Anda di halaman 1dari 29

Laporan Praktikum

Kimia Dasar

SIFAT-SIFAT UNSUR

RACHEL ADELIA

H031201038

KELOMPOK I

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Semua zat di alam ini tersusun atas unsur-unsur. Menurut teori yang saat ini

diterima, hidrogen dan helium dihasilkan pertama sekali sesaat setelah Big Bang,

kira-ira 15 juta tahun lalu. Selanjutnya, unsur-unsur dengan nomor atom lebih kecil

dari 26 dibentuk oleh fusi inti dalam bintang-bintang muda, unsur-unsur yang lebih

berat dihasilkan oleh reaksi inti yang rumit yang menyertai pembentukan dan

peluruhan bintang (Saito, 1996).

Pekembangan teknologi dan kecanggihan teknologi serta luasnya

pengetahuan mendukung banyaknya penemuan unsur-unsur baru yang kemudian

unsur-unsur tersebut disusun dalam Sistem Periodik Unsur. Unsur-unsur yang ada

dalam Sistem Periodik Unsur disusun dengan memperhatikan segala karakteristik

unsur-unsur tersebut. Hal ini tentunya membuat kita perlu mempelajari mengenai

karakteristik unsur-unsur untuk mengetahui bagaimana penggunaanya dengan tepat

terkhusus pada unsur yang sering kita temui contonya unsur-unsur kimia golongan

alkali dan alkali tanah. Oleh karena itu, dilakukan praktikum mengenai sifat-sifat

unsur khususnya pada golongan alkali dan alkali tanah yang merupakan golongan

yang terdiri dari atom-atom yang bersifat reduktif guna mengetahui tingkat

kereaktifannya dengan air sekaligus mengetahui kelarutan garam sulfat dan kelarutan

garam hidroksida dari golongan alkali dan alkali tanah. Praktikum ini dimaksudkan

untuk menambah pengetahuan praktikan tentang unsur-unsur kimia, terutama

golongan alkali (IA) dan golongan alkali tanah (IIA) yang sebenarnya sering terjadi

dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja.


1.2 Maksud dan tujuan percobaan

1.2.1 Maksud percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami sifat-

sifat unsur, kereaktifan suatu unsur, kelarutan garam sulfat, dan kelarutan garam

hidroksida dari beberapa unsur logam alkali (IA) dan juga beberapa unsur logam

alkali tanah (IIA).

1.2.2 Tujuan percobaan

Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut:

1. mengetahui kereaktifan logam Li, Na, Mg, dan Ca terhadap aquadest.

2. mengetahui kelarutan garam sulfat dari larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan BaCl2.

3. mengetahui kelarutan garam hidroksida dari larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan

BaCl2.

1.3 Prinsip percobaan

Prinsip pada percobaan ini adalah mereaksikan logam alkali dan alkali tanah

dengan air dan kemudian dipanaskan. Jika logam tidak bereaksi saat dicampur, maka

akan dilakukan pemanasan. Kemudian menambahkan indikator PP (phenolphtalein)

yang ditandai dengan perubahan warna dan mereaksikan alkali dan alkali tanah

dengan asam sulfat dan natrium hidroksida, kemudian mengamati reaksi yang terjadi

berupa endapan yang terbentuk.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat-sifat Unsur

Kimia telah menjadi penting sejak zaman kuno. Pengolahan bijih alam

menjadi logam untuk ornamen dan senjata serta penggunaan cairan pembalseman

merupakan dua aplikasi fenomena kimia yang digunakan 1000 SM. Orang Yunani

adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan mengapa perubahan kimia terjadi.

Sekitar 400 SM mereka telah mengusulkan bahwa semua materi terdiri dari empat

zat dasar: api, tanah, air, dan udara. Orang Yunani juga mempertimbangkan

pertanyaan apakah materi bersifat kontinu, dan karenanya dapat dibagi tanpa batas

menjadi potongan-potongan kecil, atau terdiri dari kecil, partikel tak terpisahkan

(Zumdahl dan Zumdahl, 2014).

Unsur-unsur didapatkan dalam berbagai wujud dan dapat berupa atom, ion,

serta senyawa. Suatu unsur dapat memiliki beberapa isotop dengan nomor atom yang

sama. Bila unsur-unsur dikelompokkan atas dasar kemiripan sifat, baik sifat atom

maupun senyawanya, dihasilkanlah sistem periodik. Kimia telah mencapai

perkembangan yang sangat cepat dalam usaha memahami sifat semua unsur. Sistem

periodik unsur telah memainkan peran yang sangat penting dalam penemuan zat

baru, serta klasifikasi dan pengaturan hasil akumulasi pengetahuan kimia. Sistem

periodik merupakan tabel terpenting dalam kimia dan memegang peran kunci dalam

perkembangan sains material. Berdasarkan jenis penyusunan atomiknya senyawa

anorganik diklasifikasikan atas senyawa molekular dan padatan (Saito, 1996).

Kelarutan serta kereaktifan (mudahnya suatu zat bereaksi) suatu unsur di pengaruhi

oleh beberapa hal. Kelarutan unsur dipengaruhi oleh suhu, derajat keasaman, dan
jenis pelarut. Sedangkan untuk kereaktifan suatu unsur dipengaruhi oleh jari-jari

atom, afinitas elektron, energi ionisasi, dan keelektronegatifan.

2.2 Logam

Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral (logam) dibagi

menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan nonesensial. Logam esensial

diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam golongan ini merupakan

unsur nutrisi penting yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses

fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral. Logam nonesensial adalah

golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh

hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan

keracunan (Arifin, 2008).

Logam-logam esensial maupun nonesensial selalu kita temui bahkan tanpa

sadar mempergunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun logam sendiri

memiliki banyak jenis jika kita lihat dengan tabel periodik. Pada tabel periodik kita

dapat melihat beberapa logam yang paling sering kita gunakan walau biasanya kita

gunakan dalam bentuk senyawanya saja contohnya logam-logam alkali dan alkali

tanah yang terdapat dalam golongan IA dan golongan II A.

2.2.1 Logam Alkali

Logam alkali (logam golongan I kecuali hidrogen) adalah unsur dengan sifat

logam yang paling menonjol dari semua elemen dalam tabel periodik. Logam alkali

dapat bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen dan alkalilogam hidroksida.

Saat karakter metalik meningkat dengan pertambahan nomor atom (seperti pada

umumnya aturan dalam tabel periodik) laju reaksi meningkat mulai dari Li hingga Cs

(Petrusevski dan Stojanovska, 2007).


Logam biasanya dianggap sebagai padatan yang keras dengan rapatan massa

yang tinggi dan tidak reaktif. Namun kenyataannya, sifat-sifat logam alkali

berlawanan dengan sifat-sifat tersebut yaitu lunak, rapatan massa rendah, dan sangat

reaktif. Semua logam alkali merupakan konduktor panas yang baik, bersifat lunak

(semakin lunak dengan naiknya nomor atom), dan memiliki titik leleh rendah

(semakin tinggi nomor atom semakin rendah titik leleh). Kelunakan dan kerendahan

titik leleh logam-logam alkali dapat dikaitkan dengan lemahnya ikatan metalik dalam

unsur-unsur ini. Selain itu, logam alkali juga memiliki densitas (rapat massa) yang

jauh lebih kecil dibandingakn dengan densitas logam-logam lain pada umumnya.

Biasanya logam alkali disimpan didalam minyak untuk menghindari kontak

langsung dengan udara. Kontak langsung dengan udara segera mengakibatkan

terbentuknya suatu lapisan oksida tebal pada permukaan logam tersebut. Reaksi

logam-logam alkali dengan air bersifat sangat eksotermik dan dramatik, kecuali

litium yang bereaksi tenang menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen dan

hidroksidanya. Sementara logam- logam alkali lainnya yang bereaksi dengan air akan

menimbulkan percikan-percikan api/ terbakar dan seringnya disertai dengan ledakan-

ledakan. Ledakan ini akibat terbakarnya campuran gas hidrogen dan gas oksigen oleh

karen permukaan logam yang panas (Sugiyanto dan Suyanti, 2010).

Elemen nanoteknologi yang paling banyak berada dalam blok s dimana

logam alkali berada. Potensi ionisasi rendah, bermuatan tunggal, dan berjari-jari kecil

yang menunjukkan difusivitas tinggi dalam elektrolit dan membran. Karakteristik

tersebut berada jelas pada logam-logam alkali (Semenova dkk., 2019).

Beberapa sifat umum senyawa logam alkali berkaitan dengan karakter ionik,

kestabilan anion -anion besar bermuatan rendah, hidrasi ion, dan kelarutan. Adapun
sifat-sifat umum senyawa logam alkali tersebut telah diuraikan seperti berikut ini

(Sugiyanto dan Suyanti, 2010):

1. karakter ionik ion logam alkali selalu mempunyai tingkat oksidasi +1, dan

sebagian besar senyawanya berupa padatan ionik dan stabil. Senyawa-

senyawanya tidak berwarna kecuali dengan anion berwarna, misalnya kromat dan

permanganat.

2. hidrasi ion senyawa-senyawa logam alkali rendah karena memiliki densitas yang

jauh lebih rendah dibanding logam-logam pada umumnya.

3. sebagian besar senyawa-senyawa logam alkali larut dalam air, walaupun

kelarutannya berbeda-beda.

4. setiap logam alkali menghasilkan warna nyala yang karakteristik jika senyawa-

senyawa alkali tersebut dibakar dalam nyala api.

2.2.2 Logam Alkali Tanah

Gugus alkali tanah secara keseluruhan sangat kontras dengan logam transisi

dan logam pasca transisi. Sebagai contoh, sebagian besar logam dalam tabel periodik

berasal dari endapan tak larut dengan ion sulfida, sehingga sulfida merupakan logam

transisi dan logam pasca transisi sangat umum ditemukan di kerak bumi. namun tidak

ada tanah alkali yang ditemukan sebagai sulfida (Halka dan Nordstrom, 2010).

Golongan alkali tanah terdiri atas Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra. Berilium

merupakan anggota pertama dalam golongannya bersifat hampir semi logam, dan

oleh karena itu lebih baik dibicarakan terpisah, dan radium yang merupakan anggota

terakhir bersifat radioaktif sehingga sifat-sifat kimianya belum banyak diketahui

secara mendalam. Logam alkali tanah berwarna putih keperakan dan memiliki

densitas relatif rendah, dan semakin besar dengan naiknya nomor atom kecuali
kalsium. Ikatan metalik logam-logam alkali tanah lebih kuat daripada logam alkali

sebagaimana ditunjukkan oeh harga entalpi atomisasi; titik leleh dan kekerasan

logam alkali tanah juga lebih besar daripada logam alkali. Logam-logam alkali tanah

kurang reaktif dibandingkan alkali tanah.

Adapun sifat umum senyawa-senyawa logam alkali tanah antara lain sebagai

berikut (Sugiyanto dan Suyanti, 2010):

1. ion logam alkali tanah selalu mempunyai tingkat oksidasi +2, dan senyawanya

bersifat stabil, pdatannya bersifat ionik, tak berwarna kecuali jika anioniknya

berwarna.

2. garam-garam logam alkali tanah hampir semuanya terhidrat

2.3 Indikator PP

Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan

asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan konsentrasi ion

hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-asam

kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (pp). Indikator

ini merupakan indikator sintetis yang dijual di pasaran dengan harga yang relatif

mahal, dapat menyebabkan polusi kimia, ketersediaan yang terbatas dan biaya

produksi yang tinggi (Apriani dkk., 2016).

Pada abad ke-20, senyawa kimia fenolftalein merupakan obat yang populer

digunakan sebagai obat untuk membantu mengatasi sembelit atau lebih dikenal

sebagai obat pencahar. Penggunaan fenolftalein jangka panjang dapat memicu kanker

(karsinogenik) dan menyebabkan mutasi pada DNA. Oleh karena itu, pada bulan

Agustus 1999, US Food and Drug Administration (FDA) mengumumkan bahwa


fenolftalein merupakan obat yang secara umum tidak aman dan efektif serta tidak

dapat digunakan sebagai Obat Over The Counter (OTC) (Anugrah dkk., 2016).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah logam Li, logam

Mg, logam Na, logam Ca, larutan MgCl2 0,5 M, larutan CaCl2 0,5 M, larutan SrCl2

0,5 M, larutan BaCl2 0,5 M, larutan H2SO4 0,5 M, larutan NaOH 0,5 M, aquadest,

dan indikator phenolphtalein (PP).

2.4 Alat Percobaan

Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah tabung reaksi,

pipet tetes, gelas kimia 250 mL, gelas kimia 500 mL, labu semprot, gegep kayu, rak

tabung reaksi, batang pengaduk, kaki tiga, kawat asbes, bunsen, kertas saring, sikat

tabung, dan cawan penguap.

2.5 Prosedur Percobaan

2.5.1 Kereaktifan Unsur

Tiga buah tabung reaksi disiapkan yang berisi air 2 mL. Tabung reaksi (1)

diisi dengan logam Li, tabung reaksi (2) diisi dengan logam Mg, dan tabung reaksi

(3) diisi dengan logam Ca. Amati jika tidak terjadi reaksi, panaskan tabung hingga

terjadi reaksi. Teteskan indikator PP ke dalam masing-masing tabung reaksi dan catat

perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi.


Diapungkan secarik kertas saring di atas permukaan air dalam cawan

petridish dengan menggunakan pinset, diletakkan sepotong logam Na di atas kertas

saring. Dibiarkan hingga terjadi ledakan-ledakan kecil kemudian

diteteskan indikator PP dan kemudian dicatat perubahan warna yang terjadi

pada larutan logam Na dicampur air.

2.5.2 Kelarutan Garam Sulfat

Disiapkan tabung reaksi sebanyak 4 buah. Tabung (1) dimasukkan MgCl2,

tabung (2) dimasukkan CaCl2, tabung (3) dimasukkan SrCl2, dan tabung (4)

dimasukkan BaCl2, masing-masing sebanyak 1 mL dengan konsentrasi 0,5 M.

Keempat tabung diberi label sesuai bahan yang dimasukkan. Kemudian H2SO4 0,5 M

dimasukkan masing-masing ke dalam empat tabung reaksi tersebut sebanyak 1 mL

diamati endapan yang terjadi pada keempat tabung reaksi tersebut.

2.5.3 Kelarutan Garam Hidroksida

Disiapkan tabung reaksi sebanyak 4 buah. Tabung (1) dimasukkan MgCl 2,

tabung (2) dimasukkan CaCl2, tabung (3) dimasukkan SrCl2, dan tabung (4)

dimasukkan BaCl2, masing-masing sebanyak 1 mL dengan konsentrasi 0,5 M.

Keempat tabung diberi label sesuai bahan yang dimasukkan. Kemudian H2SO4 0,5 M

dimasukkan masing-masing ke dalam empat tabung reaksi tersebut sebanyak 1 mL

diamati endapan yang terjadi pada keempat tabung reaksi tersebut.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Reaktivitas Unsur

Tabel 1. Hasil pengamatan reaktivitas unsur


Ditambah
Unsur Ditambah Aquadest Dipanaskan Phenolphtalein
(PP)
Li Terdapat gelembung gas - Ungu terang
Terdapat gelembung
Mg - Ungu muda
gas
Ca Terdapat gelembung gas - Ungu pekat

Na Timbul ledakan - Ungu terang

3.1.2 Pengendapan Garam Sulfat

Tabel 2. Hasil pengamatan kelarutan garam sulfat


Larutan Ditambah H2SO4 0,5 M Keterangan
MgCl2 0,5M Larutan tidak berwarna +
CaCl2 0,5M Endapan putih ++
SrCl2 0,5M Endapan putih ++++
BaCl2 0,5M Endapan putih +++

3.1.3 Pengendapan Garam Hidroksida

Tabel 3. Hasil pengamatan kelarutan garam hidroksida


Larutan Ditambah NaOH 0,5 M Keterangan
MgCl2 0,5M Endapan putih +
CaCl2 0,5M Endapan putih ++++
SrCl2 0,5M Endapan putih +++
BaCl2 0,5M Endapan putih ++

3.2 Reaksi

3.2.1 Reaksi Reaktivitas Unsur

2Li + 2H2O → LiOH + 2H2

2Na + 2H2O → 2NaOH + 2H2


Mg + 2H2O → Mg(OH)2 + H2

Ca + 2H2O → Ca(OH)2 + H2

3.2.2 Reaksi Pengendapan Garam Sulfat

MgCl2 + H2SO4 → 2HCl + Mg2SO4

CaClz + H2SO4 → 2HCl + Ca2SO4↓

SrCl2 + H2SO4 → 2HCl + Sr2SO4↓

BaCl2 + H2SO4 → 2HCl + Ba2SO4↓

3.2.3 Reaksi Pengendapan Garam Hidroksida

MgCl2 + NaOH → 2NaCl + Mg(OH)2↓

CaClz + NaOH → 2NaCl + Ca(OH)2↓

SrCl2 + NaOH → 2NaCl + Sr(OH)2↓

BaCl2 + NaOH → 2NaCl + Ba(OH)2↓

3.3 Pembahasan

Pada praktikum sifat-sifat unsur kali ini dilakukan 3 percobaan. Percobaan

pertama yakni percobaan untuk melihat reaktifitas unsur. Tiga buah tabung reaksi

disiapkan yang berisi air 2 mL untuk melihat reaksi unsur dengan air. Tabung reaksi

(1) diisi dengan logam Li, tabung reaksi (2) diisi dengan logam Mg, dan tabung

reaksi (3) diisi dengan logam Ca. Pada tabung pertama, setelah litium dimasukkan

dapat dilihat bahwa terjadi reaksi ditandai dengan terbentuknya gelembung gas.

Warna larutan berubah menjadi ungu terang setelah di tambahkan indikator PP. Pada

tabung kedua, magnesium tidak bereaksi dengan air pada suhu normal oleh karena itu

tabung dipanaskan dan terlihat bahwa terdapat gelembung udara yang terbentuk.

Warna larutan berubah menjadi ungu muda setelah di tambahkan indikator PP.

Sedangkan pada tabung ketiga, kalsium dimasukkan kedalam tabung dan dapat
dilihat bahwa terjadi reaksi ditandai dengan terbentuknya gelembung gas. Warna

larutan berubah menjadi ungu pekat setelah di tambahkan indikator PP.

Selanjutnya untuk melihat reaktivitas unsur natrium, diapungkan secarik

kertas saring di atas permukaan air dalam cawan petridish dengan menggunakan

pinset, lalu diletakkan sepotong logam Na di atas kertas saring. Setelah dibiarkan,

terjadi ledakan-ledakan api ini menunjukkan reaksi natrium dengan air yang bersifat

eksoterm. