Anda di halaman 1dari 5

Laporan Praktikum:

“Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (Tens)


Kasus Akut Strain Hamstring (Vas 7,4) “

Dosen Pengampuh :
SUDARYANTO, SST.Ft, M.Kes

Disusun oleh:
Andi Nurung Tulnisa
PO714241191006
D.IV A Tk.2

JURUSAN FISIOTERAPI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2019/2020


A. Patologi Kasus
1. Definisi
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau
tidak langsung (overloading) atau robeknya otot dan tendon karena teregang melebihi
batas normal atau kontraksi berlebihan (Prentic, 2004). Hamstring adalah sebutan
untuk grup otot Flexor Knee yang terdiri dari M. Semitendinosus dan M.
Semimembranosus, M. Biceps Femoris Caput Longum. Sehingga strain hamstring
dapat didefinisikan sebagai suatu kerusakan pada jaringan otot hamstring karena
trauma langsung atau tidak langsung atau robeknya otot karena teregang melebihi
batas normal atau kontraksi berlebihan.
Hal ini mengakibatkan nyeri yang sangat hebat, jika tarikan yang terjadi cukup
kuat maka tidak jarang mengakibatkan robekan yang luas total pada salah satu otot-
otot hamstring.
2. Etiologi
Etiologi cedera hamstring adalah peregangan otot hamstring yang terlalu kuat.
Pada beberapa aktivitas fisik dan olahraga sering terjadi kontraksi yang berlebihan
pada  saat gerakan fleksi panggul dan ekstensi lutut, jika gerakan ini terjadi
bersamaan dan melebihi kemampuan otot untuk meregang, maka cedera akan timbul
pada otot tersebut.
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko cedera hamstring adalah:
 Kekakuan otot : Otot yang kaku rentan sekali mengalami cedera oleh karena itu
seorang atlet disarankan untuk melakukan latihan peregangan setiap hari.
 Ketidakseimbangan otot : Otot quadriceps di bagian depan paha memiliki
kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan otot hamstring. Pada kontraksi otot yang
berulang dan cepat, otot hamstring akan mengalami kelelahan terlebih dahulu
dibandingkan otot
 Kondisi otot yang lemah : Pada beberapa keadaan yang menimbulkan kelemahan
otot, otot menjadi tidak mampu menahan tekanan saat pergerakan otot dan
mengakibatkan rentan mengalami cedera.
 Kelelahan otot : Gerakan otot yang berulang akan mengurangi kemampuan otot
untuk mengabsorbsi energi. Hal ini meningkatkan kerentanan otot terhadap
cedera.
 Aktivitas fisik : Aktivitas fisik yang menimbulkan risiko cedera hamstring antara
lain olahraga sepak bola, basket, pelari jarak pendek, dan penari.
 Usia saat masa pertumbuhan : Saat masa pertumbuhan tulang lebih cepat
mengalami pertumbuhan dibandingkan pertumbuhan otot. Tulang yang
bertumbuh akan menarik otot dan menimbulkan kekakuan. Gerakan yang
menimbulkan peregangan otot secara tiba-tiba dapat menarik otot dari
sambungannya terhadap tulang.
 Riwayat cedera otot hamstring sebelumnya : Jika seorang atlet sudah pernah
mengalami cedera otot hamstring sebelumnya, otot tersebut membutuhkan waktu
untuk sembuh sempurna dan mengembalikan kekuatan otot. Pada masa
penyembuhan ini, otot akan sangat rentan mengalami cedera akibat kontraksi yang
berlebihan.
3. Patogenesis
Cedera hamstring adalah kontraksi otot yang berlebihan saat aktivitas sehari-hari atau
saat olahraga, baik pada saat gerakan lambat ataupun cepat. Mekanisme cedera hamstring
terjadi saat fleksi panggul dan ekstensi lutut bersamaan. Gerakan ini menimbulkan
peregangan maksimal otot hamstring, dan paling sering menimbulkan cedera pada proximal
myotendinous junction otot biceps femoris.
Otot hamstring terdiri dari beberapa otot yaitu otot semitendinosus (ST), otot
semimembranosus (SM), dan otot biceps femoris. Ketiga otot ini berasal dari tuberositas
iskium dan melewati panggul dan lutut. Otot ST dan SM berperan dalam gerak fleksi lutut
dan rotasi medial bersamaan dengan ekstensi panggul. Di bagian lateral, otot biceps femoris
berperan dalam gerakan ekstensi panggul dan menstabilkan bagian posterior pelvis.
Ketidaksejajaran tendon proksimal dan distal otot hamstring menjadi predisposisi
terjadinya cedera sedangkan struktur otot semitendinosus dapat menjadi faktor protektif
terhadap cedera.
4. Tanda dan Gejala
Tanda gejala yang terdapat pada kondisi Strain Hamstring yang dirasakan pasien
adalah :
 Rasa sakit, rasa panas atau hangat, kulit berwarna merah di daerah otot Hamstring.
 Rasa sakit yang menjadi semakin kuat setelah melakukan olahraga atau aktivitas.
 Bunyi seperti ‘pop’ terdengar di daerah yang cedera.
 Otot kram di bagian belakang paha, tepatnya di daerah Hamstring.
 Sakit atau merasa tidak mampu saat berlari, meloncat atau menekuk lutut dengan
beban.
 Bunyi krepitasi otot ketika otot disentuh.
 Memar di paha (tidak harus) pada 24 jam pertama setelah cedera.
 Otot tidak kelihatan kekar setelah cedera (hanya dalam cedera derajat 3)
B. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Alat
a. Sambungkan alat dengan sumber arus
b. Tekan tombol ON yang berada pada belakang alat
c. Tekan tombol ON/OFF yang ada di panel bagian depan alat (tekan beberapa detik
sampi unit aktif)
d. Selanjutnya, tekan tombol manual yang ada di panel depan alat
e. Selanjutnya, spon dibasahi terlebih dahulu menggunakan air
f. Setelah spon sudah dibasahi masukkan pad kedalam spons yang akan dikontakkan
dengan kulit pasien
Link Video

2. Persiapan Pasien
a. Posisi pasien tengkurap serta pastikan posisi pasien senyaman dan serileks
mungkin
b. Periksa area yang akan diterapi, pastikan kulit pasien harus bersih dan terhindar
dari body lotion

Link Video

Kasus Akut Strain Hamstring 1. Posisi pad electrode : Bipolar Seri


2. Metode pemasangan pad electrode : sekitar lokasi nyeri
3. Pemilihan dosis :
Nilai VAS : 7,4
a. Bentuk arus TENS : Brief Intense
b. Bentuk gelombang : Symmetric Biphasic
c. Frekuensi : 200 Hz
d. Pulse Width : 300
e. Frekuensi Burst : -
f. Intensitas arus : 20.0 mA
g. Waktu : 10 menit

C. Evaluasi

AlatUkur Evaluasi
SebelumTerapi SesudahTerapi
VAS 7,4 5,1

Anda mungkin juga menyukai