KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah- Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus. Saya
berharap Laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya
kritik,saran dan usulan demi perbaikan laporan kasus yang telah dibuat dimasa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Thoracic outlet syndrome adalah sekelompok gangguan yang terjadi ketika pembuluh
darah atau saraf di outlet toraks - ruang antara tulang selangka (klavikula) dan tulang
rusuk pertama menjadi terkompresi. Hal ini dapat menyebabkan nyeri di bahu dan leher
Thoracic outlet syndrome adalah suatu kondisi dimana gejala yang dihasilkan dari
kompresi saraf atau pembuluh darah, atau keduanya, karena sebuah lorong yang tidak
memadai melalui daerah (outlet toraks) antara pangkal leher dan ketiak. Stopkontak
torakalis dikelilingi oleh otot, tulang, dan jaringan lainnya. Setiap kondisi yang
menyebabkan pembesaran atau pergerakan jaringan atau dekat outlet toraks dapat
menyebabkan sindrom outlet dada. Kondisi ini termasuk pembesaran otot (seperti dari
angkat besi), luka, sebuah tulang rusuk ekstra dari leher pada saat kelahiran (rusuk leher
rahim), berat badan, dan tumor di bagian atas paru-paru (jarang). Seringkali tidak ada
penyebab spesifik ditemukan. Penyebab umum dari sindrom outlet toraks termasuk
trauma fisik dari sebuah kecelakaan mobil dan cedera berulang dari pada pekerjaan-the-
atau kegiatan olahraga yang terkait. Bahkan cedera yang terjadi lama bisa menimbulkan
sindrom outlet toraks pada saat ini. Kadang-kadang, dokter tidak dapat menentukan
penyebab sindrom outlet toraks. Secara umum, penyebab sindrom outlet toraks adalah
kompresi saraf dan pembuluh darah di outlet dada, tepat di bawah tulang selangka
Anda. Penyebab kompresi itu sendiri, bagaimanapun, dapat bervariasi dan dapat
termasuk: Kelainan Anatomi, Cacat bawaan yang hadir pada saat lahir (kongenital),
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Anatomi
Komponen:
a. inter-scalene triangle
b. costo-clavicular space
1. Definisi
2. Etiologi
Fibrositis pada cervical dan shoulder (pectoralis major and minor, the posterior
cervical triangle)
Bertambahnya taji tulang pada cervical (bisa disebut extra first rib)
Trauma seperti whiplash injury atau cedera lain yg mengarah pada scar tissue
formation pada scalenes yang menyebabkan kompresi
Trauma bahu
3. Patofisiologi
Klasifikasi
Tipe I
Struktur yang mengalami kompresi adalah pada daerah m.scaleni dimana dibagi atas
dua bagian. Bagian depan yang tertekan yaitu vena subclavia yang merupakan
pembuluh darah yang membawa darah kotor dari jari-jari sampai lengan ke jantung.
Sehingga jika terjadi jebakan maka akan timbul warna kehitam-hitaman, terasa berat,
timbul nyeri dan oedema. Struktur lainnya yang mengalami gangguan yaitu n.phrenicus
dimana apabila terkompresi maka orang tersebut akan sering cegukan.
Bagian belakang yang tertekan adalah arteri subclavia, dimana gejala yang muncul
yaitu timbulnya nyeri yang menggigit dan tidak adanya oedema. Struktur yang lain
yaitu plexus brachialis yang dapat menimbulkan rasa nyeri, kesemutan dan rasa
terbakar, jika absout maka akan menimbulkan kelemahan. Tetapi, jika partial maka
yang dominan adalah nyeri yang berkepanjangan dan paraesthesia.
Tipe II
Struktur yang mengalami kompresi yaitu pada costoclavicular joint terkhusus os.costa
I. Adapun komponen yang mengalami tekanan yaitu vena subclavia, arteri subclavia,
pleksus brachialis dan pembuluh limfe. Adapun gejala yang muncul hampir sama
dengan gejala yang terdapat pada tipe I, kecuali untuk pembuluh limfe akan terjadi
pembengkakan di axilla dan mamae akan lebih besar dengan warna agak kehitaman
sehingga gerakan pada shoulder terhambat.
Tipe III
4. Gambaran Klinis
Kesemutan atau paraesthesia akan terjadi beberapa menit setelah istirahat dan
perlahan hilang
Infrared
Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari
cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Apabila Infrared
terkena tubuh,maka tubuh menjadi hangat, dan dapat merangsang dan mengembangkan
pembuluh darah.
Seperti telah dikemukakan oleh hukum Vant’t Hoff bahwa suatu reaksi kimia dapat
dipercepat dengan adanya panas atau kenaikan temperatur akibat pemanasan sehingga
proses metabolisme menjadi lebih baik.
Dengan adanya vasodilatasi pembuluh darah maka sirkulasi darah menjadi meningkat,
sehingga pemberian nutrisi dan oksigen kepada jaringan akan ditingkatkan, dengan
demikian kadar sel darah putih dan antibodi didalam jaringan tersebut akan meningkat.
Dengan demikian pemeliharaan jaringan menjadi lebih baik dan perlawanan terhadap
agen penyebab proses radang juga semakin baik.
Ini bisa terjadi apabila penyinaran yang diberikan menimbulkan kenaikan temperatur
jaringan yang cukup tinggi dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
diluar toleransi pasien.
Penyinaran yang luas yang berlangsung dalam waktu cukup lama dapat mengakibatkan
kenaikan temperatur tubuh.
Efek terapeutik yang dihasilkan dari pemberian IR antara lain (1) mengurangi atau
menghilangkan nyeri, (2) rileksasi otot, (3) meningkatkan suplai darah dan, (4)
menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme.
Kontra indikasi
Beberapa kondisi yang merupakan kontra indikasi pemberian IR adalah (1) jaringan
yang mengalami insufisiensi pada darah, (2) gangguan sensibilitas kulit dan, (3) adanya
kecenderungan terjadi perdarahan.
Latihan
1. Scalene stretch
Duduk atau berdiri dan menggenggam kedua tangan di belakang punggung.
Turunkan bahu kiri dan miringkan kepala kearah kanan sampai merasakan
regangan. Tahan posisi ini selama 8-10 detik dan kemudian kembali ke posisi
awal. Turunkan bahu kanan dan miringkan kepala ke arah kiri kemuadian tahan
selama 8-10 detik. Ulangi 5-8 kali di setiap sisi.
2. Pectoralis stretch
Berediri di pintu terbuka dengan kedua tangan sedikit di atas kepala dan taruh
kedua lengan pada kedua sisi pintu. Perlahan-lahan jatuhkan badan ke depan
sampai terasa peregangan pada otot dada dan bagian depan bahu. Tahan 8-10
detik, ulangi 5-8 kali.
3. Scapular squeeze
Sambil duduk atau berdiri dengan lengan berada di samping tubuh, tekan tulang
scapula bersama-sama ke arah tengah (ke vertebra) dan tahan selama 8-10 detik
ulangi 5-8 kali.
A. Anamnesis
1. Identitas Umum Pasien
B. Inspeksi/Observasi
1. Inspeksi Statis
2.Inspeksi Dinamis
Pasien kesulitan mengangkat beban
Perintahkan pasien untuk melakukan depresi dan retraksi shoulder. 80 derajat abduksi
lengan atas dan fleksi elbow 90 derajat. Pasien diminta untuk mengepalkan dan
menyebarkan jari secara 3 menit secara bergantian
Tanda yang menunjukkan pasien terkena TOCS adalah apabila pasien tidak mampu
melakukan gerakan tersebut lebih dari 1 menit dan juga pasien akan mengalami
kelelahan yang ekstrem di lengan dan tangannya serta adanya kesemutan.
Praktikan meletakkan satu tangan untuk mempalpasi pulsa radialis pasien dan tangan
satunya pada elbow pasien.praktikkan selajutnya secara pasif mengelvasikan shoulder
pasien sekitar 180°
ALLEN’S TEST
Pasien duduk dengan posisi lengan rileks disamping badan. Praktikkan meletakan satu
tangan untuk mempalpasi pulsa radialis pasien dan tangan satunya pada elbow pasien.
Praktikan selanjutnya secara pasif menggerakkan lengan pasien kearah abduksi, ekstensi
dan eksorotasi shoulder. Praktikka lalu meminta pasien untuk menoleh berlawanan arah
dengan yang dites, sedikit elevasi dagu, bernapas dalam dan tahan.
ADSON TEST
Pasien menarik dagunya dan menengok sejauh mungkin ke satu arah (kiri/kanan).
Kemudian, minta pasien menarik napas sedalam mungkin. Sementara itu, physio
memeriksa arteri radialis dan menanyakan keluhan yang dirasakan.
Regio shoulder
ROM EKSTENSI ABDUKSI INTERNAL EXTERNAL
ROTASI ROTASI
o o
Normal 0-60 0-170 0-70o 0-100o
Hasil Pengukuran 30o 140o 70o 80o
F.Diagnosa Fisioterapi
2. ACTIVITY LIMITATION
3. PARTICIPATION RESTRICTION
a. …………………………………………
b. …………………………………………
BAB IV
STRATEGI INTERVENSI FISIOTERAPI
A. Tujuan Intervensi Fisioterapi
1. Tujuan Jangka Pendek (berhubungan dengan impairment)
2. Tujuan Jangka Panjang (berhubungan dengan activity limitation dan
participatio restriction
B. Program Intervensi Fisioterapi
Buat dalam bentuk tabel sebagai berikut :
No. Problematik Fisioterapi Tujuan Intervensi Jenis Intervensi
1. Impairment :
a. …………………..
b. …………………..
2. Activitiy Limitation :
a. …………………..
b. …………………..
3. Participation Restriction
a. ……………………..
b. ……………………..
BAB V
EVALUASI FISIOTERAPI
A. Alat ukur Evaluasi
B. Evaluasi Follow-Up
Harold, C.U.Jr., Kourlis, H.Jr. 2007. Thoracic outlet syndrome: a 50-year experience at
Baylor University Medical Center. Proc. (Bay1 Univ Med Cent), 20(2):125-35. [Cited
2009 March 11]. Available from URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1849872.
Mackinson S.E, Novak, C.B. 2002. Thoracic outlet syndrome. Current problems. Surgery,
39(11):1070-145. [Cited 2009 March 10]. Available from URL:
http//www.currprobsurg.com/article/S0011-3840(02)50023-X/pdf.
Rosenbaum, D. 2008. Thoracic outlet syndrome. [Cited 2009 march 12]. Available from
URL: http//emedicine.medscape.com/article/96412
Shinghs, M.K., Patel, J. 2007. Thoracic outlet syndrome. 2006.[Cited 2009 March 12].
Available from URL: http//emedicine.medscape.com/article/1143532
Sucher, B.M., Thoracic outlet syndrome. 2006.[Cited 2009 March 12]. Available from URL:
http//emedicine.medscape.com/article/316715