Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktikum

Kimia Dasar

KESETIMBANGAN ASAM BASA

NIKSIA TENRI OLLE

H031201019

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

KESETIMBANGAN ASAM BASA

Disusun dan Diajukan Oleh:

NIKSIA TENRI OLLE

H031201019

Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Makassar, 08 Desember 2020


Asisten,

NUR AFIFAH ZAHRAH


H031171003
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Chang (2003), ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains

yang mempelajari materi dan perubahannya. Beberapa karakteristik ilmu kimia

diantaranya adalah ilmu kimia dibangun dengan metode ilmiah, sebagian besar

kajian ilmu kimia bersifat abstrak dan dipelajari dalam urutan tertentu. Dengan

demikian, konsep-konsep yang dikaji dalam ilmu kimia cukup banyak dan kompleks

(Irawati, 2019). Pembelajaran kimia merupakan pembelajaran yang sangat ditunjang

oleh eksperimen, salah satu materi kimia yang membutuhkan dukungan eksperimen

yaitu asam-basa (Sukemi dkk., 2017).

Menurut Melati (2019), dalam kehidupan sehari-hari banyak digunakan

berbagai jenis benda yang memiliki sifat, aroma, rasa yang berbeda-beda. Perbedaan

itu disebabkan oleh sifat dari masing-masing zat penyusun benda tersebut.

Berdasarkan bahan yang dikandungnya, suatu zat dapat dibedakan atas asam, basa,

dan garam. Asam dan basa merupakan substansi yang umum ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari. Pembersih oven, soda pembersih, dan soda kaustik

merupakan contoh basa dalam rumah tangga. Cuka, cairan aki, dan jus lemon adalah

contoh asam dalam rumah tangga (James dkk., 2008).

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa percobaan mengenai

kesetimbangan asam basa sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui

bagaimana sifat yang terdapat dalam suatu zat kimia baik nilai pH zat tersebut

ataupun tetapan kesetimbagan ionisasi serta derajat ionisasinya.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.1.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara

menentukan pH larutan asam lemah, pengeruh pengenceran terhadap nilai pH,

tetapan kesetimbangan dan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nilai pH.

1.1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. menentukan pH larutan asam lemah dengan menggunakan kertas pH universal.

2. menentukan pengaruh pengenceran terhadap nilai pH, tetapan kesetimbagan

ionisasi, dan derajat ionisasi larutan asam lemah.

3. menentukan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nilai pH.

1.3 Prinsip Percobaan

Menentukan nilai pH larutan asam lemah menggunakan kertas pH universal,

kemudian hasil dari pengukuran pH tersebut digunakan untuk menentukan tetapan

kesetimbangan ionisasi dan derajat ionisasi asam lemah. Selanjutnya dilakukan

perhitungan untuk menentukan pengaruh pengenceran terhadap nilai pH, tetapan

kesetimbangan ionisai dan derajat ionisasi asam lemah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Asam Basa

Svante August Arrhenius, selama studinya tentang elektrokimia, mengamati

bahwa larutan garam, asam, dan basa adalah satu-satunya cairan yang dapat

menghantarkan arus listrik. Arrhenius menyatakan bahwa ketika suatu senyawa larut

ke dalam air maka mereka terdisosiasi menjadi partikel bermuatan, kemudian

Arrhenius menyebutnya dengan "ion". Arrhenius berteori bahwa ion terbentuk segera

setelah senyawa dilarutkan dalam air. Menurut teori Arrhenius asam adalah senyawa

yang menghasilkan ion hidrogen dalam larutan air dan basa merupakan zat yang

menghasilkan ion hidroksida dalam larutan air (Koib, 1978).

Asam bronsted adalah zat yang dapat memberikan proton, dan basa Bronsted

adalah zat yang dapat menerima proton. Perluasan teori asam basa dari Bronsted

adalah konsep pasangan asam-basa konjugasi, yang dapat dikatakan sebagai asam

dan basa konjugatnya atau basa dan asam konjugatnya. Basa konjugasi asam

Bronsted adalah zat yang tersisa setelah proton dikeluarkan dari asam. Sebaliknya,

asam konjugat diproduksi dengan penambahan proton ke basa Bronsted. Setiap asam

Bronsted memiliki basa konjugasi, dan setiap basa Bronsted memiliki asam

konjugasi. Misalnya, ion klorida (Cl2) adalah basa konjugasi yang terbentuk dari

asam HCl, dan H3O2 (ion hidrogen) adalah asam basa konjugasi (Chang, 2010).

Pada tahun 1923, ketika Bronsted dan Lowry mengajukan teori asam basa,

Lewis juga mengajukan teori asam basa baru. Lewis, yang mengajukan teori oktet,

meyakini bahwa teori asam basa merupakan masalah dasar yang harus diselesaikan
berdasarkan teori struktur atom bukan berdasarkan hasil eksperimen. Teori asam

basa Lewis percaya bahwa asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron,

dan basa adalah zat yang dapat menyediakan pasangan elektron (Takeuchi, 2006).

Berdasarkan ketiga teori asam dan basa tesebut, teori Arrhenius adalah teori

yang paling terbatas. Masalah asam basa merupakan reaksi yang paling banyak

dibahas dalam larutan air. Adapun teori Bronsted Lowry adalah yang paling mudah

digunakan, akan tetapi teori Lewis paling dapat diterapkan pada reaksi asam basa

yang melibatkan senyawa yang tidak mengandung proton (Takeuchi, 2006).

2.2 Indikator Asam Basa

Setiap zat atau senyawa memiliki sifat asam, basa atau netral untuk

mengetahui sifat asam, basa atau netral dapat digunakan suatu indikator. Indikator

tersebut dapat berupa indikator buatan di laboratorium atau indikator asam basa

dengan menggunakan bahan alami (Karo, 2017). Indikator asam basa disebut juga

dengan indikator pH. Indikator asam basa adalah zat pewarna yang berubah warna

seiring dengan pH zat tersebut, biasanya dapat berupa asam lemah atau basa lemah,

serta zat tersebut akan sedikit terdisosiasi menjadi ion ketika dilarutkan dalam air

(Bahadori dan Maroufi, 2016).

Berbagai macam indikator dapat digunakan sebagai penunjuk asam, basa,

atau garam. Macam-macam indikator tersebut yaitu, yang pertama kertas lakmus, ada

dua macam kertas lakmus yaitu, merah dan biru. Jika kertas lakmus biru dicelupkan

dalam larutan dan ternyata berubah warna menjadi merah, berarti larutan tersebut

bersifat asam. Sebaliknya jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan dan

warna kertas berubah menjadi biru, berarti larutan tersebut bersifat basa. Jika kertas

lakmus biru atau merah dicelupkan ke dalam suatu larutan dan ternyata kedua kertas
tidak mengalami perubahan warna, berarti larutan tersebut bersifat netral.

Selanjutnya larutan indikator, beberapa contoh larutan indikator di antaranya

phenolptalein (PP) yang memberikan warna merah muda dalam lingkungan basa dan

tidak berwarna dalam lingkungan asam, metil orange (MO) yang memberikan warna

merah dalam lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa. Ketiga yaitu

Indikator universal, indikator ini kebanyakan berupa kertas, tetapi ada juga yang

berupa larutan, apabila kertas indikator ini dicelupkan ke dalam larutan, akan

memberikan warna tertentu yang kemudian dibandingkan dengan warna standar yang

tertera dalam wadahnya untuk mengetahui pH larutan yang sebenarnya. Indikator

universal mengalami perubahan warna pada berbagai pH. Selanjutnya yaitu indikator

alami, indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya

daun kubis ungu yang memberikan warna merah dan hijau (Lestari, 2016).

2.3 Sifat Asam Basa

Asam dalam bahasa Inggris acid dan dalam bahasa Latin acidus yang berarti

rasa asam. Secara kimia asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion

Hidrogen (H+). Asam akan terionisasi menjadi ion hidrogen dan ion sisa asam yang

bermuatan negatif. Sifat-sifat asam yaitu mempunyai rasa masam, mengubah lakmus

biru menjadi merah, bersifat korosif oleh karena itu asam dapat melarutkan berbagai

jenis logam, seperti seng, dan aluminium, mempunyai pH yang kurang dari 7.

Adapun basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air dapat melepaskan

ion hidroksida (OH-). Sifat-sifat basa yaitu mempunyai rasa pahit, dapat mengubah

lakmus merah menjadi biru, dapat menetralkan asam, basa kuat bersifat kaustik yaitu

apabila terkena kulit seperti Natrium Hidroksida akan terasa perih dan menyebabkan

luka serta mempunyai pH lebih dari 7 (Karo, 2017).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah labu semprot, tabung

reaksi, plat tetes, labu ukur, termometer, pH universal, pipet volume, bulb dan

pipet tetes.

3.2 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan

asam asetat 0,1 M, larutan asam formiat 0,1 M, indikator merah netral,

indikator merah violet, indikator bromcresol green, indikator merah orange,

indikator bromphenol blue, indikator metil merah, indikator thymolphtaler, dan

indikator thymol biru.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengenceran Larutan Asam Formiat

Dimasukkan 5 mL sampel asam formiat dengan konsentrasi 0,1 M ke dalam

labu ukur 50 mL lalu dihimpitkan sampai tanda batas dengan menggunakan akuades

dan dihomogenkan sehingga diperoleh larutan asam formiat 0,01 M. 5 mL larutan ini

diencerkan ke konsentrasi 0,001 M. Cara pengenceran yang sama dilakukan untuk

larutan ini hingga diperoleh 0,0001 M. Lalu lakukan cara yang sama untuk

mengencerkan larutan ini hingga diperoleh konsentrasi sebesar 0,00001 M. Pada

masing-masing konsentrasi pH larutan diukur dengan menggunakan kertas pH

universal, kemudian catat pH yang diperoleh. Kemudian ditetesi pada plat tetes

dengan menggunakan indikator yang sesuai dengan trayek pH pada hasil pembacaan
kertas pH universal. Dicatat dan amati perubahan warna yang terjadi pada tabel

pengamatan.

3.3.2 Pengenceran Larutan Asam Asetat

Dimasukkan 5 mL sampel asam asetat dengan konsentrasi 0,1 M ke dalam labu ukur

50 mL lalu dihimpitkan sampai tanda batas dengan menggunakan akuades dan

dihomogenkan sehingga diperoleh larutan asam asam asetat 0,01 M. 5 mL larutan ini

diencerkan ke konsentrasi 0,001 M. Pengenceran yang sama dilakukan untuk larutan

ini hingga diperoleh 0,0001 M. Pengenceran yang sama dilakukan untuk larutan ini

hingga diperoleh 0,00001 M. Pada masing-masing konsentrasi pH larutan diukur

dengan menggunakan kertas pH universal dan ditetesi pada plat tetes dengan

menggunakan indikator yang sesuai dengan trayek pH pada hasil pembacaan kertas

pH universal. Dicatat perubahan warna yang terjadi pada tabel pengamatan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Larutan Asam Formiat (HCOOH)

Tabel 1. Asam formiat


No Konsentrasi (M) Ph Indikator Suhu ( )
1 Metil orange (3,1-4,4 ),
0,1 M 3 32
warna merah
2 Metil orange (3,1-4,4 ),
0,01 M 4 32
warna jingga
3 Metil merah ( 4,46,2 ),
0,001 M 5 32
warna jingga
4 Metil merah ( 4,4-6,2 ),
0,0001 M 6 32
warna jingga
5 Merah netral (7,0-8,0) ,
0,00001 M 7 32
warna merah

4.1.2 Larutan Asam Asetat( CH3COOH)

Tabel 1. Asam Asetat


No Konsentrasi (M) pH Indikator Suhu ( )
1 Metil orange (3,1-4,4 ),
0,1 M 3 31
warna merah
2 Metil orange (3,1-4,4 ),
0,01 M 4 31
warna jingga
3 Metil merah (4,4-6,2 ),
0,001 M 5 31
warna jingga
4 Metil merah ( 4,4-6,2 ),
0,0001 M 6 31
warna jingga
5 Merah netral (6,8-8,0),
0,00001 M 7 31
warna merah

4.2 Pembahasan

Asam adalah zat yang apabila dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion H +

dan basa adalah zat yang apabila dilarutkan ke dalam air maka akan menghasilkan
ion OH-. Adapun cara untuk mengetahui atau mendeteksi suatu zat apakah zat

tersebut bersifat asam atau basa adalah dengan menggunakan indikator, indikator

yang dimaksud adalah suatu zat yang apabila ditambahkan ke dalam suatu senyawa

atau larutan dapat menyebabkan perubahan warna pada zat tersebut dimana

perubahan warna tersebut akan menentukan sifat dari zat tersebut. Salah satu jenis

indikator yang digunakan yaitu adalah kertas pH universal, kertas pH universal ini

akan berubah warna sesuai dengan sifat zat yang diuji pH-nya, kemudian kertas pH

universal yang telah berubah warna tersebut dapat dicek nilai pH-nya dengan melihat

trayek pH yang sesuai dengan perubahan warna kertas tersebut yang terdapat pada

wadah kertas pH universal itu sendiri. Contohnya yaitu pada larutan asam formiat

yang diuji dengan konsentarsi yang berbeda yaitu pada konsentrasi 0,1 M didapatkan

nilai pH 3, konsentrai 0,01 M didapatkan pH 4, konsentrasi 0,001 M didapatkan

pH 5, konsentrasi 0,0001 M didapatkan pH 6, dan pada konsentrasi 0,00001 M

didapatkan pH 7. Berdasarkan percobaan menggunakan kertas pH universal ini dapat

diketahui bahwa asam formiat dengan konsentrasi 0,1 M hingga 0,0001 M

cenderung bersifat asam dan pada konsentrasi 0,00001 M bersifat netral.

Pengenceran dilakukan dengan mencampurkan larutan pekat dengan pelarut

untuk mendapatkan volume akhir yang lebih besar. Pada percobaan ini asam formiat

dan asam asetat diencerkan sehingga menghasilkan larutan dengan konsentrasi yang

lebih rendah dari sebelumnya. Secara teori pengenceran larutan asam lemah lebih

netral atau mendekati pH 7, yang artinya semakin encer larutan asam lemah maka

semakin tinggi nilai pH. Oleh karena itu karena perbedaan konsentrasi maka nilai pH

juga berbeda. Pengenceran asam menghasilkan kesetimbangan asam, sedangkan

senyawa basa akan menghasilkan kesetimbangan basa. Pernyataan ini sesuai dengan

percobaan yang dilakukan yaitu percobaan pertama hingga percobaan kelima.

Adapun secara teoritis nilai Ka adalah jika konsentrasi berubah maka nilai Ka tetap,
akan tetapi yang terjadi pada pengamatan dan perhitungan adalah sebaliknya, ketika

konsentrasi berubah maka nilai Ka juga akan berubah. Semakin encer larutannya,

maka semakin kecil nilai Ka. Dengan kata lain, semakin kecil konsentrasi asam

lemah semakin kecil nilai Ka pada asam lemah. Adapun derajat ionisasi pada

percobaan pertama sampai dengan percobaan kelima baik pada asam formiat ataupun

asam cuka yaitu sama-sama menghasilkan derajat ionisasi sebesar 1% . Berdasarkan

hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh dapat dikatakan bahwa hasil

pengamatan dengan hukum Le Châtelier yang menyatakan bahwa jika tekanan

eksternal diterapkan pada sistem kesetimbangan, maka sistem akan menyesuaikan

sedemikian rupa sehingga sebagian tegangan diimbangi karena mencoba untuk

membangun kembali keadaan setimbang. Tekanan eksternal yang diberikan pada

larutan yang dimaksud adalah berupa perubahan konsentrasi sehingga tetapan

kesetimbangan pun semakin kecil sedangkan derajat ionisasi semakin besar hal ini

tidak sesuai dengan hasil pengamatan dan perhitungan dikarenakan derajat

ionisasinya tetap yaitu 1% walaupun dalam konsentrasi yang berbeda.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. pH yang diperoleh dengan menggunakan kertas pH universal pada asam formiat

dan asam cuka yaitu bernilai sama saat nilai konsentrasinya sama namun pada

suhu yang berbeda yaitu asam formiat 32o C dan asam cuka 31 o C yaitu

menghasilkan pH 3 pada konsentrasi 0,1 M, pH 4 dengan konsentrasi 0,01 M

hingga percobaan kelima yaitu menghasilkan pH 7 pada konsentrasi 0,00001M .

2. pengaruh pengenceran terhadap pH yaitu semakin encer larutannya maka semakin

tinggi nilai pH-nya, semakin rendah nilai K a yang diperoleh dan energi

ionisasinya meningkat.

3. Berdasarkan nilai pH-nya derajat ionisasi kedua asam lemah yaitu asma formiat

dan asam cuka yaitu 1%

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran saya yaitu video-video praktikum yang ditampilkan kualitasnya

semakin ditingkatkan.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Saran untuk asisten yaitu sebaiknya, penyampaian materi dilakukan dengan

perlahan agar penjelasan yang diberikan dapat lebih mudah dipahami.


DAFTAR PUSTAKA

Bahadori, A. dan Maroufi, N.G., 2016, Volumetric Acid-Base Titration by using of

Natural Indicators and Effects of Solvent and Temperature, Austin

Chromatoghraphy, 2(1): 1-4.

Chang, R., 2010, Chemistry, Tenth Edition, Higher Education, New York.

Irawati, R.K., 2019, Pengaruh Pemahaman Konsep Asam Basa terhadap Konsep

Hidrolisis Garam Mata Pelajaran Kimia SMA Kelas XI, Jurnal Thabiea,

2(1): 1-6.

James, J., Baker, C., Swain, H., 2008, Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan,

Erlangga, Jakarta.

Karo, M.B., 2017, Identifikasi Sifat Asam Basa Menggunakan Indikator Alami

Bunga Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa), Jurnal Ilmiah Kanderang

Tingang, 8(2): 81-89.

Koib, D., 1978, Chemical Principles Revisited Acids and Bases, Journal of Chemical

Education, 55(7): 459-464.

Lestari, P., 2016, Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L)

untuk Uji Larutan Asam-Basa, Jurnal Pendidikan Madrasah, 1(1): 69-84.

Melati, R.R.,2019, Asam, Basa, dan Garam, Duta, Makassar.

Sukemi, Usman, Putra, B.I., Purwati, W., Rahmawati, N.N., Pradani, S.D.A.,

Indikator Asam Basa dari Ekstrak Etanol Pucuk Daun Merah (Syzgium

Oleana), JKPK (Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia), 2(3) 139-144.

Takeuchi, Y., 2006, Pengantar Kimia, Iwanami Publishing Company, Tokyo.


Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Asam Formiat (HCOOH)

CHCOOH, 0,1 M

- Dimasukkan sebanyak 5 mL ke dalam labu ukur 50 mL.

- Diencerkan dengan air suling hingga batas tanda dan

dihomogenkan.

- Dimasukkan 5 mL ke dalam gelas ukur lalu diukur suhunya

dan dicatat.

- Dipipet ke pelat tetes lalu diukur pH-nya dengan kertas

pH Universal lalu dicatat.

- Ditetesi indikator penunjuk sesuai trayek pH yang dihasilkan.

- Diamati perubahannya lalu dicatat kembali.

Pengenceran I

Keterangan: Diulangi perlakuan yang sama untuk pengenceran II-IV


B. Asam Asetat (CH3COOH)

CH3COOH, 0,1 M

- Dimasukkan sebanyak 5 mL ke dalam labu ukur 50 mL.

- Diencerkan dengan air suling hingga batas tanda dan

dihomogenkan.

- Dimasukkan 5 mL ke dalam gelas ukur lalu diukur suhunya

dan dicatat.

- Dipipet ke pelat tetes lalu diukur pH-nya dengan kertas

pH Universal lalu dicatat.

- Ditetesi indikator penunjuk sesuai trayek pH yang dihasilkan.

- Diamati perubahannya lalu dicatat kembali.

Pengenceran I

Keterangan: Diulangi perlakuan yang sama untuk pengenceran II-IV


Lampiran 2. Perhitungan

A. Pengenceran

1. Asam Formiat

a. Konsentrasi 0,1 M menuju 0,01 M

V1 x M1 = V2 x M2

5 mL x 0,1 M = 50 mL x M2

M2 = 0,01 M

b. Konsentrasi 0,01 M menuju 0,001 M

V1 x M1 = V2 x M2

5 mL x 0,01 M = 50 mL x M2

M2 = 0,001 M

c. Konsentrasi 0,001 M menuju 0,0001 M

V1 x M1 = V2 x M2

5 mL x 0,001 M = 50 mL x M2

M2 = 0,0001 M

d. Konsentrasi 0,0001 menuju 0,00001 M

V1 x M1 = V2 x M2

5 mL x 0,0001 M = 50 mL x M2

M2 = 0,00001 M

2. Asam Asetat

a. Konsentrasi 0,1 M menuju 0,01 M

V1 x M1 = V2 x M2

5 mL x 0,1 M = 50 mL x M2

M2 = 0,01 M
b. Konsentrasi 0,01 M menuju 0,001 M

V1 x M1 = V2 x M2

5 mL x 0,01 M = 50 mL x M2

M2 = 0,001 M

c. Konsentrasi 0,001 M menuju 0,0001 M

V1 x M1 = V2 x M2

5 mL x 0,001 M = 50 mL x M2

M2 = 0,0001 M

d. Konsentrasi 0,0001 menuju 0,00001 M

V1 x M1 = V2 x M2

5 mL x 0,0001 M = 50 mL x M2

M2 = 0,00001 M

B. Konstanta Tetapan Kesetimbangan Asam Lemah

1. Asam Formiat

Pengenceran I :

Ka =

Ka =

Ka =

Ka = 10-5
Pengenceran II :

Ka =

Ka =

Ka =

Ka = 10-6

Pengenceran III :

Ka =

Ka =

Ka =

Ka = 10-7

Pengenceran IV :

Ka =

Ka =

Ka =

Ka = 10-8
Pengenceran V:

Ka =

Ka =

Ka =

Ka = 10-9

Ka total =

= 2.2222×10-6

2. Asam Asetat

Pengenceran I :

Ka =

Ka =

Ka =

Ka = 10-5

Pengenceran II :

Ka =
Ka =

Ka =

Ka = 10-6

Pengenceran III :

Ka =

Ka =

Ka =

Ka = 10-7

Pengenceran IV :

Ka =

Ka =

Ka =

Ka = 10-8

Pengenceran V:

Ka =

Ka =
Ka =

Ka = 10-9 M

Ka total =

= 2.2222×10-6

C. Menghitung Derajat Ionisasi

1. Asam Formiat

Konsentrasi 0,1 M, pH = 3

α1 = x 100%

α1 = x 100%

α1 = 1%

Konsentrasi 0,01 M, pH = 4

α2= x 100%

α2= x 100%

α2 = 1%
Konsentrasi 0,001 M, pH = 5

α3 = x 100%

α3 = x 100%

α3 = 1%

Konsentrasi 0,0001 M, pH = 6

α4 = x 100%

α4 = x 100%

α4 = 1%

Konsentrasi 0,00001 M, pH = 7

α5 = x 100%

α5 = x 100%

α5 = 1%

αtotal=

= 1%
2. Asam Asetat

Konsentrasi 0,1 M, pH = 3

α1 = x 100%

α1 = x 100%

α1 = 1%

Konsentrasi 0,01 M, pH = 4

α2 = x 100%

α2 = x 100%

α2 = 1%

Konsentrasi 0,001 M, pH = 5

α3 = x 100%

α3 = x 100%

α3 = 1%

Konsentrasi 0,0001 M, pH = 6

α4 = x 100%

α4 = x 100%

α4 = 1%
Konsentrasi 0,00001 M, pH = 7

α5 = x 100%

α5 = x 100%

α5 = 1%

αtotal =

= 1%
Lampiran 3. Foto Percobaan

Gambar 1. Bahan yang Digunakan

Gambar 2. Prosedur Percobaan


Lamipran 3. Sumber

Anda mungkin juga menyukai