OLEH
ANNISATUN MUTIAH
MEILYANA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah- Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus. Saya
berharap Laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya
kritik,saran dan usulan demi perbaikan laporan kasus yang telah dibuat dimasa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
pembuluh darah atau saraf di outlet toraks - ruang antara tulang selangka (klavikula)
dan tulang rusuk pertama menjadi terkompresi. Hal ini dapat menyebabkan nyeri di
Thoracic outlet syndrome adalah suatu kondisi dimana gejala yang dihasilkan
dari kompresi saraf atau pembuluh darah, atau keduanya, karena sebuah lorong yang
tidak memadai melalui daerah (outlet toraks) antara pangkal leher dan ketiak.
Stopkontak torakalis dikelilingi oleh otot, tulang, dan jaringan lainnya. Setiap kondisi
yang menyebabkan pembesaran atau pergerakan jaringan atau dekat outlet toraks dapat
menyebabkan sindrom outlet dada. Kondisi ini termasuk pembesaran otot (seperti dari
angkat besi), luka, sebuah tulang rusuk ekstra dari leher pada saat kelahiran (rusuk leher
rahim), berat badan, dan tumor di bagian atas paru-paru (jarang). Seringkali tidak ada
penyebab spesifik ditemukan. Penyebab umum dari sindrom outlet toraks termasuk
trauma fisik dari sebuah kecelakaan mobil dan cedera berulang dari pada pekerjaan-the-
atau kegiatan olahraga yang terkait. Bahkan cedera yang terjadi lama bisa menimbulkan
sindrom outlet toraks pada saat ini. Kadang-kadang, dokter tidak dapat menentukan
penyebab sindrom outlet toraks. Secara umum, penyebab sindrom outlet toraks adalah
kompresi saraf dan pembuluh darah di outlet dada, tepat di bawah tulang selangka
Anda. Penyebab kompresi itu sendiri, bagaimanapun, dapat bervariasi dan dapat
termasuk: Kelainan Anatomi, Cacat bawaan yang hadir pada saat lahir (kongenital),
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Anatomi
Komponen:
a. inter-scalene triangle
b. costo-clavicular space
1. Definisi
2. Etiologi
Fibrositis pada cervical dan shoulder (pectoralis major and minor, the posterior
cervical triangle)
Bertambahnya taji tulang pada cervical (bisa disebut extra first rib)
Trauma seperti whiplash injury atau cedera lain yg mengarah pada scar tissue
formation pada scalenes yang menyebabkan kompresi
Trauma bahu
3. Patofisiologi
Klasifikasi
Tipe I
Struktur yang mengalami kompresi adalah pada daerah m.scaleni dimana dibagi atas
dua bagian. Bagian depan yang tertekan yaitu vena subclavia yang merupakan
pembuluh darah yang membawa darah kotor dari jari-jari sampai lengan ke jantung.
Sehingga jika terjadi jebakan maka akan timbul warna kehitam-hitaman, terasa berat,
timbul nyeri dan oedema. Struktur lainnya yang mengalami gangguan yaitu n.phrenicus
dimana apabila terkompresi maka orang tersebut akan sering cegukan.
Bagian belakang yang tertekan adalah arteri subclavia, dimana gejala yang muncul
yaitu timbulnya nyeri yang menggigit dan tidak adanya oedema. Struktur yang lain
yaitu plexus brachialis yang dapat menimbulkan rasa nyeri, kesemutan dan rasa
terbakar, jika absout maka akan menimbulkan kelemahan. Tetapi, jika partial maka
yang dominan adalah nyeri yang berkepanjangan dan paraesthesia.
Tipe II
Struktur yang mengalami kompresi yaitu pada costoclavicular joint terkhusus os.costa
I. Adapun komponen yang mengalami tekanan yaitu vena subclavia, arteri subclavia,
pleksus brachialis dan pembuluh limfe. Adapun gejala yang muncul hampir sama
dengan gejala yang terdapat pada tipe I, kecuali untuk pembuluh limfe akan terjadi
pembengkakan di axilla dan mamae akan lebih besar dengan warna agak kehitaman
sehingga gerakan pada shoulder terhambat.
Tipe III
4. Gambaran Klinis
Kesemutan atau paraesthesia akan terjadi beberapa menit setelah istirahat dan
perlahan hilang
Infrared
Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari
cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Apabila Infrared
terkena tubuh,maka tubuh menjadi hangat, dan dapat merangsang dan mengembangkan
pembuluh darah.
Seperti telah dikemukakan oleh hukum Vant’t Hoff bahwa suatu reaksi kimia
dapat dipercepat dengan adanya panas atau kenaikan temperatur akibat
pemanasan sehingga proses metabolisme menjadi lebih baik.
Penyinaran yang luas yang berlangsung dalam waktu cukup lama dapat
mengakibatkan kenaikan temperatur tubuh.
Efek terapeutik
Efek terapeutik yang dihasilkan dari pemberian IR antara lain (1) mengurangi atau
menghilangkan nyeri, (2) rileksasi otot, (3) meningkatkan suplai darah dan, (4)
menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme.
Kontra indikasi
Beberapa kondisi yang merupakan kontra indikasi pemberian IR adalah (1) jaringan
yang mengalami insufisiensi pada darah, (2) gangguan sensibilitas kulit dan, (3) adanya
kecenderungan terjadi perdarahan.
Latihan
1. Scalene stretch
Duduk atau berdiri dan menggenggam kedua tangan di belakang punggung.
Turunkan bahu kiri dan miringkan kepala kearah kanan sampai merasakan
regangan. Tahan posisi ini selama 8-10 detik dan kemudian kembali ke posisi
awal. Turunkan bahu kanan dan miringkan kepala ke arah kiri kemuadian tahan
selama 8-10 detik. Ulangi 5-8 kali di setiap sisi.
2. Pectoralis stretch
Berediri di pintu terbuka dengan kedua tangan sedikit di atas kepala dan taruh
kedua lengan pada kedua sisi pintu. Perlahan-lahan jatuhkan badan ke depan
sampai terasa peregangan pada otot dada dan bagian depan bahu. Tahan 8-10
detik, ulangi 5-8 kali.
3. Scapular squeeze
Sambil duduk atau berdiri dengan lengan berada di samping tubuh, tekan tulang
scapula bersama-sama ke arah tengah (ke vertebra) dan tahan selama 8-10 detik
ulangi 5-8 kali.
A. Anamnesis
1. Identitas Umum Pasien
2.Inspeksi Dinamis
Kesulitan mengangkat tangan
C. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
→ Shoulder
Nama gerakan Aktif Pasif TIMT
Fleksi Nyeri, ROM Nyeri sedang, Nyeri, tidak
tahanan
Ekstensi Nyeri, ROM Nyeri, elastis Nyeri, tidak
tahanan
Abduksi Nyeri, ROM Nyeri, elastis Nyeri, Resisten
tahanan.
Endorotasi Nyeri ringan, Nyeri ringan. Tidak ada nyeri.
tahanan
Eksorotasi Nyeri ringan, Nyeri ringan. Tidak ada nyeri.
tahanan
1. Intensitas Nyeri
Keterangan :
Skala 0-2 : tidak nyeri (tidak ada rasa sakit, merasa normal).
Skala 2-5 : nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu).
Skala 6-8 : nyeri sedang (mengganggu aktifitas fisik).
Skala 9-10 : nyeri berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri).
Hasil : Nyeri diam 4,2 (pada bahu hingga jari-jari) nyeri tekan 6,7 (pada otot-
2. MMT
Grade Keterangan
O Tidak ada peningkatan tonus otot
1 Ada peningkatan sedikit tonus otot, di tandai dengan
sisa ROM
3 Kenaikan tonus otot lebih nyata sebagian besar ROM,
atau ekstensi
Hasil :
→ Otot scalene :3
→ Otot Deltoid :4
→ Otot Trisep :4
3. Pengukuran ROM
Tes ini bertujuan untuk mengetahui gerakan sendi dengan menggunakan alat
bantu Goniometer. Dalam literatur telah ditetapkan kriterioa normal RON untuk
masing individu berbeda, disesuaikan dengan usia dan ukuran badan seseorang.
ketegangan.
→ Shoulder
Pemeriksaan Fisioterapi
1. Palpasi Otot
2. Tes Neurologi
3. Tes Spesifik
→ East test (tes tangan ke atas) : ketika pasien mengangkat tangan lalu
bergerak terlalu cepat ke arah dasar dan mencapai posisi arah terlalu cepat
selama elevasi
4. Pemeriksaan Penunjang
E. Diagnosa Fisioterapi
F. Problematik Fisioterapi
1. Anatomical Impairment
shoulder
→ Keterbatasa geraka saat fleksi-ekstensi, endo-ekso rotasi, abduksi-
adduksi shoulder
2. Activity Limitation
3. Participation Retriction
.
1. Impairment
Nyeri menjalar hingga ke jari-jari Melancarkan MWD
sirkulasi darah
dan menurunkan
rasa nyeri
Nyeri gerak saat fleksi-ekstensi, Menurunkan rasa Ultra Sound
shoulder
adduksi shoulder
2. Activity Limitation
Kesulitan menggerakan tangan Memeliharan Active ROM
3. Participatio Retriction
tightness/spasme
agar dapat
melakuakn aktivitas
secara maksimal
Intensitas : 70 Hz
Time : 10 Menit
b. Ultrasound
Time : 10 Menit
c. Streching
d. Transver Friction
berkurang
Nyeri diam :4,2 Nyeri diam :3.9
Harold, C.U.Jr., Kourlis, H.Jr. 2007. Thoracic outlet syndrome: a 50-year experience at
Baylor University Medical Center. Proc. (Bay1 Univ Med Cent), 20(2):125-35. [Cited
2009 March 11]. Available from URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1849872.
Mackinson S.E, Novak, C.B. 2002. Thoracic outlet syndrome. Current problems. Surgery,
39(11):1070-145. [Cited 2009 March 10]. Available from URL:
http//www.currprobsurg.com/article/S0011-3840(02)50023-X/pdf.
Rosenbaum, D. 2008. Thoracic outlet syndrome. [Cited 2009 march 12]. Available from
URL: http//emedicine.medscape.com/article/96412
Shinghs, M.K., Patel, J. 2007. Thoracic outlet syndrome. 2006.[Cited 2009 March 12].
Available from URL: http//emedicine.medscape.com/article/1143532
Sucher, B.M., Thoracic outlet syndrome. 2006.[Cited 2009 March 12]. Available from URL:
http//emedicine.medscape.com/article/316715