Anda di halaman 1dari 12

Ujian Praktik Blok Muskuloskeletal dan Bedah

Protap Manajemen Fisioterapi pada


Fraktur Shaft Femur

Disusun Oleh :

YULVI HASRIANTI
C131 12 285

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014

PROTAP FISIOTERAPI PADA FRAKTUR SHAFT FEMUR

Assesment Fisioterapi
-

C : Chief of Complain

kesulitan menggunakan kaki kanan untuk bergerak


Data Diri pasien
Nama

: Tuan Nurhidayat Nurdin

Sex

: Laki Laki

Status

: Nikah

Alamat

: jln. Sahabat raya

Hobby

: Main Basket

Umur

Agama

Pekerjaan
-

: 21 Tahun

: Islam

: Supir taksi

H : History Taking
Riwayat penyakit sekarang

kapan terjadi fraktur : 6 bulan yang lalu

mekanisme terjadinya fraktur : ketika saya mengendarai motor saya menabrak


pengemudi motor dari arah yang berlawanan. Saya terjatuh dan merasakan sakit
yang sangat hebat di paha kanan dan tidak mampu menggerakannya

penanganan pertama setelah trauma : pada saat kecelakaan saya langsung


dibawah ke rumah sakit terdekat dan mendapat perawatan berupa obat anti
nyeri

dimana letak keluhan : disekitar area yang telah dioperasi

faktor yang memperberat : ketika saya coba menggerakkan kaki kanan saya

memperingan keluhan : pada saya tidak menggerakkan kaki kanan saya

Riwayat pengobatan

Menggambarkan segala pengobatan yang pernah didapat sebelumnya : saya

ditangani di UGD dan diberi obat penghilang nyeri, dites Radiology dengan Xray dan dikatakan saya mengalami fraktur 1/3 distal shaft femur

riwayat penanganan fraktur yaitu sudah pernah berobat atau ditangani dimana
sebelumnya : saya dianjurkan 3 hari setelah kecelakaan agar saya dioperasi
untuk menangani patah tulang yang saya alami

bagaimana cara penanganannya dan bagaimana hasilnya : kata dokter , saya

diberi fiksasi internal dan setelah dioperasi saya diimmobilisasi dengan traksi
skelet dan diminta untuk rajin check up ke dokter sampai kurang lebih 6 bulan
ini terus check up lalu saya dianjurkan oleh teman saya kefisioterapi

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit baik fisik maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya :
tidak ada

Dapat diketahui apakah pasien dulu pernah mondok, pernah mempunyai


penyakit yang serius, trauma, pembedahan

Riwayat keluarga

Penyakit-penyakit dengan kecenderungan herediter atau penyakit menular,


misalnya apakah di dalam keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit
Diabetes Melitus, apakah mempunyai penyakit pada tulang : tidak ada

Riwayat pribadi

Bagaimana perasaan Bapak setelah dioperasi : saya sangat frustasi dan pusing

Apakah bapak berani menggerakkan kaki kananya : saya masih agak khawatir
dan untuk ketika saya ingin menggerakkan kaki saya karena sakit

Jadi apa pendapat bapak tentang penyakit bapak ini : saya merasa benar benar
tidak berguna dan jengkel atas apa yang telah saya alami

Bagaimana pendapat bapak tentang tanggung jawab sebagai kepala keluarga :


saya frustasi dan merasa benar benar tidak berguna karena saya sudah tidak
mampu melakukan tugas saya sebagai supir taksi , apalagi harus melihat istri
saya yang mencari uang

Bagaimana perhatian keluarga dan kolega bapak saat ini : saya masih bersyukur
karena istri saya bisa menerima keadaan saya seperti ini dan sekarang siap

menggantikan tugas saya mencari nafkah dan dia juga bersedia membantu apa
apa saja yang saya butuhkan. Tetapi mertua saya selalu mempermasalhkan
karena saya hanya menjadi beban untuk anaknya:

Apa bapak masih memiliki keluhan lain : tidak ada keluhan apapun sekarang

A : Asymetric
Inspeksi

Statis

Membandingkan organ tubuh yang sehat


Dari sisi anterior , kemerahan pada kulit paha kanan dan bengkak sudah tidak
kelihatan, mimic wajah pasien kelihatan menahan sakit, ketidaksimetrisan SIAS
dan Patella, bahu kanan lebih tinggi

Dari sisi Lateral : tidak nampak adanya kifosis atau lordosis


Dari sisi posterior : ketidaksimetrisan SIPS , garis pantat, dan fossa poplitea

Dinamis

Pasien pada saat datang berjalan pincang dan tidak bisa melakukan kegiatan

yang menggunakan kaki kanan

Palpasi
palpasi suhu pada bagian yang cedera lebih rendah, kontur kulit, tidak terdapt udem,
ada tonus otot, spasme dan titik nyeri (ada nyeri tekan terutama dibagian tengah paha
kanan )

Tes orientasi / Quick Test


Pasien diminta melakukan kegiatan seperti :

Berjalan

Bangun dari kursi

Berdiri seimbang

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

Pemeriksaan Fungsi Gerak Aktif


Pemeriksaan gerak aktif dilakukan pada sendi panggul dan lutut. Pasien

secara aktif menggerakkan anggota tubuhnya yang mengalami gangguan dengan

aba-aba dari terapis. Gerakan yang dilakukan meliputi fleksi-ekstensi sendi lutut
dan panggul dan abduksi-adduksi sendi panggul. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang lingkup gerak sendi aktif, rasa nyeri, koordinasi serta
kekuatan otot.

Pemeriksaan Fungsi Gerak Pasif


Terapis menggerakkan anggota tubuh pasien yang mengalami gangguan.

Pemeriksaan gerak pasif ini dilakukan pada sendi lutut dan sendi panggul. Gerakan

meliputi fleksi-ekstensi sendi lutut dan abduksi-adduksi sendi panggul. Dari


pemeriksaan gerak pasif ini didapatkan informasi tentang lingkup gerak sendi pasif,
rasa nyeri, dan stabilitas sendi.

Tes Isometrik Melawan Tahanan


Pasien menggerakkan tungkainya secara aktif sementara terapis memberi

tahanan. Pasien berusaha menggerakkan tungkainya baik fleksi-ekstensi sendi lutut


dan abduksi-adduksi sendi panggul, namun tidak ada gerakan dalam sendi.
Pemeriksaan gerak isometrik ini ditujukan untuk mengetahui kekuatan otot dan
adanya rasa nyeri.
-

R : Restrictives
Limitasi Lingkup Gerak Sendi : terdapat limitasi lingkup gerak pada sendi panggul
dan sendi lutut dan sedikit keterbatasan di ankle

Limitasi ADL : pasien mengalami ketrbatasan pada aktivitas kamar mandi ,


memilhara diri , berpakaian untuk ekstremitas bawah dan tidak terganggu untuk
ekstremitas atas

Limitasi Rekreasi : pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan hobinya yaitu


main basket karena kesulitan dalam berjalan (ambulasi)

Limitasi Pekerjaan : pekerjaan pasien terganggu sebagai seorang supir taksi


terganggu karena pasien tidak bisa menggunakan kaki kanannya

T : Tissue Impairment and Psychogenic Predictions


Komponen musculotendinogen (muscle weakness, atrophy, kontraktur
Komponen osteoarthrogen : intraarticular joint stiffness
Komponen psikosomatis : stress, sensitif

S : Spesifik Test
Pemeriksaan nyeri

bertujuan untuk memeriksa derajat nyeri yang dirasakan oleh pasien saat itu.

Sebelum mengukur derajat nyeri, terapis mengajarkan kepada pasien tentang skala

nyeri dengan menggunakan Visual analog scale (VAS). Bahasa yang digunakan terapis
adalah bahasa yang sederhana, sehingga pasien memahami maksud dari pengukuran

tersebut. menggunakan sebuah tabel garis 10 cm dengan pembacaan skala 0 100 mm


dengan rentangan makna :
-

0 29 mm = tidak nyeri

30 49 mm = sedikit nyeri

50 69 mm = nyeri

70 89 mm = nyeri berat

90 100 mm = nyeri sangat berat

Cara penilaiannya adalah penderta menandai sendiri dengan pensil pada nilai skala
yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan setelah diberi penjelasan oleh
fisioterapist

Penentuan skor VAS dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung garis yang
menunjukkan tidak nyeri hingga ke titik yang ditunjukkan pasien
Dilakukan tiga pemeriksaan yaitu pemeriksaan :

nyeri saat diam : pasien ditanyakan tingkat perasaan nyeri yang dirasakan

nyeri saat ditekan : pasien ditanyakan tingkat perasaan nyeri yang dirasakan
ketika daerah sekitar fraktur ditekan

