Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASI PRAKTIKUM

IKATAN KIMIA

WINISTY
H031171011

LABORATORIUM KIMIA DASAR


UNIT PELAKSANA MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

IKATAN KIMIA

Disusun dan diajukan oleh:

Winisty
H031171011

Diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 23 September 2017

Asisten,

RIZDA ARIFIN
H311 14 505
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara konkret, topik seperti interpretasi beberapa zat (warna, titik didih,

kelarutan, dan konduktivitas), gaya intra dan antar molrkul, ikatan hidrogen,

jaringan kovalen dan molekuler, geometri dan polaritas molekul, diselediki.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri atas 15

pertanyaan pilihan ganda sebagai alat dignosik (Perez dkk, 2017).

Untuk mengeetahui ikatan kimia dengan lebih dalam, atom harus dikenal

lebih dalam. Dari awal abad 20, pemahaman tentang struktur atom bertambah

mendalam dan hal ini mempercepat perkembangan teori ikatan kimia

(Takeuchi, Y., 2006).

Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis dan

Irving Langmuir, secara independen menjelakan apa yang tidak terjelaskan oleh

teori Kossel dengan memperluasnya untuk molekul non polar. Titik krusian teori

mereka adalah penggunaan bersama elektron oleh dua atom sebagai cara untuk

mendapatkan kulit terluar yang diisi penuh elektron. Penggunaan bersama

pasangan elektron oleh dua atom atau ikatan kovalen adalah konsep baru waktu

itu (Takeuchi, Y., 2006).

Jika teori valensi dengan ikatan ion dan kovalen digabungkan, hampir

semua ikatan kimia yang diketehui di awal abad 20 dapat dipahami. Namun,

menjelang akhir abad 19, beberapa senyawa tidak dapat dijelaskan dengan teori

Kekule dan Couper (Takeuchi, Y., 2006).


1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui bahwa senyawa yang

mempunyai ikatan ion dan kovalen dapat dibedakan melalui penampakannya

ketika dilarutkan dalam pelarutnya. Begitupun dengan senyawa kompleks dan

bukan kompleks.

1.2.2 Tujuan percobaan

Tujuan percobaan ini adalah:

1. Membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan

kovalen

2. Membedakan reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks.

1.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan ini adalah membedakan senyawa ion dan

kovalen dengan cara dilarutkan dalam larutan AgNO3 ssetiap sampel dan

kemudian dibuktikan dengan terbentuk atau tidaknya endapan, membedakan

reaksi senyawa kompleks dan bukan kompleks dengan cara ditetesi larutan KCNS

pada setiap sampel, serta mendeteksi kekuatan ikatan sampel berdasarkan tingkat

kesamaan dengan cara ditetesi indikator metil jingga.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ikatan

Materi terdiri atas atom. Oleh karena kimia mempelajari materi, teori atom

merupakan pondasi logis kimia. Namun, kimia tidak berbasiskan atom saja. Kimia

pertama akan muncul ketika atom bergabung membentuk molekul. Proses yang

menjelaskan bagaimana karakter hubungan atom dengan atom, yakni

pembentukan ikatan kimia sangat berperan dalam perkembangan kimia. Untuk

memahami ikatan kimia dengan sebenarnya diperlukan dukungan mekanika

kuantum. Kini mekanika kuantum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

kimia. Jadi mekanika kuantum sangat diperlukan bagi yang ingin mempelajari

betapa pentingnya ikatan kimia (Takeuchi, Y., 2006).

2.2 Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah gaya tarik-menarik antara atom-atom sehingga. Ikatan

yang terjadi antara atom menyangkut konfigurasi elektron terluar dari atom-atom

yang bersangkutan. Konfigurasi elektron atom-atom cenderung

mengikuti/menyamai konfigurasi elektron atom-atom gas mulia. Hal ini

disebabkan atom-atom gas mulia sangat stabil, karenanya sulit untuk bereaksi

dengan atom-atom unsur lain. Kestabilan atom-atom gas mulia disebabkan kulit

terluarnya terisi penuh (orbital-orbital pada bilangan kuantum utama terbesar

terisi penuh), yaitu 8 elektron. Atom-atom unsur lain dapat mencapai kestabilan

seperti atom-atom gas mulia dengan melepas, mengikat, atau memakai

bersama-sama pasangan elektron-elektron (Harnato, A dan Ruminten, 2009).


Untuk memperoleh gambaran mengenai pemahaman konsep-konsep

ikatan kimia maka dilakukanlah penelitian untuk senyawa fullerena dalam bentuk

prestasi hasil belajar mahasiswa, dan peningkatan kualitas pembelajaran kegiatan

praktikum di luar laboratorium (Suyanti, R. D dan Sugiyarto, K. H, 2013).

Urutan senyawa organik yang memiliki titik didih dari yang tertinggi

adalah metil propanol karena bercabang dan gaya Van der Waals di antara

molekul lebih kuat, karena metil propana menurunkan massa molar yang lebih

tinggi dan gaya Van der Waals di antara molekul lebih kuat dan butana karena

memiliki permukaan yang lebih besar dan gaya Van der Waals lebih kuat

(Perez, dkk. 2017).

2.3 Ikatan Ionik

Kimiawan Jerman Albrecht Kossel menganggap kestabilan gas mulia

disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh yakni konfigurasi elektron di

kulit terluarnya, kulit valensi, terisi penuh. Ia berusaha memperluas

interpretasinya ke atom lain. Atom selai gas mulia cenderung mendapakatan

muatan listrik (elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar,

tergantung apakah jumlah elektron di kullit terluarnya lebih sedikit atau lebih

banyak dari atom gas mulia yang terdekat dengannya. Bila suatu atom kehilangan

elektron, atom tersebut akan menjadi kation yang memiliki jumlah elektron yang

sama dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan elektron, atom

tersebut akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan

atom gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan

ikatan kimia adalah gaya elektrostatik antara kation dan anion. Ikatan kimia yang

dibentuk disebut dengan ikatan ionik (Takeuchi, Y., 2006).


2.4 Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang tebentuk dari pemakaian bersama

dua elektron atau dua atom. Senyawa kovalen adalah senyawa yang hanya

mengandung ikatan kovalen. Secara sederhana, pasangan elektron yang

digunakann bersama sering dinaytakan dengan satu garis. Jadi, ikatan kovalen

dalam molekul hidrogen dapat ditulis sebagai h-h. Pada ikatan kobalen, setiap

elektron dalam pasangnan elektron ikatan yang digunakan bersama ditarik oleh

inti dari kedua atom yang berikatan. Gaya tarikan elektron ke inti inilah yang

mengikat kedua atom hidrogen dengan molekul H2 dan yang berperan dalam

pembentukan ikatan kovalen dalam molekul yang lainnya. Ikatan kovalen dalam

atom-atom berelekton banyak hanya melibatkan elektron valensi. Misalnya

konfigurasi elektron fluorin adalah 1s2 2s2 2p5. Elektron pada orbital 1s tidak

terlibat dalam pembentukan ikatan karena tingkat energinya rendah dan lebih

banyak berada di dekat inti (Chang, R., 2003).

Pada pembentukan molekul F2 dan H2O, pembentukannya

mengilustrasikan aturan oktet (octet rule) yang dirumuskan oleh Lewis: Sebuah

atom, kecuali atom hidrogen, cenderung membentuk ikatan sampai atom itu

dikelillingi oleh delapan elektron valensi. Dengan kata lain, ikatan kovalen

terbentuk jika elektron yang tersedia tidak cukup untuk masing-masing atom

mencapai oktet yang lengkap. Masing-masing atom dapat melengkapi oktetnya

dengan menggunakan elektron secara bersama dalam ikatan kovalen. Persyaratan

untuk atom hidrogen adalah tercapainya konfigurasi elektron helium, yaitu

dikelilingi oleh dua elektron. Aturan oktet berlaku terutama untuk unsur-unsur

dalam periode kedua tabel periodik (Chang, R., 2003).


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah NaCl, AgNO3,

CHCl3, KCNS, CH3COOH, CCl4, C2H5OH, K3Fe(CN)6, HCl, M.O, BaCl2,

CuSO4, NH4OH, FeCl3.

3.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet tetes, tabung

reaksi, sikat tabung, labu semprot, rak tabung dan masker.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen

Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan

1 mL AgNO3. ditetesi tabung reaksi (1) dengan NaCl, tabung (2) dengan

CCl4/alkohol, dan tabung (3) dengan CHCl3,ditetesi masing-masing tabung

sebanyak 3-5 tetes. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.2 Reaksi Asam dan Basa

Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Diisi tabung (1) dengan HCl, tabung (2)

dengan CH3COOH dan tabung (3) dengan C2H5OH, masing-masing sebanyak

3,5 mL. Selanjutnya ditetesi setiap tabung reaksi dengan indikator Metil Jingga

(MO). Diperhatikan dan dicacat perubaahan yang terjadi.


3.3.3 Senyawa Kompleks dan Nonkompleks

Disiapkan 2 buah tabung reaksi dan diisi dengan 1 mL CuSO4. Ditetesi

masing-masing tabung dengan larutan amonia sampai tidak terjadi endapan.

Ditambahkan larutan BaCl2 pada tabung (1), tabung (2) dengan K4Fe(CN)6,

masing-masing 2-3 tetes. Diperhatikan dan dicacat perubahan yang terjadi.

3.3.4 Reaksi pada Senyawa Kompleks

Disiapkan 2 tabung rekasi. Diisi tabung (1) dengan FeCl3 dan tabung (2)

dengan K3Fe(CN)6 masing-masing 1 mL. Ditambahkan ke dalam tabung (1) dan

(2) 2-3 tetes KCNS. Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pengendapan Garam Klorida

Larutan + AgNO3 Keterangan

NaCl Endapan putih Ikatan Ion

CCl4 Tidak berwarna Ikatan Kovalen

CHCl3 Tidak berwarna Ikatan Kovalen

NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3

CCl4 + AgNO3 tidak bereaksi

CHCl3 + AgNO3 tidak bereaksi

Pada percobaan yang pertama yaitu pengendapan garam nitrat. Tujuannya

adalah untuk menentukan senyawa tersebut ikatan ion atau ikatan kovalen, ikatan

ion dalam pelarutnya akan terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan ikatan kovalen

tidak demikian. Pada reaksi pertama direaksika natrium klorida dengan perak

nitrat menghasilkan endapan perak klorida, selain itu perak merupakan kation

yang akan mengendap bila bereaksi dengan ion klorida, lalu ion natrium dan ion

nitrat yang tersisa saling berikatan. Ikatan yang terbentuk adalah ikata ion, yakni

ikatan yang terbentuk dari serah-terima elektron, karena atom-atom cenderung

untuk menstabilkan keadaan seperti atom-atom gas mulia. Selain itu, ikatan ion
adalah ikatan yang terbentuk dari unsur logam dan non-logam. Natrium adalah

unsur logam alkali, dan nitrat adalah senyawa non-logam.

Tabel 2. Reaksi dengan Indikator MO

Larutan + MO Keterangan

HCl Larutan berwarna merah Bersifat asam

CH3COOH Larutan berwarna merah Bersifat asam

CH3CH2OH Larutan berwarna kuning Bersifat basa

Percobaan reaksi dengan indikator metil jingga (MO) bertujuan untuk

mengetahui tingkat keasaman beberapa senyawa, mengetahui reaksi senyawa

dengan indikator metil jingga (MO). Penambahannya indikator metil orange

berfungsi untuk titrasi asam basa. Hasil percobaan menunjukkan HCl merupakan

asam kuat berwarna merah dan memiliki endapan merah setelah ditambahkan

metil jingga (MO), CH3COOH adalah asam lemah berwarna merah setelah

ditambahkan metil orange (MO). C2H5OH adalah asam lemah yang mendekati

basa yang berwarna kuning. Tingkat keasaman dari tinggi ke rendah yaitu HCl,

CH3COOH, C2H5OH dan ikatannya adalah semakin kuat tingkat keasaman maka

ikatannya semakin kuat pula.


Tabel 3. Reaksi CuSO4 dengan NH4OH, BaCl, Dan K4Fe(CN)6

Larutan Pereaksi Keterangan

BaCl2 K4Fe(CN)6

CuSO4+NH4OH Endapan biru dan Endapan cokelat dan Senyawa

sedikit larutan keruh larutan keruh kompleks

CuSO4+NH4OH Endapan biru tua dan Endapan cokelat tua Senyawa

berlebih larutan biru keruh dan larutan cokelat kompleks

keruh

CuSO4 Endapat biru tua dan Tidak ada endapan, Senyawa

larutan biru muda larutan cokelat nonkompleks

CuSO4 + 2 NH4OH (sedikit) Cu(OH)2 + (NH4)2SO4

CuSO4 + 4 NH4OH (berlebih) Cu(NH3)4 SO4 + 4 H2O

(a) Cu(NH3)4 SO4 + BaCl2 Cu(NH3)4Cl2 + BaSO4

(a) Cu(NH3)4 SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4]2[Fe(CN)6 ] + 2 K2SO4

CuSO4 + BaCl2 CuCl2 + BaSO4

CuSO4 + K4Fe(CN)6 Cu2[Fe(CN)6] + 2 K2SO4

Percobaan pengendapan garam hidroksida bertujuan untuk membedakan

apakah termasuk senyawa kompleks atau bukan kompleks. Dimana CuSO4

ditambah NH4OH sedikit, ditambah BaCl2 terjadi pengendapan berwarna biru tua

untuk tabung (1) dan cokelat tua untuk tabung (2) dan termasuk senyawa

kompleks. Senyawa kompleks dapat dibuktikan dengan 2 cara yaitu terjadi

endapan atau perubahan warna, yang mengalami perubahan warna apabila CuSO4

ditambah NH4OH sedikit ataupun berlebih ditambahkan dengan K4Fe(CN)6, hal


ini membuktikan bahwa penambahan BaCl2 akan mengalami pengendapan dan

penambahan K4Fe(CN)6 akan menyebabkan perubahan warna.

Tabel 4. Reaksi dengan KCNS

Larutan +KCNS Keterangan

FeCl3 Larutan merah Tidak terdapat endapan

K3Fe(CN)6 Larutan kuning Tidak terdapat endapan

FeCl3 + 3 KCNS Fe(CNS)3 + 3 KCl

K4Fe(CN)6 + KCNS tidak bereaksi

Pada percobaan ini diperoleh hasil bahwa apabila FeCl3 ditambahkan

dengan KCNS maka akan menghasilkan larutan yang berwarna merah, ini

dikarenakan akan terbentuk senyawa kompleks. Senyawa kompleks itu sendiri

adalah ketika atom pusat adalah unsur logam dan berikatan dengan ligan yang

merupakan unsur nonlogam dimana senyawa kompleks yang terbentuk ini

membawa sifat berwarna kemerahan. Terbentuknya senyawa kompleks pada

penambahan pertama ini dikarenakan Fe akan bereaksi dengan CN dimana Fe

adalah pusat dan CN adalah inti.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :

Senyawa yang NaCl yang ditambahkan dengan AgNO3 akan menhasilkan

endapan putih. Inilah yang disebut ikatan ionik. Sedangkan jika larutan CCl4

ditambahkan dengan AgNO3, maka tidak akan menghasilkan endapan dan tidak

memiliki warna. Inilah yang disebut ikatan kovalen.Sedangkan pada reaksi

CuSO4 dengan NH4OH, BaCl dan K4Fe(CN)6 akan menghasilkan senyawa

kompleks dan nonkompleks. Ini dapat diamati dengan adanya endapan pada

larutan.

5.2 Saran

Sebaiknya bahan dan alat yang ada di laboratorium ditambahkan.dan


ebaiknya alat yang rusak yang tidak bisa lagi digunakan dibuang saja.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., 2003, Kimia Dasar, Jakarta, Erlangga.

Harnanto, A. dan Ruminten, 2009, Kimia 2, Jakarta; Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional.

Perez, B.R.J., Perez, B.E.M., Calatayut, L.M., Lopera, G.R., Montensions, S.V.J.,
dan Gil, T.E., 2017, Students Misconceptions on Chemical Bonding: A
Compereative Study Between High School and First Year University
Students, Asian Journal of Education and E. Learning (JSSN), 5 (1): 1-15.

Suyanti, D.R. dan Sugiyantro, H.K., 2013, Keefektifan Praktikum Multimedia


Ikatan Kimia dalam Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia
Mahasiswa Cakrawala Pendidikan, 3 (3): 461-469.

Takeuchi, Y., 2006, Pengantar Kimia, Tokyo, Iwanami Publishing Company.


Lampiran 1. Bagan Kerja Percobaan

1. Pengendapan garam nitrat

AgNO3 1 mL

- Dimsukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi.

- Ditambahkan NaCl 2-3 tetes ke dalam tabung (1).

- Ditambahkan CCl4 2-3 tetes ke dalam tabung (2).

- Ditambahkan CHCl3 2-3 tetes ke dalam tabung (3).

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

2. Reaksi dengan indikator metil orange (MO)

HCl 2,5 mL CH3COOH 2,5 mL C2H5OH2,5 mL

- Dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi

- Ditambahkan metil orenge (MO)

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil
3. Pengendapan garam hidroksida

3.1 Penambahan amonium hidroksida

CuSO4 1 mL

- Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi.

- Ditambahkan amonium hidroksida (NH4OH) sampai tidak

terjadi endapan.

- Ditambahkan larutan BaCl2 2-3 tetes pada tabung (1).

- Ditambahkan larutan K4Fe(CN)6 2-3 tetes pada tabung (2).

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

3.2 Tanpa penambahan amonium hidroksida

CuSO4 1 mL

- Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi.

- Ditambahkan larutan BaCl2 2-3 tetes pada tabung (1).

- Ditambahkan larutan K4Fe(CN)6 2-3 tetes pada tabung (2).

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil
3. Reaksi dengan kalium tiosianat (KCNS)

FeCl3 2,5 mL K4Fe(CN)6. 2,5 mL

Dimasukkan ke dalam Dimasukkan ke dalam


tabung reaksi (1). tabung reaksi (2).

- Ditambahkan KCNS 2-3 mL tetes.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil
Lampiran 2. Gambar Percobaan

Gambar 1. Pengendapan Garam Nitrat

Gambar 2. Reaksi Dengan Indikator Metil Jingga (MO)


Gambar 3. Pengendapan Garam Hidroksida

Gambar 4. Reaksi Dengan Kalium Tiosianat (KCNS)

Gambar 6. Foto Bersama Asisten Cantik

Anda mungkin juga menyukai