Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah- Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus. Saya
berharap Laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya
kritik,saran dan usulan demi perbaikan laporan kasus yang telah dibuat dimasa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu sempurna tanpa saran yang membangun.

Makassar, 06 Juli 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Thoracic outlet syndrome adalah sekelompok gangguan yang terjadi ketika pembuluh

darah atau saraf di outlet toraks - ruang antara tulang selangka (klavikula) dan tulang

rusuk pertama menjadi terkompresi. Hal ini dapat menyebabkan nyeri di bahu dan leher

dan mati rasa di jari.

Thoracic outlet syndrome adalah suatu kondisi dimana gejala yang dihasilkan dari

kompresi saraf atau pembuluh darah, atau keduanya, karena sebuah lorong yang tidak

memadai melalui daerah (outlet toraks) antara pangkal leher dan ketiak. Stopkontak

torakalis dikelilingi oleh otot, tulang, dan jaringan lainnya. Setiap kondisi yang

menyebabkan pembesaran atau pergerakan jaringan atau dekat outlet toraks dapat

menyebabkan sindrom outlet dada. Kondisi ini termasuk pembesaran otot (seperti dari

angkat besi), luka, sebuah tulang rusuk ekstra dari leher pada saat kelahiran (rusuk leher

rahim), berat badan, dan tumor di bagian atas paru-paru (jarang). Seringkali tidak ada

penyebab spesifik ditemukan. Penyebab umum dari sindrom outlet toraks termasuk

trauma fisik dari sebuah kecelakaan mobil dan cedera berulang dari pada pekerjaan-the-

atau kegiatan olahraga yang terkait. Bahkan cedera yang terjadi lama bisa menimbulkan

sindrom outlet toraks pada saat ini. Kadang-kadang, dokter tidak dapat menentukan

penyebab sindrom outlet toraks. Secara umum, penyebab sindrom outlet toraks adalah

kompresi saraf dan pembuluh darah di outlet dada, tepat di bawah tulang selangka

Anda. Penyebab kompresi itu sendiri, bagaimanapun, dapat bervariasi dan dapat

termasuk: Kelainan Anatomi, Cacat bawaan yang hadir pada saat lahir (kongenital),

Gangguan postur, Trauma, aktivitas berulang, tekanan pada sendi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Anatomi

 Area di atas rib cage di antara leher dan dada

 Komponen:

m. scaleni, costa I, os clavicula, plexus brachialis, dan arteri subclavia

 Celah-celah yang dilalui oleh plexus brachialis:

a. inter-scalene triangle

b. costo-clavicular space

c. sub or retro-pectoralis minor space

Plexus Brachialis (C5-T1)


Motor Suply Areas

B. Tinjauan kasus Thoracic Outlet Syndrome

1. Definisi

 Thoracic Outlet Compression Syndrome (TOCS) adalah suatu gangguan yang


disebabkan oleh penekanan dari pembuluh darah dan saraf di area shoulder
girdle, cervical, dan thoracal. Patologi ini merupakan nama jenis untuk suatu
keseluruhan keluhan yang disebabkan oleh tekanan atau pengedangan pada
plexus brachialis. Keluhan bisa bertambah, bila klien selama beberapa waktu
mengangkat tangan (pekerjaan di atas kepala), atau justru bila ada tarikan pada
lengan (mengangkat beban yang berat). Klien juga merasakan banyak keluhan di
area lengan terutama pada malam hari.

2. Etiologi

 Entrapment plexus brachialis atau kompresi arteri subclavia dalam scalenus


triangle

 Tubrukan pada cervikal-canal axilaris atau costo-clavicular space krn membawa


tas berat/postur yg buruk

 Fibrositis pada cervical dan shoulder (pectoralis major and minor, the posterior
cervical triangle)

 Spondilosis cervical-iritasi atau kompresi dari spinal nerves C3-C8 yang


menyebabkan tekanan dan spasme pada m.scaleni anterior

 Bertambahnya taji tulang pada cervical (bisa disebut extra first rib)

 Trauma seperti whiplash injury atau cedera lain yg mengarah pada scar tissue
formation pada scalenes yang menyebabkan kompresi

 Trauma bahu

 Fraktur yang lama pada clavicula sehingga membatasi aliran darah


 Distorsi postural yang disebabkan oleh pectoralis mayor and minor, SCM,
scalenes, trapezius, levator scapulae (kyphosis)Kehilangan kurva normal leher
karena m.longus coli memendek.