Nyeri saat digerakkan : pasien ditanyakan tingkat perasaan nyeri yang dirasakan
ketika kita menggerakkan region terkait

Pemeriksaan antropometri

Panjang Tungkai

Lingkar Otot Tungkai / circumferencia

Pengukuran lingkar otot ini bertujuan untuk menilai adanya atrofi atau
hypertrofi yang terjadi sebagai akibat dari kondisi cedera yang dialami
pasien. Pemeriksaan ini dilakukan dengan membandingkan sisi kir dan
kanan tubuh pasien

Pemeriksaan untuk mengetahui lingkar segmen tungkai atas dan tungkai


bawah bilateral.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan pita ukur.


Titik patokan adalah Tuberositas tibia.

Kemudian terapis mengukur mulai dari Tuberositas Tibia ke atas mulai 10


cm untuk mengukur circumferentia atau lingkar segmen tungkai atas dan
Tuberositas ke bawah mulai 10 cm untuk mengukur circumferentia tungkai
bawah.

Pemeriksaan ini salah satunya digunakan untuk mengetahui apakah ada


oedem atau tidak. Hasil dari pengukuran kemudian dibandingkan antara sisi

yang sehat dan sisi yang sakit karena oedem dapat terjadi pada sisi yang sakit
diakibatkan adanya luka fraktur dan luka bekas operasi.
Pemeriksaan lingkup gerak sendi

Pemeriksaan ini untuk mengetahui derajat keterbatasan gerak pasien.

Pemeriksaan lingkup gerak sendi ini dengan menggunakan goniometer,

goniometer diletakkan di condylus lateral femur untuk gerakan fleksi-ekstensi


lutut. Tangkai statik diletakkan sejajar tulang femur dan tangkai dinamis
diletakkan sejajar tulang fibula.

Posisi pasien berbaring terlentang. Lingkup gerak sendi yang normal untuk fleksi
dan ekstensi lutut adalah (S) 00-00-1300, bila ekstensi 50-100 dikatakan
hiperekstensi, namun masih dalam batas normal (Norkin,1995).

Untuk gerakan abduksi-adduksi sendi panggul, goniometer diletakkan di Spina


Iliaca Superior Inferior (SIAS). Tangkai statik diletakkan menuju arah Spina Iliaca
Superior Inferior (SIAS) yang berlawanan dan tangkai dinamis diletakkan sejajar
tulang femur. Posisi pasien berbaring terlentang. Lingkup gerak sendi yang
normal untuk abduksi-adduksi sendi panggul adalah (S) 450-00-250
(Russe,1975).

Region

gerakan

Normal

Hasil

Knee

Ekstensi fleksi

S 120.0.130

S 100. 0.100

Hip

Ekstensi - Fleksi

S 115.0.125

S 100. 0. 100

Adduksi - Abduksi

F 45.0.45

F 40. 0. 40

Dorsofleksi - plantarfleksi

S 20.0.50

S 20.0.50

Ankle

Pemeriksaan kekuatan otot

Pemeriksaan kekuatan otot ini dengan menggunakan Manual Muscle Testing


(MMT),

pemeriksaan ini dengan menggunakan tahanan manual dari terapis.

Pemeriksaan kekuatan otot dilakukan pada sisi yang sakit.

Kelompok otot yang akan dinilai kekuatan ototnya adalah kelompok fleksor dan
ekstensor lutut. Dalam pemeriksaan ini harus diperhatikan :

(a) posisi pasien,


(b) stabilisasi,
(c) besarnya tahanan dari terapis, karena pemeriksaan kekuatan otot dengan
manual muscle testing bersifat subjektif sehingga hasilnya kurang valid.
Skala MMT
skor
0

