Anda di halaman 1dari 12

Thoracic Outlet Compression Syndrome

Nurlaila Nadhifah

R 024 19 1030

JUDUL

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat makalah dengan judul “Thoracic Outlet Compression Syndrome”.

Shalawat dan taslim semoga tercurah atas Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya. Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai tugas terhadap kasus yang
harus diketahui sebelum masuk ke lapangan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, namun berkat doa, bimbingan, arahan,
dan motivasi dari berbagai pihak, penulis mampu menyelesaika. Harapan penulis semoga
makalah yang diajukan ini dapat diterima dan diberi kritikan, masukan yang mendukung
sehingga penyusunan laporan kasus penulis dapat berjalan dan bermanfaat.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun laporan kasus ini, besar harapan dan doa penulis agar
kiranya makalah ini dapat diterima.

Makassar, Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
JUDUL..............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Anatomi................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
ISI....................................................................................................................................................3
A. Defenisi.................................................................................................................................3
B. Etiologi.................................................................................................................................3
C. Epidemiologi.........................................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis.................................................................................................................4
E. Assessment Fisoterapi..........................................................................................................4
1. Tes Spesifik.......................................................................................................................4
2. Intervensi FT.....................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya keluhan pada bagian bahu dan leher sering terjadi di masyarakat.
Keluhan yang sering terjadi berupa nyeri dan pegal, tidak banyak orang yang menangani
keluhan ini dengan baik sehingga terkadang keluhan dapat bertambah ke area lengan atas
maupun bawah berupa kesemutan ataupun rasa kebas. Hal ini dapat terjadi apabila terjadi
kompresi atau penjepitan pada saraf yang terdapat pada bahu dan lengan sehingga
memungkinkan terjadinya Thoracic Outlet Compression Syndrome (TOCS).
TOCS terjadi pada pembuluh darah dan pleksus saraf pada bagian upper thoracic
aperture yang terletak diantara os.clavicula dan costa pertama (Thoracic Outlet). TOCS
sering terjadi pada usia 20-40 tahun, biasanya diakibatkan karena cedera langsung, cedera
berulang, dan akibat kelainan postur. Banyak cara untuk dapat menyembuhkan penyakit
Thoracic Outlet Compression Syndrome (TOCS), salah satunya dengan penangan
Fisioterapi dengan berbagai jenis intervensi yang dapat dilakukan. Beberapa jenis
intervensi tersebut dengan menggunakan Electrotherapy, manual therapy, maupun
exercise terapi yang akan dibahas dalam makalah ini.

B. Anatomi

Gambar 1.1. Anatomi Thoracic Outlet


(Liu, 2019)

Pembuluh darah dan saraf dari leher dan dada, termasuk pleksus brakialis, arteri
subklavia dan vena subklavia, berjalan melalui tiga kompartemen anatomi untuk sampai
ke ekstremitas atas. Dari medial ke lateral, pleksus brakialis dan arteri subklavia berjalan
melalui scalene triangle (dibatasi dengan otot scaleni anterior dan otot scaleni tengah),

1
2

costoclavicular interval (dibatasi oleh tulang clavicula dan costa pertama), dan
retropectoralis space (dibatasi oleh batas posterior otot pektoralis minor dan dinding
dada anterior). Vena subklavia memiliki perjalanan yang sedikit berbeda, melalui bagian
depan dari otot scaleni anterior kemudian bergabung dengan pleksus brakialis dan arteri
subklavia berjalan melewati costoclavicular interval dan retropectoralis space.
Volume dari thoracic outlet berubah secara dinamis saat respirasi dan ketika terjadi
gerakan pada leher dan lengan.
BAB II

ISI
A. Defenisi
Thoracic outlet compression syndrome merupakan suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh penekanan saraf dan pembuluh darah ekstremitas atas saat berjalan di
antara tulang kosta pertama dan klavikula menuju ke aksila atau thoracic outlet. Hal ini
dapat menyebabkan beberapa keluhan pada leher, bahu dan lengan yang juga dapat
berpengaruh pada penurunan kekuatan otot maupun terjadinya pembengkakan.
Perubahan dinamis yang terjadi secara alami pada thoracic outlet dapat mempengaruhi
bagian yang mengalami penjepitan saraf.

Gambar 2.1. Thoracic outlet compression syndrome


(sportmedschool, 2017)

C. Etiologi
TOCS dibagi menjadi tiga jenis yaitu neurogenic, arterial, venous sesuai dengan
bagian yang terkompresi. Neurogenic TOCS biasanya terjadi akibat cedera atau trauma
yang langsung berdampak pada terkompresinya bagian nervus dari thoracic outlet, cedera
ini dapat mengakibatkan terjadinya fraktur maupun hematoma, salah satu yang menjadi
penyebab Neurogenis TOCS adalah whiplash injury. Arterial TOCS terjadi akibat cedera
yang terjadi secara terus menerus dan berulang sehingga terbentuk hypertrophy, dan
Venous TOCS dapat terjadi akibat kesalahan postur baik saat melakukan gerakan tertentu
maupun akibat congenital, posisi ini selalu dilakukan terus menerus sehingga merusak
jaringan vena pada thoracic outlet.

3
4

Selain ketiga hal diatas ada penyebab patologis lain yang dapat menyebabkan
terjadinya TOCS, misalnya tumor, osteomyelitis, hyperostosis, dan lain-lain.

D. Epidemiologi
Dari ketiga jenis TOCS, Neurogenic TOCS terjadi 95% dari total kasus yang ada,
Venous TOCS sebanyak 3-5% dan Arterial TOCS terjadi 1-3%. Kasus TOCS lebih sering
terjadi pada wanita dari usia remaja hingga usia diatas 60 tahun utamanya jenis
neurogenic. Sementara untuk jenis Venous dan Arterial terjadi seimbang pada laki-laki
dan wanita terutama pada usia muda dan kebanyakan terjadi pada atlet.

E. Manifestasi Klinis
Pada umumnya pasien akan merasakan nyeri pada bagian leher, bahu, dan lengan
serta rasa kebas atau kesemutan pada bagian yang teriritasi akibat dari kompresi. Nyeri
yang dirasakan penderita TOCS tidak akan meningkat ketika berjalan namun nyeri
meningkat apabila leher, bahu, lengan yang sakit digerakkan.
Gejala pada masing-masing jenis TOCS dijelaskan pada tabel berikut
Tabel 2.1. Gejala Klinis TOCS
Neurogenic TOCS Venous TOCS Arterial TOCS
Kelemahan dan mati rasa pada Pembengkakan pada lengan, tangan, Sensitif pada dingin pada bagian
lengan. dan jari-jari tangan dan jari.
Penurunan volume otot lengan. Terasa berat pada bagian leher dan Nyeri, mati rasa, pedih pada jari-
lemah pada bagian lengan. jari.
Nyeri, kesemutan, rasa tertusuk, Pembuluh darah vena yang berada Perubahan warna menjadi kebiru-
mati rasa, dan kelemahan pada di anterior akan terlihat dilatasi biruan atau pucat lengan, tangan,
leher, bahu, dan lengan. (bengkak) dan jari.
Terasa pusing atau nyeri pada Biasanya terjadi setelah melakukan Biasanya sudah terjadi dari lahir
bagian occipital. gerakan atau latihan yang tidak (congenital) maupun akibat postur
biasa pada lengan. yang salah terlalu lama.
[ CITATION Fig16 \l 1033 ]

F. Assessment Fisoterapi
1. Tes Spesifik
a. Adson Test
(+) apabila denyut nadi radial terasa melemah atau menghilang.
b. ROOS Test
(+) nyeri bertambah, parastesia, terasa berat atau melemah.
c. Upper Limb Tension Test
(+) nyeri bertambah ketika saraf diregangkan.
5

d. Brachial Tinel’s Sign


(+) terasa sensasi tersetrum/tingling pada penjalaran saraf yang terkompresi.
e. Costoclavicular compression test
(+) denyut nadi radial melemah atau menghilang dan/atau timbulnya parasthesia,
nyeri, dan kelemahan yang menjalar kebagian lengan atau tangan.
f. Halstead’s test
(+) denyut nadi radial melemah atau menghilang dan/atau timbulnya parasthesia,
nyeri, dan kelemahan yang menjalar kebagian lengan atau tangan.
g. Hyperabduction test
(+) denyut nadi radial melemah atau menghilang dan/atau timbulnya parasthesia,
nyeri, dan kelemahan yang menjalar kebagian lengan atau tangan.
h. DASH Outcome Measure (Disabilities of the Arm, Shoulder, and Hand)
Untuk menilai Activity Daily Living.
i. Radiologi
Sebaiknya dilakukan CT Scan atau dengan menggunakan Doppler Ultrasound
2. Intervensi FT
a. Electrotherapy
1) Infra Red
2) Ultrasound
[ CITATION Din17 \l 1033 ]
b. Manual Therapy
1) Massage Therapy, Friction
2) Neural Mobilization
3) Joint Mobilization
[ CITATION Ann17 \l 1033 ]
c. Exercise Therapy
1) Scapular Retraction
2) Scapular Depression
6

Gambar 2.2. Scapular Retraction dan Depression


[ CITATION Nic18 \l 1033 ]

3) Standing External Rotation

Gambar 2.3. Standing external rotation


[ CITATION Nic18 \l 1033 ]

4) Straight Arm Extension

Gambar 2.4. Straight arm extension


[ CITATION Nic18 \l 1033 ]
7

5) Banded High Rows

Gambar 2.5. Banded High Rows


[ CITATION Nic18 \l 1033 ]

1) Prone Shoulder Extension, Abduction, Horizontal Abduction (I’s, Y’s T’s)

Gambar 2.6. Prone Shoulder Extension, Abduction, Horizontal Abduction


[ CITATION Nic18 \l 1033 ]

2) Frontal Raise

Gambar 2.7. Frontal Raise


[ CITATION Nic18 \l 1033 ]
8

3) Lateral Raise

Gambar 2.8. Lateral raise


[ CITATION Nic18 \l 1033 ]

4) Serratus Push

Gambar 2.9. Serratus Push


[ CITATION Nic18 \l 1033 ]

5) Chin Tuck

Gambar 2.10. Chin Tuck


[ CITATION Nic18 \l 1033 ]
9

DAFTAR PUSTAKA
Basson, A. et al., 2017. The Effectiveness of Neural Mobilization for Neuromusculoskeletal
Condition: A Systematic Review and Meta-Analysis. Journal of Orthopaedic & Sport Physical
Theraphy, 47(9), pp.587-698.

Kocyigi, F. & Kuyucu, E., 2016. Thoracic Outlet Syndrome: Evaluation and Management.
Biochemistry & Analytical Biochemistry, 05(2).

Levine, N.A. & Rigby, B.R., 2018. Thoracic Outlet Syndrome: Biomechanic and Exercise
Consideration. MDPI Journal Healthcare, 68(6), pp.1-14.

Sari, D.R. et al., 2017. Thoracic Outlet Compression Syndrome. Student Project. Bali:
Universitas Udayana Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai