Kimia Dasar
H031201019
H031201019
PENDAHULUAN
Menurut Chang (2003), ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains
diantaranya adalah ilmu kimia dibangun dengan metode ilmiah, sebagian besar
kajian ilmu kimia bersifat abstrak dan dipelajari dalam urutan tertentu. Dengan
demikian, konsep-konsep yang dikaji dalam ilmu kimia cukup banyak dan kompleks
oleh eksperimen, salah satu materi kimia yang membutuhkan dukungan eksperimen
berbagai jenis benda yang memiliki sifat, aroma, rasa yang berbeda-beda. Perbedaan
itu disebabkan oleh sifat dari masing-masing zat penyusun benda tersebut.
Berdasarkan bahan yang dikandungnya, suatu zat dapat dibedakan atas asam, basa,
dan garam. Asam dan basa merupakan substansi yang umum ditemukan dalam
merupakan contoh basa dalam rumah tangga. Cuka, cairan aki, dan jus lemon adalah
kesetimbangan asam basa sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui
bagaimana sifat yang terdapat dalam suatu zat kimia baik nilai pH zat tersebut
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara
tetapan kesetimbangan dan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nilai pH.
TINJAUAN PUSTAKA
bahwa larutan garam, asam, dan basa adalah satu-satunya cairan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Arrhenius menyatakan bahwa ketika suatu senyawa larut
Arrhenius menyebutnya dengan "ion". Arrhenius berteori bahwa ion terbentuk segera
setelah senyawa dilarutkan dalam air. Menurut teori Arrhenius asam adalah senyawa
yang menghasilkan ion hidrogen dalam larutan air dan basa merupakan zat yang
Asam bronsted adalah zat yang dapat memberikan proton, dan basa Bronsted
adalah zat yang dapat menerima proton. Perluasan teori asam basa dari Bronsted
adalah konsep pasangan asam-basa konjugasi, yang dapat dikatakan sebagai asam
dan basa konjugatnya atau basa dan asam konjugatnya. Basa konjugasi asam
Bronsted adalah zat yang tersisa setelah proton dikeluarkan dari asam. Sebaliknya,
asam konjugat diproduksi dengan penambahan proton ke basa Bronsted. Setiap asam
Bronsted memiliki basa konjugasi, dan setiap basa Bronsted memiliki asam
konjugasi. Misalnya, ion klorida (Cl2) adalah basa konjugasi yang terbentuk dari
asam HCl, dan H3O2 (ion hidrogen) adalah asam basa konjugasi (Chang, 2010).
Pada tahun 1923, ketika Bronsted dan Lowry mengajukan teori asam basa,
Lewis juga mengajukan teori asam basa baru. Lewis, yang mengajukan teori oktet,
meyakini bahwa teori asam basa merupakan masalah dasar yang harus diselesaikan
berdasarkan teori struktur atom bukan berdasarkan hasil eksperimen. Teori asam
basa Lewis percaya bahwa asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron,
dan basa adalah zat yang dapat menyediakan pasangan elektron (Takeuchi, 2006).
Berdasarkan ketiga teori asam dan basa tesebut, teori Arrhenius adalah teori
yang paling terbatas. Masalah asam basa merupakan reaksi yang paling banyak
dibahas dalam larutan air. Adapun teori Bronsted Lowry adalah yang paling mudah
digunakan, akan tetapi teori Lewis paling dapat diterapkan pada reaksi asam basa
Setiap zat atau senyawa memiliki sifat asam, basa atau netral untuk
mengetahui sifat asam, basa atau netral dapat digunakan suatu indikator. Indikator
tersebut dapat berupa indikator buatan di laboratorium atau indikator asam basa
dengan menggunakan bahan alami (Karo, 2017). Indikator asam basa disebut juga
dengan indikator pH. Indikator asam basa adalah zat pewarna yang berubah warna
seiring dengan pH zat tersebut, biasanya dapat berupa asam lemah atau basa lemah,
serta zat tersebut akan sedikit terdisosiasi menjadi ion ketika dilarutkan dalam air
atau garam. Macam-macam indikator tersebut yaitu, yang pertama kertas lakmus, ada
dua macam kertas lakmus yaitu, merah dan biru. Jika kertas lakmus biru dicelupkan
dalam larutan dan ternyata berubah warna menjadi merah, berarti larutan tersebut
bersifat asam. Sebaliknya jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan dan
warna kertas berubah menjadi biru, berarti larutan tersebut bersifat basa. Jika kertas
lakmus biru atau merah dicelupkan ke dalam suatu larutan dan ternyata kedua kertas
tidak mengalami perubahan warna, berarti larutan tersebut bersifat netral.
phenolptalein (PP) yang memberikan warna merah muda dalam lingkungan basa dan
tidak berwarna dalam lingkungan asam, metil orange (MO) yang memberikan warna
merah dalam lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa. Ketiga yaitu
Indikator universal, indikator ini kebanyakan berupa kertas, tetapi ada juga yang
berupa larutan, apabila kertas indikator ini dicelupkan ke dalam larutan, akan
memberikan warna tertentu yang kemudian dibandingkan dengan warna standar yang
universal mengalami perubahan warna pada berbagai pH. Selanjutnya yaitu indikator
alami, indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya
daun kubis ungu yang memberikan warna merah dan hijau (Lestari, 2016).
Asam dalam bahasa Inggris acid dan dalam bahasa Latin acidus yang berarti
rasa asam. Secara kimia asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion
Hidrogen (H+). Asam akan terionisasi menjadi ion hidrogen dan ion sisa asam yang
bermuatan negatif. Sifat-sifat asam yaitu mempunyai rasa masam, mengubah lakmus
biru menjadi merah, bersifat korosif oleh karena itu asam dapat melarutkan berbagai
jenis logam, seperti seng, dan aluminium, mempunyai pH yang kurang dari 7.
Adapun basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air dapat melepaskan
ion hidroksida (OH-). Sifat-sifat basa yaitu mempunyai rasa pahit, dapat mengubah
lakmus merah menjadi biru, dapat menetralkan asam, basa kuat bersifat kaustik yaitu
apabila terkena kulit seperti Natrium Hidroksida akan terasa perih dan menyebabkan
METODE PERCOBAAN
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah labu semprot, tabung
reaksi, plat tetes, labu ukur, termometer, pH universal, pipet volume, bulb dan
pipet tetes.
asam asetat 0,1 M, larutan asam formiat 0,1 M, indikator merah netral,
labu ukur 50 mL lalu dihimpitkan sampai tanda batas dengan menggunakan akuades
dan dihomogenkan sehingga diperoleh larutan asam formiat 0,01 M. 5 mL larutan ini
larutan ini hingga diperoleh 0,0001 M. Lalu lakukan cara yang sama untuk
universal, kemudian catat pH yang diperoleh. Kemudian ditetesi pada plat tetes
dengan menggunakan indikator yang sesuai dengan trayek pH pada hasil pembacaan
kertas pH universal. Dicatat dan amati perubahan warna yang terjadi pada tabel
pengamatan.
Dimasukkan 5 mL sampel asam asetat dengan konsentrasi 0,1 M ke dalam labu ukur
dihomogenkan sehingga diperoleh larutan asam asam asetat 0,01 M. 5 mL larutan ini
ini hingga diperoleh 0,0001 M. Pengenceran yang sama dilakukan untuk larutan ini
dengan menggunakan kertas pH universal dan ditetesi pada plat tetes dengan
menggunakan indikator yang sesuai dengan trayek pH pada hasil pembacaan kertas
4.2 Pembahasan
Asam adalah zat yang apabila dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion H +
dan basa adalah zat yang apabila dilarutkan ke dalam air maka akan menghasilkan
ion OH-. Adapun cara untuk mengetahui atau mendeteksi suatu zat apakah zat
tersebut bersifat asam atau basa adalah dengan menggunakan indikator, indikator
yang dimaksud adalah suatu zat yang apabila ditambahkan ke dalam suatu senyawa
atau larutan dapat menyebabkan perubahan warna pada zat tersebut dimana
perubahan warna tersebut akan menentukan sifat dari zat tersebut. Salah satu jenis
indikator yang digunakan yaitu adalah kertas pH universal, kertas pH universal ini
akan berubah warna sesuai dengan sifat zat yang diuji pH-nya, kemudian kertas pH
universal yang telah berubah warna tersebut dapat dicek nilai pH-nya dengan melihat
trayek pH yang sesuai dengan perubahan warna kertas tersebut yang terdapat pada
wadah kertas pH universal itu sendiri. Contohnya yaitu pada larutan asam formiat
yang diuji dengan konsentarsi yang berbeda yaitu pada konsentrasi 0,1 M didapatkan
untuk mendapatkan volume akhir yang lebih besar. Pada percobaan ini asam formiat
dan asam asetat diencerkan sehingga menghasilkan larutan dengan konsentrasi yang
lebih rendah dari sebelumnya. Secara teori pengenceran larutan asam lemah lebih
netral atau mendekati pH 7, yang artinya semakin encer larutan asam lemah maka
semakin tinggi nilai pH. Oleh karena itu karena perbedaan konsentrasi maka nilai pH
senyawa basa akan menghasilkan kesetimbangan basa. Pernyataan ini sesuai dengan
Adapun secara teoritis nilai Ka adalah jika konsentrasi berubah maka nilai Ka tetap,
akan tetapi yang terjadi pada pengamatan dan perhitungan adalah sebaliknya, ketika
konsentrasi berubah maka nilai Ka juga akan berubah. Semakin encer larutannya,
maka semakin kecil nilai Ka. Dengan kata lain, semakin kecil konsentrasi asam
lemah semakin kecil nilai Ka pada asam lemah. Adapun derajat ionisasi pada
percobaan pertama sampai dengan percobaan kelima baik pada asam formiat ataupun
hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh dapat dikatakan bahwa hasil
kesetimbangan pun semakin kecil sedangkan derajat ionisasi semakin besar hal ini
5.1 Kesimpulan
dan asam cuka yaitu bernilai sama saat nilai konsentrasinya sama namun pada
suhu yang berbeda yaitu asam formiat 32o C dan asam cuka 31 o C yaitu
tinggi nilai pH-nya, semakin rendah nilai K a yang diperoleh dan energi
ionisasinya meningkat.
3. Berdasarkan nilai pH-nya derajat ionisasi kedua asam lemah yaitu asma formiat
5.2 Saran
semakin ditingkatkan.
Chang, R., 2010, Chemistry, Tenth Edition, Higher Education, New York.
Irawati, R.K., 2019, Pengaruh Pemahaman Konsep Asam Basa terhadap Konsep
Hidrolisis Garam Mata Pelajaran Kimia SMA Kelas XI, Jurnal Thabiea,
2(1): 1-6.
James, J., Baker, C., Swain, H., 2008, Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan,
Erlangga, Jakarta.
Karo, M.B., 2017, Identifikasi Sifat Asam Basa Menggunakan Indikator Alami
Koib, D., 1978, Chemical Principles Revisited Acids and Bases, Journal of Chemical
Lestari, P., 2016, Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L)
Sukemi, Usman, Putra, B.I., Purwati, W., Rahmawati, N.N., Pradani, S.D.A.,
Indikator Asam Basa dari Ekstrak Etanol Pucuk Daun Merah (Syzgium
CHCOOH, 0,1 M
dihomogenkan.
dan dicatat.
Pengenceran I
CH3COOH, 0,1 M
dihomogenkan.
dan dicatat.
Pengenceran I
A. Pengenceran
1. Asam Formiat
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,1 M = 50 mL x M2
M2 = 0,01 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,01 M = 50 mL x M2
M2 = 0,001 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,001 M = 50 mL x M2
M2 = 0,0001 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,0001 M = 50 mL x M2
M2 = 0,00001 M
2. Asam Asetat
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,1 M = 50 mL x M2
M2 = 0,01 M
b. Konsentrasi 0,01 M menuju 0,001 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,01 M = 50 mL x M2
M2 = 0,001 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,001 M = 50 mL x M2
M2 = 0,0001 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,0001 M = 50 mL x M2
M2 = 0,00001 M
1. Asam Formiat
Pengenceran I :
Ka =
Ka =
Ka =
Ka = 10-5
Pengenceran II :
Ka =
Ka =
Ka =
Ka = 10-6
Pengenceran III :
Ka =
Ka =
Ka =
Ka = 10-7
Pengenceran IV :
Ka =
Ka =
Ka =
Ka = 10-8
Pengenceran V:
Ka =
Ka =
Ka =
Ka = 10-9
Ka total =
= 2.2222×10-6
2. Asam Asetat
Pengenceran I :
Ka =
Ka =
Ka =
Ka = 10-5
Pengenceran II :
Ka =
Ka =
Ka =
Ka = 10-6
Pengenceran III :
Ka =
Ka =
Ka =
Ka = 10-7
Pengenceran IV :
Ka =
Ka =
Ka =
Ka = 10-8
Pengenceran V:
Ka =
Ka =
Ka =
Ka = 10-9 M
Ka total =
= 2.2222×10-6
1. Asam Formiat
Konsentrasi 0,1 M, pH = 3
α1 = x 100%
α1 = x 100%
α1 = 1%
Konsentrasi 0,01 M, pH = 4
α2= x 100%
α2= x 100%
α2 = 1%
Konsentrasi 0,001 M, pH = 5
α3 = x 100%
α3 = x 100%
α3 = 1%
Konsentrasi 0,0001 M, pH = 6
α4 = x 100%
α4 = x 100%
α4 = 1%
Konsentrasi 0,00001 M, pH = 7
α5 = x 100%
α5 = x 100%
α5 = 1%
αtotal=
= 1%
2. Asam Asetat
Konsentrasi 0,1 M, pH = 3
α1 = x 100%
α1 = x 100%
α1 = 1%
Konsentrasi 0,01 M, pH = 4
α2 = x 100%
α2 = x 100%
α2 = 1%
Konsentrasi 0,001 M, pH = 5
α3 = x 100%
α3 = x 100%
α3 = 1%
Konsentrasi 0,0001 M, pH = 6
α4 = x 100%
α4 = x 100%
α4 = 1%
Konsentrasi 0,00001 M, pH = 7
α5 = x 100%
α5 = x 100%
α5 = 1%
αtotal =
= 1%
Lampiran 3. Foto Percobaan