Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL

PUNGGUNG BAWAH HINGGA TUNGKAI SINISTRA ET CAUSA

ISCHIALGIA

OLEH :

KHUMAIRAH

PO.71.3.241.18.1.017

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN FISIOTERAPI

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini penulis

menyajikan materi yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan

Fungsional Punggung Bawah Hingga Tungkai Sinistra et causa Ischialgia ” Dalam

menulis laporan ini, tentu saja penulis mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha

dan kesungguhan dalam mengerjakan penyusunan laporan ini akhirnya dapat menyajikan

laporan ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

ikut berpartisipasi. Penulis berharap laporan yang disusun ini dapat bermanfaat bagi kita

semua khususnya yang membaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan

klinik ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 30 Juli 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Pesatnya mobilitas menyebabkan kesehatan menjadi hal yang jarang diperhatikan

oleh kebanyakan orang. Tingkat kesibukan yang tinggi membuat manusia seakan lupa akan

kesehatan dirinya. Tanpa disadari segala hal yang dilakukan sangat jauh dari perilaku hidup

sehat, mulai dari berjalan, berdiri, bangun dari tempat tidur bahkan duduk sekalipun.

Upaya pelayanan kesehatan awalnya hanya difokuskan pada penyembuhan saja.

Kemudian berangsur – angsur berkembang, sehingga mencakup upaya peningkatan

kesehatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Salah satu diantara upaya pelayanan

kesehatan tersebut adalah fisioterapi.

Aktifitas manusia yang tidak teratur dapat mengakibatkan timbulnya gangguan

terhadap kesehatan manusia itu sendiri. Salah satunya adalah Ischialgia. Nyeri ini di

sebabkan oleh terjepitnya saraf ischiadicus, Saraf ini keluar dari lumbosacralis dan menuju

ke foramen infra piriformis. Dan penyakit in bisa di sebabkan oleh berbagai faktor yang

berkaitan dalam kehidupan sehari- hari.

Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau

kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

sepanjang daur kehidupan dan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan

gerak, peralatan fisik, elektris dan mekanis, pelatihan fungsi dan komunikasi ( SK Menkes

RI No. 136/XI/XXI, 2001 ).


Gangguan akibat keterbatasan fungsi dan gerakan merupakan masalah utama bagi

fisioterapi. Gangguan tersebut dapat terjadi oleh karena kelainan neuromuskuloskletal

termasuk ischialgia. Ischialgia merupakan penyebab terbanyak terjadinya terbatasnya gerak

dan gangguan berjalan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kasus Iscialgia

1. Definisi Iscialgia

Ischialgia berasal dari kata “ischion” yang berarti panggul dan ”algos” yang

berarti nyeri. Nyeri ini terasa pada pungung bawah dan pinggul, lalu

menjalar turun hingga ke paha dan kaki. Penyebab utamanya adalah disfungsi

dari saraf ischiadikus. Nervus ischiadikus merupakan saraf terpanjang pada

tubuh manusia. Saraf ini berasal dari spinal cord menuju bagian belakang kaki

dengan melewati pinggul komplikasi.

Ischialgia adalah rasa nyeri yang menjalar sepanjang perjalanan nervus

Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus

tibialis. Keluhan yang khas adalah kram atau nyeri di pantat atau di area otot

hamstring, nyeri ischialgia di kaki tanpa nyeri punggung, dan gangguan sensorik

maupun motorik sesuai distribusi nervus ischiadicus. Keluhan pasien dapat pula

berupa nyeri yang semakin menjadi saat membungkuk, berlama-lama duduk,

bangun dari duduk, atau saat merotasi internal paha, juga nyeri saat

miksi/defekasi dan dispareunia. Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa

penyakit seperti trauma fisik, elektris, infeksi, dan masalah metabolisme, dan

autoimun. Ischialgia meningkat frekuensinya seiring dengan banyaknya

aktivitas yang dikerjakan. Orang awam pada umumnya menginterpretasikan

ischialgia dengan rasa sakit dan nyeri pada pantat (Minaryanti, 2009).
2. Anatomi Biomekanik Iscialgia

GB 1.1

Corpus Vertebra tampak samping, depan dan belakang

Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf

perifer yakni N. tibialis dan N. poreneus. N ischiadicus keluar dari foramen

ischiadicus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS kebagian

dari tuberositas ischii. Tengah 2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu

pada saat n. ischiadicus keluar dari gluteus maximus berjalan melalui collum

femoris. Sepanjang paha bagian belakang sampai fossa poplitea.

Cakupan dari region pinggang sebagai berikut :

a) Thoraco lumbal ( Th 12-L1 )

b) Lumbal ( Pinggang Atas )

c) Lumbal sacral ( Pinggang bawah )

d) Sacroiliaca Joint ( tulang pantat )


e) Hip Joint

Adapun komponen – komponen dari regio pinggang adalah kulit, otot,

ruas, tulang sendi, bantalan sendi, facet joint. Dan apabila semuanya ini

mengalami gannguan maka sangat berpotensi untuk terkena NPB yang bisa

berlanjut menjadi ishialgia.

