OLEH :
Laporan kasus praktek preklinik atas nama Chastasya Janet Lande’,Natalia Patandean,Violy
2021 dengan judul kasus dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan
Fungsional Sisi Kiri Tubuh Et Cause Hemiparesis Sinistra Post Stroke Non Hemoragik”
Telah disetujui oleh pembimbing lahan untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan kasus ini yang berjudul
Laporan kasus ini merupakan salah satu dari tugas praktek klinik di Poliklinik
Fisioterapi/Rehabilitasi Medik RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba. Selain itu
juga laporan kasus ini bertujuan memberikan informasi mengenani penatalaksaan fisioterapi
Kasus ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini. Dan semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................... i
C. Inspeksi/Observasi .................................................................................................... 37
iv
D. Edukasi dan Home Program ..................................................................................... 53
E. Evaluasi ..................................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu
hemoragik akibat pecah pembuluh di otak. Penyakit ini merupakan salah satu
penyakit yang prevalensinya tinggi di dunia, dimana stroke menempati urutan ketiga
penyebab kematian setelah penyakit jantung koroner dan kanker, bahkan di Indonesia
stroke menempati urutan teratas penyabab kematian di Indonesia diiringi oleh TBC
dan hipertensi. Menurut data riset kesehatan dasar 2013, prevalensi stroke di
Indonesia 12,1 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007
yang sebesar 8,3 persen. Stroke telah jadi penyebab kematian utama di hampir semua
rumah sakit di Indonesia, yakni 14,5 persen. Stroke merupakan salah satu bentuk
nyata dari transisi epidemiologi, dimana peningkatan prevalensi stroke tidak dapat
akan membawa dampak semakin besarnya populasi dalam risiko stroke. Laporan
Yogyakarta menunjukkan bahwa usia harapan hidup terus meningkat, yaitu dari 67,58
tahun pada tahun 1992 meningkat menjadi 68,35 tahun pada tahun 1997, dan terus
meningkat menjadi 72,17 tahun pada tahun 2002 (Periode 2000-2005), kemudian
untuk tahun 2005 yang bersumber dari BPS yaitu dari parameter hasil proyeksi
1
Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya
menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan
produktif hal ini akibat gaya dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti
malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga banyak diantara
mereka mengidap penyakit yang menjadi pemicu timbulnya serangan stroke. Saat ini
serangan stroke lebih banyak dipicu oleh adanya hipertensi yang disebut sebagai
silent killer, diabetes melittus, obesitas dan berbagai gangguan kesehatan yang terkait
dengan penyakit degeneratif. Secara ekonomi, dampak dari insiden ini prevalensi dan
SULTHAN DG RADJA BULUKUMBA pada tahun 2020 bulan januari total kondisi
hemiparese 71, pada bulan februari total kondisi hemiparese 79, pada bulan maret
total kondisi hemiparese 53, kemudian pada bulan april total kondisi hemiparese 2,
kemudian pada bulan mei total hemiparese 7, pada bulan juni total hemiparese 5, pada
bulan juli total kondisi hemiparese 7, pada bulan agustus total hemiparese 10, pada
bulan September kodisi hemiparese 58, pada bulan oktober total hemiparese 55,
kemudian pada bulan November kodisi hemiparese 29, dan pada bulan desember total
stroke. Peran fisioterapi pada pasien post stroke adalah dari pemeriksaan, tindakan
sampai evaluasi untuk masalah gerak dan fungsi. Dengan adanya fisioterapi penderita
hemiparese post stroke dapat ditangani dengan berbagai metode. Adapun beberapa
2
brunstrom, bobath, motor relearning programme (MRP), serta banyak lagi metode
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih
100triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum
4
yangmerupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk
warna.
5
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,
gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat padasatu sisi tubuh. Epitalamus
2. Nervus Cranialis
a. Nervus olvaktorius
b. Nervus optikus
c. Nervus okulomotoris
d. Nervus troklearis
6
e. Nervus trigeminus
Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakansaraf otak besar,
sarafnya yaitu:
bolamata.
maksilaris.
f. Nervus abdusen
g. Nervus fasialis
7
h. Nervus auditoris
sarafpendengar.
i. Nervus glosofaringeus
j. Nervus vagus
k. Nervus asesorius
l. Nervus hipoglosus
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Sarafini
8
3. Sirkulasi Darah
Otakdiperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan
9
(terutamamedial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks
10
B. Tinjauan Tentang Stroke
1. Definisi Stroke
gejala klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak baik fokal atau global
secara tiba-tiba, disertai gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
dan dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain gangguan
vaskuler.
dapat terjadi karena berry aneurysm akibat hipertensi tak terkontrol yang
mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya pembuluh darah otak karena
berasal dari jantung atau pembuluh arteri otak baik intrakranial maupun
11
Berdasarkan faktor – faktor yang yang menyebabkan stroke terbagi
menjadi dua :
area tersebut.
1. Usia tua
2. Jenis kelamin
3. Ras
darah otak di mana stroke terjadi pada usia lebih muda (misalnya anak-
2. Etiologi
Berdasarkan faktor – faktor yang yang menyebabkan stroke terbagi menjadi dua :
tersebut.
12
Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke nonhaemoragik dapat dibagi
menjadi 4, yaitu:
Feigin dibagi menjadi dua yaitu faktor yang dapat dimodifikasi seperti
gaya hidup dan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti
terpenting adalah :
a) Hipertensi
ditimbulkan.
13
b) Penyakit jantung
c) Diabetes mellitus
aterosklerosis.
d) Merokok
dalam tubuh.
14
3. Patofisiologi
Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks dan berperan penting bagi
kesehatan dan kehidupan yang baik. Ukurannya relatif kecil dibandingkan bagian
tubuh yang lain. Beratnya hanya 1,5 kg atau sekitar 2 % dari berat total tubuh kita.
Namun organ ini menerima hampir seperlima dari total oksigen dan pasokan
darah. Nutrisi yang kita makan sangat diperlukan untuk menjaga agar otak tetap
saja sudah dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada bagian
Otak mendapat banyak pasokan darah. Ada aliran darah konstan yang
membawa neuronutrient (nutisi penting untuk saraf) seperti asam amino, vitamin,
energi untuk otak. Gangguan aliran darah selama satu atau dua menit dapat
menurunkan fungsi otak. Jika gangguan berlangsung lebih lama, maka kerusakan
Stroke sering dikenal dengan penyakit yang dapat menyebabkan kematian dan
disability. Stroke Non hemoragik yaitu suatu gangguan fungsional otak akibat
gangguan aliran darah ke otak karena adanya bekuan darah yang telah menyumbat
aliran darah . Pada stroke non hemoragik aliran darah ke sebagian jaringan otak
berkurang atau berhenti. Hal ini bisa disebabkan oleh sumbatan thrombus, emboli
atau kelainan jantung yang mengakibatkan curah jantung berkurang atau oleh
tekanan perfusi yang menurun. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan
15
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut
haemoragia subaraknoid).
Penyakit stroke yang terjadi sekitar 80% adalah iskemik, dan 20% adalah
menjadi stroke iskhemik adalah hasil dan proses patofisiologi yang terjadi secara
dan terhambatnya pembuluh darah arteri. Hasil dari kerusakan terhadap aliran
darah yang menuju pada tanda dan gejala iskemik, termasuk penurunan
neurologik fokal. Tanda dan gejala ini yang memelihara perkembangannya setiap
jam setiap harinya, yang biasanya setiap pagi akan mengalami hipotensi.
Stroke hemoragik dibagi menjadi 2 yaitu Intracerebri hemorage sebesar 10% dari
kasus stroke dan diiringi dengan gejala sakit kepala dan Subarachnoid hemorage
sebesar 7% dari kasus stroke, yang juga dapat disebabkan sakit kepala yang berat,
dipengaruhi oleh usia, ras, jenis kelamin (laki - laki), tekanan darah tinggi,
16
4. Gambaran Klinis
17
C. Tinjauan Tentang Pengukuran Fisioterapi
lingkungan.Fungsi ini merupakan satu unit koordinasi tidak hanya pada lengan itu
(deksteritas). Pada penderita stroke fungsi lengan dan tangan pada sisi yang lemah
sering kali terganggu dan biasanya merupakan gejala sisa (sequel) yang paling
a. Jari ke hidung
d. Menggenggam
e. Tepuk tangan
f. Tumit ke lutut
Muscle Strength Test atau tes kekuatan otot digunakan untuk menentukan
fungsi capabilty dari suatu otot atau sekelompok otot dalam menyiapkan gerakan
Kecurigaan adanya penurunan kekuatan otot dapat ditest dan diukur melalui
menentukan otot atau gerakan yang dipengaruhi dan level weakness yang terjadi.
18
MMT adalah sebuah metode untuk menilai fungsi dan kekuatan dari individual
gerakan terkait gaya gravitasi dan tahanan manual melalui ROM yang ada.
Nilai Keterangan
0 Kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
Adanya kontraksi otot, dan tidak ada pergerakan
1
sendi
Adanya kontraksi otot, dan adanya pergerakan
2
sendi full ROM
Adanya kontraksi otot, dan adanya pergerakan
3
sendi full ROM dan mampu melawan gravitasi
Adanya kontraksi otot, adanya pergerakan sendi full
minimal
5 Mampu melawan tahanan maksimal
3. Indeks Barthel
Indeks Barthel atau Skala Barthel adalah skala ordinal yang digunakan untuk
mengukur performance atau kinerja dalam activities daily living (ADL). Setiap
item performance dinilai pada skala ini dengan 0 – 10 poin untuk setiap variabel.
dan mobilitas. Jumlah skor yang tinggi dikaitkan dengan kemungkinan lebih besar
Indeks Barthel
19
Butuh
Membersihkan diri
0 pertolongan
1 ( ceks muka, sisir
orang lain
rambut, sikat gigi )
1 Mandiri
Tergantung
0 pertolongan
orang lain
Perlu
pertolongan
Penggunaan
pada beberapa
2 jamban masuk dan
kegiatan tetapi
keluar 1
dapat
mengerjakan
sendiri kegiatan
lain
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Perlu ditolong
3 Makan 1 memotong
makanan
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Perlu banyak
bantuan untuk
1
bisa duduk ( 2
Berubah sikap dan
4
orang )
berbaring ke duduk
Bantuan
2 minimal verbal
atau fisik
3 Mandiri
5 Berpindah berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa ( pindah )
20
dengan kursi
Berjalan dengan
2
bantuan 1 orang
3 Mandiri
Tergantung
0
orang lain
Sebagian
dibantu
6 Memakai baju
1 ( misalnya
mengancing
baju )
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Butuh
7 Naik turun tangga 1
pertolongan
2 Mandiri
0 Tergantung
8 Mandi
1 Mandiri
20 : Mandiri
21
D. Tinjauan tentang Intervensi Fisioterapi
rentang frekuensi yang dapat menimbulkan panas ketika diserap oleh suatu
spectrum elektromagnetik.
b. Pembagian IRR
Sinar infra merah dapat di bagi atas 2 (dua) bagian besar yaitu
22
Yaitu sinar infra merah dengan panjang gelombang antara 12.000
sampai dengan 150.000 A dimana daya penetrasi sinar ini hanya sampai
2) Berdasarkan Tipe
Berdasarkan tipenya, sinar infra merah dapat dibagi atas 3 (tiga) bagian
10 nm
1 A = 10 nm
1 nm = 10 A
50% dari radiasi infra merah panjang gelombang 1200 nm dapat menembus
23
0.8 mm sehingga mampu melewati kulit untuk berintraksi dengan kapiler
generator di samping infra merah juga sinar visible dan ultraviolet. Oleh
2) Luminous Generator
lain:
3) Pigmentasi.
24
7) Menaikkan temperatur tubuh.
lain:
2) Rileksasi otot.
d.Indikasi
neuritis.
e.Kontra Indikasi
1) Gangguan sensasi
2) Kanker
3) Pendarahan baru
2. Passive Exercise
menjaga sifat fisiologis dari jaringan otot dan sendi. Jenis latihan ini dapat
25
Pemberian passive excercise dapat diberikan dalam berbagai posisi
seperti tidur terlentang tisur miring, tidur tengkurap, duduk berdiri, atau posisi
denga alat latihan yang digunakan. Latihan dalam gerakan pasif tidak akan
pembelajaran motorik.
3. Strengthening
keseimbangan .
besar massa otot yang terbentuk maka mitokondria yang dihasilkan akan
semakin banyak .
26
a) Tujuan dan Indikasi Strengthening Exercise
a. Meningkatkan Kekuatan
serabut otot.
lifting dan lowering pada suatu otot atau group otot, atau
kecil.
melawan tahanan yang ringan dengan repetisi yang tinggi, hal ini
c. Meningkatkan power
27
Power merupakan suatu ukuran dari performance otot yang
latihan yang lebih besar dan jangka waktu yang singkat yang
b) Kontraindikasi
a. Inflamasi
b. Nyeri
28
Jika pasien mengalami nyeri sendi atau otot yang berat
selama latihan atau lebih dari 24 jam setelah latihan, maka secara
dikurangi.
a. Kelelahan
b. Recovery
kelelahn maksimal.
c. Gerakan substitusi
d. Nyeri otot
29
ditingkatkan secara progresif.
cara manual.
30
proprioceptor neuromuscular, juga untuk meningkatkan respon dari sistem
neuromusculer.
Filosofi dari PNF adalah menangani dan mengobati pasien secara total
untuk bereaksi ke arah yang tepat seperti yang dikehendaki. Metode PNF
dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan atau gerakan yang
motoris impuls yang lain dari kelompok otot yang lebih kuat yang dalam
31
rangsang tertentu (semua atau tidak sama sekali). (3) prinsip ilmu gerak.
terisolasi tidak ada dalam kehidupan, otak hanya mengenal aktivitas otot
secara kelompok, bukan gerakan individual, setiap gerakan terjadi dalam arah
gerakan total yang lain. Dengan dasar tersebut, metode PNF menyusun latihan
dengan berbagai gerakan yang selalu melibatkan lebih dari satu sendi dan
mempunyai tiga komponen gerakan. Latihan akan lebih cepat berhasil apabila
memberikan hasil yang lebih baik. Aktivitas yang lama penting untuk
Teknik PNF adalah alat fasilitasi yang dipilih dengan maksud yang spesifik,
menambah stabilisasi.
a. PNF Lengan
yaitu pola gerakan dimana lengan bergerak keatas kepala, dan pola
dan 4 pola lengan dasar. Dalam pola lengan dasar, posisi elbow tetap
32
lurus setiap pola dasar dapat diadaptasikan dalam posisi fleksi atau
1) Fleksi/abduksi/lateral rotasi
b. PNF Tungkai
5. Bridging Exercise
latihan ini baik untuk latihan penguatan stabilisasi pada gluteai, hip dan
punggung bawah. Bridging exercise adalah cara yang baik untuk mengisolasi
dan memperkuat otot gluteus dan hamstring (belakang kaki bagian atas ). Jika
stabilitas dan latihan penguatan yang menargetkan otot perut serta otot-otot
33
bawah dan berguna dalam program pencegahan sakit punggung bawah.
Bridging exercise juga merupakan latihan yang bagus yang memperkuat otot-
bagian belakang paha, otot perut dan otototot glutealis .Bridging exercise
tulang belakang .
manfaatnya yaitu:
34
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Identitas Pasien
Anamnesis Umum
a. Nama : Ny. F
b. Umur : 40 Tahun
d. Agama : Islam
e. Alamat : BTN 1
f. Pekerjaan : PNS
35
B. History taking
Riwayat Perjalanan Penyakit: Sebelumnya pasien mengalami stroke pada tahun 2018
Riwayat Trauma :-
C. Pemeriksaan fisik
1) Vital Sign :
Pernapasan : 20x/menit
D. Inspeksi/Observasi
1. Statis
36
2. Dinamis
1. Pemeriksaan Spesifik
1) Tes Koordinasi
Non Equlibrium Skala Kanan Skala Kiri Jari ke hidung Jari pasien ke jari
trapis Jari ke jari tangan yang lain Menyentuh hidung dan jari tangan
Rebound tes Tepuk tangan Tepuk kaki Menunjuk Tumit ke lutut Tumit ke jari
kaki Jari kaki menunjuk jari tanga terapis Timit menyentuh bawah lutut
tanga terapis
37
2.Keterbatasan berat, hanya dapat mengawali aktifitas tetapi tidak lengkap.
stabil.
5. Kemampuan normal
diagnose fisioterapi dan jenis latihan yang diberikan, dan dapat menentukan
nilai kekuatan otot adalah pemeriksaan kekuatan otot secara manual atau manual
Nilai Keterangan
0 Kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
Adanya kontraksi otot, dan tidak ada pergerakan
1
sendi
Adanya kontraksi otot, dan adanya pergerakan
2
sendi full ROM
Adanya kontraksi otot, dan adanya pergerakan
3
sendi full ROM dan mampu melawan gravitasi
Adanya kontraksi otot, adanya pergerakan sendi full
4 ROM, mampu melawan gravitasi dan tahanan
minimal
5 Mampu melawan tahanan maksimal
a. Shoulder
1) Fleksi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
38
2) Ekstensi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
3) Abduksi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
4) Adduksi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
b. Elbow
1) Fleksi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
2) Ekstensi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
c. Wrist
1) Fleksi : 3 (Full ROM dan mampu melawan
gravitasi)
2) Ekstensi : 3 (Full ROM dan mampu melawan
gravitasi)
3) Radial Deviasi : 3 (Full ROM dan mampu melawan
gravitasi)
4) Ulnar Deviasi : 3 (Full ROM dan mampu melawan
gravitasi)
d. Hip
1) Fleksi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
2) Ekstensi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
3) Abduksi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
4) Adduksi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
e. Knee
1) Fleksi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
2) Ekstensi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
f. Ankle
1) Dorso Fleksi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
2) Plantar Fleksi : 3 (Full ROM dan mampu melawan gravitasi)
3) Indeks Barthel
39
Butuh
Membersihkan diri
0 pertolongan
1 ( ceks muka, sisir
orang lain
rambut, sikat gigi )
1 Mandiri 1
Tergantung
0 pertolongan
orang lain
Perlu
pertolongan
Penggunaan
pada beberapa
2 jamban masuk dan
kegiatan tetapi
keluar 1
dapat
mengerjakan
sendiri kegiatan
lain
2 Mandiri 2
0 Tidak mampu
Perlu ditolong
3 Makan 1 memotong
makanan
2 Mandiri 2
0 Tidak mampu
Perlu banyak
bantuan untuk
1
bisa duduk ( 2
Berubah sikap dan
4
orang )
berbaring ke duduk
Bantuan
2 minimal verbal 2
atau fisik
3 Mandiri
5 Berpindah berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa ( pindah )
40
dengan kursi
Berjalan dengan
2 2
bantuan 1 orang
3 Mandiri
Tergantung
0
orang lain
Sebagian
dibantu
6 Memakai baju
1 ( misalnya 1
mengancing
baju )
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Butuh
7 Naik turun tangga 1 1
pertolongan
2 Mandiri
0 Tergantung
8 Mandi
1 Mandiri 2
Hasil :13
41
20 : Mandiri
1. Impairment
b) Gangguan koordinasi
2. Activity Limitation
3. Partipation Restriction
G. Problematik Fisioterapi
Yang Membuktikan
1. Impairment
42
b. Gangguan koordinasi Nose to finger dan finger
to terapist finger
2. Activity Limitation
masih dibantu
b. Kesulitan naik turun tangga Indeks Barthel
3. Participation Restriction
Pekerjaan sehari-hari.
BAB IV
1. Jangka Panjang
terlentang ke tidur miring pada sisi sehat, duduk ke berdiri, memakai pakaian
43
dan berjalan yang lebih terampil tanpa ketergantungan kepada orang lain atau
secara mandiri.
2. Jangka Pendek
.
1. Impairment
a. Kelemahan otot Meningkatkan Strengthening
44
sisi kiri tubuh
b. Gangguan Memperbaiki PNF
Koordinasi gangguan
koordinasi
2 Activity Limitation
a. Ketika berjalan Memgembalikan Passive exercise,
bantuan Exercise
c. Kesulitan untuk Mengembalikan PNF,
exercise
Persiapan alat : Cek alat, kabel dan pastikan alat dalam keadaan baik
45
Tehnik pelaksanaan : Infra red diletakkan tegak lurus dengan dengan jarak
Jarak : 30 cm
2. Passive Exercise
b. Teknik Pelaksanaan
jam secara bergantian pada shoulder dan hip joint sisi kiri.
kiri pasien.
sisi kiri.
kiri.
46
7) Fisioterapis memberikan gerakan palmar dan dorso fleksi pada wrist
di sisi kiri.
3. Strengthening
a. Posisi: Posisi pasien dan fisioterapis menyesuaikan pada otot yang ingin
dilatih.
repetisi.
4. PNF
a) Posisi:
47
pada tangan pasien sepanjang gerakan. Palmar tangan kiri
b) Teknik Pelaksanaan
c) Gerakan:
adduksi dan fleksi ibu jari, fleksi wrist kearah sisi radial,
a. Posisi:
48
2) Terapist : Berdiri disamping pasien, tangan kiri terapis
b. Teknik Pelaksanaan:
c. Gerakan
a. Posisi:
plantar fleksi dan eversi kaki dan fleksi jari2 kaki. Pasien
abduksi.
49
2) Terapis : berdiri disamping pasien dalam arah
lumbrical grip
b. Teknik Pelaksanaan
c. Gerakan
d. Dosis PNF:
1) F : 3 Kali seminggu
2) I : Toleransi pasien
3) T : Kontak langsung
4) T : 3 kali pengulangan
5. Bridging Exercise
50
a. Posisi: Pasien dalam keadaan supine lying, kedua tangan disamping tubuh,
pasien
kedua lutut.
c. Dosis:
1) F : 5 Kali seminggu
2) I : Toleransi pasien
3) T : Kontak langsung
4) T : 3 kali pengulangan
1. Edukasi
secara perlahan mulai dari ukuran sedang hingga gelas yang menggunakan
lengan kiri pasien, dan latihan berjalan dengan pola jalan harus diperhatikan.
51
c. Memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga pasien agar pasien
2. Home Program :
E. Evaluasi
Evaluasi
No. Problematik Intervensi Fisioterapi
Awal Akhir
Terapi Terapi
1. Impairment
52
tungkai Supinator: MMT Grup
tubuh MMT 4
Grup
Fleksor
Hip: 3
b. Gangguan PNF Lambat Mulai ada
melakukan
nose to finger
2. Activity
Limitation
masih membiasakan
exercise
c. Kesulitan PNF,strengthening Kesulitan untuk Sudah mulai bisa
53
untuk exercise mengancing sedikit
Restriction
Kesulitan PNF, Strengthening Masih kesulitan Ada sedikit
di rumah
BAB V
PEMBAHASAN
1. History Taking
Pemberian History Taking pada pasien bertujuan untuk menganalisa lebih jelas
tentang penyakit yang diderita oleh pasien dan dengan adanya history taking membuat
hubungan pasien dengan fisioterapis dapat terjalin dengan baik sehingga pada saat
2.Inspeksi/Observasi
Inspeksi yang dilakukan pada suatu pemeriksaan dengan cara melihat dan
54
inspeksi statis (inspeksi pada saat diam atau tidak bergerak) dan inspeksi dinamis
Dalam keadaan statis kondisi dari pasien terlihat lemah dan wajah pasien
2. Passive Exercise
3. Strengthening
meningkatkan tonus otot sehingga terjadi penguatan pada otot yang telah dilatih.
fungsional pasien.
3. Bridging Exercise
55
Fisioterapis melakukan intervensi Bridging exercise memiliki tujuan sebagai
berikut :
b. Untuk stabilitas dan latihan penguatan yang menargetkan otot perut serta otot-
belakang.
56
DAFTAR PUSTAKA
Auryn, V, 2007; Mengenal & Memahami Stroke, Kata Hati, Ar-Ruzz Media, Sleman,
Yogyakarta.
Hamid, 1992; Rehabilitasi Fisik/Medik Penderita Stroke, Unit Rehabilitasi Medik, RSUD Dr.
Johnstone, 1987; The Stroke Patient: A Team Approach, Churchill Livingstone, London.
fadhilah, S. m. (2018). Jurnal Fisioterapi dan rehabilitasi. Pengaruh infra red dan
Hendra. (2018, november 04). pengukuran kekuatan otot dengan manual muscle testing.
http://fisioterapipedia.blogspot.com/2017/11/pengukuran-kekuatan-otot-dengan-
mmt.html
ramba, y. (2019). jurnal poltekkes. pengaruh bridging exercise terhadap spatisitas pada