Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan antar konsep dalam pembelajaran kimia sangat penting, karena

dengan penguasaan dan pemahaman konsep akan memudahkan dalam

mempelajari kimia. Setiap pembelajaran diusahakan lebih menekankan pada

penguasaan konsep agar memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai

kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan

pemecahan masalah. Penguasaan konsep merupakan tingkatan hasil belajar

sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan

bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri [ CITATION Wid14 \l 1057 ].

Pada perkuliahan kimia organik materi ikatan kima merupakan materi

yang harus dikuasai oleh mahasiswa untuk mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia

dari suatu senyawa organik (Nurbaity dan Mustikasari, 2012).

Jari-jari atom, sudut ikatan, dan elektron valensi atom atau ion yang

menyusun senyawa menentukan ikatan, struktur, reaksi dan sifat fisik senyawa.

Sifat kimia senyawa yang dikenal dan senyawa baru dapat dijelaskan dan

diprediksikan dengan menggunakan parameter universal yang khas untuk

unsur-unsur penyusunnya. Kimia anorganik telah berkembang seiring dengan

penemuan senyawa baru dan modus ikatan baru. Oleh karena itu, sangat penting

untuk mengetahui modus ikatan, faktor geometrik dan elektronik yang

menentukan ikatan, dan mempelajari konsep dasar teori orbital molekul [ CITATION

Sai962 \l 1057 ].
Percobaan ini membahas mengenai sifat dan ciri dari ikatan kimia, yaitu

ikatan ion dan ikatan kovalen dan cara membedakan suatu senyawa termasuk

senyawa kompleks atau senyawa bukan kompleks.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Menentukan senyawa yang memiliki ikatan elektrovalen dan kovalen

dengan cara mereaksikan senyawa tersebut menggunakan suatu senyawa dan

indikator. Dan menentukan reaksi pembentukan senyawa kompleks dan bukan

kompleks dengan mereaksikan senyawa tersebut dengan suatu senyawa dan

indikator.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Membedakan senyawa yang memiliki ikatan elektrovalen dan ikatan

kovalen.

2. Membedakan reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks.

1.3 Prinsip Percobaan

Pada percobaan ikatan kimia ini untuk menguji beberapa senyawa dengan

mencampurkan senyawa dengan AgNO3, MO, BaCl2, dan KCNS, dan melihat

reaksi yang terjadi, serta hasil yang terbentuk dari reaksi tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Struktur molekuler diidentifikasi oleh efek dari banyak faktor seperti

ikatan yang terbentuk di antara atom-atom, tata letak tiga dimensi atom yang

berdekatan di sekitar atom pusat, dan sudut antara ikatan. Ini struktur adalah

penentu karakteristik fisik dan kimia dari molekul. Ada beberapa teori yang

menjelaskan struktur ini. Teori-teori ini adalah: The Valence Bond Theory, The

Valence Shell Electron Pair Repulsion (VSEPR), Ligand Close-Packing (LCP)

Model, dan Molecular Orbital Theory (MOT) (Uyulgan dan Akkuzu, 2016).

Ikatan kimia adalah bagian penting dari kimia dan merupakan kunci untuk

mengartikan banyak fenomena kimia. Pegangan yang kuat tentang topik

diperlukan di banyak tingkatan, yang berkisar dari aplikasi di industri kimia untuk

situasi belajar yang berbeda[ CITATION Nim14 \l 1057 ].

Selama sejarah konsep ikatan kimia, yang merupakan konsep utama untuk

menjelaskan kohesi dari material, beberapa modelnya telah dikembangkan dan

diadopsi. Beberapa model seperti ikatan kovalen masih valid dan masih sangat

relevan dalam menjelaskan bangun molekuler (Bouyad, dkk., 2013).

Setiap dua atom atau ion yang disatukan dengan kuat, dapat dikatakan ada

ikatan kimia di antara kedua atom atau ion itu. Ada tiga tipe umum ikatan kimia

yaitu ionik, kovalen, dan logam (Brown, dkk., 2012).

