Anda di halaman 1dari 30

Manajemen FT pada

Thoracic outlet syndrome


DIV. TKIII.B FISIOTERAPI 2018
Annisatun muthiah
Meilyana
Suci Nurul Fadilah
Violy joan Lamarang
REVIEW ANATOMI FISIOLOGI THORACIC OUTLET
Thoracic Outlet
● Area di atas rib cage di antara leher dan dada
● Komponen:
m. scaleni, costa I, os clavicula, plexus
brachialis, dan arteri subclavia
● Celah-celah yang dilalui oleh plexus brachialis:
a. inter-scalene triangle
b. costo-clavicular space
c. sub or retro-pectoralis minor space (Atasoy
1996).
m. scaleni
Plexus Brachialis (C5-T1)
1. C5
2. C6

3. C7

4. C8

5. T1

6. n. ulnaris

7. n. radialis

8. n. medianus

9. n. musculocutaneus
Motor Supply Areas
Arteri Subclavia

● Merupakan pembuluh darah utama pada upper thorax yang menyuplai darah ke kepala
dan lengan.

● Terletak di bawah clavicula, melewati scalenus triangle (bersama plexus brachialis), yaitu
antara scaleni anterior dan scaleni medial melewati costa.
Table of Contents

About Us Market Analysis Goals & Strategy


01 Here you could 02 Here you could 03 Here you could
describe the topic describe the topic describe the topic
of the section of the section of the section

Content Plan Budget KPI Overview


04 Here you could 05 Here you could 06 Here you could
describe the topic describe the topic describe the topic
of the section of the section of the section
Tinjauan kasus
Thoracic Outlet
Syndrome
1. Definisi
•Thoracic Outlet Compression Syndrome (TOCS) adalah suatu
gangguan yang disebabkan oleh penekanan dari pembuluh darah
dan saraf di area shoulder girdle, cervical, dan thoracal. Patologi
ini merupakan nama jenis untuk suatu keseluruhan keluhan yang
disebabkan oleh tekanan atau pengedangan pada plexus
brachialis. Keluhan bisa bertambah, bila klien selama beberapa
waktu mengangkat tangan (pekerjaan di atas kepala), atau justru
bila ada tarikan pada lengan (mengangkat beban yang berat).
Klien juga merasakan banyak keluhan di area lengan terutama
pada malam hari.
2. Etiologi
•Entrapment plexus brachialis atau kompresi arteri subclavia dalam scalenus triangle
•Tubrukan pada cervikal-canal axilaris atau costo-clavicular space krn membawa tas
berat/postur yg buruk
•Fibrositis pada cervical dan shoulder (pectoralis major and minor, the posterior cervical
triangle)
•Spondilosis cervical-iritasi atau kompresi dari spinal nerves C3-C8 yang menyebabkan
tekanan dan spasme pada m.scaleni anterior
•Bertambahnya taji tulang pada cervical (bisa disebut extra first rib)
•Trauma seperti whiplash injury atau cedera lain yg mengarah pada scar tissue formation
pada scalenes yang menyebabkan kompresi
•Trauma bahu
•Fraktur yang lama pada clavicula sehingga membatasi aliran darah
•Distorsi postural yang disebabkan oleh pectoralis mayor and minor, SCM, scalenes,
trapezius, levator scapulae (kyphosis)Kehilangan kurva normal leher karenam.longus coli
memendek.
•Latihan berlebihan menyebabkan pemendekan otot bahu dan leher
•Napas dangkal krn hipertrofi otot scaleni
•perubahan postural karena hamil
•Anterior scalene tightness
•Pectoralis minor tightness
3. Patofisiologi
Klasifikasi
Tipe I
Struktur yang mengalami kompresi adalah pada daerah m.scaleni dimana dibagi atas
dua bagian. Bagian depan yang tertekan yaitu vena subclavia yang merupakan
pembuluh darah yang membawa darah kotor dari jari-jari sampai lengan ke jantung.
Sehingga jika terjadi jebakan maka akan timbul warna kehitam-hitaman, terasa berat,
timbul nyeri dan oedema. Struktur lainnya yang mengalami gangguan yaitu
n.phrenicus dimana apabila terkompresi maka orang tersebut akan sering cegukan.
Bagian belakang yang tertekan adalah arteri subclavia, dimana gejala yang muncul
yaitu timbulnya nyeri yang menggigit dan tidak adanya oedema. Struktur yang lain
yaitu plexus brachialis yang dapat menimbulkan rasa nyeri, kesemutan dan rasa
terbakar, jika absout maka akan menimbulkan kelemahan. Tetapi, jika partial maka
yang dominan adalah nyeri yang berkepanjangan dan paraesthesia.
Tipe II
Struktur yang mengalami kompresi yaitu pada costoclavicular
joint terkhusus os.costa I. Adapun komponen yang mengalami
tekanan yaitu vena subclavia, arteri subclavia, pleksus brachialis
dan pembuluh limfe. Adapun gejala yang muncul hampir sama
dengan gejala yang terdapat pada tipe I, kecuali untuk pembuluh
limfe akan terjadi pembengkakan di axilla dan mamae akan lebih
besar dengan warna agak kehitaman sehingga gerakan pada
shoulder terhambat.
Tipe III
Struktur yang mengalami kompresi yaitu pada coraco-thoraco-pectoral
(pectoralis minor) dan yang mengalami subclavia, vena subclavia dan plexus
brachialis. Gejala khas yang muncul dari tipe ini yaitu terjadinya droup pada
lengan atau bahu yang disertai dengan posisi protraksi akibat m. pectoralis minor
hipertoni yang menyebabkan ruang antar costa lebih sempit. Pada tipe ini tidak
ditandai dengan adanya pembengkakan pada axilla.
Faktor-faktor penyebab di atas mempengaruhi kinesiologi pada struktur di
cervicothoraco dan shoulder girdle ,misalnya m.scalenus yang hipertrofi, bisa
mengangkat costa I keatas, fleksi dan rotasi kepala. Hal ini dapat menyebabkan
penekanan pada arteri subclavia. Contoh lain dengan adanya sikap gelang bahu
tergantung atau protraksi dan atau retraksi akibat post trauma clavicula, akan
menyebabkan gerakan clavicula terhadap sternum atau acromion terbatas atau
timbul kebalikan dari gerakan yang normal, dimana akan terjadi gerakan
kebelakang dan kebawah.
4. Gambaran Klinis
Penekanan pada vena disertai dengan gejala:
•Tangan menjadi biru, tebal dan oedema
•Terasa nyeri, lelah, rasa berat, sulit mengangkat benda berat.
Penekanan pada arteri disertai dengan gejala:
•Kulit menjadi pucat dan sianosis
•Nyeri akan mengakibatkan kelemahan pada saat pembebanan
•Sulit mengangkat lengan (elevasi shoulder)
•Kesemutan biasa terjadi dan hilang setelah merubah posisi

Jika terjadi jebakan pada plexus brachialis akan menimbulkan gejala:


•Kesemutan atau paraesthesia akan terjadi beberapa menit setelah istirahat dan
perlahan hilang
•Kekuatan otot menurun
•Tidak terjadi oedema dan pucat.
PROSES ASESMEN FISIOTERAPI

•Anamnesis
•Identitas Umum Pasien
Nama : Tasniem Haris
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan: Pekerja seni /Pelukis
Alamat : Jl. Bawakaraeng
Hobi : Melukis
•History Taking
Keluhan Utama : Nyeri pada bahu menjalar hingga ke lengan bawah
Lokasi Keluhan : Bahu Kanan
Riwayat Penyakit : Hipertensi
RPP : Pasien mengalami nyeri pada bahu kanan sejak 3
bulan yang lalu (tgl anamnesis: 20 April 2020) nyeri menjalar kebagian
depan dada lama kelamaan nyeri menjalar ke lengan hingga ke jari-jari.
Saat beraktivitas mudah terasa keram dan kesemutan dan lengan
gampang terasa lemah. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat operasi tidak
ada.
B. Inspeksi/Observasi
1. Inspeksi Statis
Bahu tidak simetris
Leher cenderung lateral fleksi kiri
2.Inspeksi Dinamis
Kesulitan mengangkat tangan
Nama gerakan Aktif Pasif TIMT

Fleksi Nyeri, ROM terbatas Nyeri sedang, elastis Nyeri, tidak mampu

endfeel melawan tahanan


•Pemeriksaan Fungsi
Ekstensi Nyeri, ROM terbatas Nyeri, elastis endfeel Nyeri, tidak mampu
Gerak Dasar
melawan tahanan
Shoulder
Abduksi Nyeri, ROM terbatas Nyeri, elastis endfeel Nyeri, Resisten minimal

Adduksi Nyeri ringan. ROM Tidak nyeri. Elastis Tidak ada nyeri. Mampu

terbatas endfeel melawan tahanan.

Endorotasi Nyeri ringan, ROM Nyeri ringan. elastis Tidak ada nyeri. Mampu

terbatas endfeel melawan tahanan

Eksorotasi Nyeri ringan, ROM Nyeri ringan. elastis Tidak ada nyeri. Mampu

terbatas endfeel melawan tahanan


•Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi

• Pengukuran Fisioterapi

•Intensitas Nyeri
Keterangan :
Skala 0-2 : tidak nyeri (tidak ada rasa sakit, merasa normal).
Skala 2-5 : nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu).
Skala 6-8 : nyeri sedang (mengganggu aktifitas fisik).
Skala 9-10 : nyeri berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri).
Hasil : Nyeri diam 4,2 (pada bahu hingga jari-jari) nyeri tekan 6,7 (pada otot-otot bahu) nyeri gerak 5,6
(pada gerakan bahu).
Grade Keterangan

O Tidak ada peningkatan tonus otot


•MMT 1 Ada peningkatan sedikit tonus otot, di tandai dengan terasanya tahanan minimal pada
Hasil : akhir ROM pada waktu sendi di gerakan fleksi atau ekstensi
•Otot levator scapul: 3
•Otot scalene: 3
•Otot Deltoid: 4 2 Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan adanya pemberhentian gerakan

•Otot Pectoralis Major: 4 pada pertengahan ROM dan di ikuti dengan adanya tahanan minimal sepanjang sisa

•Otot Bicep: 4 ROM

•Otot Trisep: 4
3 Kenaikan tonus otot lebih nyata sebagian besar ROM, tapi sendi masih mudah di

gerakan

4 Peningkatan tonus otot sangat nyata sepanjang ROM, gerakan pasif sulit di lakukan

5 Sendi yang terkena kaku atau rigit dalam gerakan fleksi atau ekstensi
Palpasi Otot Pemeriksaan Fisioterapi
•Otot levator secapul : spasme dan nyeri tekan
•Otot scalene : spasme dan nyeri tekan
•Otot Deltoid : nyeri tekan Tes Spesifik
•Otot Pectoralis Major : nyeri tekan •East test (tes tangan ke atas) : ketika pasien mengangkat
•Otot Bicep : normal tangan lalu membuka atau menutup tangan pasien (3
Otot Trisep : normal menit) (terasa sakit semakin berat atau mati rasa pada
lengan)
•Adson test : otot terasa melemah dan seperti
mencengkram
•Manuver custoclavicular : tidak di temukan denyut nadi.
•Allen test : pulsa radial tidak terdeteksi
•Hyperabduction test : pulsa radialis melambat
i. Tes Neurologi •Cervical thoracic rotation test : gerakan terbatas karena
• Upper Limb Tension Test (ULTT 2a) : Median Nerve clavikula mencapai posisi akhir terlalu cepat
terenggang •Clavicle test : terbatasnya gerakan di acromiclavikula
• Upper Limb Tension Test (ULTT 2b) : Radial Nerve membuat clavikula bergerak terlalu cepat ke arah dasar
Terenggang dan mencapai posisi arah terlalu cepat selama elevasi
•Scalene muscle test : terjadi kompresi pada posterior
•Provokasi test : tanda-tanda neurologis yang sebelum
dialami menghilang (mati rasa, nyeri, kesemutan).
Prosedur PelaksanaanIntervensi (jelaskan posisi pasien, posisi fisioterapis, dosis,
teknik pelaksanaan, tujuan)

•MWD
Teknik pelaksanaan : Pasien tidur tengkurap
kemudian terapis mempersiapkan alat. Kemudian
terapis megaplikasikan alat pada bgian bahu pasien.
Frekuensi : 2 kali seminggu
Intensitas : 70 Hz
Time : 10 Menit
Prosedur PelaksanaanIntervensi (jelaskan posisi pasien, posisi fisioterapis, dosis,
teknik pelaksanaan, tujuan)

•Ultrasound
Teknik pelaksanaan : Pasien tidur tengkurap, kemudian
terapis mempersiapkan alat. Kemudian terapis
mengaplikasikan transduser dan gel pada permukaan kulit
pasien.
Frekuensi : 2 kali seminggu
Intensitas : 25mA
Time : 10 Menit
•Streching
Teknik pelaksanaan : Pasien dengan posisi senyaman mungkin kemudian
terapis melakukan peregangan pada otot-otot yang mengalami spasme
Dosis : 30 kali repitisi selama 3-5 kali
•Transver Friction
Teknik pelaksanaan : Pasien dengan posisi senyaman mungkin kemudian
terapis dengan menggunakan ujung jari/ibu jari mengeruskan melingkar seperti
spiral pada bagian otot yang mengalami ketegangan.
Dosis : 30 kali repitisi selama 3-5 kali
•Active ROM Exercise
Teknik pelaksanaan : Pasien dengan posisi senyaman mungkin kemudian
melakukan gerakan shoulder secara mandiri.
Dosis : 8 kali repitis selama 3-5 kali

Anda mungkin juga menyukai