 Latihan berlebihan menyebabkan pemendekan otot bahu dan leher

 Napas dangkal krn hipertrofi otot scaleni

 perubahan postural karena hamil

 Anterior scalene tightness

 Pectoralis minor tightness

3. Patofisiologi

Klasifikasi

Tipe I

Struktur yang mengalami kompresi adalah pada daerah m.scaleni dimana dibagi atas
dua bagian. Bagian depan yang tertekan yaitu vena subclavia yang merupakan
pembuluh darah yang membawa darah kotor dari jari-jari sampai lengan ke jantung.
Sehingga jika terjadi jebakan maka akan timbul warna kehitam-hitaman, terasa berat,
timbul nyeri dan oedema. Struktur lainnya yang mengalami gangguan yaitu n.phrenicus
dimana apabila terkompresi maka orang tersebut akan sering cegukan.

Bagian belakang yang tertekan adalah arteri subclavia, dimana gejala yang muncul
yaitu timbulnya nyeri yang menggigit dan tidak adanya oedema. Struktur yang lain
yaitu plexus brachialis yang dapat menimbulkan rasa nyeri, kesemutan dan rasa
terbakar, jika absout maka akan menimbulkan kelemahan. Tetapi, jika partial maka
yang dominan adalah nyeri yang berkepanjangan dan paraesthesia.

Tipe II

Struktur yang mengalami kompresi yaitu pada costoclavicular joint terkhusus os.costa
I. Adapun komponen yang mengalami tekanan yaitu vena subclavia, arteri subclavia,
pleksus brachialis dan pembuluh limfe. Adapun gejala yang muncul hampir sama
dengan gejala yang terdapat pada tipe I, kecuali untuk pembuluh limfe akan terjadi
pembengkakan di axilla dan mamae akan lebih besar dengan warna agak kehitaman
sehingga gerakan pada shoulder terhambat.

Tipe III

Struktur yang mengalami kompresi yaitu pada coraco-thoraco-pectoral (pectoralis


minor) dan yang mengalami penekanan yaitu arteri subclavia, vena subclavia dan plexus
brachialis. Gejala khas yang muncul dari tipe ini yaitu terjadinya droup pada lengan atau
bahu yang disertai dengan posisi protraksi akibat m. pectoralis minor hipertoni yang
menyebabkan ruang antar costa lebih sempit.Pada tipe ini tidak ditandai dengan adanya
pembengkakan pada axilla.

Faktor-faktor penyebab di atas mempengaruhi kinesiologi pada struktur di


cervicothoraco dan shoulder girdle, misalnya m.scalenus yang hipertrofi, bisa
mengangkat costa I ke atas, fleksi dan rotasi kepala. Hal ini dapat menyebabkan
penekanan pada arteri subclavia. Contoh lain dengan adanya sikap gelang bahu
tergantung atau protraksi dan atau retraksi akibat post trauma clavicula, akan
menyebabkan gerakan clavicula terhadap sternum atau acromion terbatas atau timbul
kebalikan dari gerakan yang normal, dimana akan terjadi gerakan ke belakang dan ke
bawah.

4. Gambaran Klinis

Penekanan pada vena disertai dengan gejala:

 Tangan menjadi biru, tebal dan oedema

 Terasa nyeri, lelah, rasa berat, sulit mengangkat benda berat.

Penekanan pada arteri disertai dengan gejala:

 Kulit menjadi pucat dan sianosis

 Nyeri akan mengakibatkan kelemahan pada saat pembebanan

 Sulit mengangkat lengan (elevasi shoulder)

 Kesemutan biasa terjadi dan hilang setelah merubah posisi

Jika terjadi jebakan pada plexus brachialis akan menimbulkan gejala:

 Kesemutan atau paraesthesia akan terjadi beberapa menit setelah istirahat dan
perlahan hilang

 Kekuatan otot menurun

 Tidak terjadi oedema dan pucat.


C. Tinjauan Intervensi

 Infrared

Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari
cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Apabila Infrared
terkena tubuh,maka tubuh menjadi hangat, dan dapat merangsang dan mengembangkan
pembuluh darah.

Efek-efek fisiologis yang dihasilkan oleh IR secara umum antara lain:

1.     Meningkatkan proses metabolisme

Seperti telah dikemukakan oleh hukum Vant’t Hoff bahwa suatu reaksi kimia dapat
dipercepat dengan adanya panas atau kenaikan temperatur akibat pemanasan sehingga
proses metabolisme menjadi lebih baik.

2.     Vasodilatasi pembuluh darah

Dengan adanya vasodilatasi pembuluh darah maka sirkulasi darah menjadi meningkat,
sehingga pemberian nutrisi dan oksigen kepada jaringan akan ditingkatkan, dengan
demikian kadar sel darah putih dan antibodi didalam jaringan tersebut akan meningkat.
Dengan demikian pemeliharaan jaringan menjadi lebih baik dan perlawanan terhadap
agen penyebab proses radang juga semakin baik.

3.     Mempengaruhi jaringan otot

Adanya kenaikan temperatur disamping membantu terjadinya rileksasi juga akan


meningkatkan kemampuan otot untuk berkontraksi.

4.     Dapat menyebabkan destruksi jaringan

Ini bisa terjadi apabila penyinaran yang diberikan menimbulkan kenaikan temperatur
jaringan yang cukup tinggi dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
diluar toleransi pasien.

5.     Menaikkan temperatur tubuh

Penyinaran yang luas yang berlangsung dalam waktu cukup lama dapat mengakibatkan
kenaikan temperatur tubuh.

6.     Mengaktifkan kerja kelenjar keringat

Pengaruh rangsangan panas yang di bawa ujung-ujung saraf sensoris dapat


mengaktifkan kerja kelenjar keringat di daerah jaringan yang diberikan penyinaran atau
pemanasan. Pengeluaran keringat ini kalau berlebihan bisa menimbulkan dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit tubuh.
Efek terapeutik

Efek terapeutik yang dihasilkan dari pemberian IR antara lain (1) mengurangi atau
menghilangkan nyeri, (2) rileksasi otot, (3) meningkatkan suplai darah dan, (4)
menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme.

Kontra indikasi

Beberapa kondisi yang merupakan kontra indikasi pemberian IR adalah (1) jaringan
yang mengalami insufisiensi pada darah, (2) gangguan sensibilitas kulit dan, (3) adanya
kecenderungan terjadi perdarahan.

 Latihan
1. Scalene stretch
Duduk atau berdiri dan menggenggam kedua tangan di belakang punggung.
Turunkan bahu kiri dan miringkan kepala kearah kanan sampai merasakan
regangan. Tahan posisi ini selama 8-10 detik dan kemudian kembali ke posisi
awal. Turunkan bahu kanan dan miringkan kepala ke arah kiri kemuadian tahan
selama 8-10 detik. Ulangi 5-8 kali di setiap sisi.

2. Pectoralis stretch
Berediri di pintu terbuka dengan kedua tangan sedikit di atas kepala dan taruh
kedua lengan pada kedua sisi pintu. Perlahan-lahan jatuhkan badan ke depan
sampai terasa peregangan pada otot dada dan bagian depan bahu. Tahan 8-10
detik, ulangi 5-8 kali.

3. Scapular squeeze
Sambil duduk atau berdiri dengan lengan berada di samping tubuh, tekan tulang
scapula bersama-sama ke arah tengah (ke vertebra) dan tahan selama 8-10 detik
ulangi 5-8 kali.

4. Arm slide on wall


Duduk atau berdiri dengan punggung ke dinding, siku dan pergelangan tangan
berada di dinding. Perlahan-lahan angkat kedua tangan keatas setinggi yang
anda bisa sambil menjaga siku dan tangan tetap berada di dinding. Ulangi 5-8
kali
.
5. Thoracic extension
Duduk di kursi dan menggenggam kedua tangan di belakang kepala. Secara
perlahan lakukan gerakan menengadah dan melihat langit-langit. Ulangi 8-10
kali.
BAB III
PROSES ASESMEN FISIOTERAPI

A. Anamnesis
1. Identitas Umum Pasien

Nama : Tasniem Haris


Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pekerja seni / Pelukis
Alamat : Jl. Bawakaraeng
Hobi : Melukis
2. History Taking
Keluhan utama pada pasien yaitu Nyeri dan kesemutan pada saat menggerakkan
tangan , sejak dua bulan lalu. Hal ini terjadi pada saat pasien melukis tiba-tiba terasa
nyeri dan kesemutan pada lengannya. Nyerinya menusuk dan menjalar dari leher sampai
ke jari-jari saya tapi agak berkurang nyeri di jari-jari. Sejak saat itu pasien tidak mampu
mengangkat beban. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lainnya.

B. Inspeksi/Observasi
1. Inspeksi Statis

o Postur (simetris tubuh) Semi lateral fleksi neck


o Atrofi otot -muscle weakness-Drop hand
o Wajah meringis

2.Inspeksi Dinamis
Pasien kesulitan mengangkat beban

C. Regional Screening Test


Pemeriksaan Gerak
1. Tes Gerak Aktif
2. Tes Gerak Pasif
3. Tes Isometrik Melawan Tahanan
D.Pemeriksaan Spesifik
ROOS TEST

Perintahkan pasien untuk melakukan depresi dan retraksi shoulder. 80 derajat abduksi
lengan atas dan fleksi elbow 90 derajat. Pasien diminta untuk mengepalkan dan
menyebarkan jari secara 3 menit secara bergantian

Tanda yang menunjukkan pasien terkena TOCS adalah apabila pasien tidak mampu
melakukan gerakan tersebut lebih dari 1 menit dan juga pasien akan mengalami
kelelahan yang ekstrem di lengan dan tangannya serta adanya kesemutan.

MILLITARY BROST TEST

Pasien duduk dengan posisi lengan rileks disamping badan.

Praktikan meletakkan satu tangan untuk mempalpasi pulsa radialis pasien dan tangan
satunya pada elbow pasien.praktikkan selajutnya secara pasif mengelvasikan shoulder
pasien sekitar 180°

ALLEN’S TEST

Pasien duduk dengan posisi lengan rileks disamping badan. Praktikkan meletakan satu
tangan untuk mempalpasi pulsa radialis pasien dan tangan satunya pada elbow pasien.
Praktikan selanjutnya secara pasif menggerakkan lengan pasien kearah abduksi, ekstensi
dan eksorotasi shoulder. Praktikka lalu meminta pasien untuk menoleh berlawanan arah
dengan yang dites, sedikit elevasi dagu, bernapas dalam dan tahan.

ADSON TEST

Pasien menarik dagunya dan menengok sejauh mungkin ke satu arah (kiri/kanan).
Kemudian, minta pasien menarik napas sedalam mungkin. Sementara itu, physio
memeriksa arteri radialis dan menanyakan keluhan yang dirasakan.

Jika denyut nadi berkurang, berarti positif terkena TOCS Vaskular


E. Pengukuran Fisioterapi
ROM test
Regio cervical
ROM FLEKSI EKSTENSI LATERAL ROTASI
SIDE FLEKSI
Normal 0-80o 0-50o 0-45o 0-80o

Hasil Pengukuran 80o 50o 20o 70o

Regio shoulder
ROM EKSTENSI ABDUKSI INTERNAL EXTERNAL
ROTASI ROTASI
o o
Normal 0-60 0-170 0-70o 0-100o
Hasil Pengukuran 30o 140o 70o 80o

F.Diagnosa Fisioterapi

G.Problematik Fisioterapi (ICF Concept)


No Komponen ICF Pemeriksan/Pengukuran
. Yang Membuktikan
1. IMPAIRMENT
a. Nyeri gerak skala VAS
b. Keterbatasan gerak Tesgerak pasif, ROM test
c. Kelemahan otot Tes Isometrik Melawan
Tahanan, MMT

2. ACTIVITY LIMITATION

3. PARTICIPATION RESTRICTION
a. …………………………………………
b. …………………………………………
BAB IV
STRATEGI INTERVENSI FISIOTERAPI
A. Tujuan Intervensi Fisioterapi
1. Tujuan Jangka Pendek (berhubungan dengan impairment)
2. Tujuan Jangka Panjang (berhubungan dengan activity limitation dan
participatio restriction
B. Program Intervensi Fisioterapi
Buat dalam bentuk tabel sebagai berikut :
No. Problematik Fisioterapi Tujuan Intervensi Jenis Intervensi
1. Impairment :
a. …………………..
b. …………………..
2. Activitiy Limitation :
a. …………………..
b. …………………..
3. Participation Restriction
a. ……………………..
b. ……………………..

C. Prosedur PelaksanaanIntervensi (jelaskan posisi pasien, posisi


fisioterapis, dosis, teknik pelaksanaan, tujuan)
D. Home Program dan Edukasi

BAB V
EVALUASI FISIOTERAPI
A. Alat ukur Evaluasi
B. Evaluasi Follow-Up

No. Problematik Fisioterapi Jenis Intervensi Evaluasi


1. Impairment :
a. …………………..
b. …………………..
2. Activitiy Limitation :
a. …………………..
b. …………………..
3. Participation Restriction
a. ……………………..
b. ……………………..
DAFTAR PUSTAKA

Harold, C.U.Jr., Kourlis, H.Jr. 2007. Thoracic outlet syndrome: a 50-year experience at
Baylor University Medical Center. Proc. (Bay1 Univ Med Cent), 20(2):125-35. [Cited
2009 March 11]. Available from URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1849872.
Mackinson S.E, Novak, C.B. 2002. Thoracic outlet syndrome. Current problems. Surgery,
39(11):1070-145. [Cited 2009 March 10]. Available from URL:
http//www.currprobsurg.com/article/S0011-3840(02)50023-X/pdf.
Rosenbaum, D. 2008. Thoracic outlet syndrome. [Cited 2009 march 12]. Available from
URL: http//emedicine.medscape.com/article/96412
Shinghs, M.K., Patel, J. 2007. Thoracic outlet syndrome. 2006.[Cited 2009 March 12].
Available from URL: http//emedicine.medscape.com/article/1143532
Sucher, B.M., Thoracic outlet syndrome. 2006.[Cited 2009 March 12]. Available from URL:
http//emedicine.medscape.com/article/316715

Anda mungkin juga menyukai