Kimiawan Jerman Albrecht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan

gas mulia disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh (yakni, konfigurasi

elektron di kulit terluarnya, kulit valensi, terisi penuh). Ia berusaha memperluas


interpretasinya ke atom lain. Atom selain gas mulia cenderung mendapatkan

muatan listrik (elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar,

bergantung apakah jumlah elektron di kulit terluarnya lebih sedikit atau lebih

banyak dari atom gas mulia yang terdekat dengannya. Bila suatu atom kehilangan

elektron, atom tersebut akan menjadi kation yang memiliki jumlah elektron yang

sama dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan elektron, atom

tersebut akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan

atom gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan

ikatan kimia adalah gaya elektrostatik antara kation dan anion. Ikatan kimia yang

dibentuk disebut dengan ikatan ionik[ CITATION Tak06 \l 1057 ].

Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis

(1875-1946) dan Irving Langmuir (1881-1957), secara independen menjelaskan

apa yang tidak terjelaskan oleh teori Kossel dengan memperluasnya untuk

molekul non polar. Titik krusial teori mereka adalah penggunaan bersama elektron

oleh dua atom sebagai cara untuk mendapatkan kulit terluar yang diisi penuh

elektron. Penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom atau ikatan

kovalen adalah konsep baru waktu itu[ CITATION Tak06 \l 1057 ].

Ikatan kimia pada H-H dan Cl-Cl sepenuhnya kovalen karena

elektron-elektron yang membentuk ikatan membagi secara merata elektronnya

antar atom. Tipe ikatan ini disebut ikatan kovalen nonpolar. Dalam beberapa

molekul yang berikatan kovalen, ikatan elektron-elektron tertarik lebih kuat oleh

satu atom dan sebagai konsekuensi pergeseran densitas elektron menuju atom

tersebut. Situasi ini ditetapkan sebagai karakter sebagian ionik atau polaritas

ikatan. Contohnya, molekul yang dibentuk dari atom yang berbeda seperti H-Cl,

elektron-elektron dari ikatan kovalen tertarik lebih kuat oleh satu atom dan atom

yang lain menjadi dibebankan. Tipe ikatan kimia ini dikenal sebagai ikatan

kovalen polar[ CITATION Uce15 \l 1057 ].


Senyawa kimia adalah zat kimia murni yang terdiri dari dua atau beberapa

unsur yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan

reaksi kimia yang membentuknya. Contohnya, dihidrogen monoksida (air, H2O)

adalah sebuah senyawa yang terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom

oksigen. Umumnya, perbandingan ini harus tetap karena sifat fisikanya, bukan

perbandingan yang dibuat oleh manusia. Oleh karena itu, material seperti

kuningan, semikonduktor "aluminium galium arsenida", atau coklat dianggap

sebagai campuran atau aloy, bukan senyawa (Dwinata, dkk., 2016).

Suatu kompleks akan terbentuk antara suatu kation atau logam


dengan beberapa molekul netral atau ion donor elektron. Kation atau logam
tersebut berfungsi sebagai ion pusat sedangkan molekul netral atau ion
donor elektron berfungsi sebagai gugus pengeliling atau sering disebut
ligan (Hermawati, dkk., 2016).
Ligan dengan satu atom pengikat disebut ligan monodentat, dan yang
memiliki lebih dari satu atom pengikat disebut ligan polidentat, yang juga disebut
ligan khelat. Jumlah atom yang diikat pada atom pusat disebut dengan bilangan
koordinasi. Senyawa ion logam yang berkoordinasi dengan ligan disebut dengan
senyawa kompleks[ CITATION Sai962 \l 1057 ].
Ikatan kovalen koordinasi dalam senyawa kompleks ini terjadi karena

donasi pasangan elektron dari ligan ke dalam orbital kosong ion pusat. Pada

umumnya, ion pusat memiliki orbital-orbital d yang masih belum terisi penuh

elektron sehingga dapat berfungsi sebagai akseptor pasangan elektron tersebut.

Pada umumnya, ion pusat memiliki orbital-orbital d yang tidak terisi penuh

elektron sehingga dapat berfungsi sebagai akseptor pasangan elektron tersebut.

Ciri ini menyebabkan beberapa sifat khas, meliputi warna yang unik,

pembentukan senyawa paramagnetik, aktivitas katalitik, dan terutama memiliki

kecenderungan besar untuk untuk membentuk senyawa kompleks (Hermawati,

dkk., 2016).
Faktor yang mempengaruhi stabilitas ion kompleks adalah pengaruh ion
pusat berupa besar dan muatan dari ion, faktor CFSE, faktor distribusi muatan dan
pengaruh ligan berupa besar dan muatan dari ion, sifat basa, faktor pembentukkan
khelat, faktor besarnya lingkaran dan faktor ruang (Hermawati, dkk., 2016).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan Percobaan

3.1.1 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet tetes, tabung reaksi,

kain lap halus, sarung tangan, masker, gelas kimia, dan tissue roll.

3.1.2 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah NaCl, AgNO3, CHCl3,

KCNS, CH3COOH, CCl4, C2H5OH, K3Fe(CN)6, HCl, Metil Orange, BaCl2,

K4Fe(CN)6, CuSO4, NH4OH, dan FeCl3.

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pengendapan Garam Nitrat

Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Masing-masing tabung diisi dengan

1 mL AgNO3 (perak nitrat). Tabung reaksi (1) ditetesi dengan NaCl (natrium

klorida), tabung reaksi (2) ditetesi dengan CCl4 (karbon tetraklorida), dan

tabung reaksi (3) ditetesi dengan CHCl3 (kloroform), masing-masing 3-5 tetes.

Diperhatikan dan diamati perubahan yang terjadi.

3.2.2 Reaksi dengan Metil Orange


Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Tabung reaksi (1) diisi dengan

HCl (asam klorida), tabung reaksi (2) diisi dengan CH 3COOH (asam asetat), dan

tabung reaksi (3) diisi dengan C2H5OH (etanol), masing-masing sebanyak 2,5 mL.

Selanjutnya, setiap tabung reaksi diteteskan dengan indikator metil orange (MO).

Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.2.3 Pengendapan Garam Hidroksida

3.2.3.1 Reaksi dengan Amonium Hidroksida

Disiapkan 2 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan

1 mL CuSO4, tiap tabung ditetesi dengan larutan amonium hidroksida beberapa

tetes, lalu ditambahkan berlebih sampai tidak terjadi endapan, tabung reaksi (1)

ditetesi dengan BaCl2 sebanyak 2-3 tetes dan tabung reaksi (2) ditetesi K 4Fe(CN)6

sebanyak 2-3 tetes. Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.2.3.2 Reaksi tanpa Amonium Hidroksida

Disiapkan 2 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan

1 mL CuSO4, tabung reaksi (1) ditetesi dengan BaCl2 sebanyak 2-3 tetes dan

tabung reaksi (2) ditetesi K4Fe(CN)6 sebanyak 2-3 tetes. Diperhatikan dan dicatat

perubahan yang terjadi.

3.2.4 Pengendapan KCNS

Disiapkan 2 buah tabung reaksi, tabung reaksi (1) diisi dengan

FeCl3 (ferric chloride) dan tabung reaksi (2) diisi K3Fe(CN)6 (potassium

ferricyanide). Tambahkan KCNS sebanyak 2-3 tetes pada setiap tabung reaksi.

Diperhatikan dan dicatat perubahan warna yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Pengendapan Garam Nitrat

Tabel 1. Pengendapan garam nitrat


Larutan + AgNO3 Keterangan
NaCl Terbentuk endapan Bereaksi, merupakan
senyawa ion
CCl4 Tidak terbentuk endapan, Tidak bereaksi,
tetapi terbentuk dua fasa merupakan senyawa
lapisan kovalen
CHCl3 Tidak terbentuk endapan, Tidak bereaksi,
tetapi terbentuk dua fasa merupakan senyawa
lapisan kovalen

4.1.2 Reaksi dengan Indikator Metil Orange

Tabel 2. Reaksi dengan indikator metil orange


Larutan + MO Keterangan

HCl Berubah warna menjadi merah Bereaksi, bersifat asam

CH3COOH Berubah warna menjadi merah Bereaksi, bersifat asam

C2H5OH Berubah warna menjadi kuning Bereaksi, bersifat basa

4.1.3 Pengendapan Garam Hidroksida

Tabel 3. Pengendapan garam hidroksida


Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6

CuSO4 + NH4OH (sedikit) Terbentuk Terbentuk Bereaksi,


sedikit sedikit merupakan
endapan, endapan, senyawa
berwarna berwarna kompleks
putih coklat
CuSO4 + NH4OH (berlebih) Terbentuk Terbentuk Bereaksi,
banyak sedikit merupakan
endapan endapan, senyawa
berwarna berwarna kompleks
putih coklat

CuSO4 Terbentuk Terbentuk Tidak bereaksi,


endapan, sedikit bukan senyawa
berubah endapan, kompleks
berwarna berwarna
coklat

4.1.4 Reaksi dengan Kalsium Tiosianat

Tabel 4. Reaksi dengan kalium tiosianat


Larutan + KCNS Keterangan
KCl3 Terbentuk endapan, Bukan senyawa
berwarna coklat pekat kompleks
K3Fe(CN)6 Tidak terbentuk Merupakan Senyawa
endapan, tidak Kompleks
mengalami perubahan
warna

4.2 Reaksi

4.2.1 Reaksi Pengendapan Garam

NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3

CCl4 + AgNO3 →

CHCl3 + AgNO3 →

4.2.2 Reaksi dengan Indikator MO


Tidak perlu.

4.2.3 Pengendapan Garam Hidroksida

CuSO4 + 2NH4OH (sedikit) → Cu(OH)2 + (NH4)SO4


CuSO4 + 4NH4OH (lebih) → [Cu(NH3)4]SO4 + 4H2O
[Cu(NH3)4]SO4 + BaCl2 → [Cu(NH3)4] Cl2 + BaSO4

[Cu(NH3)4]SO4 + K4Fe(CN)6 → [Cu(NH3)4][K4Fe(CN)6] +

2K2SO4

CuSO4 + BaCl2 → BaSO4 + 4H2O

2CuSO4 + K4Fe(CN)6 → 2K2SO4 + Cu2Fe(CN)6

4.2.4 Reaksi dengan KCNS

FeCl3 + 3KCNS → Fe(CNS)3 + 3KCl


K3Fe(CN)6 + KCNS →

4.3 Pembahasan

Pada percobaan ini, beberapa senyawa diuji untuk mengetahui jenis ikatan
yang dimiliki oleh tiap senyawa. Cara yang dilakukan untuk mengujinya adalah
dengan melakukan penambahan suatu senyawa atau indikator antara lain AgNO 3,
indikator MO, NH4OH, dan KCNS.
Pada percobaan penambahan AgNO3, digunakan beberapa sampel yakni

NaCl, CCl4, dan CHCl3. Tiap sampel ditetesi dengan senyawa AgNO 3 untuk

membuktikan bahwa senyawa-senyawa tersebut termasuk senyawa elektrovalen

(ionik) atau senyawa kovalen. Dari percobaan diketahui bahwa NaCl bereaksi

terhadap AgNO3 yang ditandai dengan terbentuknya sebuah endapan yang

menandakan bahwa NaCl merupakan senyawa ionik, sedangkan pada senyawa

CCl4 dan CHCl3 tidak terjadi reaksi dan tidak terbentuk endapan ketika ditetesi
dengan senyawa AgNO3 yang menandakan bahwa kedua senyawa tersebut

merupakan senyawa kovalen.

Percobaan selanjutnya yakni pengujian sifat asam-basa suatu senyawa


dengan menggunakan indikator MO (metil orange). Beberapa senyawa yang
digunakan dalam percobaan ini yakni HCl, CH3COOH, dan C2H5OH. Tiap
senyawa dimasukkan di dalam tabung reaksi berbeda yang kemudian masing-
masing senyawa tersebut ditetesi dengan indikator MO. Dari percobaan ini
diperoleh perubahan warna menjadi kemerahan pada senyawa HCl dan
CH3COOH, yang menandakan bahwa kedua senyawa tersebut merupakan
senyawa yang bersifat asam, sedangkan pada senyawa C2H5OH mengalami
perubahan warna menjadi kekuningan, yang menandakan bahwa senyawa ini
bersifat basa.
Setelah kedua percobaan diatas dilakukan, dilanjutkan percobaan
selanjutnya yakni mereaksikan senyawa CuSO4 dengan menggunakan senyawa
BaCl2 dan senyawa K4Fe(CN)6 serta dengan penambahan NH4OH dengan
konsentrasi yang sedikit dan berlebih pada beberapa sampel CuSO 4 untuk
membuktikan apakah senyawa tersebut termasuk senyawa kompleks atau senyawa
bukan kompleks. Senyawa CuSO4 dimasukkan dalam beberapa tabung reaksi yang
kemudian beberapa sampel ditetesi NH4OH dengan konsentrasi berlebih dan
sedikit sementara beberapa sampel lainnya tidak ditetesi dan setelah itu masing-
masing sampel ditetesi dengan menggunakan senyawa BaCl 2 dan senyawa
K4Fe(CN)6. Dari percobaan, diperoleh hasil bahwa sampel yang diberikan
NH4OH dengan konsentrasi berlebih dan sedikit bereaksi yang ditandai dengan
terjadinya prubahan warna pada senyawa dan terbentuknya endapan sedangkan
pada sampel yang tidak ditetesi dengan senyawa NH4OH tidak mengalami reaksi
dan tidak membentuk endapan, kecuali jika direaksikan dengan K 4Fe(CN)6 yang
menyebabkan terbentuk sedikit endapan pada sampel. Hal ini membuktikan
bahwa senyawa yang bereaksi dan membentuk endapan merupakan senyawa
kompleks sedangkan senyawa yang tidak bereaksi dan membentuk endapan bukan
senyawa kompleks.
Dan percobaan terakhir yakni mereaksikan senyawa FeCl3 dan K3Fe(CN)6

dengan menggunakan senyawa KCNS untuk membuktikan bahwa senyawa

tersebut termasuk senyawa kompleks atau senyawa bukan kompleks. Dari

percobaan tersebut senyawa FeCl3 bereaksi dengan KCNS yang menandakan

senyawa tersebut bukan senyawa kompleks karena dapat bereaksi dengan mudah

sedangkan senyawa K3Fe(CN)6 tidak bereaksi dengan KCNS yang menandakan

senyawa tersebut merupakan senyawa kompleks karena relatif sukar larut.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah:

1. Senyawa NaCl merupakan senyawa yang berikatan ion (elektrovalen)

karena bereaksi ketika ditambahkan dengan AgNO3, sedangkan senyawa

CCl4 dan CHCl3 merupakan ikatan kovalen karena tidak terjadi reaksi saat

ditambahkan dengan AgNO3.

2. Senyawa FeCl3 merupakan senyawa bukan kompleks karena mudah

bereaksi dengan KCNS sedangkan K3Fe(CN)6 merupakan senyawa

kompleks karena relatif sukar bereaksi dengan KCNS.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium


Saran saya untuk laboratorium adalah menjaga kebersihan laboratorium

agar laboratorium terasa nyaman.

5.2.2 Saran untuk Praktikum

Saran saya untuk praktikum, agar bahan dan alat yang disediakan

diperbanyak demi kelancaran praktikum.

Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Pengendapan Garam Nitrat


NaCl CCl4 CHCl3

- Diteteskan AgNO3 sebanyak 1 mL

- Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi.

Hasil

B. Reaksi dengan Metil Orange


HCl CH3COOH C2H5OH

- Diteteskan indikator metil orange

(MO)
- Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi.
Hasil

C. Pengendapan Garam Hidroksida


CuSO4 NH4OH CuSO4 NH4OH CuSO4 CuSO4

- Ditambahkan BaCl2 dan K4Fe(CN)6

- Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi.

Hasil

D. Pengendapan KCNS
K3Fe(CN)6 FeCl3

- Diteteskan KCNS sebanyak 2-3 tetes

- Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi

Hasil
Laporan Hasil Praktikum

IKATAN KIMIA

ATHALA KEVIN B.G. MATURBONGS


H031181309
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
UNIT PELAKSANA TEKNIS-MATA KULIAH UMUM
LABORATORIUM KIMIA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

IKATAN KIMIA

Disusun dan diajukan oleh:

ATHALA KEVIN B.G. MATURBONGS


H031181309

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Koordinator Praktikum Asisten

Wahyuni Eka Nanda Muh. Ilham


NIM. H31114017 NIM. H31114001
DAFTAR PUSTAKA

Bouyad, A., Kaddari, F., Lachkar, M., dan Elachqar, A., 2013, Quantum
Model of Chemical Bonding: Barriers and Learning
Difficulties, Procedia-Social and Behavioral Sciences,
116 : 4612-4616.
Brown,T.L., Lemay, Jr., H.E., Bursten, B.E., Murphy, C.J., dan Woodward, P.M.,
2012, Twelfh Edition Chemistry The Central Science, Pearson
Education, Inc., USA.
Dwinata, R.A., Efendi, R., dan Yudha S., S.P., 2016, Rancang Bangun Aplikasi
Tabel Periodik Unsur dan Perumusan Senyawa Kimia dari
Unsur Kimia Dasar Berbasis Android, Jurnal Rekursif,
4(2) : 176-178.
Hermawati, E.K., Suhartana, dan Taslimah, 2016, Sintesis dan Karakterisasi
Senyawa Kompleks Zn(II)-8-Hidroksikuinolin, Jurnal Kimia
Sains dan Aplikasi, 19(3) : 94-95.
Nimmermark, A., 2014, Facet of Chemical Bonding That Enhance or Encumber
Conceptual Understanding, Tesis Chalmers University of
Technology, Gothenburg, Sweden.
Nurbaity dan Mustikasari, I., 2012, Analisis Penguasaan Konsep Ikatan Kimia
Pada Mata Kuliah Kimia Organik Melalui Instrumen Two
Tier, JPRK, 2(1) : 99-106.
Saito, T., 1996, Kimia Anorganik, Iwamami Shoten Publishers, Tokyo.
Takeuchi, Y., 2006, Pengantar Kimia, Iwamami Shoten Publishers, Tokyo.
Uce, M., 2015, Constructing Models in Teaching of Chemical Bonds Ionic Bond,
Covanlent Bond, Double and Triple Bonds, Hydrogen
Bond and Molecular Geometry, Academic Journals,
10(4) : 491-493.
Uyulgan, M.A. dan Akkuzu, N., 2016, An Insight Towards Conceptual
Understanding Looking Into The Molecular Structures of
Compounds, Acta Didactica Napocensia Journal, 9(4) : 49-
71.
Widiyowati, I.I., Hubungan Pemahaman Konsep Struktur Atom dan Sistem
Periodik Unsur dengan Hasil Belajar Kimia Pada Pokok
Bahasan Ikatan Kimia, Jurnal Pancaran, 3(4) : 99-116.

Lampiran 2. Dokumentasi Hasil Percobaan


Gambar 1. HCl, CH3COOH, C2H5OH, Gambar 2. FeCl3, K3Fe(CN)6, dan
dan MO KCNS

Gambar 3. HCl, CH3COOH, dan Gambar 4. CuSO4 setelah reaksi


C2H5OH setelah reaksi penambahan BaCl2 dan
K4Fe(CN)6 yang
beberapa sampelnya
ditambahkan dengan
NH4OH

Gambar 5. CuSO4 , K4Fe(CN)6, BaCl2,


dan NH4OH

Anda mungkin juga menyukai