Arteri
a. Denyut arteri

Darah yang didorong ke dalam aorta tidak hanya bergerak maju tetapi akan
mengakibatkan peregangan pembuluh darah. Peregangan ini menimbulkan
gelombang bertekanan yang akan berjalan sepanjang arteri. Gelombang bertekanan
yang meregangkan dinding arteri di sepanjang perjalanannya kita kenal sebagai
denyut.
Kecepatan perjalanan gelombang ini tidak tergantung pada kecepatan aliran darah
dan memiliki kecepatan yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kecepatan
10
aliran darah. Kecepatannya kira-kira 4 m per detik di aorta, 8 m per detik pada arteri
besar, dan 16 m per detik pada arteri kecil. Sehingga denyut yang teraba pada arteri
radialis terjadi dalam waktu 0,1 detik setelah ejeksi ventrikel.
Kekuatan denyut yang kita rasakan ditentukan oleh tekanan denyut dan memiliki
sedikit hubungan dengan tekanan rata-rata. Tekanan lemah dapat dijumpai pada
keadaan syok, dan tekanan kuat bila isi skuncup besar seperti pada keadaan berolah
raga.

b. Tekanan dan kecepatan aliran darah arteri


Takanan dan kecepatan darah di berbagai bagian sirkulasi sistemik dapat dilihat pada
gambar 11. dapat dilihat bahwa tedapat perbedaan tekanan dan kecepatan aliran darah pada
tiap bagian pembuluh darah, baik pada sirkulasi arteri ataupun sirkulasi vena dan kapiler.
Kecepatan aliran darah berbeda-beda pada tiap fase, tinggi pada saat sistolik dan mencapai
kecepatan paling rendah pada saat diastolic. Peregangan dari dinding pembuluh darah sewaktu
sistolik akan membantu mempertahankan aliran darah tetap maju pada saat diastolik.
Kecepatan di bagian aorta tertinggi adalah 120 cm per detik hingga kecepatan negatif pada saat
diastolic. Rerata kecepatannya adalah 40 cm per detik.
Tekanan pada aorta dan arteri besar lainnya meningkat pada saat sistolik hingga
120 mmHg dan turun hingga 70 mmHg pada saat diastolic. Secara umum tekanan
arteri akan ditulis sebagai tekanan sistolik / tekanan diastolic, missal 120 / 70 mmHg.
Tekanan nadi adalah selisih dari tekanan sistolik dan tekanan diastolic, normal sekitar
50 mmHg. Tekanan rata- rata adalah tekanan rata-rata sepanjang siklus jantung,
tekanan ini sedikit lebih rendah dari nilai tengah antara tekanan sistolik dan diastolic.
Gravitasi akan memberikan pengaruh terhadap tekanan darah arteri, tekanan di atas
jantung akan menurun dan tekanan di setiap bagian di bawah jantung akan
meningkat. Besar pengaruh gravitasi ini adalah sebesar 0,77 mmHg per cm.
Contohnya bila pada posisi berdiri tekanan setinggi jantung adalah sebesar 100
mmHg, maka tekanan pada kepala (50 cm di atas jantung) adalah sebesar 62 mmHg.
Sedangkan, pada bagian kaki 105 cm di bawah jantung adalah 180 mmHg. Pengaruh
gravitasi pada tekanan darah vena adalah sama.
a. Cara Mengukur Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diukur secara langsung dengan menempatkan kanula (alat ukur)
langsung ke dalam arteri, dan dengan mempergunakan manometer air raksa dapat
11
diketahui tekanan darah arteri.
Umumnya tekanan darah arteri (tekanan darah) pada manusia diukur secara
rutin dengan cara tidak langsung (auskultasi). Cara ini mempergunakan manset yang
dihubungkan dengan manometer air raksa (sfigmomanometer). Manset dililitkan di
lengan bagian atas dan stetoskop diletakkan di atas arteria brachialis pada daerah
siku.
Manset dengan cepat dikembangkan sampai tekanannya di atas tekanan sistolik arteri
brachialis yang diperiksa. Akibatnya arteri akan terbendung oleh tekanan manset, dan
tidak ada suara yang terdengar dengan stetoskop. Tekanan dalam manset kemudian
diturunkan perlahan-lahan, sehingga pada titik dimana tekanan sistolik dalam arteri
tepat melebihi tekanan manset akan terjadi semburan darah berjalan melalui daerah
bendungan pada tiap- tiap denyut (Gambar 11). Akan terdengar bunyi ketukan di
bawah manset, dan tekanan manset di mana bunyi pertama kali terdengar adalah
tekanan sistolik. Bila tekanan manset diturunkan lebih lanjut, bunyi akan menjadi
lebih keras, memudar dan kemudian menghilang. Tekanan dimana bunyi ini
menghilang adalah tekanan diastolic.

Bunyi yang terdengar di bawah manset disebut sebagai bunyi Korotkoff. Bunyi ini
timbul sebagai akibat dari aliran turbulen yang terjadi dalam arteria brachialis. Aliran
turbulen terjadi karena arteri menjadi sempit akibat tekanan manset pada lengan atas.
Manset harus terletak setinggi jantung sehingga diperoleh tekanan yang tidak
dipengaruhi oleh gravitasi. Pada keadaan gemuk hendaknya dipergunakan manset
yang lebih lebar, demikian pula sebaliknya.
Tekanan darah arteri juga dapat dilakukan dengan cara palpasi. Pada cara ini
tekanan darah diperoleh dengan cara mengembangkan manset lengan dan kemudian
membiarkan tekanan manset menurun. Kemudian ditentukan tekanan pada saat denyut
arteri radialis pertama kali teraba. Karena kesulitan dalam menentukan denagn tepat
kapan denyut pertama terasa, tekanan darah yang diperoleh dengan cara ini bniasanya
2 — 5 mmHg lebih rendah daripada tekanan yang diperoleh dengan cara auskultasi.
b. Tekanan darah arteri normal

Tekanan darah dalam arteri brachialis dewasa dalam keadaan istirahat pada posisi
duduk atau berbaring adalah kira-kira 120 / 70 mmHg. Tekanan arteri adalah hasil

