Anda di halaman 1dari 23

Kata Pengantar

Alhamdulillahi Robbil ‘Alami. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam.
Atas segala karunia nikmatnya sehingga saya dapat menyusun laporan ini dengan
sebaik-baiknya. Laporan yang berjudul “Indikator Asam Basa” disusun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Kimia.

Laporan ini berisi tentang penentuan asam basa pada makanan dan pH larutannya.
Dalam penyusunan laporan ini melibatkan berbagai pihak, baik dari dalam sekolah
maupun luar sekolah. Oleh sebab itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas segala
kontribusinya dalam membantu penyusunan laporan ini.

Meski telah disusun secara maksimal, namun saya sebagai manusia biasa
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan saya laporan ini dapat menjadi sarana untuk membantu masyarakat
dalam memilah dan memilih bahan makanan atau zat yang mengandung asam atau basa.

Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari laporan ini.

Bantaeng, 5 Februari 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Praktikum 3
D. Manfaat Praktikum 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Kajian Teori 4
BAB III METODE PRAKTIKUM 13
A. Waktu dan Tempat 13
B. Alat dan Bahan 13
C. Prosedur Kerja 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15
A. Hasil 15
B. Pembahasan 17
BAB V PENUTUP 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa atau fenomena
yang terjadi dialam yang lebih spesifiknya lagi mempelajari tentang materi dan
perubahan yang menyertainya. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal suatu
zat yang mudah serta cepat dipahami dan diteliti dalam larutan. Larutan adalah
campuran homogen dari dua macam zat atau lebih. Larutan dapat berupa larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit. Didalam larutan terkandung suatu zat asam
dan basa yang merupakan penghasil dan pendukung suatu larutan. Asam dan
Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari - hari yang bersifat asam, pahit, asin dan manis pada makanan atau zat,
sedangkan yang kita ketahui suatu zat yang termasuk basa karena rasanya yang
pahit dan licin. Senyawa asam ditemukan dalam buah-buahan, diantaranya asam
sitrat yang berfungsi memberi rasa lemon yang tajam pada jeruk, asam asetat
pada cuka makan dan buah kalengan, asam askorbat pada tablet vitamin C,
maupun asam sulfat pada aki kendaraan bermotor. Adapun basa dapat
ditemukan dalam pembersih lantai yang mengandung amonia, sabun mandi dan
detergen yang mengandung NaOH/KOH, obat maag yang mengandung
Mg(OH)2 , deodorant yang mengandung Al(OH)3 dan sebagainya. Oleh karena
tidak semua bahan kimia aman dicicipi, maka diperlukan alat untuk
mengidentifikasi senyawa tersebut. Alat ini biasa disebut indikator asam basa.
Indikator artinya “penunjuk”. Biasanya indikator asam basa berupa zat kimia
yang mempunyai warna yang berbeda apabila ditambahkan ke dalam larutan
asam dan basa. Ada beragam jenis indikator asam basa yang biasanya digunakan
di laboratorium kimia, diantaranya adalah indikator alam, kertas lakmus, trayek
pH dan indikator universal. Dalam indikator alam dan kertas lakmus, kita dapat
mengetahui tingkat kekuatan suatu zat yang termasuk asam atau basa tetapi ada

3
juga beberapa indikator yang dibuat secara sintesi di Laboratorium. Sedangkan
dengan menggunakan indikator universal kita dapat menentukan pH suatu
larutan. Indikator universal adalah campuran dari beberapa macam indikator
yang telah distandarisasi warnanya pada pH 0-14. Oleh karena itu, dengan
mencocokkan warna indikator universal dalam suatu larutan dengan warna
standart, kita dapat memperkirakan pH larutan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka kami mengalakukan pengamatan untuk
mengetahui kandungan asam atau basa pada makanan atau zat serta menentukan
pH suatu larutan.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kami jelaskan diatas, permasalahan
yang akan kami bahas pada laporan ini adalah
1. Bagaimana cara mengetahui kandungan asam atau basa pada makanan
serta menentukan pH larutannya?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan kita capai
adalah
1. Untuk mengetahui kandungan asam atau basa pada makanan serta
menentukan pH larutannya

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang kami dapatkan
diatas, maka dapat disebutkan beberapa manfaat penelitian dari laporan ini,
yaitu:
1. Bagi penulis
Dapat mengetahui kandungan asam atau basa pada makanan serta
mengetahui pH larutannya.

2. Bagi pembaca
Dapat menambah wawasan dengan mengetahui kandungan asam
atau basa pada makanan serta perubahan-perubahan yang terjadi pada
percobaan tersebut ketika indikator alam ditetesi dengan zat penguji.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Asam Basa
Indikator asam-basa  adalah senyawa halokromik yang ditambahkan dalam
jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan
warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Pada temperatur 25° Celsius,
nilai pH untuk larutan netral adalah 7,0. Di bawah nilai tersebut larutan
dikatakan asam, dan di atas nilai tersebut larutan dikatakan basa. Kebanyakan
senyawa organik yang dihasilkan makhluk hidup mudah melepaskan proton
(bersifat sebagai asam Lewis), umumnya asam karboksilat dan amina, sehingga
indikator asam-basa banyak digunakan dalam bidang biologi dan kimia analitik.
Mekanisme perubahan warna oleh indikator adalah reaksi asam-
basa, pembentukan kompleks, dan reaksi redoks.
1. Asam 

Gambar 2.1 Asam


( Sumber : www.google.co.id )

Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan


dalam air akan menghasilkan larutan denga pH lebih kecil dari 7. Asam
adalah suatu zat yang dapat memberi proton(ion H+) kepada zat lain
(yang disebutbasa), atau dapat menerima pasangan electron bebas dari
suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi
penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat.

6
Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:
a. masam ketika dilarutkan dalam air.
b. asam terasa menyengat bila disentuh, dan dapat merusak kulit,
teruma bila asamnya asam pekat.
c. asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif
terhadap logam.
d. asam, walaupun tidak selalu ionic merupakan cairan elektrolit
(Dapat menghantarkan arus listrik)
e. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
2. Basa 

Gambar 2.2 Basa


( Sumber : www.google.co.id )

Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia,


asam dan basa saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut
alkali. Jika zat asam menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan
positif, maka dalam hal ini basa mempunyai arti sebagai berikut. maka
ketika suatu senyawa basa di larutkan ke dalam air, maka akan terbentuk
ion hidroksida (OH-) dan ion positif menurut reaksi sebagai berikut. Ion
hidroksida (OH-) terbentuk karena senyawa hidroksida (OH) mengikat
satu elektron saat dimasukkan ke dalam air.      
Secara umum, basa memiliki sifat sebagai berikut:
a. Kaustik
b. Rasanya pahit
c. Licin seperti sabun

7
d. Nilai pH lebih dari air suling
e. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
f. Dapat menghantarkan arus listrik
 
Teori asam-basa:
1. Pada tahun 1884 Svante Arrhenius mengemukakan teori tentang
asam dan basa yaitu teori asam basa arrhenius.
Menurutnya, asam adalah suatu zat yang apabila dilarutkan
dalam air akan menghasilkan ion H+ dimana ion tersebut
merupakan satu-satunya ion yang ada dalam
larutan. Basa merupakan zat yang apabila di larutkan dalam air
akan terionisasi menghasilkan ion OH-, dan ion tersebut
merupakan ion satu-satunya yang ada di dalam larutan.

2. Pada tahun 1923 ahli kima Denmark bernama J.N Bronsted dan
ahli kimia inggris bernama T.N Lowry mengemukakan teori yang
bernama teori asam basa broansted-lowry, yang berbunyi suatu
zat pemberi proton (proton donor) disebutasam dan suatu zat
penerima proton (proton aseptor) di sebut basa. Dari definisi
tersebut maka suatu asam setelah melepas proton akan
membentuk basa konjugasi dari asam tersebut. Demikian pula
dengan basa, setelah menerima proton akan membentuk asam
konjugasi dari basa tersebut.

3. Pada tahun 1932 G.N Lewis menyatakan teori yang


berbunyi basa adalah zat yang memiliki satu atau lebih pasangan
elektron bebas yang dapat di berikan kepada zat lain sehingga
terbentuk ikatan kovalen koordinasi, sedangkan asam adalah zat
yang dapat menerima pasangan elektron tersebut.

8
B. Indikator Alam

Gambar 2.3 Indikator Alami


( Sumber : www.google.co.id )

Indikator alam merupakan bahan alam yang dapat dibuat dari bagian
tanaman yang berwarna, misalnya kelopak bunga, akar, batang dan daun.
Beberapa bahan alam yang bisa dimanfaatkan menjadi indikator asam basa
diantaranya kelopak bunga kertas, kelopak bunga sepatu, kunyit dan masih
banyak lagi. Sebenarnya hampir semua tumbuhan berwarna dapat dipakai
sebagai indikator namun terkadang perubahan warnanya tidak jelas.
Pada prinsipnya, indikator bahan alam dapat dibuat dengan cara mengambil
zat warna yang terkandung dalam tumbuhan itu. Zat warna dalam tumbuhan
dapat keluar jika dilakukan beberapa perlakuan, misalnya dilarutkan dalam air,
direbus dengan air dan dilarutkan dalam alcohol. Oleh karena itu zat warna
dalam tumbuhan memiliki sifat polar, maka segala jenis pelarut polar dapat
melarutkan zat warna warni.

9
C. Indikator Buatan

Gambar 2.5 Indikator Buatan


( Sumber : www.google.co.id )

Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di


laboratorium atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah :

1. Kertas Lakmus

Kertas lakmus adalah kertas yang diberi suatu senyawa kimia


sehingga akan menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan
pada larutan asam maupun basa. Warna kertas lakmus akan berubah
sesuai dengan larutannya. Perubahan warna yang mampu dihasilkan oleh
kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya orchein (ekstrak
lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus. Lakmus biru dibuat
dengan menambahkan ektrak lamus yang berwarna biru ke dalam kertas
putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya
dikeringkan dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas lakmus biru.
Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap biru,
karena orchein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan
anion (OH-). Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama
dengan pembuatan kertas lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam
sulfat atau asam klorida agar warnanya menjadi merah.

Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan


kembali terjadi. Apabila ketas lakmus merah dimasukkan ke dalam

10
larutan yang bersifat asam, warnanya akan tetap merah karena lakmus
merah memang merupakan orchein dalam suasana asam. Sedangkan,
apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa,
maka orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk.

2. Trayek pH
Trayek pH indikator merupakan trayek rentang perubahan warna
suatu zat indikator pH yang biasa digunakan dalam titrasi. Zat yang dapat
digunakan sebagai indikator pH berupa:
a. Fenolftalein 
Fenolftalein adalah pewarna yang berperan sebagai
indikator pH. Fenolftalein adalah senyawa kimiadengan rumus
molekul C20H14O4 dan sering ditulis sebagai "HIn" atau "pp"
dalam notasi singkat. Fenolftalein sering digunakan sebagai
indikator dalam titrasi asam–basa. Untuk aplikasi ini, ia berubah
warna dari tak berwarna dalam larutan asam menjadi merah muda
dalam larutan basa.
Fenolftalein sedikit larut dalam air dan biasanya dilarutkan
dalam alkohol untuk digunakan dalam berbagai percobaan.
Senyawa ini bersifat asam lemah yang dapat membebaskan ion
H+ dalam larutan. Molekul fenolftalein tidak berwarna, dan ion
fenolftalein berwarna merah muda. Jika basa ditambahkan ke
dalam fenolftalein, kesetimbangan molekul ⇌ ion bergeser ke
kanan, menyebabkan ionisasi lebih banyak karena pembebasan
ion H+. Hal ini diprediksi menurut prinsip Le Chatelier.
Fenolftalein biasanya digunakan sebagai indikator keadaan
suatu zat yang bersifat lebih asam atau lebih basa. Prinsip
perubahan warna ini digunakan dalam metode titrasi. Fenolftalein
cocok untuk digunakan sebagai indikator untuk proses
titrasi HCl dan NaOH. Fenolftalein tidak akan berwarna (bening)
dalam keadaan zat yang asam atau netral, namun akan berwarna

11
kemerahan dalam keadaan zat yang basa. Tepatnya pada titik pH
di bawah 8,3 fenolftalein tidak berwarna, namun jika mulai
melewati 8,3 maka warna merah muda yang semakin kemerahan
akan muncul. Semakin basa maka warna yang ditimbulkan akan
semakin merah.

b. Metil Biru
Metil biru merupakan pewarna thiazine yang kerap
digunakan sebagai bakterisida dan fungsida.  Di beberapa tempat
penggunaan bahan ini sudah semakin tidak populer karena
diketahui mempunyai pengaruh buruk terhadap filtrasi biologi
dan kemampuan warnanya untuk melekat pada kulit, pakaian,
dekorasi akuarium dan peralatan lainnya  termasuk lem
akuarium.  Diduga bahan inipun dapat berakibat buruk pada
tanaman.
Metilen biru juga merupakan salah satu zat
warna thiazine yang sering digunakan, karena harganya ekonomis
dan mudah diperoleh. Zat warna metilen biru merupakan zat
warna dasar yang penting dalam proses pewarnaan kulit, kain
mori, dan kain katun, Penggunaan metilen biru dapat
menimbulkan beberapa efek, seperti iritasi saluran pencernaan
jika tertelan, menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada
kulit jika tersentuh oleh kulit.

c. Metil Merah
Meti merah adalah indikator warna yang berubah menjadi
merah dalam larutan asam. Ini merupakan zat warna azo, dan
berbentuk bubuk kristal berwarna merah gelap. Metil merah
adalah indikator pH; berwarna merah pada pH di bawah 4,4;
kuning pada pH 6,2 dan jingga pada pH di antaranya.
Memiliki pKa 5,1. Mureksida dan metil merah diteliti sebagai

12
pengaya yang menjajikan dalam
penghancuran sonokimia dari polutanhidrokarbon terklorinasi.
Metil merah dikelompokkan dalam IARC group 3 potensial
karsinogen bagi manusia.
Dalam mikrobiologi, metil merah digunakan dalam uji metil
merah (Uji MR) digunakan untuk mengidentifikasi bakteri yang
menghasilkan asam secara stabil melalui mekanisme fermentasi
campuran asam dari glukosa 
Pada uji MR, bagian ‘M’ dari empat uji IMViC, digunakan
untuk mengidentifikasi bakteri enterik berdasarkan pola
metabolisme glukosanya. Seluruh enterik pertama kali
menghasilkan asam piruvat dari metabolisme glukosa. Beberapa
enterik menggunakan jalur campuran asam untuk metabolisme
asam piruvat dan asam lainnya seperti laktat dan asetat,
serta asam format. Bakteri ini disebut positif metil merah dan
termasuk di dalamnya adalah Escherichia coli dan Proteus
vulgaris. Enterik lainnya menggunakan jalur butilena glikol untuk
metabolisme asam piruvat menjadi produk akhir yang netral.
Bakteri ini disebut negatif metil merah, dan termasuk di
dalamnya adalah Serratia marcescens dan Enterobacter
aerogenes.

3. Indikator Universal
Indikator universal adalah indikator pH berisi larutan dari beberapa
senyawa yang menunjukkan beberapa perubahan warna yang halus pada
rentang pH antara 1-14 untuk menunjukkan keasaman atau kebasaan
larutan. Meskipun secara komersial tersedia beeberapa indikator
universal, sebagian besar variasi formula dipatenkan oleh Yamada pada
tahun 1933. Perincian paten dapat ditemukan pada Chemical Abstracts.
Indikator universal adalah kumpulan campuran indikator yang
menunjukkan perubahan warna dalam larutan, yang menginterpretasikan

13
larutan tersebut asam atau basa. Indikator universal dapat berbentuk
kertas maupun larutan.
a. Kertas : Berupa lembaran (strip) kertas berwarna yang berubah
warna menjadi merah jika larutan bersifat asam dan biru juka
larutan bersifat basa. Strip dapat diletakkan langsung di atas
permukaan yang basah atau beberapa tetes larutan diteteskan di
atas indikator universal menggunakan alat penetes (pipet). Jika
larutan uji berwarna gelap, disarankan menggunakan indikator
universal berbentuk kertas.
b. Larutan : Komponen utama larutan indikator universal adalah
timol biru, metil merah, bromotimol biru dan fenolftalein.
Campuran ini sangat penting karena, masing-masing komponen,
kehilangan atau mendapatkan elektron bergantung pada
keasaman atau kebasaan larutan yang akan diuji. Indikator
universal jenis ini paling layak digunakan untuk larutan tak
berwarna, sehingga dapat meningkatkan akurasi pengujian

14
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Pengamatan asam basa berlangsung pada :
Hari / Tanggal : Senin, 29 Januari 2018 & Jum’at, 2 Februari 2018
Tempat : Laboratorium kimia SMAN 1 BANTAENG

B. Alat dan Bahan


Menyiapkan alat dan bahan :
1. Alat
a. Gelas kimia
b. Pipet tetes
c. Plat tetes
d. Pensil
e. Penggaris
f. Labu semprot
g. Batang pengaduk spatula
2. Bahan
a. Kertas pH
b. Kertas lakmus
c. Trayek pH
d. Baclyn
e. Sprite
f. Parfum
g. Ekstrak bunga
h. Air kelapa

15
C. Prosedur Kerja
a. Kegiatan 1 (Ekstrak bunga ungu)
a. Menuangkan semua larutan (baclyn, sprite, parfum, air kelapa)
pada plat tetes.
b. Menuangkan 2 tetes ekstrak bunga ungu pada larutan uji yang
telah di tuangkan pada plat tetes.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
d. Mencatat hasil perubahan warna yang terjadi pada larutan uji
yang di beri ekstrak.
b. Kegiatan 2 (Uji kertas lakmus)
a. Meletakan ketas lakmus kedalam plat tetes.
b. Meneteskan 2 tetes larutan uji pada kertas lakmus merah dan biru.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
d. Mencatat hasil perubahan warna pada kertas lakmus.
c. Kegiatan 3 (MM, BTB, PP)
a. Menuangkan semua larutan uji (baclyn, sprite, parfum, air
kelapa) pada plat tetes sebanyak 3 lubang pada 1 larutan uji.
b. Memberikan label sesuai dengan nama larutan uji tersebut.
c. Meneteskan MM, BTB, PP pada setiap larutan.
d. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada setiap larutan uji.
e. Mencatat hasil perubahan warna yang terjadi pada larutan.
d. Kegiatan 4 (Kertas pH)
a. Menuangkan semua larutan uji (baclyn, sprite, parfum, air kelapa)
pada gelas kimia sebanyak 30 ml pada 1 larutan uji.
b. Mencelupkan kertas pH pada setiap gelas kimia yang telah di beri
larutan uji.
c. Membandingkan kertas pH yang telah dicelupkan dengan
pengukur warna pada kertas pH.
d. Mencatat hasil perbandingan warna pada kertas pH.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Tabel kegiatan 1 (Ekstrak bunga ungu)

Nama Larutan Warna Larutan Warna Larutan


No. Sifat
Uji Uji Uji + Ekstrak
1. Baclyn Bening Hiaju Basa
2. Air Kelapa Bening Coklat Asam
kehijauan
3. Parfum Bening Coklat Asam
4. Sprite Bening Merah bata Asam

2. Tabel kegiatan 2 (Uji kertas lakmus)

Nama Larutan Warna Larutan Uji


No. Sifat
Uji Lakmus Merah Lakmus Biru
1. Baclyn Biru Biru Basa
2. Air Kelapa Merah Merah Asam
3. Parfum Merah Merah Asam
4. Sprite Merah Merah Asam

3. Tabel kegiatan 3 (MM, BTB, PP)

Bahan C Bahan E
Bahan A Bahan B Bahan D
No. Indikator (Sabun (Koko
(Sprite) (Cuka) (Ale-Ale)
Colek) Drink)
1. MM Merah Merah Kuning Merah Merah
muda keunguan telur muda
2. BTB Krem Putih Hijau Kuning Putih
tulang muda tulang
3. PP Tidak Tidak Merah Tidak Tidak
berwarna berwarna muda berwarna berwarna
(A) MM : 0-4,4

17
BTB : 0-6,0
PP : 0-8,3
(B) MM : 0-4,4
BTB : 0-4,4
PP : 0-8,3
(C) MM : 6,2-14
BTB : 6,0-7,6
PP : 10,0-14
(D) MM : 0-4,4
BTB : 0-6,0
PP : 0-8,3
(E) MM : 0-4,4
BTB : 0-6,0
PP : 0-8,3

4. Tabel Kegiatan 4 (Kertas pH)

No. Nama Bahan pH


1. Sprite 4
2. Ale – ale 4
3. Koko drink 4
4. Cuka 2
5. Sabun colek 10

B. Pembahasan
Sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu saya melakakukan percobaan
dengan menggunakan indikator alami untuk menghasilkan ekstrak bunga.
sampel bunga yang saya gunakan adalah jenis bunga ungu. Ekstrak yang

18
dihasilkan oleh bunga ungu mengandung larutan asam basa. Apabila ekstrak
bunga ungu di tetesi dengan larutan yang mengandung asam maka larutan akan
berubah warna menjadi coklat sedangkan jika ekstrak bunga ungu di tetesi
dengan larutan yang mengandung basa maka larutan akan berubah warna
menjadi hijau.

Pada table 4.1 dapat dilihat bahwa larutan baclyn yang awalnya tidak berwarna
jika di tetesi dengan ekstrak bunga ungu maka larutan berubah warna menjadi
hijau yang bersifat basa. larutan air kelapa yang awalnya tidak berwarna jika di
tetesi dengan ekstrak bunga ungu maka larutan berubah warna menjadi coklat
kehijauan yang bersifat asam. larutan parfum yang awalnya tidak berwarna jika
di tetesi dengan ekstrak bunga ungu maka larutan berubah warna menjadi coklat
yang bersifat asam. larutan sprite yang awalnya tidak berwarna jika di tetesi
dengan ekstrak bunga ungu maka larutan berubah warna menjadi merah bata
yang bersifat asam. Jika dilihat dari data tabel 4.1 maka dapat disimpulkan
bahwa 1 dari 4 sampel yang di uji bersifat basa yaitu baclyn sedangkan air
kelapa, parfum dan sprite bersifat asam.

Pada tabel 4.2 yang menunjukkan perubahan sifat larutan dengan menggunakan
uji kertas lakmus dapat dilihat bahwa larutan baclyn mengalami perubahan
warna biru pada kertas lakmus merah dan tidak mengalami perubahan warna
pada kertas lakmus biru tetapi setelah didiamkan beberapa saat kertas lakmus
merah dan biru akan berubah warna menjadi putih karena baclyn merupakan
larutan pemutih yang dapat merubah warna zat atau benda apal sedangkan air
kelapa, parfum dan sprite mengalami perubahan warna menjadi warna merah
pada kertas lakmus merah dan biru, dari data pada tabel 4.2 dapat disimpulkan
bahwa cairan yang bersifat basa akan mengalami perubahan warna menjadi biru
sedangkan cairan yang bersifat asam akan berubah menjadi merah.

Pada tabel 4.3 menunjukkan hasil praktikum dengan menggunakan indikator


trayek pH yang terdiri dari 3 jenis trayek pH yang digunakan yaitu MM, BTB,

19
dan PP. ketiga trayek ini akan di teteskan pada larutan sprite, cuka, sabun colek,
ale-ale, koko drink sehingga mengalami perubahan warna. Sprite, cuka, ale-ale,
dan koko drink ditetesi dengan MM, kemudian mengalami perubahan warna
menjadi merah sedangkan sabun colek ditetesi dengan MM akan mengalami
perubah warna menjadi kuning. Sprite, cuka, ale-ale, dan koko drink ditetesi
dengan BTB, kemudian mengalami perubahan warna menjadi kuning sedangkan
sabun colek ditetesi dengan BTB akan mengalami perubah warna menjadi hijau.
Dan Sprite, cuka, ale-ale, dan koko drink ditetesi dengan PP tidak mengalami
perubahan warna atau tidak berwarna sedangkan sabun colek ditetesi dengan PP
akan mengalami perubah warna menjadi merah.

Pada tabel 4.4 tentang menentukan nilai pH suatu larutan dengan indikator
universal. Dapat dilihat dari data diatas bahwa pada saat indikator universal
dicelupkkan kedalam cuka akan mengalami perubahan warna dan menunjukkan
nilai pH 2 yang bersifat asa. Kemudian pada saat indikator universal
dicelupkkan kedalam sprite, ale-ale,koko drink akan mengalami perubahan
warna dengan menunjukkan nilai 4 yang berarti bersifat asam. Dan pada saat
indikator universal dicelupkan kedalam sabun colek maka akan mengalami
perubahan warna yang bersifat basa.

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asam adalah zat yang berasa asam dengan pH dibawah tujuh
sedangkan basa adalah zat yang bersifat kaustik dengan pH diatas tujuh
dan senyawa yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.
Pada umumnya basa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation logam
dan anion OH–. Nama senyawa basa sama dengan nama kationnya yang
diikuti kata hidroksida. Basa dapat diidentifikasi dengan cara
menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa, dan dengan indikator
alami.  Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi dua macam yaitu basa
kuat dan basa lemah. Basa kuat adalah jenis senyawa sederhana yang
dapat mendeprotonasi asam sangat lemah di dalam reaksi asam – basa,
sedangkan basa lemah adalah larutan basa tidak berubah seluruhnya
menjadi ion hidroksida dalam larutan

B. Saran
Bagi para pembaca, diharapkan agar lebih memperdalam
pengetahuan tentang asam basa baik melalui buku-buku referensi kimia
maupun lewat situs-situs web dan lebih baiknya lagi apabila  dapat
dilakukan percobaan agar lebih memahami tentang asam basa karena
kegunaannya yang sangat besar bagi kehidupan kita sehingga perlu
dipelajari dan dipahami.

21
Daftar Pustaka

Anisa, Dewi. 2009. “Laporan Praktikum Kimia Titrasi Asam Basa”.


http://iniakudewi.blogspot.com/2009/11/laporan-praktikum-kimia-titrasi-asam.html.
diunduh 21 Maret 2012.

Pangganti, Esdi. 2011. “Titrasi Asam-Basa”.


www.esdikimia.wordpreaa.com/2011/06/17/titrasi-asam-basa/. diunduh 21 Maret 2012.

Erlangga.Ratisah, Sri. 2009. “Titrasi Asam-Basa”.


www.kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri20Ratisah20054828/materi.H
TM. diunduh 21 Maret 2012.

22
LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai