Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alami. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan


Semesta Alam. Atas segala karunia nikmatnya sehingga saya dapat menyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Ketuhanan Dalam
Islam” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam.

Makalah ini berisi tentang filsafat ketuhanan dalam islam, hakikat Allah
dalam keesaannya dan pembuktiaan keberadaan Allah. Dalam penyusunan
laporan ini melibatkan berbagai pihak yang telah membantu baik moril maupun
materil. Oleh sebab itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas segala
kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, namun saya sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat
mengambil manfaat dari makalah ini.

Makassar, 10 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Praktikum 2
D. Manfaat Praktikum 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Kajian Teori 4
BAB III METODE PRAKTIKUM 7
A. Waktu dan Tempat 7
B. Alat dan Bahan 7
C. Prosedur Kerja 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 9
A. Hasil 9
B. Pembahasan 9
BAB V PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makalah ini merupakan pemenuhan tugas Pendidikan Agama Islam
yang memang harus terpenuhi sebagai nilai tambahan yang sudah
ditentukan oleh pengajar. Disamping itu, makalah ini sangat bermanfaat
bagi pembaca karena pada makalah ini sedikit/banyaknya terdapat ilmu
yang dapat diambil sebagai pengetahuan atau wawasan. Manusia
merupakan makhluk ciptaan Allah yang diberikan kesempurnaan
dibandingkan makhluk lain, maka dari itu ada beberapa manusia yang
memang menggunakan akalnya untuk mengkaji hal-hal yang belum ada
sebagai rasa keingintahuan seperti halnya pada makalah ini juga akan
mengkaji yaitu diantaranya tentang filsafat ketuhanan dalam islam, hakikat
Allah dalam keesaannya dan pembuktiaan keberadaan Allah dari berbagai
sumber, agar makalah ini ada nilai banding dengan makalah lain. Dengan
izin Allah, dalam makalah ini kami akan menjelaskan dan membahas
tentang Konsep Ketuhanan dalam Islam

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat ketuhanan dalam islam?
2. Bagaimana hakikat Allah dalam keesaan-Nya?
3. Apa pembuktian keberadaan Allah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui filsafat ketuhanan dalam islam.
2. Untuk mengetahui hakikat Allah dalam keesaan-Nya.
3. Untuk mengetahui pembuktian keberadaan Allah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat Ketuhanan dalam Islam


Filsafat adalah pengetahuan tentang yang benar, meskipun
kebenarannya relatif. Agama juga mengandung kebenaran, tetapi
kebenarannya mutlak. Dalam kajian perpustakan dikenal filsafat
ketuhanan, yaitu mengkaji kekuasaan Tuhan sampai ke akar-akarnya atau
dengan kata lain mengkritisi kekuasaan Tuhan secara mendalam dan
tuntas. Oleh karena itu, Tuhan Yang Maha Esa oleh umat islam diyakini
sebagai Tuhan pencipta alam semesta dan memiliki sifat-sifat dan nama-
nama yang baik atau dikenal dengan sebutan “Asmaaullah al-husnaa”
dijekaskan oleh Muhammad Daud Ali (1998) dalam bukunya “Pendidikan
Agama Islam” mengatakan bahwa didalam ilmu Tauhid, dijelaskan dua
puluh sifat Tuhan, yang disebut dengan sifat dua puluh. Sifat-sifat Allah
ang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Ada, 2) Awal, tidak ada
permulaan-Nya, 5) Berdiri sendiri, 6) Maha Esa, 7) Berkuasa, Maha
Kuasa, 8) Berkehendak, 9) Maha Mengetahui, 10) Hidup, 11) Maha
Mendengar, 12) Maha Melihat, 13) Maha Berkata-kata, 14) Dalam
Keadaan berkuasa,15) Dalam keadaan Berkemauan, 16) Dalam Keadaan
Berpengetahuaan, 17) Dalam Keadaan Hidup, 18) Dalam Keadaan
Mendengar, 19) Dalam Keadaan Melihat, dan 20) Dalam Keadaan
Berkata-kata.
Sebagai mhasiswa yang perlu diketahui adalah bahwa Allah, Tuhan
yang Maha Esa itu bersifat :
1. Hidup. Ini bearti Allah, Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan
Yang Maha Hidup. Hidupnya itu Maha Esa tanpa memerlukan
makanan dan minuman, istirahat dan sebagainya. Konsekuensi
keyakinan seperti itu adalah segala sesuatu yang sifat hidupnnya
memerlukan makanan, minuman, tidur dan sebagainya bagi
seorang muslim bukanlah Allah dan tidak boleh dipandang
sebagai Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berkuasa. Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Kekuasaan-Nya
Maha Esa, tiada bertara, tidak ada tolok banding-Nya. Ia Maha
Kuasa tanpa memerlukan pihak lain maupun juga dalam
kekuasaan-Nya. Ia Maha Kuasa dengan sendiri-Nya.
Konsekuensi keyakinan seperti pada kekuasaan Allah, melampau
segala kekuasaan selain dari kekuasaan Allah. Dan sebagai
akibatnya, seorang muslim tidak boleh takut pada kekuasaan lain
yang ada di ala mini, baik kekuasaan berupa kekuatan-kekuatan
alamiah maupun kekuasaan-kekuasaan insanlah.
3. Berkehendak Allah mempunyai kehendak. Kehendak-Nya Maha
Esa dan berlaku untuk seluruh alam semesta, termasuk manusia
di dalamnya. Konsekuwensi keyakinan yang demikian adalah
bahwa kehendak Allah Yang Maha Esa wajib diikuti oleh setiap
muslim. Kehendak Allah yang masih tercantum dalam al-Quran
yang menjadi kitab suci uamat Islam. Selain itu, kehendak Allah
dapat pula dijumpai pada ayat-ayat kauniyah di alam semesta
berupa sunnatullah yaitu hokum-hukum Allah yang oleh para
sarjana disebut Nature of laws.
B. Hakikat Allah dalam Keesaan-Nya
Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Mutlak di
samping sebagai Tuhan Yang Maha Esa, dan Pemeliharaan alam
semesta. Segala sesuatu mengenai Tuhan Yang Maha Esa, dan
Pemelihara alam semesta. Segala sesuatu mengenai Tuhan disebut
ketuhanan.
Allah berfirman dalam alquran surat Ali Imran ayat 3:
ُّ ‫اللَّ ُه اَل ِإ ٰلَ َه ِإاَّل ُهوَ ا ْل َح‬
‫ي ا ْل َقيُّو ُم‬
Artinya: ‘’ Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.’’
Osman Raliby(1980) mengatakan bahwa konsep tentang keturunan
Yang Maha Esa disebut Tauhid. Ilmunya adalah ilmu Tauhid. Ilmu
Tauhid adalah ilmu tentang kemahaesaan Tuhan. Dalam ilmu Tauhid
dikenal istilah tauhid uluhiyyah dan tauhid rububiyyah. Tauhid
uluhiyyah adalah hanya Allah yang menerima semua ibadah
manusia, ketika manusia menyembah selain Allah maka disebut
musyrik. Misalnnya menyembah roh, pohon, batu, gunung, kuburan,
membawa sesajen ke sungai atau istilah lain percaya kepada
dinanisme dan animism. Mereka meyakini bahwa hal tersebut
mempunyai kekuatan yang dapat menyelamatkan dan melindungi,
disebutkan dalam Al- Quran surat annisa ayat 36 Allah berfirman:
ٰ‫س انًا وَ ِب ِذي ا ْل ُق رْ بَىٰ وَ ا ْليَتَ امَى‬ ِ ‫ش ْيئًا ۖ وَ ِبا ْلوَ ا ِل َدي‬
َ ‫ْن ِإ ْح‬ َ ‫وَ اعْ بُ دُوا اللَّ َه وَ اَل ت ُْش ِر ُكوا ِب ِه‬

‫ْن الس َِّبي ِل وَ َم ا‬ ِ ‫ب ِبا ْل َج ْن‬


ِ ‫ب وَ اب‬ ِ ُ‫ار ا ْل ُجن‬
ِ ‫ب وَ الصَّا ِح‬ ِ ‫ار ِذي ا ْلقُرْ بَىٰ وَ ا ْل َج‬
ِ ‫ين وَ ا ْل َج‬
ِ ‫وَ ا ْل َمسَا ِك‬
‫َملَ َكتْ َأ ْيمَانُ ُك ْم ۗ ِإنَّ اللَّ َه اَل يُحِبُّ مَنْ َكانَ مُخْ تَااًل َفخُ ورً ا‬
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-
Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

tauhid rubuniyyah adalah meyakini bahwa yang


memelihara alam beserta isinya hanyalah Allah.
Perhatikan firman Allah dalam Al Quran surat Al Fatihah

ayat 2
I‫ َن‬I‫ ي‬I‫ ِم‬Iَ‫ل‬I‫ ا‬I‫ َع‬I‫ ْل‬I‫ ا‬I‫ب‬
Iِّ I‫ر‬Iَ Iِ ‫ هَّلِل‬I‫ ُد‬I‫ ْم‬I‫ َح‬I‫ ْل‬I‫ا‬
Artinya : “segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”
Makna “Rabbul ‘alamin” mengandung makna bahwa Allah
adalah Tuhan pemelihara alam semesta, Tuhan Yang
mengatur manusia,tumbuh-tumbuhan serta makhluk lainnya
sesuai dengan kadarnya. Muhammad Daud Ali (1998)
mengutip pendapat Osman Raliby yang mengemukan
tentang kemahaesaan Tuhan sebagai berikut:
1. Allah Maha Esa dalam Zat-Nya
2. Allah Maha Esa dalam sifat-sifat-nya
3. Allah Maha Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya
4. Allah Maha Esa dalam wujud-Nya
5. Allah Maha Esa dalam menerima ibadah
6. Allah Maha Esa dalam menerima hajat dan hasrat
7. Allah Maha Esa dalam member hokum
1. Allah Maha Esa dalam Zat-Nya
Kemahaesaan Allah dalam Zat-Nya dapat dirumuskan dengan
kata-kata bahwa Zat Allah tidak sama dan tidak dapat
dibandingkan dengan apapun. Dia Unik, berbeda dalam segala-
galanya. Zat Tuhan Yang Maha Esa itu bukanlah materi yang
terdiri atas beberapa unsure bersusun, ia tidak dapat disamakan
atau dibandingkan dengan benda apa pun yang kita kenal, yang
menurut ilmu fisika terjadi dari susunan atom, molekul dan
unsur-unsur berbentuk yang takluk kepada ruang dan waktu yang
dapat ditangkap oleh pancaindera manusia, yang dapat hancur
musnah dan lenyap pada suatu masa. Allah berfirman dalam Al
Quran surat Asyura ayat 11:
Iۖ I‫ ا‬I‫ ًج‬I‫ ا‬I‫ َو‬I‫ز‬Iْ Iَ‫ أ‬I‫م‬Iِ I‫ ا‬I‫ َع‬I‫ ْن‬Iَ ‫أْل‬I‫ ا‬I‫ن‬Iَ I‫ ِم‬I‫و‬Iَ I‫ ا‬I‫ ًج‬I‫ ا‬I‫ َو‬I‫ز‬Iْ Iَ‫ أ‬I‫ ْم‬I‫ ُك‬I‫س‬Iِ Iُ‫ ف‬I‫ ْن‬Iَ‫ أ‬I‫ن‬Iْ I‫ ِم‬I‫ ْم‬I‫ ُك‬Iَ‫ ل‬I‫ل‬Iَ I‫ َع‬I‫ج‬Iَ Iۚ I‫ض‬ِ I‫ر‬Iْ Iَ ‫أْل‬I‫ ا‬I‫ َو‬I‫ت‬
ِ I‫ ا‬I‫و‬Iَ I‫ ا‬I‫َّ َم‬I‫س‬I‫ل‬I‫ ا‬I‫ ُر‬I‫ ِط‬I‫ ا‬Iَ‫ف‬
Iِ Iَ‫ ب‬I‫ ْل‬I‫ ا‬I‫ ُع‬I‫ ي‬I‫َّ ِم‬I‫س‬I‫ل‬I‫ ا‬I‫و‬Iَ Iُ‫ ه‬I‫ َو‬Iۖ I‫ ٌء‬I‫ي‬
I‫ ُر‬I‫ ي‬I‫ص‬ Iْ I‫ َش‬I‫ ِه‬Iِ‫ ل‬I‫ ْث‬I‫ ِم‬I‫ َك‬I‫س‬ Iَ I‫ ْي‬Iَ‫ ل‬Iۚ I‫ ِه‬I‫ ي‬Iِ‫ ف‬I‫ ْم‬I‫ ُك‬I‫ ُؤ‬I‫ َر‬I‫ ْذ‬Iَ‫ي‬

Artinya: “ (Dia) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi


kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis
binatang

Ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikannya kamu


berkembang baik dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan dia, dan dialah yang maha mendengar dan
melihat.
Keyakinan kepada zat allah yang maha esa seperti itu
mempunyai konsekwensi. Konsekwensinya adalah bagi umat
islam yang mempunyai aqidah demikian, segala sesuatu yang
dapat ditangkap oleh pancaindera mempunyai membentuk
tertentu, tunduk pada ruang dan waktu, hidup memerlukan
makanan dan minuman seperti manusia biasa, mengalami sakit
dan mati, lenyap dan musnah, bagi seorang muslim bukanlah
allah, tuhan yang maha esa.

2. Allah maha esa dalam sifat sifatnya.

Kemahaesaan allah dalam sifat sifatnya ini mempunyai arti bahwa sifat
sifat allah penuh kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada yang
menyamainya. Sifat sifat allah itu banyak dan tidak dapat diperkirakan.
Namun demikian, dari al-quran dapat diketahui Sembilan puluh
Sembilan nama tuhan yang biasanya disebut dengan al-asmaaullah al-
husnaa.: Sembilan puluh Sembilan nama nama allah yang indah
(Muhammad Daud Ali, 1998:23;A.Toto Suryana, 1996:71; dan Muslim
Nurdin dkk.,1993:86-91)

3. Allah maha esa dalam perbuatan perbuatannya

Pernyataan ini mengandung arti bahwa kita meyakini tuhan yang maha
esa tiada bertara dalam melakukan sesutau, sehingga hanya dialah yang
dapat berbuat menciptakan alam semesta ini. Perbuatannya itu unik,
lain dari yang lain, tiada taranya dan tidak sanggup pula manusia
menirunya. Kagumilah, misalnya, bagaimana ia menciptakan diri kita
sendiri dalam bentuk tubuh yang sangat baik, yang dilengkapinya
dengan pancaindera, akal, perasaan, kemauan, bahasa, pengalaman dan
sebagainya. Perhatikan pula susunan kimiawi materi materi yang ada di
ala mini. Misalnya H20, susunan kimiawi (materi) zat cair, C02, zat
asam dan sebagainya. Konsekwensi keyakinan bahwa allah maha esa
dalam berbuat (perbuatannya) adalah seorang muslim tidak boleh
mengagumi perbuatan perbuatan manusia lain dan karyanya sendiri
secara berlebihan. Manusia, baik perseorangan maupun sebagai
kolektivitas, betapapun genial (hebat), tidak boleh dijadikan obyek
pemujaan apalagi kalau disembah pula.

4. Allah maha esa dalam wujud-nya

allah maha esa dalam wujudnya. Ini berarti bahwa ujud allah berbeda
dengan wujud alam semesta. Ia tidak dapat disamakan dan

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam praktikum ini yaitu, untuk mengetahui suatu bahan
makanan mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin dapat dilakukan
dengan melakukan pengujian dengan mencampur bahan makanan dengan
beberapa reagen seperti lugol yang dapat menguji kandungan amilum, biuret
yang dapat menguji kandungan protein, KI yang dapat menguji kandungan
vitamin, dan FA dan FB yang dapat menguji kandungan glukosa.

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca setelah membaca ini dapat mengetahui kandungan
yang terdapat dalam bahan makanan dengan menggunakan beberapa reagen
seperti lugol, biuret, FA dan FB, dan KI.
DAFTAR PUSTAKA

Arato, A.H. (2012). Macam-Macam Sumber Protein. Diambil dari :


http://diditsmile.blogspot.com/2012/07/macam-macam-sumber-protein.html. (18
November 2013)

Chemfany. (2012). Makalah Protein. Diambil dari :


http://chemfany.wordpress.com/2012/03/11/makalah-protein/. (18 November
2013)

Widia Ningsih Effendi. (2011). Kasus Kelebihan dan Kekurangan Lemak.


Diambil dari : http://winiedoank.blogspot.ca/2011/09/kasus-kelebihan-dan-
kekurangan- lemak.html. (19 November 2013)

Susantri. 2013. Uji Amilum, Glukosa, Protein dan Lemak. Diambil dari :
(http://susantri10.blogspot.com/2013/01/uji-amilum-glukosa-protein-dan-
lemak.html). (17 Maret 2014) 

Anonim. 2012. Tes Biuret. Diambil dari:


http://cakrabuwana.blogspot.com/2012/03/tes-biuret.html. (23 Januari 2015).

Anonim. 2011. Uji Benedict. Diambil dari :


http://quikymedia.blogspot.com/2011/04/praktikum-kimia-uji-benedict.html. (23
Januari 2015).

Heni. 2014. Glukosa. Diambil dari :


http://habibana.staff.ub.ac.id/2014/08/08/glukosa/. (23 Januari 2015).

Endrawati, Heni. 2014. Pengertian Karbohidrat, Klasifikasi Karbohidrat dan


Metabolisme Karbohidrat. Diambil dari :
http://habibana.staff.ub.ac.id/2014/06/30/pengertian-karbohidrat-klasifikasi-
karbohidrat-dan-metabolisme-karbohidrat/. (23 Januari 2015).

Oktora, Eltracyta. 2012. Amilum atau Amilosa. Diambil dari :


http://eltracytaocktora.blogspot.com/2012/09/amilum-atau-amilosa.html. (23
Januari 2015).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai