NIM : G041211087
KELOMP OK : 4
NIM : G041211087
KELOMPOK : 4
2. Salsahira (G041211084)
A. PENGAMATAN
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan dari teori, senyawa organik hanya larut pada pelarut yang sejenis
dengan senyawa organik tersebut. Senyawa organik yang bersifat polar hanya dapat
larut dalam pelarut polar dan senyawa organik non polar hanya dapat larut pada
pelarut non polar pula. Sehingga campuran bersifat homogen yaitu hanya terdapat
satu fase dimana antara pelarut dan zat terlarutnya tidak dapat dibedakan lagi.
Untuk uji kelarutan senyawa organik yang pertama adalah membandingkan antara
kelarutan n-heksana dalam aquades dan dietil eter. Dari percobaan ini diperoleh n-
heksana yang dicampur dengan aquades memiliki dua fase, dimana fase diatas adalah
n-heksana dan fase dibawah adalah aquadesnya. Hal ini dikarenakan massa jenis
aquades lebih besar dari massa jenis n-heksana. Sedangkan n-heksana yang dicampur
dengan dietil eter memiliki satu fase, dimana n-heksana dan dietil eter dapat
bercampur (homogen). Hal ini menunjukkan bahwa n-heksana termasuk senyawa
non polar karena dapat larut dalam dietil eter yang bersifat non polar.
Untuk uji kelarutan senyawa organik yang pertama adalah membandingkan antara
kelarutan n-heksana dalam aquades dan dietil eter. Dari percobaan ini diperoleh n-
heksana yang dicampur dengan aquades memiliki dua fase, dimana fase diatas adalah
n-heksana dan fase dibawah adalah aquadesnya. Hal ini dikarenakan massa jenis
aquades lebih besar dari massa jenis n-heksana. Sedangkan n-heksana yang dicampur
dengan dietil eter memiliki satu fase, dimana n-heksana dan dietil eter dapat
bercampur (homogen). Hal ini menunjukkan bahwa n-heksana termasuk senyawa
non polar karena dapat larut dalam dietil eter yang bersifat non polar.
Selanjutnya untuk uji kelarutan senyawa organik yang ketiga adalah
membandingkan antara kelarutan etanol dalam aquades dan dietil eter. Dalam
percobaan ini diperoleh etanol yang dihomogenkan dengan aquades maupun dietil
eter sama-sama menghasilkan satu fase. Hal ini dikarenakan etanol yang memiliki
sifat semi polar, tetapi dalam teorinya etanol cenderung bersifat polar karena adanya
gugus hidroksil pada etanol yang menyebabkan penyebaran yang tidak merata pada
pasangan elektron. Penyimpangan terjadi karena beberapa faktor antara lain kondisi
bahan yang sudah tidak murni lagi karena kesalahan pemakaian pipet tetes dalam
mengambil bahan dan kurangnya keterampilan pada praktikan.
Percobaan keempat yaitu membandingkan antara kelarutan etil asetat dalam aquades
dan dietil eter. Sama dengan uji coba yang ketiga, uji coba yang keempat juga
menghasilkan satu fase dalam mencampurkan etil asetat dengan aquades dan
menghasilkan satu fase dalam mencampur etil asetat dengan dietil eter. Hal ini
menunjukkan bahwa etil asetat bersifat polar.
Selanjutnya pada percobaan reaksi senyawa glukosa dengan Fehling A+B diperoleh
adanya reaksi (bereaksi). Hal ini dikarenakan adanya perubahan warna yang semula
berwarna hijau menjadi merah bata.
OH
O CCl3
O O
H OH
C. KESIMPULAN
1. Kelarutan pada suatu senyawa organik hanya dapat ditetukan dari sifat polar atau Non-
polar. Kelarutan senyawa organik tergantung pada kemampuan senyawa organik untuk
membentuk ikatan hidrogen dengan atom-atom elektronegatif sehingga dapat larut
dalam senyawa polar. Senyawa polar antara lain etanol, aseton, dan akuades, sedangkan
senyawa non-polar yaitu klorofom, n-heksana, dan dietil eter.
2. Pada percobaan ada senyawa yang mengalami reaksi oksidasi dengan KMnO4
yaitu Etanol dan Aseton, sedangkan n-heksana tidak teroksidasi dengan KMnO4.
Untuk senyawa klorofom tidak terjadi reaksi subtitusi dengan Kl/aseton. Glukosa
sendiri mengalami reaksi identifikasi saat ditambahnkan Fehling A+B.
Asisten, Praktikan,