Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR LANJUTAN

REAKSI ASAM BASA

Disusun Oleh :

Nama : Inas Tasyah


NIM : 191810301022
Kelompok/kelas : 10/A
Nama Asisten : Roisatul Fitri

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam basa sudah dikenal sejak zaman dulu, istilah asam atau acid berasal
dari bahasa latin acetum yang berarti cuka. Asam-basa menurut Arrhenius
merupakan suatu senyawa bersifat asam dalam air karena adanya ion H+. Senyawa
bersifat basa dalam air karena adanya ion OH- (Keenan, 1990).
Senyawa yang mengandung ion H+ dan ion OH- dapat diidentifikasi dengan
suatu indikator. Indikator selain dari bahan kimia adapula indikator alami yang
berasal dari ekstrak tumbuhan. Menentukan skala pH dengan trayek pH sangatlah
penting untuk mengetahui keadaan suatu bahan asam atau basa. Fungsi dari
penentuan asam basa suatu bahan dalam kehidupan sehari – hari yaitu misalnya
dalam pengaplikasian pembuatan sabun dimana ada skala pH yang menjadi acuan
sabun yang baik (Chang, 2004).
Praktikum kali ini perlu dilakukan agar mahasiswa lebih memahami
mengenai reaksi asam basa secara langsung. Praktikum ini bermanfaat untuk
memperdalam pemahaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai teori asam dan
basa juga cara mengidentifikasinya. Praktikum yang dilakukan kali ini yaitu dengan
melakukan 3 macam percobaan diantara mengidentifikasi sifat asam basa larutan,
penentuan range kerja indikator pH dari berbagai indikator alam, dan titrasi asam
basa. Praktikum pengidentifikasian asam basa dilakukan dengan mengamati warna
kertas lakmus yang dicelupkan ke beberapa larutan. Praktikum penentuan range
indikator dilakukan dengan membuat beberapa larutan dengan pH berbeda.
Praktikum titrasi asam basa dilakukan dengan standarisasi larutan juga melakukan
titrasi (Keenan, 1990).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah cara mengidentifikasi sifat asam basa senyawa dalam pelarut
air ?
1.2.2 Bagaimanakah cara menentukan skala pH dan cara mengukur pH dengan
bermacam – macam indikator ?
1.2.3 Bagaimanakah cara menentukan trayek indikator ekstrak tumbuhan?
1.2.4 Bagaimanakah cara menentukan konsentrasi senyawa dalam suatu larutan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengidentifikasi sifat asam-basa senyawa dalam pelarut air
1.3.2 Memahami skala pH dan terampil melakukan pengukuran pH dengan
bermacam indikator
1.3.3 Menentukan trayek indikator
1.3.4 Menentukan konsentrasi senyawa dalam suatu larutan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Senyawa Asam Basa


Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung hidrogen yang
bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung ion OH⁻ ketika
bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan air.
teori asam Arrchenius, asam adalah zat yang dalam air melepas kan ion H+,
sedangkan basa adalah zat dalam air melepaskan ion OH-. teori asam basa Lewis
asam adalah senyawa penerima (akseptor) pasangan electron, sedangakan basa
adalah senyawa pemberi (donor) pasangan electron (Golberg, 2002).
Ion yang menyebabkan sifat asam adalah proton (H⁺), sedangkan ion
hidroksida (OH⁻) menyebabkan sifat basa, asam adalah elektrolit yang melepaskan
ion hidrogen dalam air dan basa adalah elektrolit yang melepaskan ion hidrogen
dalam air. Asam dan basa berada dalam kessetimbangan yang saling bergantung
satu sama lain yang disebut sistem berpasangan. Asam dan basa pasangannya
membentuk pasangan asam-basa atau sistem prodit (Wang et al., 2017).
Kekuatan asam memberikan proton dan kemudian basa menerima proton
merupakan ukuran kekuatan asam dan basa. Asam yang sudah memberikan proton
disebut asam kuat, sedangkan asam yang sulit melepas proton disebut asam lemah.
Basa kuat adalah basa yang mudah menerima proton, basa lemah sulit menerima
proton. Indikator asam-basa adalah senyawa organik yang berubah warnanya dalam
larutan sesuai dengan pH larutan (Keenan, 1990).
Konsep asam-basa dapat dikatakan masih bersifat alami. Senyawa bersifat
asam bila mempunyai rasa masam, dapat mengubah indikator lakmus kertas biru
menjadi merah, bila ditambah logam dapat melepaskan gelembung-gelembung gas
hidrogen, hingga disimpulkan senyawa bersifat asam mengandung ion hidrogen.
Hingga asam dapat dirumuskan dengan HX, X adalah gugus yang terikat oleh
hidrogen. Senyawa bersifat basa bila mempunyai rasa pahit, dapat mengubah
indikator lakmus merah menjadi biru, dan senyawa mengandung gugus hidroksi,
OH-. Hingga basa dapat dirumuskan MOH, M adalah gugus yang terikat oleh OH
(Sastrohamidjojo, 2005).
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam
air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam adalah suatu zat
yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat
menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan
suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam
adalah asam asetat. Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut: Masam
ketika dilarutkan dalam air, Asam terasa menyengat bila disentuh, dan dapat
merusak kulit, Asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif
terhadap logam, Walaupun tidak selalu ionik merupakan cairan elektrolit

( Keenan, 1992 )

Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan
basa saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Jika zat asam
menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan positif, maka dalam hal ini basa
mempunyai arti bahwa ketika suatu senyawa basa di larutkan ke dalam air, maka
akan terbentuk ion hidroksida (OH-) dan ion positif menurut reaksi sebagai berikut.
Ion hidroksida (OH-) terbentuk karena senyawa hidroksida (OH) mengikat satu
elektron saat dimasukkan ke dalam air. Secara umum, basa memiliki sifat sebagai
berikut: Kaustik, Rasanya pahit, Licin seperti sabun, Nilai pH lebih dari air suling,
Mengubah warna lakmus merah menjadi biru, Dapat menghantarkan arus listrik
(Keenan, 1992)

2.2 Indikator
Indikator asam-basa adalah senyawa organik yang berubah warnanya
dalam larutan sesuai dengan pH larutan. Indikator adalah suatu senyawa yang dapat
memberikan warna berbeda dalam jenis larutanyang berbeda misalnya lakmus
merah dan lakmus biru ketika diletakkan pada larutan yang sifatnya asam akan
berubah warna menjadi merah. Indikator universal sendiri adalah campuran dari
beberapa macam indikator yang telah distandarisasi warnanya pada pH 0-14
(Risna, 2017).
Warna Indikator berubah secara gradual. Indikator lakmus berwarna merah
dalam larutan yang memiliki pH sampai dengan 5,5 dan berwarna biru dalam
larutan yang memiliki pH lebih dari 8, sedangkan dalam larutan yang pH-nya antara
5,5-8 warnanya kombinasi dari kedua warna tersebut. Batas – batas pH ketika
indikator mengalami perubahan warna disebut dengan trayek perubahan warna
indikator (Risna, 2017).
Gambar 2.1 Tabel trayek pH Indikator
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium
atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang
terdiri dari lakmus merah dan lakmus biru, kertas lakmus kertas yang diberi
senyawa kimia sehingga akan menunjukkan warna yang berbeda setelah
dimasukkan pada larutan asan maupun basa. Warna kertas lakmus akan berubah
sesuai dengan larutannya. Perubahan warna yang mampu dihasilkan oleh kertas
lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya orchein (ekstrak lichenes) yang
berwarna biru di dalam kertas lakmus.Lakmus biru dibuat dengan menambahkan
ektrak lamus yang berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan menyerap
ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkandalam udara terbuka, sehingga
dihasilkan kertas nlakmus biru (Chang, 2004).
Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap biru , karena
orchein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan anion (OH-). Kertas
lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas lakmus
biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya
menjadi merah. Mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan kembali terjadi.
Kertas lakmus merah apabila dimasukkan kedalam larutan yang bersifat asam,
warnanya akan tetap merah karena lakmus merah memang merupakan orchein
dalam suasana asam. Kertas lakmus merah apabila ditambahkan larutan yang
bersifat basa, maka orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk
(Chang, 2004).
Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya
dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam
pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-
bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan. Perubahan warna indikator
bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di
dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam larutan basa akan berwarna
hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna merah keunguan dan di dalam
larutan basa akan berwarna hijau (Chang, 2004).

2.3 Titrasi Asam Basa


Titrasi atau titimetri adalah analisa kimia kualitatif yang dilakukan dengan
menetapkan volume suatu zat larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat
yang diperlukan untuk bereaksi secara kualitatif dengan larutan zat yang akan
dianalisis. Titrasi asam basa adalah proses menetralkan larutan yang tidak diketahui
dengan cara meneteskan suatu asam kuat dan basa kuat yang telah diketahui
konsentrasinya ke dalam larutan yang tidak diketahui tadi. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat dalam proses titrasi (Chang, 2004).
Titik ekuivalen dalam suatu titrasi dapat ditentukan dengan mengetahui
jumlah volume basa yang akan ditambahkan ke dalam biuret ke asam dengan
menambahkan beberapa tetes indikator asam-basa. Zat yang akan ditentukan
keadaannya disebut sebagai titran dan biasanya diletakkan di dalam erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer yang
biasanya diletakkan kedalam buret dan titrasi dihentikan pada saat titik ekuivalen
(Keenan, 1992).
Titrasi asam basa akan menjadi setimbang (pH 7) apabila jumlah asam
setara dengan jumlah basa. Kesetimbangan asam-basa adalah salah satu dari
ketentuan yang terjadi pada hukum alam, titrasi melibatkan asam maupun basa
sebagai titer ataupun titran dan didasarkan pada reaksi penetralan. Kadar larutan
asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran
ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen yang
artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi, keadaan ini disebut
sebagai titik ekuivalen(Sutrisno, 1994).