12
interaksi antara curah jantung dan resistensi perifer (tahanan perifer). Sehingga,
besarnya tekanan darah tergantung oleh faktor-faktor yang mempengarui curah jantung
dan atau tahanan perifer. Umumnya peningkatan curah jantung akan mengakibatkan
peningkatan tekanan sistolik dan resistensi perifer akan meningkatkan tekanan diastolic.
Emosi akan meningkatkan curah jantung sebagai akibat rangsang simpatis dengan
efek inotropik dan kronotropik positif. Sehingga, sulit untuk diperoleh tekanan darah
sesungguhnya pada individu yang dalam keadaan tegang atau emosi. Peningkatan
kekakuan arteri dengan akibat penurunan kemampuan regang arteri akan meningkatkan
tekanan darah seseorang. Hal ini sejalan dengan meningkatnya usia seseorang
Sirkulasi Kapiler

Jumlah darah yang terdapat pada system kapiler hanya 5 % dari keseluruhan jumlah
darah. Namun demikian, jumlah ini menjadi sangat penting karena bagian inilah yang
mengalami pertukaran dimana O2 dan zat makanan menembus dinding kapiler menuju
interstisial dan CO2 dan zat sisa metabolisme akan menuju ke dalam kapiler.

Tekanan dalam kapiler sangat bervariasi, pada kapiler kuku manusia tekanan
arteriole adalah 32 mmHg dan 15 mmHg pada ujung vena. Tekanan nadi kira-kira 5
mmHg. Kecepatan darah pada kapiler adalah sangat rendah yaitu sekitar 0,07 cm per
detik. Waktu transit dari ujung arteriole ke ujung venule adalah sekitar 1 — 2 detik.
Pada sirkulasi kapiler akan terjadi perpindahan ke dan dari interstisial, sebagai akibat
selisih tekanan osmotic dan onkotik pembuluh kapiler dan interstisial. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 10.
Sirkulasi Vena
Aliran darah melalui pembuluh darah vena terutama terjadi karena kerja jantung
(pompa jantung), walaupun terdapat pengaruh dari tekanan negatif intratorakal saat
inspirasi (pompa respirasi), dan adanya kontraksi otot rangka yang menekan vena
(pompa otot).
Pompa respirasi
Waktu inspiasi tekanan intrapleura turun dari - 2,5 mmHg menjadi - 6 mmHg. Tekanan negatif
ini diteruskan ke vena besar sehingga tekanan vena besar bervariasi dari 6 mmHg waktu
ekspirasi menjadi 2 mmHg pada saat inspirasi tenang. Penurunan tekanan saat inspirasi
membantu venus return ke jantung.
Pergerakan diafragma juga membantu aliran darah vena kembali ke jantung. Tekanan

13
diafragma ke daerah abdominal, yang terjadi saat inspirasi, akan meningkatkan tekanan
abdomen yang akhirnya menekan darah di vena-vena abdomen ke arah jantung.
Pompa Jantung
Sisa-sisa tekanan darah arterial membantu “mendorong” darah ke arah jantung. Penurunan
tekanan atrium juga meningkatkan kemampuan jantung untuk menghisap darah masuk ke dalam
atrium waktu sistolik.

Pompa otot

Pada daerah tungkai, vena dikelilingi oleh otot rangka. Kontraksi otot pada saat bekerja
akan “memeras” vena di daerah tungkai. Kontraksi ritmis otot tungkai pada orang
berdiri akan membantu mendorong darah ke arah jantung. Hal ini mencegah
pengumpulan darah di tungkai yang dapat mengakibatkan pingsan.
Pada vena terdapat katup-katup yang berfungsi mencegah aliran balik darah akibat
gravitasi. Tekanan vena perifer dipengaruhi oleh gravitasi, dengan variasi + 0,77
mmHg per cm di atas dan dibawah jantung.
c. Mekanisme Pengaturan Sistem Kardiovaskuler

Mekanisme Pengaturan Jantung

Walaupun jantung dapat memulai kontraksinya sendiri, aktivitasnya sangat


dipengaruhi oleh sistem saraf. Sehingga, aktivitas jantung tetap sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Impuls pengaturan dilepaskan oleh pusat pengatur di otak dan sumsum tulang
belakang yang disalurkan melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis dan
parasimpatis memiliki efek yang berlawanan satu sama lain. Nervus vagus adalah
serabut saraf parasimpatis yang melayani jantung.
Pusat Pengaturan Jantung

Pusat tertinggi terletak di kortek cerebri sehingga faktor fisik dan emosi dapat
mempengaruhi aktivitas jantung. Pusat berikutnya di bawah korteks adalah hipotalamus
bagian posterior yang mengirim impuls ke pusat eksitasi di medulla oblongata dan
hipotalamus bagian medial yang mengirim impuls ke pusat inhibisi di medulla
oblongata. Pusat eksitasi meneruskan impulsnya ke saraf simpatis dan pusat inhibisi
meneruskan impulsnya ke saraf parasimpatis.
Parasimpatis
Impuls yang disalurkan oleh sistem parasimpatis cenderung untuk mengurangi aktivitas jantung :

14
menurunkan denyut jantung, menurunkan kemampuan konduksi, menurunkan kontraktilitas, dan
menurunkan kepekaan otot jantung. Variasi tonus vagus merupakan faktor utama dalam
perubahan denyut jantung.
Simpatis

Secara konstan mengeluarkan impuls yang cenderung untuk mengakselerasi aktivitas


jantung, diantaranya: meningkatkan frekuensi denyut jantung
meningkatkankonduktivitas, meningkatkan kontraktilitas, dan meningkatkan kepekaan
otot jantung.

Refleks Jantung

Terdapat dua buah refleks yang melibatkan jantung, yaitu refleks eksitasi dan refleks
inhibisi jantung. Refleks ini terdiri dari lima komponen yaitu : reseptor, serabut aferen
(yang membawa impuls ke pusat refleks), pusat refleks di medulla oblongata, serabut
eferen (yang membawa impuls dari pusat refleks ke jantung), dan organ efektor yaitu
jantung.
1. Refleks Eksitasi

Stimulusnya adalah peningkatan venous return yang menuju atrium kanan.


Stimulus akan merangsang reseptor refleks ini, baroreseptor, yang terdapat di
dekat muara vena cava. Baroreseptor peka terhadap perubahan tekanan.
Baroreseptor mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh serabut aferen, nervus
vagus, ke pusat refleks otonom di medulla oblongata. Kemudian pusat refleks
mengurangi impuls parasimpatis dan meningkatkan impuls simpatis, disalurkan
melalui serabut eferen ke jantung. Efeknya terjadi peningkatan frekuensi dan
kekuatan kontraksi, dan akhirnya peningkatan curah jantung.
2. Refleks Inhibisi

Stimulusnya adalah peningkatan tekanan arterial. Stimulasi lain seperti berasal


dari daerah abdomen dan stimulasi nyeri juga dapat menimbulkan refleks ini.
Stimulus akan merangsang reseptor refleks ini, baroreseptor, yang terdapat di
arcus aorta dan

sinus caroticus. Baroreseptor peka terhadap perubahan tekanan. Baroreseptor


mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh serabut aferen, nervus glossofaringeal
dan nervus vagus menuju ke pusat refleks otonom di medulla oblongata.
15
Akibatnya pusat refleks meningkatkan impuls parasimpatis dan mengurangi
impuls simpatis. Impuls ini disalurkan melalui serabut eferen ke jantung dengan
akibat terjadi penurunan frekuensi jantung dan pengurangan kekuatan kontraksi
sehingga curah jantung menurun dan akhirnya terjadi penurunan tekanan darah.

d. Mekanisme pengaturan vaskuler

Pengaturan pembuluh darah terutama terjadi pada arteriole sehingga memungkinkan


terjadi pengaturan distribusi darah sesuai kebutuhan tubuh dan juga untuk membantu
mengatur tekanan darah. Otot dalam arteriole dapat mengalami kontraksi untuk mengatur
diameternya. Pusat pengaturan pembuluh darah (pusat vasomotor) terletak di medulla
oblongata, pusat di atasnya diperkirakan di korteks cerebri, dan hipotalamus. Selanjutnya
impuls dari pusat vasomotor ini disalurkan melalui serabut simpatis (T1 — L2) dan
parasimpatis (S2 — S4).
Berbeda dengan jantung, dimana faktor yang penting adalah sistem parasimpatis, faktor
penting dalam pengaturan pembuluh darah adalah sistem simpatis. Sistem simpatis akan
mengakibatkan vasokonstriksi pada arteriole organ-organ dalam dan kulit, vasodilatasi
pada arteriole ini terjadi secara pasif akibat tekanan darah. Sedangkan pada arteriole otot
rangka simpatis mengakibatkan vasodilatasi. Serabut parasimpatis hanya mengatur
arteriole pada kelenjar ludah dan genital. Stimulasi parasimpatis pada kedua organ ini
akan mengakibatkan vasodilatasi. Terhadap sistem vena terjadi aktivitas kontrol yang
sama.
1. Refleks vasokontriksi

Stimulusnya adalah penurunan tekanan darah yang merangsang baroreseptor di vena


besar, arcus aorta dan sinus caroticus; perasaan tidak menyenangkan : nyeri, bising,
suhu tinggi; faktor fisik dan emosi; penurunan suhu darah, kadar O 2 dan peningkatan
CO2 yang akan merangsang chemoreseptor. Stimulus-stimulus ini akan merangsang
pusat refleks vasomotor di medulla oblongata. Kemudian pusat refleks ini akan
meningkatkan impuls simpatis, disalurkan melalui serabut eferen ke arteriole organ
dalam dan kulit. Efeknya adalah vasokonstriksi. Vasokontriksi pada arteriole organ
dalam terutama terjadi setelah adanya stimulus berupa penurunan tekanan darah.
16
Sedangkan, vasokontriksi pada arteriole kulit terutama terjadi pada stimuli berupa
dingin atau nyeri. Seluruh vasokontriksi ini, terutama yang terjadi pada organ dalam,
akan meningkatkan tekanan darah.
2. Refleks vasodilatasi

Stimulusnya adalah peningkatan venous return dan tekanan darah yang merangsang
baroreseptor di vena besar, arcus aorta dan sinus caroticus; perasaan yang
menyenangkan seperti keramahan; faktor fisik dan emosi; penurunan kadar CO2 dan
peningkatan suhu darah yang akan merangsang chemoreseptor.
Tabel 2. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Jantung

Mempercepat Memperlambat
Inspirasi Ekspirasi
Kegembiraan Rasa takut
Marah Sedih
Nyeri Nyeri pada saraf trigeminus
Hipoksia Peningkatan tekanan intrakranial
Olah Raga
Adrenalin
Hormon
tiroid Demam
Refleks eksitasi jantung

Stimulus-stimulus ini akan merangsang pusat refleks vasomotor di medulla


oblongata. Kemudian pusat refleks ini akan menurunkan impuls vasokontriktor
simpatis, disalurkan melalui serabut eferen ke arteriole koroner, arteriole otot rangka
dan arteriole pada organ dalam dan kulit. Efeknya adalah vasodilatasi arteriole
koroner diikuti peningkatan metabolisme otot jantung; vasodilatasi arteriole otot
rangka, vasodilatasi arteriole organ dalam, vasodilatasi arteriole kulit, dan juga
vasodilatasi pada jaringan erektil di daerah genital. Vasodilatasi arteriole kulit
terutama terjadi setelah adanya stimulus berupa perasaan nyaman dan adanya pijatan
lembut. Sedangkan, vasodilatasi arteriole organ dalam terutama terjadi pada stimuli
peningkatan tekanan darah. Seluruh vasodilatasi akan menurunkan tekanan darah.

17
Pemeriksaan Jantung
1. Inspeksi
Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang atau dalam
posisi sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit ditemukan misalnya pada
stenosis mitral. dan pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita.
Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada
penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan
dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.
Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam dapat mengakibatkan paru-paru
menutupi jantung, sehingga pungtum maksimimnya menghilang, suatu variasi yang
khususnya ditemukan pada penderita emfisema paru. Oleh kerena itu menghilangnya
pungtum maksimum pada inspirasi tidak berarti bahwa jantung tidak bergerak bebas.
Pembesaran ventrikel kiri akan menggeser pungtum maksimum kearah kiri,
sehingga akan berada diluar garis midklavikula dan kebawah. Efusi pleura kanan akan
memindahkan pungtum maksimum ke aksila kiri sedangkan efusi pleura kiri akan
menggeser kekanan. Perlekatan pleura, tumor mediastinum, atelektasis dan pneumotoraks
akan menyebabkan terjadi pemindahan yang sama. Kecepatan denyut jantung juga
diperhatikan, meningkat pada berbagai keadaan seperti hipertiroidisme, anemia, demam.
2. Palpasi
Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan dilakukan
perabaan diatas iktus kordis (apical impulse) Lokasi point of masksimal impulse , normal
terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular
(medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis
terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular, sedang pada bentuk dada yang
lebih pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus
kordis yang teraba adalah 1-2 cm2
Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi systolic lift,
systolic heaving, dan dalam keadaan ini daerah iktus kordis akan teraba lebih melebar.
Getaranan bising yang ditimbulkan dapat teraba misalnya pada Duktus Arteriosis
Persisten (DAP) kecil berupa getaran bising di sela iga kiri
3. Perkusi
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV

18
pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari
untuk menentukan gambaran besarnya jantung. Pada kardiomegali, batas pekak jantung
melebar kekiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser
ke lateral-bawah. Pinggang jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada
garis parasternal kiri.
Kardiomegali dapat dijumpai pada atlit, gagal jantung, hipertensi, penyakit jantung
koroner, infark miokard akut, perikarditis, kardiomiopati, miokarditis, regurgitasi
tricuspid, insufisiensi aorta, ventrikel septal defect sedang, tirotoksikosis, Hipertrofi
atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol kearah lateral. Pada
hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/atau ke kiri
atas. Pada perikarditis pekat jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema
paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat,
sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.
4. Auskultasi Jantung
Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat
vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan
kejadian hemodemanik darah dalam jantung.
Alat yang digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan
chespiece. Macam-macam ches piece yaitu bowel type dengan membran, digunakan
terutama untuk mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan
untuk mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang pada prinsipnya


terdiri dari jantung, pembuluh darah dan saluran limfe. Sistem ini berfungsi untuk
19
megangkut oksigen, nutrisi dan zat-zat lain untuk didistribusikan ke seluruh tubuh serta
membawa bahan-bahan hasil akhir metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh. 
komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan
mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam
proses metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang
bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan
berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti
jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu
sendiri.

Gambar 1.1 jantung pusat dan system kardiovaskuler


2.2 Komponen Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler terdiri atas organ jantung dan pembuluh darah. Fungsi sistem
ini dapat dianalogikan dengan sistem pengairan di rumah tangga, dimana organ jantung
berperan sebagai pompa dan pembuluh darah berperan sebagai salurannya atau pipanya.
Sistem ini bertanggung jawab untuk mentransportasikan darah dan zat yang
dikandungnya ke seluruh bagian tubuh manusia. 

 Untuk menjaga agar darah tetap mencapai seluruh bagian tubuh secara terus-
menerus maka jantung sebagai pompa harus berdenyut secara terus menerus pula.
Denyutan jantung diatur oleh sistem saraf otonom (SSO) yang berada di luar kesadaran
atau kendali kita sehingga kita tidak dapat mengatur denyutan jantung seperti kehendak
kita.  
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem tertutup artinya darah yang
20
ditransportasikan akan berada di dalam jantung dan pembuluh darah, tidak dialirkan ke
luar pembuluh darah. Berdasarkan arah aliran darah maka pembuluh darah dapat
dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah pembuluh darah yang meninggalkan
jantung (arteri) dan pembuluh darah yang menuju jantung (vena). Berdasarkan ukuran
penampangnya (diameter) maka pembuluh darah (arteri dan vena) dapat dikelompokkan
menjadi pembuluh darah besar, sedang, dan kecil. Contoh pembuluh arteri besar adalah
aorta, a. iliaca commonis; pembuluh arteri sedang adalah  a. tibialis, a. radialis;
sedangkan contoh vena besar adalah v. cafa superior dan inferior. Diantara pembuluh
darah arteri kecil (arteriole) dan vena kecil (venule) akan terdapat saluran kecil yang
disebut pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler ini menghubungkan bagian pembuluh darah
arteri dan vena.
2.3 Perkembangan Sistem Kardiovaskuler  

Sistem kardiovaskuler mulai berfungsi pada usia 3 minggu kehamilan. Dalam


sistem kardiovaskuler terdapat pembuluh darah terbesar yang di sebut Angioblast.
Angioblast ini timbul dari :
1. Mesoderm : splanknikus & chorionic 
2. Merengkim : yolk sac dan tali pusat 
3. Dan dapat juga menimbulkan pembuluh darah dan darah 

Dalam awal perkembangannya yaitu pada minggu ketiga, tabung jantung mulai
berkembang di splanknikus yaitu antara bagian pericardial dan IEC dan atap katup uning
telur sekunder(kardiogenik area). Tabung jantung pasangkan membujur endotel berlapis
saluran. Tabung-tabung membentuk untuk menjadi jantung primordial. Jantung tubular
bergabung dalam pembuluh darah di dalam embrio yang menghubungkan tangkai, karian
dan yolk sac membentuk sistem kardivaskuler purba. Pada janin, proses peredaran darah
melalui plasenta.
2.4 Anatomi Sistem Kardiovaskuler

21
gambar 1.2 anatomi jantung
1. Jantung 

Ukuran jantung sekitar sedikit besar dari satu kepalan tangan dengan berat berada
pada rentang 7 — 15 ons (200 — 425 gram). Dalam setiap harinya jantung mampu
memompa darah sampai dengan 100.000 kali dan dapat memompa darah sampai 7.571
liter. Posisi jantung berada di belakang sternum pada rongga mediastinum, diantara costae
kedua dan keenam. Pada jantung sebelah kanan menerima darah yang tidak teroksigenasi
dari vena cava superior dan vena cava inferior kemudian mengalirkannya ke pulmonal
untuk proses oksigenasi. Sedangkan bagian kiri jantung menerima dari teroksigenasi dari
paru melalui vena pulmonalis untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Jantung terletak di rongga dada (thorax), dan cenderung terletak di sisi kiri. Pada kelainan
dekstrokardia jantung justru terletak di sisi sebelah kanan. Jantung dikelilingi oleh
pembuluh darah besar dan organ paru, dan timus di bagian depannya.  
Jantung terdiri dari empat ruang jantung yang dipisahkan oleh sekat-sekat jantung.
Empat ruang jantung tersebut adalah :
1. Atrium kanan 
2. Atrium kiri 
3. Ventrikel
4. Ventrikel kiri

Ruang jantung ini terbentuk karena adanya sekat interventrikuler dan sekat
atrioventrikuler. Pada sekat atrioventrikuler terdapat dua buah katup jantung, yaitu katup
trikuspidalis dan katup bicuspidalis. Disebut trikuspidalis karena terdiri dari tiga
lempengan katup, dan disebut bicuspidalis karena terdiri dari dua buah lempengan

22
katup.  Atrium kanan dan kiri memiliki ukuran yang sama, demikian juga ventrikel
kanan dan kiri. Atrium dibatasi oleh otot jantung dan sekat yang tipis, sedangkan bagian
ventrikel dibatasi oleh otot jantung dan sekat interventrikuler yang tebal. 
Empat ruang jantung ini dilapisi oleh lapisan endotel, endocardium, myocardium,
dan dua lapisan pericardium (bagian dalam = bagian visceral dan bagian luar = bagian
parietal). Katup jantung sesungguhnya merupakan perluasan cincin fibrosa
atrioventrikuler, yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa yang dilapisi endotel pada kedua
sisi.  
Darah mengalir di dalam jantung ke satu arah, dari sisi kanan ke sisi kiri. Hal ini
dimungkinkan karena adanya katup-katup jantung yang akan mencegah aliran darah
balik. Katup-katup ini hanya mengijinkan darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel
kanan; dan dari atrium kiri ke ventrikel kiri.  
Darah di dalam jantung mengalir dalam satu arah. Dari atrium kanan darah akan
mengalir ke ventrikel kanan, darah ini mengandung oksigen yang rendah, dan banyak
mengandung CO2. Kemudian darah dialirkan ke paru melalui arteri pulmonalis, untuk
mendapatkan Oksigen (oksigenasi). Dari paru-paru darah kembali ke atrium kiri jantung
melalui vena pulmonalis, darah ini kaya akan oksigen karena telah mengalami
oksigenasi di paru. Dari atrium kiri dialirkan ke ventrikel kiri, selanjutnya ke seluruh
tubuh melalui aorta.

Otot Jantung Terdiri Dari 3 Lapisan yaitu :

Gambar 1.3 lapisan otot jantung


1. Luar/pericardium  

Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong pembungkus jantung


23
yang terletak di mediastinum minus dan di belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV
yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa  dan serosa yaitu lapisan parietal dan viseral. Diantara
dua lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelican untuk menjaga agar gesekan
pericardium tidak mengganggu jantung. 
2. Tengah/ miokardium 

Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria. Susunan
miokardium yaitu:
a. Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua lapisan. Lapisan dalam
mencakup serabut-serabut berbentuk lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua
atria.
b. Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin antrioventikuler
sampai ke apeks jantung.  
c. Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan bilik(atrium dan
ventrikel).

3. Dalam / Endokardium 

Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat yang terdiri dari
jaringan endotel atau selaput lender endokardium kecuali aurikula dan bagian depan sinus
vena kava.

2.5 Mekanisme Sistem Kardiovaskuler

1. Mekanisme pengaturan jantung

Walaupun jantung dapat memulai kontraksinya sendiri, aktivitasnya sangat


dipengaruhi oleh sistem saraf. Sehingga, aktivitas jantung tetap sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Impuls pengaturan dilepaskan oleh pusat pengatur di otak dan sumsum tulang
belakang yang disalurkan melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis dan
parasimpatis memiliki efek yang berlawanan satu sama lain. Nervus vagus adalah serabut
24
saraf parasimpatis yang melayani jantung. Berikut ini merupakan mekanisme pengaturan
pada jantung:
a. Pusat Pengaturan Jantung

Pusat tertinggi terletak di kortek cerebri sehingga faktor fisik dan emosi dapat
mempengaruhi aktivitas jantung. Pusat berikutnya di bawah korteks adalah hipotalamus
bagian posterior yang mengirim impuls ke pusat eksitasi di medulla oblongata dan
hipotalamus bagian medial yang mengirim impuls ke pusat inhibisi di medulla oblongata.
Pusat eksitasi meneruskan impulsnya ke saraf simpatis dan pusat inhibisi meneruskan
impulsnya ke saraf parasimpatis.
b. Parasimpatis

Impuls yang disalurkan oleh sistem parasimpatis cenderung untuk mengurangi


aktivitas jantung : menurunkan denyut jantung, menurunkan kemampuan konduksi,
menurunkan kontraktilitas, dan menurunkan kepekaan otot jantung. Variasi tonus vagus
merupakan faktor utama dalam perubahan denyut jantung.
c. Simpatis

Secara konstan mengeluarkan impuls yang cenderung untuk mengakselerasi aktivitas


jantung, diantaranya : meningkatkan frekuensi denyut jantung, meningkatkan
konduktivitas, meningkatkan kontraktilitas, dan meningkatkan kepekaan otot jantung. 

d. Refleks Jantung

Terdapat dua buah refleks yang melibatkan jantung, yaitu refleks eksitasi dan refleks
inhibisi jantung. Refleks ini terdiri dari lima komponen yaitu : reseptor, serabut aferen
(yang membawa impuls ke pusat refleks), pusat refleks di medulla oblongata, serabut
eferen (yang membawa impuls dari pusat refleks ke jantung), dan organ efektor yaitu
jantung.
e. Refleks Eksitasi 

Stimulusnya adalah peningkatan venous return yang menuju atrium kanan. Stimulus
akan merangsang reseptor refleks ini, baroreseptor, yang terdapat di dekat muara vena
cava. Baroreseptor peka terhadap perubahan tekanan. Baroreseptor mengeluarkan impuls
25
yang disalurkan oleh serabut aferen, nervus vagus, ke pusat refleks otonom di medulla
oblongata. Kemudian pusat refleks mengurangi impuls parasimpatis dan meningkatkan
impuls simpatis, disalurkan melalui serabut eferen ke jantung. Efeknya terjadi
peningkatan frekuensi dan kekuatan kontraksi, dan akhirnya peningkatan curah jantung.
f. Refleks Inhibisi 

Stimulusnya adalah peningkatan tekanan arterial. Stimulasi lain seperti berasal dari
daerah abdomen dan stimulasi nyeri juga dapat menimbulkan refleks ini.  Stimulus akan
merangsang reseptor refleks ini, baroreseptor, yang terdapat di arcus aorta dan sinus
caroticus. Baroreseptor peka terhadap perubahan tekanan. Baroreseptor mengeluarkan
impuls yang disalurkan oleh serabut aferen, nervus glossofaringeal dan nervus vagus
menuju ke pusat refleks otonom di medulla oblongata. Akibatnya pusat refleks
meningkatkan impuls parasimpatis dan mengurangi impuls simpatis. Impuls ini
disalurkan melalui serabut eferen ke jantung dengan akibat terjadi penurunan frekuensi
jantung dan pengurangan kekuatan kontraksi sehingga curah jantung menurun dan
akhirnya terjadi penurunan tekanan darah.

2. Mekanisme pengaturan vaskuler

 Otot dalam arteriole dapat mengalami kontraksi untuk mengatur diameternya. Pusat
pengaturan pembuluh darah (pusat vasomotor) terletak di medulla oblongata, pusat di
atasnya diperkirakan di korteks cerebri, dan hipotalamus. Selanjutnya impuls dari pusat
vasomotor ini disalurkan melalui serabut simpatis (T1 — L2) dan parasimpatis (S2 —
S4).
Berbeda dengan jantung, dimana faktor yang penting adalah sistem parasimpatis,
faktor penting dalam pengaturan pembuluh darah adalah sistem simpatis. Sistem simpatis
akan mengakibatkan vasokonstriksi pada arteriole organ-organ dalam dan kulit,
vasodilatasi pada arteriole ini terjadi secara pasif akibat tekanan darah. Sedangkan pada
arteriole otot rangka simpatis mengakibatkan vasodilatasi. Serabut parasimpatis hanya
mengatur arteriole pada kelenjar ludah dan genital. Stimulasi parasimpatis pada kedua
organ ini akan mengakibatkan vasodilatasi. Terhadap sistem vena terjadi aktivitas kontrol
26
yang sama. Ada beberapa mekanisme pengaauran vaskuler sebagai berikut:
a. Refleks vasokontriksi 

Stimulusnya adalah penurunan tekanan darah yang merangsang baroreseptor di vena


besar, arcus aorta dan sinus caroticus; perasaan tidak menyenangkan : nyeri, bising, suhu
tinggi; faktor fisik dan emosi; penurunan suhu darah, kadar O2 dan peningkatan CO2
yang akan merangsang chemoreseptor. Stimulus-stimulus ini akan merangsang pusat
refleks vasomotor di medulla oblongata. Kemudian pusat refleks ini akan meningkatkan
impuls simpatis, disalurkan melalui serabut eferen ke arteriole organ dalam dan kulit.
Efeknya adalah vasokonstriksi.  Vasokontriksi pada arteriole organ dalam terutama terjadi
setelah adanya stimulus berupa penurunan tekanan darah. Sedangkan, vasokontriksi pada
arteriole kulit terutama terjadi pada stimuli berupa dingin atau nyeri. Seluruh
vasokontriksi ini, terutama yang terjadi pada organ dalam, akan meningkatkan tekanan
darah.
b. Refleks vasodilatasi 

Stimulusnya adalah peningkatan venous return dan tekanan darah yang merangsang
baroreseptor di vena besar, arcus aorta dan sinus caroticus; perasaan yang menyenangkan
seperti keramahan; faktor fisik dan emosi; penurunan kadar CO2 dan peningkatan suhu
darah yang akan merangsang chemoreseptor.

Mempercepat Memperlambat
Inspirasi Ekspirasi 
Kegembiraan  Rasa takut 
Marah  Sedih 
Nyeri  Nyeri pada saraf trigeminus 
Hipoksia  Peningkatan tekanan intrakranial
Olah Raga 
Adrenalin 
Hormon tiroid 
Demam Refleks eksitasi
jantung

27
Tabel 1. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Jantung
Stimulus-stimulus ini akan merangsang pusat refleks vasomotor di medulla
oblongata. Kemudian pusat refleks ini akan menurunkan impuls vasokontriktor simpatis,
disalurkan melalui serabut eferen ke arteriole koroner, arteriole otot rangka dan arteriole
pada organ dalam dan kulit. Efeknya adalah vasodilatasi arteriole koroner diikuti
peningkatan metabolisme otot jantung; vasodilatasi arteriole otot rangka, vasodilatasi
arteriole organ dalam, vasodilatasi arteriole kulit, dan juga vasodilatasi pada jaringan
erektil di daerah genital. Vasodilatasi arteriole kulit terutama terjadi setelah adanya
stimulus berupa perasaan nyaman dan adanya pijatan lembut. Sedangkan, vasodilatasi
arteriole organ dalam terutama terjadi pada stimuli peningkatan tekanan darah. Seluruh
vasodilatasi akan menurunkan tekanan darah.
3. Mekanisme pengaturan vaskuler

 Otot dalam arteriole dapat mengalami kontraksi untuk mengatur diameternya. Pusat
pengaturan pembuluh darah (pusat vasomotor) terletak di medulla oblongata, pusat di
atasnya diperkirakan di korteks cerebri, dan hipotalamus. Selanjutnya impuls dari pusat
vasomotor ini disalurkan melalui serabut simpatis (T1 — L2) dan parasimpatis (S2 —
S4).
Berbeda dengan jantung, dimana faktor yang penting adalah sistem parasimpatis,
faktor penting dalam pengaturan pembuluh darah adalah sistem simpatis. Sistem simpatis
akan mengakibatkan vasokonstriksi pada arteriole organ-organ dalam dan kulit,
vasodilatasi pada arteriole ini terjadi secara pasif akibat tekanan darah. Sedangkan pada
arteriole otot rangka simpatis mengakibatkan vasodilatasi. Serabut parasimpatis hanya
mengatur arteriole pada kelenjar ludah dan genital. Stimulasi parasimpatis pada kedua
organ ini akan mengakibatkan vasodilatasi. Terhadap sistem vena terjadi aktivitas kontrol
yang sama. Ada beberapa mekanisme pengaauran vaskuler sebagai berikut:
b. Refleks vasokontriksi 

Stimulusnya adalah penurunan tekanan darah yang merangsang baroreseptor di vena


besar, arcus aorta dan sinus caroticus; perasaan tidak menyenangkan : nyeri, bising, suhu
tinggi; faktor fisik dan emosi; penurunan suhu darah, kadar O2 dan peningkatan CO2
28
yang akan merangsang chemoreseptor. Stimulus-stimulus ini akan merangsang pusat
refleks vasomotor di medulla oblongata. Kemudian pusat refleks ini akan meningkatkan
impuls simpatis, disalurkan melalui serabut eferen ke arteriole organ dalam dan kulit.
Efeknya adalah vasokonstriksi.  Vasokontriksi pada arteriole organ dalam terutama terjadi
setelah adanya stimulus berupa penurunan tekanan darah. Sedangkan, vasokontriksi pada
arteriole kulit terutama terjadi pada stimuli berupa dingin atau nyeri. Seluruh
vasokontriksi ini, terutama yang terjadi pada organ dalam, akan meningkatkan tekanan
darah.
c. Refleks vasodilatasi 

Stimulusnya adalah peningkatan venous return dan tekanan darah yang merangsang
baroreseptor di vena besar, arcus aorta dan sinus caroticus; perasaan yang menyenangkan
seperti keramahan; faktor fisik dan emosi; penurunan kadar CO2 dan peningkatan suhu
darah yang akan merangsang chemoreseptor.

Mempercepat Memperlambat
Inspirasi Ekspirasi 
Kegembiraan  Rasa takut 
Marah  Sedih 
Nyeri  Nyeri pada saraf trigeminus 
Hipoksia  Peningkatan tekanan
Olah Raga  intrakranial
Adrenalin 
Hormon tiroid 
Demam Refleks eksitasi
jantung

Tabel 1. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Jantung


Stimulus-stimulus ini akan merangsang pusat refleks vasomotor di medulla
oblongata. Kemudian pusat refleks ini akan menurunkan impuls vasokontriktor simpatis,
disalurkan melalui serabut eferen ke arteriole koroner, arteriole otot rangka dan arteriole
pada organ dalam dan kulit. Efeknya adalah vasodilatasi arteriole koroner diikuti

29
peningkatan metabolisme otot jantung; vasodilatasi arteriole otot rangka, vasodilatasi
arteriole organ dalam, vasodilatasi arteriole kulit, dan juga vasodilatasi pada jaringan
erektil di daerah genital. Vasodilatasi arteriole kulit terutama terjadi setelah adanya
stimulus berupa perasaan nyaman dan adanya pijatan lembut. Sedangkan, vasodilatasi
arteriole organ dalam terutama terjadi pada stimuli peningkatan tekanan darah. Seluruh
vasodilatasi akan menurunkan tekanan darah.
 Pengertian Pernafasan
Pernafasan ( respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
(oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
CO2(karbondioksida) sebagai sisab dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini
disebut inspirasi dan menhembuskan disebut ekspirasi.
Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara dan oksigen ditarik dari udara
masuk ke dalam darah dan CO2 akan dikeluarkan dari darah secara osmose. Seterusnya
CO2 akan dikeluarkan melalui tractus respiratorius(jalan pernafasan) dan masuk ke dalam
tubuh melalui kapiler —kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ken serambi kiri
jantung (atrium sinistra) kemudian ke aorta keseluruh tubuh disini terjadi oksidasi sebagai
ampas dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena
masuk ke jantung, ke bilik kanan,dan dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke
jaringan-jaringan paru-paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli.
Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme sedangkan sisa dari
metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis, dan kulit.
2.2 Anatomi Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru
beserta pembungkusnya ( pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalamrongga
dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut
oleh diafragma.
2.2.1 Hidung = Naso = Nasal
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang( cavum nasi),
dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi). Didalam terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit
2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.

30
3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang
hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah:
a) konka nasalis inferior ( karang hidup bagian bawah)
b) konka nasalis media(karang hidung bagian tengah)
c) konka nasalis superior(karang hidung bagian atas).
Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan
bagian atas), meatus medialis(lekukan bagian tengah dan meatus inferior (lekukan bagian
bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam
terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak,  lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas rongga hidung
berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus
maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus
sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis.
Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka
nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat di
bagianb atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau
respektor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.
Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat
satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran
tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah
dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba
lakminaris.
Fungsi hidung, terdiri dari
1. bekerja sebagai saluran udara pernafasan
2. sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
3. dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
4. membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit
yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung.
2.2.2 Tekak=Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat
dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan dengan rongga

31
hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan
rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua
lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus.
Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel
getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2
buah tonsilkiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglotis( empang
tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian:
1. bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring.
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring
3. Bagian bawah sekali dinamakan laringgofaring.
2.2.3 Pangkal Tenggorokan(Laring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang
disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita
menelan makanan menutupi laring.
Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:
1. Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat pada pria.
2. Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker
3. Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
4. Kartilago epiglotis (1 buah).
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi
oleh sel epiteliumnberlapis. Proses pembentukan suara merupakan hasil kerjasama antara
rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Perbedaan suara seseorang
tergsantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria jauh lebih tebal daripada
pita suara wanita.
2.2.4 Batang Tenggorokan ( Trakea)
Merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput
lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,hanya bergerak kearah luar.
Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot

32
polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri
dan kanan disebut karina.
2.2.5 Cabang Tenggorokan ( Bronkus)
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( 3 lobus) dan
bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus).bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus
segmentalisini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh
jaringan ikat yang memiliki: arteri, limfatik dan saraf.
Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung
kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus
untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.
Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis( yang mempunyai
kelenjar lendir dan silia)
Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori
dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara
pertukaran gas.
Duktus alveolar dan sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar.
Dan kemudian menjadi alvioli.

2.2.6 Alveoli
Merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Terdapat sekitar 300 juta
yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.
Terdiri atas 3 tipe:
Ø Sel-sel alveolar tipe I : sel epitel yang membentuk dinding alveoli
Ø Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif secara metabolik dan nensekresikan surfaktan
( suatu fosfolifid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak

33
kolaps)ahanan
Ø Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan.
2.2.7 Paru — paru

Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada atau toraks.
Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan lebih besar
dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi
menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya.
2.2.8 pleura
Merupakan lapisan tipisyang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi menjadi
2:
§ Pleura perietalis yaitu yang melapisi rongga dada
§ Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru.
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafsan. Juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih
rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.
2.3 Mekanisme Pernafasan

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur
sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
2.3.1 Respirasi
1.Repirasi luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan
darah dalam kapiler dan merupakan pertukaran O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah
dalam kapiler dengan sel-sel tubuh dan merupakan pertukaran O2 dan CO2
dari aliran darah ke seluruh tubuh.
2.3.2 Jenis Respirasi
34
1. Pernapasan Dada
Merupakan adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga
dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan diluar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida
keluar.
2. Pernapasan perut
Merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang
membatasi rongga perut dan rongga dada.
Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,
akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke
posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih
besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
2.3.3 Volume Udara Pernafasan
Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini
dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Besarnya volume udara
pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat
pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.
2.3.4 Pertukaran O2 Dan CO2 Dalam Pernafasan
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan
hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah
maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Dalam keadaan biasa, manusia
membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit.
Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa
kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara berkurang. Oksigen yang
dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus.
Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah

35
(hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
2.3.5 Proses Kimiawi Respirasi Pada Manusia
1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 H2+CO3 ¬H2 + CO2
2. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 Hb O2
3.Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : : Hb O2 Hb O2
4. Pengangkutan karbohidrat di dalam tubuh : : CO2 + H2O H2+CO2

Gambar : Respirasi Pada Manusia


2.4 Kelainan Proses Pernapasan
Alat- alat pernapasan merupakan organ- organ tubuh yang sangat penting. Jika alat- alat
ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu,
bahkan dapat menyebabkan kematian.
Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran
pernapasan manusia.
2.4.1 Influenza (Flu)
Penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek,
hidung tersumbat, bersin- bersin, dan tenggorokan terasa gatal.
2.4.2 Asma(Sesak napas)
Merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi
terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis. Asma bersifat menurun.
2.4.3 Tuberkulosis(TBC)
Penyakit paru- paru yang diakibatkan serangan bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil- bintil atau peradangan pada dinding
alveolus. Jika bagian paru- paru yang diserang meluas, sel- selnya mati dan paru- paru
mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah.
2.4.4 Macam- macam peradangan pada sistem pernapasan manusia:
a. Rinitis
Radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh
Virus, misalnya virus influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi terhadap
perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir (ingus) meningkat.

36
b. Faringingitis
Radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit dan
tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotic.
c. Laringitis
Radang pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya antara lain
karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alcohol, atau banyak bicara.
d. Bronkitis
Radang pada cabang batang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam,
menghasilkan banyak lendir yang menyumbat batang tenggorokan sehingga penderita
sesak napas.
e. Sinusitis,
Radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi di kiri dan kanan batang hidung,
biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi.
2.4.5 Asfiksi
Gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan oksigen yang disebabkan oleh
tenggelam (akibatnya terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus terisi lendir dan cairan
limfa), keracunan CO atau HCN, atau gangguan sitokrom(enzim pernapasan).
2.4.6 Asidosis
Kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan
terganggu.
2.4.7 Difteri
Penyumbatan pada rongga faring maupun laring oleh lendir yang dihasilkan oleh kuman
difteri.
2.4.8 Emfisema
Penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
2.4.9 Pneumonia
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang
menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
2.4.10 Wajah adenoid (kesan wajah bodoh)
Disebabkan adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau
polip, pembengkakan ditekak atau amandel.
2.4.11 Kanker paru-paru

37
Mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar keseluruh
tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok (75% penderita
adalah perokok). Perokok pasif juga dapat terkena kanker paru-paru. Penyebab lain
adalah penderita menghirup debu asbes kromium, produk petroleum, dan radiasi ionisasi.
 

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

38
1. Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung,
selain itu, Sistem kardiovaskuler terdiri atas organ jantung dan pembuluh darah. Dalam
setiap harinya jantung mampu memompa darah sampai dengan 100.000 kali dan dapat
memompa darah sampai 7.571 liter. Fungsi sistem ini dapat dianalogikan dengan sistem
pengairan di rumah tangga, dimana organ jantung berperan sebagai pompa dan
pembuluh darah berperan sebagai salurannya atau pipanya.

2. Anatomi system kardiovaskuler terdiri dari jantung. Jantung sendiri terdiri dari empat
ruang jantung yang dipisahkan oleh sekat-sekat jantung. Empat ruang jantung tersebut
adalah :

1. Atrium kanan 
2. Atrium kiri 
3. Ventrikel kanan 
4. Ventrikel kiri

39
DAFTAR PUSTAKA

Ganong,W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor : dr. Widjajakusumah. Edisi

17. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton, A.C. and Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Mc.Naught and Callander. 1975. Illustrated Physiology. Third Edition. New York :
Churchill Livingstone.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia : dari sel ke system. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

40
41
42
43
44
45
46
47

Anda mungkin juga menyukai