GB 1.2

GB 1.2
Perjalanan N. Ischiadicus

Perjalanan Nervus Ischidicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki

percabangan antara lain:

a) N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula

b) N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polplitea

c) N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah

d) N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles

e) N. Plantaris Yang berada pada telapak kaki


GB 1.3, 1.4
Letak M. Piriformis yang dipersarafi oleh N. Ischiadicus
Otot-otot yang dipersarafi oleh n. ischiadicus adalah :

1. M. Hamstring terbagi atas 3 bagian :

a. M. Semimembranosus

Origo : Tuberositas ischiadicus

Insersio : Bagian medial condylus

Fungsi : Ekstensi hip, fleksi dan rotasi medial knee joint

Nervus : Tibia L5, S1, S2

b. M. Semitendinosus

Origo : Tuberositas ischiadicus

Insersio : Bagian proksimal medial corpus tibia

Fungsi : Ekstensi hip, fleksi dan rotasi medial knee joint

Nervus : Tibia L5, S1, S2

c. M. Biceps femoris

Origo : Caput longum bagian posterior tuberositas ishiadicus

Insersio : Bagian lateral caput femur

Fungsi : Ekstensi hip, fleksi dan rotasi medial knee joint

Nervus : Tibia L5, S1, S2


2. M. Gluteus maximus

Origo : Bagian depan os ilium

Insersio : Tractus iliotibial

Fungsi : Ekstensi dan lateral rotasi hip

Nervus : Gluteus superior L4, L5, S1

3. M. Gluteus medisus

Origo : Permukaan luar dari illium, antara anterior dan

posterior garis gluteal

Insersio : Trochanter mayor femur

Fungsi : Abduksi dan medial rotasi hip

Nervus : Gluteus superior L4, L5, S1

4. M. Gluteus Minimus

Origo : Permukaan luar dari illium, antara anterior dan

inferior garis gluteal

Insersio : Trochanter mayor

Fungsi : Abduksi dan medial rotasi hip

Nervus : Gluteus superior L4, L5, S1

5. M. Piriformis

Origo : Permukaan pelvic os sacrum, incisura ischiadica

mayor

Insersio : Permukaan Intermedial dan trochanter mayor

Fungsi : Abduksi dan ekstensi hip

Nervus : L4-S3
6. M. Tensor fasia latae

Origo : Spina iliaca anterior superior

Insersio : Tractus iliotibial

Fungsi : Ekstensi, abduksi, fleksi, dan medial rotasi hip

Nervus : Gluteus superior L4, L5, S1

7. M. Gracillis

Origo : Corpus dan ramus dari pubis

Insersio : Garis dari trocahnter minor ke aspera

Fungsi : Abduksi, fleksi, dan medial rotasi hip

Nervus : Obturatorium L4-L5

8. M. Gastrocnemius

Origo : Caput medial :epicondylus medial dan permukaan

poplitea dari femur

Caput lateral : Epicondylus lateral

Insersio : Tendon calcaneus ke dalam permukaan posterior

dari calcaneus

Fungsi : Plantar fleksi ankle, fleksi knee

Nervus : Tibialis S1, S2

9. M. Soleus

Origo : Permukaan posterior dari caput dan 1/3 proksimal

corpus tibia

Insersio : Tendon calcaneus bagian posterior dari calcaneus


Fungsi : Plantar fleksi ankle

Nervus : Tibialis S1, S2

10. M. Tibialis anterior

Origo : Condylus lateralis dan 2/3 bagian atas dari

permukaan lateral tibia ankle

Insersio : Metatarsal I, permukaan plantar dari medial

cuneiform

Fungsi : Dorso fleksi dan inversi ankle

Nervus : Peroneus L3, L5, S1

11. M. Tibialis Posterior

Origo : Bagian posterior dari membrana interossea,

permukaan posterior tibia, 2/3 permukaan medial

fibula

Insersio : Tendon calcaneus

Fungsi : Plantar fleksi ankle

Nervus : Peroneus L4, L5, S1

3. Etiologi Iscialgia

Di tahun 1928, Yeoman menyebutkan bahwa kasus ischialgia ditransmisikan

melalui musculus piriformis. Terjadinya ischialgia disebabkan saraf ischiadikus

yang mengalami tekanan oleh otot piriformis bisa akibat trauma pada otot

piriformis, hipertropi otot piriformis, inflamasi kronik, bursitis tendon

piriformis, dll, sehingga perjalanan impuls pada saraf ischiadikus serta daerah-

daerah yang dipersarafinya terganggu.


Menurut Sidharta (1984), penyebab ischialgia dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

a)   Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer

Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer adalah adanya peradangan


pada saraf ischiadikus. Ischialgia ini sering berhubungan dengan diabetes
melitus (DM), masuk angin, flu, sakit kerongkongan dan nyeri pada
persendian. Ischialgia ini dapat disembuhkan dengan menggunakan NSAID
(Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs). Gejala utama Neuritis
Ischiadikus primer adalah adanya nyeri yang dirasakan berasal dari daerah
antara sacrum  dan sendi panggul, tepatnya pada Foramen
Infrapiriforme atau Incisura Ischiatika dan menjalar sepanjang perjalanan n.
Ischiadikus dan lanjutannya pada n. Peroneus Communis  dan n.
Tibialis. Neuritis Ischiadikus primer timbul akut, sub akut dan tidak
berhubungan dengan nyeri punggung bawah kronik. Neuritis
Ischiadikus dapat diketahui dengan adanya nyeri tekan positif pada n.
Ischiadikus, m. Tibialis anterior dan m. Peroneus Longus.

b) Ischialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis dan radikulopati 


Ischialgia ini dapat terjadi karena Nucleus Pulposus yang jebol ke
dalam Kanalis Vertebralis akibat  Hernia Nucleus
Pulposus (HNP, osteofit atau peradangan (rematoid spondilitis
angkilopoetika, herpes zoster, tuberkulosa) atau karena adanya tumor
pada kanalis vertebralis.
Pada kasus ini pasien akan merasakan nyeri hebat, dimulai dari
daerah lumbosacral menjalar menurut perjalanan n. Ischiadikus dan
lanjutannya pada n. Peroneus Communis dan n. Tibialis. Makin
ke distal nyeri akan berkurang, ini disebabkan karena radiks saraf yang
terangsang sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang. Ischialgia ini
dikenal sebagai Ischialgia Disgonik.
Data-data yang dapat diperoleh untuk mengetahui adanya Ischialgia
Radikulopati antara lain: (1) Nyeri punggung (Low Back Pain), (2) Adanya
peningkatan tekanan di dalam ruang arachnoidal, seperti: batuk, bersin dan
mengejan, (3) Faktor  trauma, (4) Lordosis Lumbosacral yang berkurang, (5)
Adanya keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS) lumbosacral, (6) Nyeri
tekan pada lamina L4, L5 dan S1, (7) Tes Laseque selalu positif, (8) Tes
Nffiger hampir selalu positif.
c) Ischialgia sebagai perwujudan dari entrapment neuritis
Ischialgia ini terjadi karena n. Ischiadikus terperangkap oleh proses
patologis yang terjadi di berbagai jaringan yang dilewatinya. Jaringan
tersebut antara lain: (1) Pleksus Lumbosakralis yang diinfiltrasi oleh sel-
sel sarcoma eproperitonial, karsinoma uteri dan ovari, (2) Garis
persendian sakroiliaka dimana bagian-bagian dari pleksus
lumbosakralis sedang membentuk n. Ischiadikus mengalami
peradangan (sakrolitis), (3) Bursitis di sekitar trochantor mayor
femoris, (4) Bursitis pada bursa m. Piriformis, (5) Adanya metatasis
karsinoma prostat di tuber ischii.

Tempat dari proses patologi primer dari ischialgia ini dapat diketahui
dengan adanya nyeri tekan dan nyeri gerak. Nyeri tekan dapat dilakukan
dengan penekanan langsung pada sendi panggul, trochantor mayor, tuber
ischii dan spina ischiadika. Sedangkan nyeri gerak dapat diprovokasi dengan
cara melakukan tes patrick dan kontra patrick. Cara pelaksanaan dari tes
patrick adalah pasien tidur terlentang dengan knee fleksi dan tumit
diletakkan di atas lutut tungkai yang satunya. Kemudian lutut yang fleksi
tadi ditekan ke bawah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk merangsang nyeri
pada sendi panggul. Sedangkan tes kontra patrick kebalikan dari tes patrick,
caranya knee fleksi dengan arah gerakan endorotasi dan adduksi, kemudian
knee didorong ke medial. Tes ini untuk membuktikan adanya kelainan pada
sendi sakroilliaka.
4. Patologi

Maggs (2010) berpendapat bahwa salah satu penyebab sindroma piriformis


adalah cedera. Otot piriformis sangat rentan untuk terjadi cedera berulang
akibat gerakan (repetitive motion injury / RMI). RMI terjadi apabila otot
bekerja diluar kemampuannya, atau tidak diberi cukup waktu untuk fase
recovery, akibatnya, otot menjadi memendek (Maggs, 2010). 

Spasme yang terjadi pada musculus piriformis, selain mengiritasi dapat pula
menekan nervus ischiadicus. Hal tersebut terjadi karena apabila otot piriformis
memendek, maka n.ischiadicus terjebak. Akibatnya aliran / suplai darah ke .
ischiadicus pun terhambat, sedangkan iritasi terjadi akibat tekanan oleh otot
piriformis tersebut ( Cluett, 2004). Penekanan pada serabut N. Ischiadicus ini
akan memberikan perangsangan, sehingga akan menimbulkan nyeri yang
bertolak dari daerah otot piriformis menjalar sampai tungkai dan nyeri ini
dirasakan hanya pada satu tungkai saja, karena ada nyeri kemudian timbul
spasme pada otot-otot yang dilewati seperti m.Gluteus, m. Triscep Surae, m.
Hamstring dan otot-otot para vertebra lumbosakra.

Ischialgia oleh karena adanya penekanan saraf Ischiadicus menyebabkan nyeri


seperti “sakit gigi” (berdenyut ) seperti bisul mau pecah dan linu. Nyeri hebat
dirasakan bertolak dari daerah pantat dan menjalar menurut perjalanan nervus
Ischiadicus dan lalu pada nerves peroneus atau nervus tibialis.

5. Patofisiologi Iscialgia

Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan n.ichiadicus L4-

S2. Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen infrapiriformis dan

menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus, nervus poroneus dan nervus

tibialis harus di curigai sebagai manifestasi ischiadicus primer atau entrapment

neuritis dengan tempat jebakan di daerah sacroiliaka.


Ischialgia yang dirasakan bertolak dari vertebra lumbosacralis atau daerah

paravertebralis lumbosacralis dan menjalar sesuai dengan salah satu radiks yang

ikut menyusun nervus ischiadicus. Sebelum terjadi ischialgia selalu di dahului

dengan Low Back pain atau Nyeri Pinggang Bawah itu sendiri seperti perasaan

nyeri, pegal, linu atau terasa tidak enak di daerah pinggang, trauma, pantat yang

factor pencetusnya oleh berbagai sebab, mulai dari yang paling jelas seperti

salah posisi dan lain sebagainya.

GB 1.5
Perjalanan N. Ischiadicus

6. Tanda dan Klinis Iscialgia

a)   Nyeri

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang

dan eksistensinya diketahui bila seeorang merasakannya (Tamsuri, 2007)

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah

sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat


terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Nyeri merupakan keluhan utama yang dirasakan pada penderita ischialgia.

Pada kasus ischialgia akibat spasme otot piriformis, nyeri berasal dari daerah

pantat dan menjalar menurut perjalanan n. ischiadicus dan selanjutnya

pada n. tibialis dan n. peroneus communis.Adanya nyeri tersebut membuat

pasien enggan menggerakkan badannya sehingga lama-kelamaan akan

menimbulkan keterbatasan gerak dan kelemahan otot.

d) Spasme Otot

Spasme otot sudah pasti terjadi pada daerah m. piriformis. Karena pada

kasus ini penyebabnya adalah spasme m. piriformis. Namun akibatnya juga

bisa menimbulkan spasme pada otot lain. Spasme biasanya mengenai m.

erector spine dan pada m. quadratus lumborum. Sering terdapat

ketidakseimbangan tonus otot antara m. abductor hip dan juga

antar adductor hip. Pada m. hamstring juga kadang lebih tegang dari yang

lain.

e) Gangguan Aktifitas

Pada kasus ischialgia ini gangguan aktifitas terjadi karena pada tungkai

yang sakit mengalami penurunan kekuatan otot akibat nyeri sehingga kaki

yang sehat menjadi tumpuannya.

B. Tinjauan Pengukuran Kasus Iscialgia

1. Pengukuran Nyeri
Pengukuran Nyeri yang di gunakan yaitu VAS merupakan metode

pengukuran intensitas nyeri yang sensitif, murah dan mudah dibuat, VAS

lebih sensitif dan lebih akurat dalam mengukur nyeri dibandingkan dengan

pengukuran deskriptif, Mempunyai korelasi yang baik dengan pengukuran yang

lain, VAS dapat diaplikasikan pada semua pasien, tidak tergantung bahasa

bahkan dapat digunakan pada anak-anak di atas usia 5 tahun, VAS dapat

digunakan untuk mengukur semua jenis nyerinamun VAS juga memiliki

kekurangan yaituVAS memerlukan pengukuranyang teliti untuk

memberikan penilaian, pasien harus hadir saat dilakukan pengukuran, serta

secara visual dan kognitif mampu melakukan pengukuran.VAS sangat

bergantung pada pemahaman pasien terhadap alat ukur tersebut. Sehingga

edukasi / penjelasan terapis / pengukur tentang VAS terhadap pasien

sangat dibutuhkan.

2. Pengukuran Kekuatan Otot

Pengukuran kekuatan otot dilakukan dengan cara menggunakam Manual

Muscle Testing (MMT). Manual Muscle Testing (MMT) merupakan salah


satu bentuk pemeriksaan kekuatan otot yang paling sering digunakan. Hal

tersebut karena penatalaksanaan, intepretasi hasil serta validitas dan

reliabilitasnya telah teruji. Namun demikian tetap saja, manual muscle testing

tidak mampu untuk mengukur otot secara individual melainkan group /

kelompok otot. (Bambang, 2012)

3. Pengukuran Fungsional/Disabilitas

Pengukuran yang di gunakan yaitu Oswestry Disability Indeks(ODI) adalah

kuesioner yang didesain untuk membantu fisioterapis mendapatkan informasi

tentang bagaimana nyeri punggung bawah yang diderita pasien berdampak pada

kemampuan fungsional pasien sehari-hari (Bambang, 2012).

C. Tinjauan Intervensi Fisioterapi

1. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,

bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,

1994). Sedangkan menurut Stuart & Sundeen (1995) komunikasi terapeutik

merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi

penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud

untuk mempengaruhi orang lain.

2. TENS secara umum adalah suatu cara penggunaan energi listrik untuk

merangsang sistem saraf atau jaringan tubuh lain melalui permukaan kulit.

Batasan ini mempunyai makna bahwa apapun nama arus yang digunakan seperti

arus diadinamik, arus interferensial, arus Trabert, arus faradik, arus tipe faradik,

arus TENS dan arus galvanik baikkontinyu maupun yang terputus asal

aplikasinya di permukaan kulit (tidak secara invasif)bisa dikatakan sebagai


TENS. Sedang secara khusus TENS adalah jenis arus listrik yangmempunyai

parameter tertentu dalam hubungannya dengan durasi fase, frekuensi

arus,bentuk gelombang dengan segala modifikasinya (Parjoto, 2006).

Mekasnisme pada TENS terdapat tiga macam yaitu :

a) Mekanisme periferal atau mekanisme tepi

b) Mekanisme Segmental

c) Mekanisme ekstrasegmental.

3. Infrared Rays (IRR) adalah Pancaran radiasi elektromagnetik dengan panjang

gelombang 7.700 – 4.00.000 yang bertujuan untuk rileksasi otot, meningkatkan

suplai darah dan menghilangkan sisa-sisa metabolism. Aplikasi panas secara

lokal dapat meningkatkan ambang nyeri. Efek ini termasuk pengurangan

langsung dan tidak langsung dari nyeri oleh aktifitas mekanisme gate kontrol

dan kemudian menyebabkan pengurangan spasme otot atau iskemia dan

memfasilitasi penyembuhan jaringan. Kenaikan temperature akibat pemanasan

sinar infra merah akan menimbulkan vasodilatasi yang akan menyebabkan

terjadinya peningkatan darah ke jaringan setempat. Hal ini terutama terjadi pada

jaringan superficial dan efek ini sangat bermanfaat untuk penyembuhan luka dan

mengatasi infeksi di jaringan superficial. Penyinaran terutama secara luas akan

mengaktifkan glandula gudoifera (kelenjar keringat) di badan, sehingga dengan

demikian akan meningkatkan pembuangan sisa-sisa hasil metabolism melalui

keringat.
4. Stretching adalah suatu bentuk latihan yang di lakukan dengan tujuan mengulur

otot agar dapat lebih rileks dan menurunkan ketegangangan otot secara

fisiologis juga meningkatkan luas gerak sendi.

5. Transverse Friction

Tranverse friction merupakan suatu teknik manipulasi yang bertujuan

untuk mencegah perlengketan jaringan, memperbaiki sirkulasi darah, dan

menurunkan rasa nyeri secara langsung.

 Efek Transverse Friction Terhadap Pemulihan Jaringan Penghubung

Jaringan penghubung berkembang secara luas sebagai suatu

konsekuensi dari kegiatan sel-sel yang mengalami inflamasi, vaskular, sel-

sel limpatik endothelial dan fibroblast. Perkembangan jaringan penghu-bung

dibagi dalam 3 fase utama, yaitu infla-masi, proliferasi (granulasi), dan

remodelling. Proses ini terjadi secara terpisah tetapi berkelanjutan

(perubahan sel, matriks, dan perubahan vaskular) yang dimulai dengan

pelepasan mediator inflamatory dan berakhir dengan pembentukan kembali

jaringan yang rusak.

a. Friction dapat menstimulasi phagocytosis Transverse Friction yang

diaplikasikan pada awal fase inflamasi dapat memperbesar mobilisasi

cairan jaringan dan dapat meng-akibatkan penambahan phagocytosis.

b. Friction dapat menstimulus serabut dalam regenerasi jaringan

penghubung Selama masa pematangan,jaringan yang rusak dibentuk dan

dikuatkan kembali dengan memindahkan, mengorganisir dan

menempatkan kembali sel-sel dan matriks. Transverse Friction dengan


penekanan yang teratur pada jaringan lunak yang cederabertujuan untuk

pembentukan ulang struktur kolagen pada jaringan penghubung dan

kemudian membentuk kembali kolagen tersebut.

c. Friction dapat mencegah formasi adhesi dan adhesi ruptur yang

diinginkan Transverse Friction bertujuan untuk men-cegah pergerakan

transverse pada struktur kolagen dari jaringan penghubung, cross link

dan formasi adhesi. Pada tahap awal proliferasi ketika cross link masih

lemah, friction akan sangat membantu untuk menghilangkan nyeri

tersebut. Ketika cross link sudah kuat atau adhesi telah dibentuk, teknik

friction yang digunakan lebih lembut pada jaringan yang rusak dan

memobilisasi cross link antara serat kolagen dan adhesi, antara jaringan

penghubung yang sedang diobati dan jaringan di sekitarnya.

d. Friction menimbulkan hiperemia traumatis Friction yang banyak dapat

menghasilkan vasodilatasi dan menambah aliran darah ke jaringan

tersebut. Dengan pergerakan endogen dapat mengakibatkan berku-

rangnya rasa nyeri.

e. Modulasi nyeri tingkat supraspinal Transverse Friction dapat

merangsang saraf Ad (IIIb) atau saraf tipe C (IV) yang dibawa ke supra

spinal (thalamus) sehingga menghasilkan endorphin dan enkaphalin

yang dapat memberikan efek menurunkan nyeri dan mengantuk


BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Pasien

Anamnesis Umum

a. Nama : Ny. M

b. Umur : 39 Tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B. Anamnesis Khusus

Keluhan utama : Nyeri pinggang bawah menjalar hingga ke tungkai

kiri.

Lokasi keluhan : Pinggang bawah hingga ke tungkai kiri.

Sifat keluhan : Nyeri menjalar dan kram tertusuk-tusuk.

Riwayat Perjalanan Penyakit : Nyeri pinggang bawah yang menjalar hingga ke

tungkai kiri yang mulai dirasakan 3 bulan yang

lalu. Awalnya hanya kram tertusuk-tusuk, lama

kelamaan menjadi nyeri hingga akhirnya berjalan

pincang kemudian pasien memeriksakan diri ke

dokter saraf. Dokter saraf kemudian mendiagnosa

Ischialgia.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada penyakit yang menyertai

Riwayat Trauma :-

C. Inspeksi/Observasi

i. Statis

a. Mimik wajah pasien terlihat menahan nyeri.

b. Pasien tidak menggunakan korsed lumbal.

c. Bahu tampak simestris ( normal )

d. Posisi pelvic tampak simestris (normal)

ii. Dinamis

- Pasien berjalan dengan tubuh kearah dekstra

- Pasien agak menyeret kaki sisi sinistra saat berjalan

D. Pemeriksaan Fungsional

a) Tes orientasi/ Quick test

 Pasien tidak kesulitan melakukan aktifitas jongkok –berdiri (squad and

bounching)

 Flexi trunk (gerakan membungkuk) pasien merasa sedikit nyeri

b) Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

 REGIO HIP JOINT


Gerakan Aktif Pasif TIMT

Fleksi Hip Nyeri, ROM Nyeri , Full ROM & Tidak Mampu
terbatas End feel Soft melawan tahanan
Extensi Hip Sedikit nyeri, Sedikit nyeri ROM Mampu tapi
Full ROM terbatas ,End feel sedikit nyeri
firm
Internal rotasi Tidak nyeri , Tidak nyeri , Full Mampu melawan
Full ROM ROM , Endd feel tahanan
firm
Eksternal Rotasi Tidak nyeri , Tidak nyeri , Full Mampu melawan
Full ROM ROM, Endd feel tahanan
firm
Abduksi Tidak nyeri , Tidak nyeri , Full Mampu melawan
Full ROM ROM ,Endd feel tahanan
firm
Adduksi Tidak nyeri , Tidak nyeri , Full Mampu melawan
Full ROM ROM ,Endd feel tahanan
firm

Interpretasi : Nyeri pada saat gerakan Fleksi-Ekstensi

 REGIO KNEE JOINT

Gerakan Aktif Pasif TIMT


Fleksi Nyeri , ROM Nyeri , ROM Mampu melawan
terbatas terbatas, & End feel tahanan
Soft
Extensi Tidak Nyeri, Tidak Nyeri,Full Mampu Melawan
Full ROM ROM & End Feel tahanan
Hard
Endorotasi Tidak nyeri, Full Tidak nyeri,ROM Mampu melawan
ROM Full & Endfeelfirm tahanan
Eksorotasi Tidak nyeri , Tidak nyeri, ROM Mampu melawan
Full ROM Full & Endfeel Firm tahanan

Interpretasi : Nyeri pada saat gerakan Fleksi

E. Pemeriksaan Spesifik

a. Straight Leg Raise Test


Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada nyeri pada daerah lumbal

atau pada hip

Teknik : Tes ini dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang diatas

bed, kemudian fisioterapis menggerakkan salah satu

tungkainya (flexi hip).

Hasil : Positif (+)

b. Lasegue’s Test

Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada penekanan pada jaringan

saraf.

Teknik : Tes ini dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang diatas

bed, kemudian FT menggerakkan salah satu tungkainya

(flexi hip) lalu dorsokan ankle pasien.

Hasil : Positif (+)

c. Tes Patrick

Teknik : Tes ini dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang dan

calcanues menyentuh patella, tangan FT berada di SIAS

dan bagian medial dari knee. Setelah itu dilakukan tekanan

kebawah.

Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada tidak nyeri pada ligament

anterior sacroiliaca joint

Hasil : Positif (+)

d. Tes Antipatrick
Tehnik : Tes ini dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang dan

kaki internal, tangan FT memegang pergelangan kaki dan

bagian lateral dari knee. Setelah itu FT melakukan

penekanan.

Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada nyeri pada ligament posterior

sacroiliaca joint.

Hasil : Negatif (-)

e. Bragard test

Tujuan : Mengindentifikasi pada jaringan saraf ischiadicus

Hasil : Positif pada derajat 60-70

f. Palpasi Otot Piriformis

Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada spasme pada otot tersebut.

Tehnik : Tes ini dilakukan dengan cara pasien tidur tengkurap diatas

bed, kemudian dipalpasi pada otot piriformis pasien

Hasil : Positif (+)

g. Vas (Visual Analog Scale)

Hasil :
Nyeri diam : 10

Nyeri Tekan : 10

Nyeri Gerak : 8

h. Pengukuran nyeri pinggang (Skala ODI)

Oswestery Disability Index (ODI) adalah indeks yang berasal dari Oswestery

Low Back Pain Questionnaire yang digunakan oleh dokter dan peneliti untuk

mengukur rasa nyeri yang rendah. Pertama kali dipublikasikan oleh Jeremy

Fairbank pada tahun 1980. ODI saat ini dianggap sebagai salah satu standar emas

untuk mengukur derajat kecacatan dan memperkirakan kualitas hidup seseorang

yang sering terkena sakit nyeri pinggang.

Seksi Score
Intensitas nyeri 4
Perawatan diri 0
Mengangkat benda 3
Berjalan 2
Duduk 1
Berdiri 4
Tidur 3
Kehidupan Sosial 2
Bepergian 1
Pekerjaan Rumah Tangga 4
Total score 24
 0% - 20% : kecacatan minimal (minimal disability)

 21% - 40% : kecacatan sedang (moderate disability)

 41% - 60% : cacat berat (severe disability)

 61% - 80% : nyeri punggung yang melumpuhkan (crippled)

 81% - 100% : pasien ini terikat di tempat tidur atau memiliki gejala

yang berlebihan
Oswestery Disability Index (ODI) = 24/50 X 100% = 48% (cacat berat)

i. Pemeriksaan Penunjang

Ft Lumbosacral Ap/Lat :

-Aligment L5 melurus

- discus intervertebralis dalam batas normal.

- menirelisasi tulang baik.

Hasil kesan :
- Spondylosis lumbalis
- Curiga muscle spasme

F. Diagnosa Dan Problematik Fisioterapi

a. Diagnosa Fisioterapi :

“Gangguan Fungsional Punggung Bawah Hingga Tungkai Sinistra et causa

Ischialgia ”.

J. Problematik Fisioterapi

a) Anatomical Impairtment :

- Adanya spasme otot piriformis

- Adanya nyeri dari punggung bawah hingga ke tungkai kiri

b) Activity Limitation :

- Kesulitan saat duduk lama, berdiri, berjalan, dan shalat.

- Tidak dapat mengangkat beban

c) Participation Restriction :

- Kesulitan melakukan pekerjaan rumah tangga.


F. Tujuan Intervensi Fisioterapi

a. Tujuan Jangka Pendek :

- Mengurangi spasme M.Piriformis

- Mengurangi nyeri

b. Tujuan Jangka Panjang

- meningkatkan aktifitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.

G. Perencanaan Fisioterapi

 Jangka pendek

- Mengurangi nyeri

- Mengurangi spasme otot

 Jangka panjang

- Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional dan

gerak pasien

H. Intervensi Fisioterapi

1. Komunikasi Terapeutik

1) Menciptakan hubungan saling percaya dan supportive relationship terhadap

lansia menjadi penting karena umumnya merasa sulit, lemah, bingung

terhadap lingkungan/orang baru dikenal.

2) Tunjukkan penghargaan, panggil nama atau sebutan yang disukai

3) Jelaskan tujuan kedatangan


4) Gunakan bahsa yang tepat dan tidak asing

5) Ajukan pertanyaan singkat dan to the point

6) Berikan kontak mata, berikan nonverbal cues : kontak mata, anggukan

kepala, duduk dekat, sentuhan punggung, lengan, tangan

7) Berikan motivasi hidup

2. TENS

Tujuan : Pengurangan rasa nyeri, memelihara fisiologis otot dan

mencegah atropi otot.

Persipan alat : Pastikan alat tersambung dengan listrik dan kabel dalam

keadaan baik. Siapkan elektroda dalam kondisi yang

cukup basah. Harus memperhatikan pemasangan kabel,

metode pemasangan, dan penempatan elektroda sampai

pemilihan frekuensi,durasi pulse,durasi waktu dan

intensitas.

Posisi pasien : Posisi pasien Tidur terlentang.

Posisi fisioterapis : Berdiri di samping bed.

Teknik : Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian yang

menghalangi. Pasang elektroda pada punggung bawah

pasien di titik nyeri atur intensitas sesuai toleransi pasien.

Fisioterapis selalu memonitor pasien selama terapi

berlangsung. Rapikan Alat


Time : 10 Menit

3. IRR

Tujuan : Sebagai Pre Eleminary Exercise, meningkatkan metabolisme tubuh

serta melancarkan sirkulasi darah.

Teknik : Pasien Tidur Miring dan pakaian yang menghambat dilepaskan lalu di

sinari dengan IRR pada bokong sampai tungkai

Dosis : 10 Menit

4. Stretching Piriformis

Tujuan : Merileksasikan otot

Teknik : posisi Pasien Terlentang lalu ulur betis maksimal dengan

mendorsofleksikan ankle semaksimal mungkin, berikan tahanan

terlebih dahulu.

5. .Friction

Tujuan : Untuk Mengurangi nyeri pada M. Piriformis sinistra & M. Erector

spine sinistra

Frekuensi : 2 kali seminggu

Time : 60 Detik

G. Home Program

o Mengajarkan pasien latihan-latihan yang tepat buat penderita ischialgia


- Latihan stretching aktif pada M. Piriformis kiri dengan cara

posisikan pasien tidur terlentang kemudian minta pasien

mengangkat kakinya minta menekuk lutut dan rapatkan di dada

kemudian tarik pergelangan kaki kearah endo rotasi secara

berulang-ulang dengan dosis pagi siang sore dan malam..

- Latihan Bugnet dengan cara posisikan pasien tidur terlentang

kemudian minta pasien menekuk lutut dan meletakkan tangannya

di dada lalu minta pasien untuk mnarik tangannya senidiri secara

bersamaan ditambah gerakan fleksi cervical secara berulang-

ulang dengan dosis pagi siang sore dan malam..

H. Edukasi

Menginformasikan ke pasien untuk :

- menghindari sering mengangkat barang-barang berat

- Segera istirahat jika merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan

- Pada saat duduk lama diusahakan kaki di sila bergantian kanan

dan kiri atau menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua

kaki.

- Saat menyapu atau mengepel lantai gunakan gagang sapu atau

pel yang panjang . sehingga saat menyapu atau mengepel

punggung tidak membungkuk

- Jika ingin mengambil barang di lantai ,usahakan punggung tetap

lurus,tapi tekuk kedua lutut untuk menggapai barang tersebut.


I. Evaluasi Fisioterapi

Setelah melakukan 8 kali terapi pasien merasakan perubahan

a. Intensitas nyeri:

1) Nyeri diam berkurang dari 10 menjadi 3.

2) Nyeri tekan berkurang dari 10 menjadi 5.

3) Nyeri gerak berkurang dari 10 menjadi 5.

b. Spasme otot berkurang


BAB IV

PENUTUP

Ischialgia adalah rasa nyeri yang menjalar sepanjang perjalanan n. Ischiadicus dan

kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus tibialis. Keluhan yang khas

adalah kram atau nyeri di pantat atau di area otot hamstring, nyeri ischialgia di kaki tanpa

nyeri punggung, dan gangguan sensorik maupun motorik sesuai distribusi nervus

ischiadicus. Keluhan pasien dapat pula berupa nyeri yang semakin menjadi saat

membungkuk, berlama-lama duduk, bangun dari duduk, atau saat merotasi internal paha,

juga nyeri saat miksi/defekasi dan dispareunia. Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa

penyakit seperti trauma fisik, elektris, infeksi, dan masalah metabolisme, dan autoimun.

Ischialgia meningkat frekuensinya seiring dengan banyaknya aktivitas yang dikerjakan.

Orang awam pada umumnya menginterpretasikan ischialgia dengan rasa sakit dan nyeri

pada pantat (Minaryanti, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Hasnia dkk.2005.Diktat Pemeriksaan Spesifik.Jurusan Fisioterapi. Politeknik

Kesehatan Makassar

Tank,Patrick W.dkk.2010.Atlas Anatomi.dr.Huriawati Hartanto.Erlangga.PT

Gelora Aksara Pratama.Ciracas Jakarta

Hibsat.2012.Penatalaksanaan Fisioterapi pada penderita Ischialgia.

fisioq.blogspot.Makassar Sul-Sel

Anshar.sudaryanto.2012.Biomekanik (Osteokinematika dan arthrokinematika).Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Makassar

Argha Frans Valiant Marelly. 2016. Keefektifan William Flexion Exercise untuk

Mengurangi Nyeri Punggung Bawah pada Penjahit PT Argo Manunggal Triasta Kota

Salatiga. Skripsi.

http://imphysicaltherapist.blogspot.com/2013/03/ischialgia-akibat-spasme-

ototpiriformis.html

Sidharta, Priguna. 2010. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat

Anda mungkin juga menyukai