2.4 Derajat Keasaman dan kebasahan ( pH dan pOH)


Indikator asam-basa disebut juga Indikator pH adalah senyawa halokromik
yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan
yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Derajat
keasaman dan kebasaaan adalah bilangan yang menyatakan jumlah ion hidrogen
(H+) dan jumlah ion hidroksil (OH-) dalam suatu zat. Nilai derajat keasaman dan
kebasaan suatu zat tergantung pada jumlah ion H+ dan OH- di dalam air. Semakin
asam suatu zat, semakin banyak ion H+ dan semakin sedikit jumlah ion OH- di
dalam air, sebaliknya semakin basa suatu zat, semakin sedikit jumlah ion H+ dan
semakin banyak ion OH- di dalam air. Jumlah ion H+ dan OH- di dalam air
dinyatakan dengan pH atau pOH. Derajat keasaman atau kebasaan suatu zat hanya
dinyatakan dengan skala pH. Derajat keasaman suatu zat (pH) ditunjukkan dengan
skala 0-14 (Keenan, 1992).
Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, pada tahun
1910, seorang ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen memperkenalkan suatu
bilangan yang sederhana. Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi
H+. Bilangan ini kita kenal dengan skala pH. Harga pH berkisar antara 1 – 14 dan
ditulis:
pH = – log [H+] (2.1)
Analog dengan di atas, maka:
pOH = – log [OH–] (2.2)

Sedangkan hubungan antara pH dan pOH adalah:


Kw = [H+] [OH–] (2.3)
– log Kw = –log [H+] + (–log [OH–]) (2.4)

pKw = pH + pOH (2.5)


Pada suhu 25 ºC, pKw = pH + pOH = 14.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH–] atau pH = pOH = 7.
b. Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH–] atau pH < 7.
c. Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH–] atau pH > 7.
Semakin kecil nilai pH, maka zat tersebut semakin bersifat asam, sedangkan
semakin besar nilai pH suatu zat, maka zat tersebut semakin bersifat basa. Bentuk
matematis pH dapat dinyatakan sebagai persamaan berikut :
pH = –log [H+]= log pH = [H+]-1 (2.6)
pOH = –log [OH–] = log pOH = [OH-]-1 (2.7)
Berdasarkan definisi tersebut, pH dan pOH untuk air pada 25°C dapat dihitung
sebagai berikut.
pH = –log [H+] = –log (1,0 × 10–7) = 7 (2.8)
pOH = –log [OH ] = –log (1,0 × 10–7) = 7 (2.9)
Prosedur yang sama juga diterapkan untuk menghitung tetapan ionisasi air, yaitu
pKw.
Kw = [H+] [OH– ] = 1,0 × 10–14 (2.10)
pKw = pH + pOH = 14 (2.11)
pH = 14 – pOH dan pOH = 14 – pH (2.12)
(Chang, 2004).

2.5 Teori Asam Basa


Pengertian asam basa mula-mula dikemukakan oleh Arrhenius pada tahun
1887. Menurut Arrhenius, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang bila dilarutkan
ke dalam air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion hidrogen (H+)
sebagai satu-satunya ion positif. Basa didefinisikan zat yang bila dilarutkan dalam
air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion-ion hidroksil (OH-) sebagai
satu-satunya ion negatif ( Sutrisno, 2004 ).
Teori asam basa yang dikemukakan Arrhenius ternyata memiliki
keterbatasan, yakni asam dan basa tidak hanya terdapat dalam pelarut air, tetapi
juga terdapat dalam pelarut bukan air. Fakta-fakta tersebut mendorong J.N Bronsted
dari Denmark dan T. Lowry dari Inggris membuat pengertian baru mengenai asam
dan basa. Bronsted dan Lowry mendefinisikan asam sebagai zat yang dapat
memberikan proton (proton donor), sedangkan basa adalah zat yang dapat
menerima proton atau akseptor proton ( Sutrisno, 2004 ).
Teori asam basa yang lebih umum dikemukakan oleh GN. Lewis pada tahun
1923. Teori ini timbul dari kenyataan bahwa teori Bronsted dan Lowry masih
kurang luas jangkauannya. Kenyataannya ada beberapa sebab reaksi asam basa
yang tidak melibatkan proton. Menurut konsep yang diajukan oleh Lewis, asam
didefinisikan sebagai spesi apa saja yang dapat menerima pasangan elektron,
sedangkan basa merupakan spesi yang dapat memberikan pasang elektron
( Sutrisno, 2004 ).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Labu ukur
- Buret
- Clam dan statif
- Pipet volum
- Bulp filler
- Erlenmeyer
- Pelat tetes
- Pipet tetes
- Beaker
- Kertas saring
- Corong
- Botol semprot

3.1.2 Bahan
- HCl 0.01 M
- HCl 0,1 M
- H2SO4 0,1 M
- HCH3COO 0,1 M
- NaOH 0,1 M
- NaOH 0,01 M
- NH4OH 0,1 M
- NH4Cl 0,1 M
- CH3COONa 0,1 M
- H2CO3 0,1 M
- Asam Oksalat
- H3PO3 0,1 M
- Daun Andong Merah
- Indikator PP
- Indikator Metil Orange
- Indikator Metil Merah
3.2 Diagram Alir
3.2.1 Identifikasi sifat asam basa larutan

HCl 0,1 M H2SO4 0,1 M

NH4OH 0,1 M NaOH 0,1 M

hg
CH3COONa 0,1 M NH4Cl 0,1 M

H3PO3 0,1 M HCH3COO 0,1 M

Kertas
Lakmus
dimasukkan kedalam pelat tetes
Asam atau Basa

3.2.2 Penentuan Range Kerja Indikator pH dari berbagai Indikator Alam


3.2.2.1 Membuat Larutan pH 2-6

HCl 0,01 M Akuades


dimasukkan 2,5 mL larutan pH 2 ditambahkan hingga
dalam labu ukur hingga tanda batas
diulangi dengan pH 4,5, dan 6
Larutan pH 3
3.2.2.2 Membuat Larutan pH 8-11 dari larutan NaOH 0,01 M yang
mempunyai pH 12
NaOH 0,01 M Akuades
dimasukkan 2,5 mL larutan pH 12 ditambahkan hingga
dalam labu ukur hingga tanda batas
diencerkan di dalam labu ukur
diulangi
Larutan pH 11
diulangi pengenceran untuk pH 10,9,
dan 8
digunakan akuades untuk pH 7

Indikator metil jingga


diteteskan pada semua pH
diamati dan dicatat
diulangi dengan indikator lainnya

Warna

3.2.2.3 Indikator Tumbuhan


tumbuhan Alkohol
ditimbang 1-2 gram ditambahkan sebanyak 5 mL
dihaluskan
diaduk dan disaring

Larutan Indikator Ekstrak Tumbuhan


diisi pelat tetes dengan dengan larutan yang diketahui
pHnya dalam percobaan sebelumnya
ditetesi dengan larutan indikator ekstrak tumbuhan
diamati
warna
diulangi dengan ekstrak tumbuhan lainnya

pkInd dan trayek perubahan indikator


3.2.3 Titrasi Asam Basa
3.2.3.1 Standarisasi Larutan NaOH Dengan Asam Oksalat

NaOH 0,1 M Asam Oksalat 0,05 M


dimasukkan kedalam buret dimasukkan 10 mL kedalam
erlenmeyer 100 mL

Indikator PP
ditambahkan beberapa tetes
dititrasi

Na2C2O4 + H2O
dihitung
diulangi dengan indikator lain

Konsentrasi NaOH

3.2.3.2 Penentuan Konsentrasi Cuka Dapur


Cuka dapur akuades NaOH terstandarisasi
dipipet 5 mL
dimasukkan kedalam
labu ukur
ditambahkan hingga tanda batas

Cuka dapur encer


dipipet 10 mL kedalam erlenmeyer

Indikator PP dititrasi
dihitung
Konsentrasi cuka dapur mula - mula

3.3 Skema Kerja


3.3.1 Identifikasi Sifat Asam Basa Larutan
HCl 0,1 M
diisikan ke dalam pelat tetes, dengan larutan lainnya seperti NH4OH 0,1 M
CH3COONa 0,1 M, H3PO3 0,1 M, H2SO4 0,1 M, H2SO4 0,1 M, NaOH 0,1 M,
NH4Cl 0,1 M, dan HCH3COO 0,1 M
diamati sifat masing – masing larutan dengan kertas lakmus
dikelompokkan yang bersifat asam atau basa

Hasil
3.3.2 Penentuan Range Kerja Indikator pH Dari Berbagai Indikator Alam
3.3.2.1 Membuat Larutan pH 2-6

NaOH 0,01 M
ddimasukkan 2,5 mL pH 2 kedalam labu ukur 25 mL
diencerkan dengan akuades hingga batas ukur pada labu ukur, diperoleh
larutan pH 3
diulangi untuk pH 4, 5, dan 6
Hasil

3.3.2.2 Membuat Larutan pH 8-11 Dari Larutan NaOH 0,01 M Yang


Mempunyai pH 12
NaOH 0,01 M
dimasukkan 2,5 mL pH 12 kedalam labu ukur 25 mL
diencerkan dengan akuades hingga batas ukur pada labu ukur, diperoleh
larutan pH 10
diulangi untuk pH 10,9, dan 8 .
larutan pH 7 menggunakan akuades
diteteskan kedalam pelat tetes larutan pH 2-12
ditetesi dengan Indikator metil jingga
diamati perubahan warnanya
diulangi prosedur dengan indikator lainnya

Hasil

3.3.2.3 Indikator Tumbuhan

Tumbuhan
ditimbang 1-2 gram, kemudia dihaluskan
dilarutkan dalam 5 mL alkohol, diaduk dan disaring
diisi pelat tetes dengan larutan pH 2-12
ditetesi masing – pasing lubang pelat tetes dengan Indikator Ekstrak
tumbuhan
diamati perubahan warnanya
diulangi prosedur tersebut untuk ekstrak tumbuhan lainnya
ditentukan pkInd dan trayek perubahan indikator

Hasil
3.3.3 Titrasi Asam Basa
3.3.3.1 Standarisasi Larutan NaOH Dengan Asam Oksalat

NaOH 0,1 M
dimasukkan kedalam buret
disiapkan larutan standar primer asam oksalat
dimasukkan 10 mL asam oksalat 0,05 M ke dalam erlenmeyer 100 mL
ditambahkan Indikator PP kedalam erlenmeyer
dititrasi NaOH dengan asam oksalat, hingga muncul perubahan warna
dihitung konsentrasi NaOH
diulangi dengan indikator lain dan dilakukan duplo
Hasil

3.3.3.2 Penentuan Konsentrasi Cuka Dapur

Cuka Dapur
dipipet 5 mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur
diencerkan dengan akuades sampai tanda batas
dipipet 10 mL cuka dapur hasil pengenceran, masukkan dalam akuades
ditambahkan beberapa tetes indikator PP
dititrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi sampai terjadi perubahan
warna
dihitung konsentrasi cuka dapur mula-mula
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum mengenai laju reaksi adalah sebagai
berikut.
4.1.1 Tabel Hasil
4.1.1.1 Identifikasi Sifat Asam Basa Larutan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
Sebelum Sesudah
1. HCl 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Merah
2. H2SO4 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Merah
3. NH4OH 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Biru
4. NaOH 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Biru
5. NaCH3COO 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Biru
6. NH4Cl 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Merah
7. H3PO3 Lakmus Biru Lakmus Merah
8. HCH3COO Lakmus Biru Lakmus Merah

4.1.1.2 Penentuan Range Kerja Indikstor pH dari Berbagai Indikator Alam


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
Sebelum Sesudah
a. Membuat Larutan pH 2-6
Larutan HCl pH 2 + Akuades Larutan pH 2 Larutan pH 3
Larutan HCl pH 3 + Akuades Larutan pH 3 Larutan pH 4
Larutan HCl pH 4 + Akuades Larutan pH 4 Larutan pH 5
Larutan HCl pH 5 + Akuades Larutan pH 5 Larutan pH 6
b. Membuat larutan pH 8-11 dari larutan NaOH 0,01 M yang mempunyai pH 12
Larutan NaOH pH 12 + Akuades Larutan pH 12 Larutan pH 11
Larutan NaOH pH 11 + Akuades Larutan pH 11 Larutan pH 10
Larutan NaOH pH 10 + Akuades Larutan pH 10 Larutan pH 9
Larutan NaOH pH 9 + Akuades Larutan pH 9 Larutan pH 8
Larutan pH 3 + Metil Jingga Larutan tak berwarna Larutan pink
Larutan pH 7 + Metil Jingga Larutan tak berwarna Larutan kuning (+)
Larutan pH 11 + Metil Jingga Larutan tak berwarna Larutan kuning (++)
c. Indikator Tumbuhan
Larutan pH 1 Larutan tak berwarna Larutan pink (+)
Larutan pH 2 Larutan tak berwarna Larutan pink pucat
Larutan pH 3 Larutan tak berwarna Larutan jingga (+++)
Larutan pH 4 Larutan tak berwarna Larutan pink (++)
Larutan pH 5 Larutan tak berwarna Larutan kuning (+++)
Larutan pH 6 Larutan tak berwarna Larutan kuning (++)
Larutan pH 7 Larutan tak berwarna Larutan pink (+++)
Larutan pH 8 Larutan tak berwarna Larutan pink (++)
Larutan pH 9 Larutan tak berwarna Larutan jingga (+)
Larutan pH 10 Larutan tak berwarna Larutan jingga (++)
Larutan pH 11 Larutan tak berwarna Larutan jingga (++++)

4.1.1.3 Reaksi Pembentukan


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
Sebelum Sesudah
1 Standarisasi Larutan Larutan tak berwarna - Larutan berwarna pink
NaOH dengan Asam Oksalat - Volume NaOH : 5,0 mL
- MNaOH = 0,1 M
2 Penentuan Konsentrasi Larutan tak berwarna - Larutan berwarna pink
Cuka Dapur - Volume NaOH : 11,0 mL
-Mcuka dapur= 0,11 M

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu mengenai reaksi asam basa, dimana praktikum ini
memiliki tujuan untuk membuat mahasiswa atau praktikan lebih memahami reaksi
yang berkaitan dengan asam basa. Praktikum ini memiliki 3 jenis percobaan yaitu
identifikasi sifat asam basa larutan, penentuan range kerja indikator pH dari
berbagai indikator alam, dan titrasi asam basa. Percobaan – percobaan tersebut
dilakukan dengan menguji sifat asam basa menggunakan kertas lakmus, melakukan
pengenceran suatu senyawa, dan melakukan standarisasi larutan untuk mengetahui
konsentrasinya. Asam didefinisikan sebagai suatu zat yang bila dilarutkan ke dalam
air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion hidrogen (H+) sebagai satu-
satunya ion positif. Basa didefinisikan zat yang bila dilarutkan dalam air akan
mengalami ionisasi dengan membentuk ion-ion hidroksil (OH-) sebagai satu-
satunya ion negatif ( Sutrisno, 2004 ).

Praktikum pertama yaitu mengenai identifikasi sifat asam basa larutan,


percobaannya dilakukan dengan cukup sederhana yaitu mencelupkan kertas lakmus
ke dalam berbagai macam larutan hingga diketahui sifat masing – masingnya.
Kertas lakmus merupakan indikator buatan yang akan berubah warna jika
dicelupkan ke dalam suatu senyawa sesuai dengan sifat larutan tersebut. Kertas
lakmus akan berwarna biru jika mengidentifikasi larutan atau senyawa basa,
sedangkan jika mengidentifikasi suatu senyawa yang bersifat asam maka kertas
lakmus akan berwarna merah. Range pH pada kertas lakmu yaitu berkisar 1-7 untuk
warna merah dan berkisar pH 7-14 untuk warna biru.

Larutan pertama yaitu HCl 0,1 M, asam klorida merupakan senyawa asam
kuat sehingga kertas lakmus yang sebelumnya berwarna biru berubaha menjadi
merah. Larutan kedua yaitu H2SO4, asam sulfat merupakan senyawa asam yang
kuat sehingga dapat merubah lakmus biru menjadi merah. Larutan ketiga yaitu
NH4OH, amonium hidroksida merupakan senyawa basa lemah sehingga kertas
lakmus menunjukkan warna biru. Larutan keempat yaitu NaOH, natrium hidroksida
merupakan senyawa basa kuat, sehingga kertas lakmus menunjukkan warna biru.
Larutan kelima yaitu NaCH3COO 0,1 M, natrium asetat merupakan senyawa basa
kuat sehingga kertas lakmus menunjukkan warna biru. Larutan keenam yaitu
NH4Cl, amonium klorida merupakan senyawa asam lemah, sehingga kertas lakmus
menunjukkan warna merah. Larutan ketujuh yaitu H3PO4, asam fosfat merupakan
senyawa asam lemah, sehingga kertas lakmus menunjukkan warna merah. Laruran
kedelapan yaitu CH3COOH, asam asetat merupakan senyawa asam lemah, sehingga
kertas lakmus menunjukkan warna merah.

Gambar 4.1 Proses pencelupan kertas lakmus ke dalam larutan

Praktikum kedua yaitu penentuan range kerja indikator pH dari berbagai


indikator alam. Percobaan inni dilakukan dengan metode pengenceran untuk
memperoleh pH larutan yang diinginkan. Pembuatan larutan dengan variasi pH
pada asam dimulai dari pH terkecil, hal ini didasari pH atau derajat keasaman
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau ke basaan yang dimiliki oleh
suatu larutan. Keasaman adalah konsentrasi ion hidrogen dalam pelarut air. Nilai
pH berkisar dari 0 hingga 14.

Derajat atau tingkat keasaman larutan bergantung pada konsentrasi H⁺


dalam larutan, semakin besar konsentrasi ion H⁺ makin asam larutan. Nilai pH 7
dikatakan netral karena pada air murni ion H⁺ terlarut dan ion OH⁻ terlarut (sebagai
tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10⁻⁷ pada kesetimbangan.
Penambahan senyawa ion H⁺ terlarut dari suatu asam akan mendesak
kesetimbangan ke kiri (ion OH⁻ akan diikat oleh H⁺ membentuk air). Akibatnya
terjadi kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya. Larutan senyawa
basa, dilakukan dari pH terbesar dikarenakan nilai [OH-] biasanya pada kisaran 0 <
[OH-] < 1, sehingga semakin kecil nilai [OH-] maka pH akan semakin rendah hal
ini berhubungan dengan penambahan air dalam pengenceran.

Percobaan pertama yaitu membuat larutan pH 2 sampai 6, dilakukan


dengan mengambil 2,5 mL HCl 0,01 pH 2 yang diencerkan dalam labu ukur 25 mL
sehingga diperoleh larutan pH 3. Prosedur ini dilakukan seterusnya hingga pH 6
dan dilakukan secara berantai. HCl atau asam klorida merupakan senyawa asam,
jadi pembuatan variasi larutannya dimulai dari pH terkecil seperti pernyataan
diatas.

Gambar 4.2 Proses pengenceran HCl

Percobaan selanjutnya yaitu membuat larutan pH 8-11 dari larutan NaOH 0,01 M
yang mempunyai pH 12. Percobaan ini diawali dengan pengenceran larutan NaOH
pH 12, dengan mengambil 2,5 mL larutan tersebut dan mengencerkannya ke dalam
labu ukur 25 mL dengan akuades hingga diperoleh pH 11. Percobaan ini dilakukan
berabtai hingga diperoleh pH 8. Percobaan ini dilakukan dari konsentrasi tinggi
karena NaOH merupakan senyawa basa dan penjelasannya seperti diatas.
Gambar 4.3 Proses pengenceran NaOH

Percobaan ini dilanjutkan dengan penambahan indikator metil jingga ke


dalam 3 larutan dengan pH 3, 7, dan 11. Larutan dengan pH 3 yang semula tak
berwarna berubah menjadi larutan yang berwarna merah muda atau pink. Larutan
dengan pH 7 yang semula tak berwarna berubah menjadi larutan kuning dengan
intensitas (+). Larutan ketiga dengan pH 11 yang semula tak berwarna menjadi
larutan kuning dengan intensitas (++). Indikator metil jingga memiliki range pH
antara 3,2 hingga 4,4 warna larutan akan berubah menjadi warna perpaduan merah
dengan kuning.

Gamabr 4.4 Hasil pemberian indikator metil jingga

Percobaan selanjutnya yaitu indikator tumbuhan, dimana percobaan ini


menggunakan daun andong merah sebagai indikator alami. Daun andong atau
tumbuhan andong merah merupakan tumbuhan yang kaya akan antosianin.
Antosianin sendiri merupakan zat warna yang rentan terhadap perubahan harga pH
dan memiliki macam warna dalam mengidentifikasi harga pH dari suatu larutan.

Gambar 4.5 Proses pemberian alkohol pada daun andong merah

Hasil secara kualitatif sederhana dalam melakukan identifikasi trayek pH


tanaman andong merah dapat disimpulkan bahwa tanaman andong merah
mengalami perubahan warna menjadi merah lembayung dari pH 1-4. Pada keadaan
ini katiaon flafilium mendominasi dalam keadaan asam. Sedangkan pada pH 5-9
kation flavilium mengalami serangan nukleofil dari air sehingga sistem
kesetimbangan antosianidin hanya menyisakan karbinol yang tak berwarna yang
tidak dapat menyerap sinar tampak dan kembali pada warna asal indikator tersebut
yaitu hijau. Untuk pH 10-14 larutan sudah menjadi basa seutuhnya dan senyawa
karbinol akan membentuk kalkon yang intensitas warnanya berada pada kisaran
hijau kebiruan atau dalam kasus daun andong merah menjadi warna hijau
kekuningan.

Daun andong merah dipotong kecil untuk memperbesar luas permukaan


sehingga reaksi pelarutan lebih maksimal lalu ditambahkan dengan alkohol untuk
melarutkan zat warna dalam daun andong merah. daun andong yang telah
ditambahkan alkohol lalu disaring untuk memisahkan larutan dengan daun andong
merahnya.

Gamabr 4.6 Proses penyaringan daun andong merah

Percobaan indikator alami ini dilakukan dengan menambahkan larutan pH 1-11


kedalam pelat tetes yang selanjutnya ditetesi dengan indikator alami daun andong
merah. Larutan dengan variasi pH ini memiliki warna sebelum ditetesi indikator
alami yaitu sama tak berwarna ( Imam et al,. 2017).

Gambar 4.7 Hasil dari Indikator alami daun andong merah

Larutan pH 1 berubah menjadi warna pink dengan intensitas (+), larutan


pH 2 berubah menjadi warna pink pucat, larutan pH 3 berubah menjadi jingga
dengan intensitas (+++), larutan pH 4 berubah menjadi pink dengan intensitas (++).
Larutan pH 5 berubah menjadi kuning dengan intensitas (+++), larutan pH 6
berubah menjadi kuning dengan intensitas (++), larutan pH 7 berubah menjadi pink
dengan intensitas (+++), larutan pH 8 berubah menjadi warna pink dengan
intensitas (++). Larutan pH 9 berubah menjadi warna jingga dengan intensitas (+),
larutan pH 10 berubah menjadi warna jingga dengan intensitas (++), larutan pH 11
berubah menjadi warna jingga (++++).

Percobaan ketiga yaitu titrasi asam basa, praktikum ini dilakukan dengan
2 percobaan yang berantai yaitu melakukan standarisasi NaOH lalu NaOH yang
telah di standarisasi digunakan untuk menentukan konsentrasi cuka dapur.
Percobaan pertama yaitu standarisasi NaOH dengan asam oksalat, NaOH
dimasukkan ke dalam buret dan 10 mL asam oksalat 0,05 M di masukkan ke dalam
erlenmeyer lalu ditetesi indikator PP. Titrasi yang dilakukan dengan
menggoyangkan erlenmeyer bertujuan agar reaksi dapat berjalan dengan baik dan
proses tumbukan lebih cepat sehingga laju reaksinya besar. Titrasi ini memiliki titik
akhir titrasi pada volume 5 mL NaOH, sehingga diperoleh konsentrasi NaOH
sebesar 0,1 M. Titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan dalam
erlenmeyer menjadi pink pucat.

Hasil 4.8 Proses titrasi NaOH

Percobaan selanjutnya yaitu penentuan konsentrasi cuka dapur dengan


menggunakan NaOH sebagai larutan yang diketahui konsentrasinya. Langkah
pertama yaitu mengencerkan cuka dapur dengan memasukkan 5 mL cuka dapur ke
dalam labu ukur 100 mL. Larutan cuka dapur yang telah diencerkan dipipet
sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditetesi indikator PP.

Gambar 4.9 Proses pengenceran cuka dapur

Titrasi dilakukan dengan terus menggoyangkan erlenmeyer sambil terus ditetesi


larutan NaOH dariburet agar reaksi berjalan dengan baik dan molekul – molekul
lebih cepat bereaksi. Titrasi ini memiliki titik akhir titrasi pada volume 11 mL
NaOH 0,1 M dan ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi pink, sehingga
diperoleh konsentrasi cuka dapur sebesar 0,11 M.

Gambar 4.10 Proses titrasi cuka dapur


BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum reaksi asam basa berikut ini yaitu sebagai
berikut :
5.1.1 Identifikasi asam basa dapat dilakukan dengan menggunakan suatu
indikator baik alami maupun buatan. Asam merupakan senyawa ang apabila
dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+. Basa merupakan senyawa yang akan
melepaskan ion OH- apabila dilarutkan dalam air.
5.1.2 pH merupakan nama lain dari derajat keasaman. Skala pH menunjukkan
angka antara 1-14. Angka 1-6 menunjukkan sifat asam, sedangkan 8-14
menunjukkan sifat basa, pH 7 merupakan sifat netral. Indikator ada yang alami dan
buatan dan masing – masing indikator memiliki trayek pH yang berbeda.
5.1.3 Indikator ekstrak tumbuhan merupakan indikator alami. Indikator dari
ekstraksi daun andong merah merupakan salah satu indikator alami karena memiliki
kandungan antosianin yang tinggi. Indikator alami dapat dengan mudah kita
temukan disekitar kita, salah satunya seperti bunga sepatu dan sebagainya, warna
dan trayek pH nya sesuai dengan kandungan dari masing – masing tumbuhan
tersebut.
5.1.4 Konsentrasi senyawa dalam suatu larutan dapat diketahui dengan
melakukan titrasi dan perhitungan. Titrasi dilakukan dengan 2 macam larutan yaitu
titer dan titran yang ditambahkan dengan indikator untuk mengetahui titik akhir
titrasi. Penentuan dengan perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus
pengenceran.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini yaitu agar mahasiswa lebih teliti dalam
pengidentifikasian warna larutan setelah pemberian indikator. Mahasiwa perlu
lebih memahami trayek pH yang umum digunakan juga teknik – teknik di dalam
titrasi. Perhitungan harus dilakukan dengan lebih cermat dan dengan perhitungan
yang teliti.
DAFTAR PUSTAKA

Chang.2004.Titrasi Asam Basa.Jakarta : Erlangga

Golberg, David. 2002. Kimia Untuk Pemula. Jakarta : Erlangga

Iman solihin, Friska, Fitriya.2017.PENENTUAN TRAYEK pH EKSTRAKSI DAUN


ANDONG MERAH (Cordyline fruticosa L) DAN BUAH SENDUDUK (Melastoma
malabathricum L) SEBAGAI INDIKATOR ASAM DAN BASA. Jurnal Universitas
Maritim Raja Ali Haji. Hal 1-6

Keenan. 1990. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Keenan. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Risna rotua silalahi.2017. MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI LARUTAN


ASAM BASA DENGAN METODE EKSPERIMEN BERWAWASAN
LINGKUNGAN. Jurnal Handayani Vol. 5 (2)

Sastrohamidjojo. Hardjono. 2005. Kimia dasar edisi 2. Yogyakarta : Gajah Mada


Univercity Press

Sutrisno.1994.Kimia Dasar.Bandung : ITB

Tim Penyusun.2020.Modul Praktikum Kimia Lanjutan 2020.Jember : Universitas


Jember

Wang. K., Jia., Yang, X, Wang, L., Gu, Y. and Tan, B. 2017. Acid and base
coexisted heterogeneous catalysts supporrted on hypercrosslinked
polymers for one-pot cassade reaction. Journal of catalysis, 348, PP.
168-176.
LEMBAR HASIL PENGAMATAN

Hasil Pengamatan
No Perlakuan Sebelum Sesudah
1. Identifikasi Sifat Asam Basa Larutan
HCl 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Merah
H2SO4 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Merah
NH4OH 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Biru
NaOH 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Biru
NaCH3COO 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Biru
NH4Cl 0,1 M Lakmus Biru Lakmus Merah
H3PO3 Lakmus Biru Lakmus Merah
HCH3COO Lakmus Biru Lakmus Merah
2. Penetuan Range Kerja Indikator pH dari berbagai Indikator Alam
a. Membuat Larutan pH 2-6
Larutan HCl pH 2 + Akuades Larutan pH 2 Larutan pH 3
Larutan HCl pH 3 + Akuades Larutan pH 3 Larutan pH 4
Larutan HCl pH 4 + Akuades Larutan pH 4 Larutan pH 5

Larutan HCl pH 5 + Akuades Larutan pH 5 Larutan pH 6

b. Membuat larutan pH 8-11 dari larutan NaOH 0,01 M yang mempunyai pH 12


Larutan NaOH pH 12 +
Akuades Larutan pH 12 Larutan pH 11
Larutan NaOH pH 11 +
Akuades Larutan pH 11 Larutan pH 10
Larutan NaOH pH 10 +
Akuades Larutan pH 10 Larutan pH 9
Larutan NaOH pH 9 +
Akuades Larutan pH 9 Larutan pH 8
Larutan pH 3 + Metil Jingga Larutan tak berwarna Larutan pink
Larutan pH 7 + Metil Jingga Larutan tak berwarna Larutan kuning (+)
Larutan pH 11 + Metil Jingga Larutan tak berwarna Larutan kuning (++)
c. Indikator Tumbuhan
Larutan pH 1 Larutan tak berwarna Larutan pink (+)
Larutan pH 2 Larutan tak berwarna Larutan pink pucat
Larutan pH 3 Larutan tak berwarna Larutan jingga (+++)
Larutan pH 4 Larutan tak berwarna Larutan pink (++)
Larutan pH 5 Larutan tak berwarna Larutan kuning (+++)
Larutan pH 6 Larutan tak berwarna Larutan kuning (++)
Larutan pH 7 Larutan tak berwarna Larutan pink (+++)
Larutan pH 8 Larutan tak berwarna Larutan pink (++)
Larutan pH 9 Larutan tak berwarna Larutan jingga (+)
Larutan pH 10 Larutan tak berwarna Larutan jingga (++)
Larutan pH 11 Larutan tak berwarna Larutan jingga (++++)
3. Titrasi Asam Basa
- Larutan berwarna
a. Standarisasi Larutan Larutan tidak pink
NaOH dengan Asam
Oksalat berwarna - Volume NaOH :
5,0 mL
- Larutan berwarna
b. Penentuan Konsentrasi Larutan tidak pink
Cuka Dapur berwarna - Volume NaOH :
11,0 mL
LEMBAR PERHITUNGAN

a. Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat


Diket :- Masam oksalat = 0,05 M
- Vasam oksalat = 10 mL
- VNaOH = 5 mL
Ditanya : MNaOH ?
Jawab : Masam oksalat × Vasam oksalat = MNaOH × VNaOH
0,05 M × 10 mL = MNaOH × 5 mL
0,05 𝑀
= MNaOH
10 𝑚𝐿
0,1 M = MNaOH
b. Penentuan Konsentrasi Cuka Dapur
Diket : - Vcuka dapur = 10 mL
- VNaOH = 11 mL
-MNaOH = 0,1 M
Ditanya : Mcuka dapur ?
Jawab : MNaOH × VNaOH = Mcuka dapur × Vcuka dapur
0,1 M × 11 mL = Mcuka dapur × 10 mL
0,1 𝑀
= Mcuka dapur
11 𝑚𝐿
0,11 M = Mcuka dapur

Anda mungkin juga menyukai