Kategori

Interpretasi

Tidak ada

Tidak ada kontraksi sama sekali (baik

kekuatan sama

diinspeksi maupun dipalpasi)

sekali
1

Sangat Lemah

sedikit kontraksi (inspeksi atau palpasi) tapi

2-

Lemah -

Gerakan Parsial ROM tanpa pengaruh

tidak ada gerakan sendi


gravitasi

Lemah

Gerakan full ROM tanpa pengaruh grativasi

2+

Lemah +

Gerakan full ROM tanpa gravitasi, kurang


dari separuh ROM melawan gravitasi

3-

Cukup -

Gerakan Full ROM tanpa pengaruh

gravitasi, lebih dari separuh ROM melawan


gravitasi

Cukup

Full ROM melawan gravitasi

3+

Cukup +

Full ROM melawan gravitasi dan mampu

Baik

Full ROM melawan tahanan sedang

Normal

Full ROM menahan tahanan maksimum

melawan tahanan minimum

Pemeriksaan aktivitas fungsional


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan pasien dalam
beraktivitas terutama kemampuan jalannya.

Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati kemampuan pasien dalam berjalan

dengan menggunakan alat bantu yaitu axilla kruk serta jarak tempuh yang dapat
dicapai pasien.
Pemeriksaan tanda-tanda vital dapat diperoleh data :
1. Tekanan darah

: 120/80 mmHg

2. Denyut nadi

: 84 x/menit

4. Temperatur

: 36oC

5. Tinggi badah

: 155 cm

3. Pernapasan

: 20 x/menit

Tes ADL
Skala: index Kenny Self Care
0 : Ketergantungan penuh
1 : Perlu bantuan banyak
2 : Perlu bantuan sedang
3 : Perlu bantuan minimal/pengawasan
4 : Mandiri penuh
Hasil
Tidur

:4

Ambulasi

:2

BAB, BAK

:1

Makan

:4

Transfer
Berpakaian

Hygienie

:2
:2

:3

Intervensi Fisioterapi
Diagnostik Fisioterapi

Gangguan Fungsi berjalan akibat Fraktur 1/3 distal shaft femur post operative 1 tahun
yang lalu

Problem Fisioterapi

Problem Primer : nyeri tekan dan nyeri gerak pada tungkai kanan

Problem Sekunder : depresi dan stress , Atrofi dan Kelemahan Otot hamstring,
Quadriceps Femoris dan Gluteus Maximus, Kontraktur Otot, dan Keterbatasan ROM
Problem kompleks : ganguan berjalan (berjalan pincang)
-

Tujuan

Jangka pendek

Mengatasi nyeri

Mengatasi elastisitas otot yang spasme.

Menguatkan otot yang mengalami kelemahan.

Mengatasi kecemasan

Mengembalikan luas gerak sendi.

Jangka panjang
Mengembalikan fungsi ADL
-

Program Fisioterapi
Passive Movement

Relaxed Passive Movement


Posisi pasien berbaring terlentang, terapis berada di sebelah lateral tungkai

pasien yang sakit dan menghadap ke sisi kranial pasien. Terapis menggerakkan
tungkai ke arah fleksi lutut secara perlahan sampai batas timbul rasa nyeri,

kemudian dikembalikan lagi ke arah ekstensi lutut. Gerakan lain yang dapat
dilakukan adalah abduksi-adduksi sendi panggul, dorsal-plantar fleksi serta
inversi-eversi sendi pergelangan kaki. Gerakan ini dilakukan sekali sehari
dengan 10-12 kali pengulangan dan dilakukan setiap hari.

Forced Passive Movement


Posisi pasien berbaring terlentang, terapis berada di sebelah lateral tungkai

pasien yang sakit dan menghadap ke sisi kranial pasien. Gerakan sama seperti
relaxed passive movement, namun diakhir gerakan diberi penekanan sampai
pasien mampu menahan rasa nyeri. Gerakan ini dilakukan sekali sehari dengan
10-12 kali pengulangan dan dilakukan setiap hari.

Active Movement

Free Active Movement


Gerakan ini diberikan untuk tungkai yang sakit. Posisi pasien berbaring

terlentang, posisi terapis berada di sebelah lateral tungkai pasien yang sakit
dan menghadap ke sisi kranial pasien. Tangan terapis yang satu memfiksasi di
proksimal lutut dan yang lain di distal tungkai bawah. Pasien menggerakkan
sendiri anggota gerak yang sakit. Gerakan yang dilakukan adalah fleksi-

ekstensi sendi lutut, abduksi-adduksi sendi panggul dan dorsal-plantar serta


inversi-eversi sendi pergelangan kaki. Gerakan dilakukan 1 kali dalam sehari
dengan 10-12 kali pengulangan dan dilakukan setiap hari.

Assisted Active Movement


Gerakan ini dapat dilakukan pada hari pertama setelah operasi. Posisi pasien
berbaring terlentang, dengan satu tangan terapis menyangga di bawah

proksimal lutut dan tangan yang lain berada pada distal tungkai bawah pasien.
Gerakan yang dilakukan adalah fleksi-ekstensi lutut, abduksi-adduksi sendi

panggul dan dorsal-plantar fleksi serta inversi-eversi sendi pergelangan kaki.


Gerakan dilakukan 1 kali dalam sehari dengan 10-12 kali pengulangan dan
dilakukan setiap hari.

Ressisted Active Movement


Gerakan ini dapat dilakukan sekalipun pada hari pertama setelah operasi.

Gerakan berupa fleksi-ekstensi lutut, abduksi-adduksi sendi panggul, dorsalplantar fleksi serta inversi-eversi sendi pergelangan kaki. Terapis memberikan
penahanan untuk setiap gerakan yang dilakukan. Tahanan yang diberikan

bertahap dari mulai minimal sampai maksimal dan penahanan yang dilakukan
sampai pasien mampu menahan rasa nyeri. Tahanan yang diberikan terapis

berlawanan dari arah gerakan yang dilakukan pasien. Gerakan dilakukan 1


kali dalam sehari dengan 10-12 kali pengulangan dan dilakukan setiap hari.
Hold Relax

Posisi pasien berbaring terlentang, lalu pasien diminta untuk menggerakkan ke


arah fleksi lutut sampai batas timbul rasa nyeri, terapis memberikan penahanan ke
arah ekstensi lutut. Pasien diminta untuk mempertahankan agar tidak terjadi

gerakan pada sendi. Setelah itu pasien rileks dan terapis menggerakkan ke arah
fleksi lutut untuk penguluran otot-otot ekstensor.

Latihan Jalan
Latihan berjalan dilakukan pada hari kedua namun juga harus melihat kondisi
pasien. Sebelum dilakukan latihan berjalan, pasien duduk ongkang-ongkang di

tepi bed. Tungkai yang sehat diturunkan dari bed terlebih dahulu, tungkai yang
sakit diturunkan dengan bantuan dari terapis. Terapis menyangga dengan cara
meletakkan satu tangan di bawah bagian distal tungkai atas dan yang lainnya di
distal tungkai bawah. Setelah itu pasien diberdirikan dengan menggunakan dua
axilla kruk, kemudian latihan berjalan di mulai non weight bearing dengan
metode three point gait dan swing to.
NO Problem FT
1.

Modalitas Terpilih

Dosis

Rasa kepercayaan Komunikasi

F : Setiap hari

diri

I : Pasien fokus

dan terapeutik

kecemasan

T : Wawancara
T : 5 menit

2.

Nyeri

Interferensi

F : Setiap hari
I : 20-30mA
T : segmental, CEM
T : 10 menit

3.

Kelemahan otot

Strengthening

F : Setiap hari
I : 8x10 rep
T : Isometrik
T : 5 menit

4.

Spasme

Stretching

F : Setiap hari
I : 20 x repetisi
T : Pasif stretching
T : 10 menit

5.

Keterbatasan ROM

ROM Exercise

F : Setiap hari
I : 8x10 repetisi
T :Aktif, pasif dan resisted
T : 6 menit

Keterbatasan ADL

Exercise

F: setiap hari
I : 8 x 3 rep
T: PNF
T: 3 menit

Rencana Evaluasi Hasil Terapi

Rencana evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

dan efek samping yang mungkin timbul dari program terapi yang diberikan. Rencana
evaluasi pada kasus pasca operasi fraktur femur 1/3 distal yaitu pada tempat bekas

operasi adalah : (1) oedema dengan antropometri yaitu menggunakan pita ukur, (2)
nyeri dengan menggunakan Verbal Descriptive Scale (VDS), (3) lingkup gerak sendi
dengan menggunakan goniometer, (4) nilai kekuatan otot dengan manual muscle

testing (MMT), (5) kemampuan aktifitas fungsional dengan mengamati kemampuan


transfer ambulasi pasien yaitu kemampuan berjalan serta melihat perkembangan jarak
tempuh yang dapat dicapai pasien saat berjalan.

Anda mungkin juga menyukai