Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

IKATAN KIMIA

ANDI BESSE KHAERUNNISA


H031 17 1001

LABORATORIUM KIMIA DASAR


UNIT PELAKSANA MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

IKATAN KIMIA

Disusun dan diajukan oleh:

ANDI BESSE KHAERUNNISA


H031 17 1001

Diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 23 September 2017

Asisten,

RIZDA ARIFIN
H311 14 505
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar ilmu kimia merupakan ilmu percobaan, dan sebagian besar

pengetahuannya diperoleh dari penelitian di laboratorium. Tetapi, saat ini kimiawan

dapat menggunakan komputer untuk mengkaji struktur mikroskopik dan sifat-sifat

kimia zat atau menggunakan peralatan elektronik yang canggih untuk menganalisis

zat-zat polutan hasil buangan kendaraan atau untuk menganalisis zat-zat beracun

yang terkandung dalam tanah. Banyak penelitian canggih di bidang biologi dan

kedokteran dilakukan pada tingkat atom dan molekul yang merupakan dasar dari

ilmu kimia (Chang, 2003).

Suatu atom bergabung dengan atom lainnya melalui ikatan kimia sehingga

dapat membentuk senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ion.

Senyawa ion terbentuk melalui ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara ion positif

(atom yang melepaskan elektron) dan ion negatif (atom yang menangkap elektron).

Akibatnya, senyawa ion yang terbentuk bersifat polar (Chang, 2003).

Ketika atom berinteraksi untuk membentuk ikatan kimia, hanya bagian

terluarnya yang bersinggungan dengan atom lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari

ikatan kimia kita hanya perlu membahas terutama elektron valensi dari atom-atom

yang terlibat (Chang, 2003). Berdasarkan uraian di atas maka percobaan ikatan kimia

perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara senyawa-senyawa yang

mempunyai ikatan elektrokovalen dan ikatan kovalen serta mengetahui reaksi

pembentukan kompleks dan bukan kompleks.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui bahwa senyawa yang

mempunyai ikatan ion dan kovalen dapat dibedakan melalui penampakannya ketika

dilarutkan dalam pelarutnya. Begitupun dengan senyawa kompleks dan bukan

kompleks.

1.2.2 Tujuan percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah:

1. Membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen

2. Membedakan reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks.

1.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan ini adalah membedakan senyawa ion dan

kovalen dengan cara dilarutkan dalam larutan AgNO3 setiap sampel dan kemudian

dibuktikan dengan terbentuk atau tidaknya endapan, membedakan reaksi senyawa

kompleks dan bukan kompleks dengan cara ditetesi larutan KCNS pada setiap

sampel, serta mendeteksi kekuatan ikatan sampel berdasarkan tingkat kesamaan

dengan cara ditetesi indikator metil jingga.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ikatan

Materi terdiri atas atom. Oleh karena kimia mempelajari materi, teori atom

merupakan pondasi logis kimia. Namun, kimia tidak berbasiskan atom saja. Kimia

pertama akan muncul ketika atom bergabung membentuk molekul. Proses yang

menjelaskan bagaimana karakter hubungan atom dengan atom, yakni pembentukan

ikatan kimia sangat berperan dalam perkembangan kimia. Untuk memahami ikatan

kimia dengan sebenarnya diperlukan dukungan mekanika kuantum. Kini mekanika

kuantum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kimia. Jadi mekanika kuantum

sangat diperlukan bagi yang ingin mempelajari betapa pentingnya ikatan kimia

(Takeuchi, 2006).

2.2 Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau

pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. Apabila unsur-unsur

bereaksi membentuk senyawa, terbentuk ikatan kimia antara atom-atom

penyusunnya. Pada proses pembentukan ikatan kimia tersebut, atom hanya

mengalami perubahan pada struktur elektron kulit terluar (Ari, 2008). Untuk

memperoleh gambaran mengenai pemahaman konsep-konsep ikatan kimia maka

dilakukanlah penelitian untuk senyawa fullerena dalam bentuk prestasi hasil belajar

mahasiswa, dan peningkatan kualitas pembelajaran kegiatan praktikum di luar

laboratorium (Suyanti, R. D dan Sugiyarto, K. H, 2013).


Dengan demikian, suatu atom yang bergabung dengan atom lain membentuk

suatu senyawa mungkin mengalami perubahan konfigurasi elektronnya yang

mengakibatkan atom-atom tersebut lebih menyerupai gas mulia (Elida, 1992).

2.3 Ikatan Ionik

Kimiawan Jerman Albrecht Kossel menganggap kestabilan gas mulia

disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh yakni konfigurasi elektron di kulit

terluarnya, kulit valensi, terisi penuh. Albrecht berusaha memperluas interpretasinya

ke atom lain. Atom selain gas mulia cenderung mendapatkan muatan listrik

(elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar, tergantung apakah

jumlah elektron di kulit terluarnya lebih sedikit atau lebih banyak dari atom gas

mulia yang terdekat dengannya. Bila suatu atom kehilangan elektron, atom tersebut

akan menjadi kation yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan gas mulia

terdekat, sementara bila atom mendapatkan elektron, atom tersebut akan menjadi

anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan atom gas mulia terdekatnya.

Albrecht menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan ikatan kimia adalah gaya

elektrostatik antara kation dan anion. Ikatan kimia yang dibentuk disebut dengan

ikatan ionik (Takeuchi, Y., 2006).

Tidak ada senyawa ionik yang ikatannya merupakan ikatan ionik sempurna

atau 100 % ionik. Di dalam senyawa ionik selalu terdapat karakter kovalen yang

besarnya tergantung pada kekuatan polarisasi antara kation dan anion yang ada

dalam senyawa tersebut. Kation dan anion terdiri atas inti atom dan awan elektron.

Inti atom dari kation dapat mempengaruhi atau menarik awan elektron dari anion,

inti atom dari anion dapat mempengaruhi atau menarik awan elektron dari kation.

Fenomena ini dikenal sebagai polarisasi (Effendy, 2005).


2.4 Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan kimia yang terjadi apabila terdapat pemakaian

bersama sepasang atau lebih elektron yang menyebabkan atom-atom yang berikatan

memperoleh susunan oktet (Elida, 1992). Ikatan kovalen umumnya terjadi antara

unsur-unsur nonlogam. Unsur nonlogam cenderung menarik elektron, tetapi tidak

mungkin terjadi serah terima elektron. Oleh karena unsur nonlogam berikatan dengan

pemakaian bersama pasangan elektron. Unsur nonlogam disebut juga unsur

elektronegatif, misalnya unsur hidrogen (H), unsur-unsur golongan VI A dan VII A

(Ari, 2008).

Ikatan kovalen rangkap melibatkan pemakaian bersama lebih dari satu pasang

elektron oleh atom yang berikatan. Untuk mencapai konfigurasi stabil gas mulia,

atom-atom dapat membentuk ikatan dengan penggunaan bersama 2 atau 3 pasang

elektron. Ikatan kovalen dengan penggunaan bersama sepasang elektron disebut

ikatan tunggal, sedangkan ikatan kovalen dengan penggunaan bersama 2 elektron

disebut ikatan kovalen rangkap dua, dan 3 pasang elektron disebut ikatan kovalen

rangkap tiga (Ari, 2008).


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah NaCl, AgNO3,

CHCl3, KCNS, CH3COOH, CCl4, C2H5OH, K3Fe(CN)6, HCl, M.O, BaCl2, CuSO4,

NH4OH, FeCl3 dan sabun.

3.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet tetes, masker,

tabung reaksi, sikat tabung, labu semprot, rak tabung dan tissue roll.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengendapan Garam Klorida

Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Masing-masing diisi 1 mL AgNO3 dan

ditetesi tabung (1) dengan NaCl, tabung (2) dengan C2H5OH, dan tabung (3) dengan

CHCl3, sebanyak 3-5 tetes. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.2 Reaksi dengan Indikator Metil Jingga (MO)

Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Diisi tabung (1) dengan HCl, tabung (2)

dengan CH3COOH dan tabung (3) dengan C2H5OH, masing-masing sebanyak

3,5 mL. Dan ditetesi setiap tabung reaksi dengan indikator Metil Jingga (MO).

Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.3 Pengendapan Garam Hidroksida

Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO4 sebanyak 1 mL.

Ditambahkan larutan ammonia (NH4OH) masing-masing sebanyak 0,5 mL. Tabung


reaksi (1) ditambah dengan larutan BaCl2, tabung reaksi (2) ditambahkan larutan

K4Fe(CN)6, masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi.

Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO4 sebanyak 1 mL.

Ditambahkan larutan ammonia (NH4OH) masing-masing sebanyak 2 mL.

Ditambahkan larutan BaCl2 pada tabung reaksi (1), dan larutan K4Fe(CN)6 pada

tabung reaksi (2), masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan

yang terjadi.

Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan CuSO4 sebanyak 1 mL.

Ditambahkan larutan BaCl2 pada tabung reaksi (1) dan larutan K4Fe(CN)6 pada

tabung reaksi (2), masing-masing sebanyak 2-3 tetes. Diamati dan dicatat perubahan

yang terjadi.

3.3.4 Reaksi dengan KCNS

Disiapkan 2 tabung rekasi. Diisi tabung (1) dengan FeCl3 dan tabung (2)

dengan K3Fe(CN)6 masing-masing 1 mL. Ditambahkan ke dalam tabung (1) dan (2)

2-3 tetes KCNS. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pengendapan Garam Klorida

Larutan + AgNO3 Keterangan

NaCl Endapan putih Ikatan Ion

CCl4 Tidak berwarna Ikatan Kovalen

CHCl3 Tidak berwarna Ikatan Kovalen

NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3

CCl4 + AgNO3 tidak bereaksi

CHCl3 + AgNO3 tidak bereaksi

Pada percobaan yang pertama yaitu pengendapan garam nitrat. Tujuannya adalah

untuk menentukan senyawa tersebut ikatan ion atau ikatan kovalen, ikatan ion dalam

pelarutnya akan terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan ikatan kovalen tidak

demikian. Pada reaksi pertama direaksikan natrium klorida dengan perak nitrat

menghasilkan endapan perak klorida, selain itu perak merupakan kation yang akan

mengendap bila bereaksi dengan ion klorida, lalu ion natrium dan ion nitrat yang

tersisa saling berikatan. Ikatan yang terbentuk adalah ikata ion, yakni ikatan yang

terbentuk dari serah-terima elektron, karena atom-atom cenderung untuk

menstabilkan keadaan seperti atom-atom gas mulia. Selain itu, ikatan ion adalah
ikatan yang terbentuk dari unsur logam dan non-logam. Natrium adalah unsur logam

alkali, dan nitrat adalah senyawa non-logam.

Tabel 2. Reaksi dengan Indikator MO

Larutan + MO Keterangan

Bersifat
HCl Larutan berwarna merah
asam

Bersifat
CH3COOH Larutan berwarna merah
asam

Bersifat
CH3CH2OH Larutan berwarna kuning
basa

Percobaan reaksi dengan indikator metil jingga (MO) bertujuan untuk

mengetahui tingkat keasaman beberapa senyawa, mengetahui reaksi senyawa dengan

indikator metil jingga (MO). Penambahannya indikator metil orange berfungsi

untuk titrasi asam basa. Hasil percobaan menunjukkan HCl merupakan asam kuat

berwarna merah dan memiliki endapan merah setelah ditambahkan metil jingga

(MO), CH3COOH adalah asam lemah berwarna merah setelah ditambahkan metil

orange (MO). C2H5OH adalah asam lemah yang mendekati basa yang berwarna

kuning. Tingkat keasaman dari tinggi ke rendah yaitu HCl, CH3COOH, C2H5OH dan

ikatannya adalah semakin kuat tingkat keasaman maka ikatannya semakin kuat pula.
Tabel 3. Reaksi CuSO4 dengan NH4OH, BaCl, Dan K4Fe(CN)6

Larutan Pereaksi Keterangan

BaCl2 K4Fe(CN)6

CuSO4+NH4OH Endapan biru dan Endapan cokelat dan Senyawa

sedikit larutan keruh larutan keruh kompleks

CuSO4+NH4OH Endapan biru tua dan Endapan cokelat tua Senyawa

berlebih larutan biru keruh dan larutan cokelat kompleks

keruh

CuSO4 Endapat biru tua dan Tidak ada endapan, Senyawa

larutan biru muda larutan cokelat nonkompleks

CuSO4 + 2 NH4OH (sedikit) Cu(OH)2 + (NH4)2SO4

CuSO4 + 4 NH4OH (berlebih) Cu(NH3)4 SO4 + 4 H2O

(a) Cu(NH3)4 SO4 + BaCl2 Cu(NH3)4Cl2 + BaSO4

(a) Cu(NH3)4 SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4]2[Fe(CN)6 ] + 2 K2SO4

CuSO4 + BaCl2 CuCl2 + BaSO4

CuSO4 + K4Fe(CN)6 Cu2[Fe(CN)6] + 2 K2SO4

Percobaan pengendapan garam hidroksida bertujuan untuk membedakan

apakah termasuk senyawa kompleks atau bukan kompleks. Dimana CuSO4 ditambah

NH4OH sedikit, ditambah BaCl2 terjadi pengendapan berwarna biru tua untuk tabung

(1) dan cokelat tua untuk tabung (2) dan termasuk senyawa kompleks. Senyawa

kompleks dapat dibuktikan dengan 2 cara yaitu terjadi endapan atau perubahan

warna, yang mengalami perubahan warna apabila CuSO4 ditambah NH4OH sedikit

ataupun berlebih ditambahkan dengan K4Fe(CN)6, hal ini membuktikan bahwa


penambahan BaCl2 akan mengalami pengendapan dan penambahan K4Fe(CN)6 akan

menyebabkan perubahan warna.

Tabel 4. Reaksi dengan KCNS

Larutan +KCNS Keterangan

FeCl3 Larutan merah Tidak terdapat endapan

K3Fe(CN)6 Larutan kuning Tidak terdapat endapan

FeCl3 + 3 KCNS Fe(CNS)3 + 3 KCl

K4Fe(CN)6 + KCNS tidak bereaksi

Pada percobaan ini diperoleh hasil bahwa apabila FeCl3 ditambahkan dengan

KCNS maka akan menghasilkan larutan yang berwarna merah, ini dikarenakan akan

terbentuk senyawa kompleks. Senyawa kompleks itu sendiri adalah ketika atom

pusat adalah unsur logam dan berikatan dengan ligan yang merupakan unsur

nonlogam dimana senyawa kompleks yang terbentuk ini membawa sifat berwarna

kemerahan. Terbentuknya senyawa kompleks pada penambahan pertama ini

dikarenakan Fe akan bereaksi dengan CN dimana Fe adalah pusat dan CN adalah

inti.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :

Senyawa yang NaCl yang ditambahkan dengan AgNO3 akan menhasilkan

endapan putih. Inilah yang disebut ikatan ionik. Sedangkan jika larutan CCl 4

ditambahkan dengan AgNO3, maka tidak akan menghasilkan endapan dan tidak

memiliki warna. Inilah yang disebut ikatan kovalen. Sedangkan pada reaksi CuSO4

dengan NH4OH, BaCl dan K4[Fe(CN)6] akan menghasilkan senyawa kompleks dan

nonkompleks. Ini dapat diamati dengan adanya endapan pada larutan.

5.2 Saran

Sebaiknya bahan dan alat yang ada di laboratorium ditambahkan dan sebaiknya

alat yang rusak yang tidak bisa lagi digunakan dibuang saja.
DAFTAR PUSTAKA

Ari, A., 2008, Bahan Ajar Kimia Dasar, Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta

Chang, R., 2003, Kimia Dasar, Erlangga: Jakarta

Effendi, 2005, Transisi Ikatan Ionik-Ikatan Kovalen pada Perubahan Fase Zat,
Universitas Negeri Malang: Malang.

Elida, T., 1992, Pengantar Kimia, Gunadarma: Jakarta.

Suyanti, D.R. dan Sugiyantro, H.K., 2013, Keefektifan Praktikum Multimedia Ikatan
Kimia dalam Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia Mahasiswa
Cakrawala Pendidikan, 3 (3): 461-469.

Takeuchi, Y., 2006, Pengantar Kimia, Iwanami Publishing Company: Tokyo.


Lampiran 1. Bagan Kerja Percobaan

1. Pengendapan garam nitrat

AgNO3 1 mL

- Dimsukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi.

- Ditambahkan NaCl 2-3 tetes ke dalam tabung (1).

- Ditambahkan CCl4 2-3 tetes ke dalam tabung (2).

- Ditambahkan CHCl3 2-3 tetes ke dalam tabung (3).

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

2. Reaksi dengan indikator metil orange (MO)

HCl 2,5 mL CH3COOH 2,5 mL C2H5OH2,5 mL

- Dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi

- Ditambahkan metil jingga (MO)

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil
3. Pengendapan garam hidroksida

3.1 Penambahan amonium hidroksida

CuSO4 1 mL

- Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi.

- Ditambahkan amonium hidroksida (NH4OH) sampai tidak

terjadi endapan.

- Ditambahkan larutan BaCl2 2-3 tetes pada tabung (1).

- Ditambahkan larutan K4[Fe(CN)6] 2-3 tetes pada tabung (2).

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

3.2 Tanpa penambahan amonium hidroksida

CuSO4 1 mL

- Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi.

- Ditambahkan larutan BaCl2 2-3 tetes pada tabung (1).

- Ditambahkan larutan K4[Fe(CN)6] 2-3 tetes pada tabung (2).

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil
4. Reaksi dengan kalium tiosianat (KCNS)

FeCl3 2,5 mL K4[Fe(CN)6]. 2,5


mL

Dimasukkan ke dalam Dimasukkan ke dalam


tabung reaksi (1). tabung reaksi (2).

- Ditambahkan KCNS 2-3 mL tetes.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil
Lampiran 2. Gambar Percobaan

Gambar 1. Pengendapan Garam Nitrat

Gambar 2. Reaksi Dengan Indikator Metil Jingga (MO)


Gambar 3. Pengendapan Garam Hidroksida

Gambar 4. Reaksi Dengan Kalium Tiosianat (KCNS)

Gambar 5. Foto Bersama Asisten Cantik

Anda mungkin juga menyukai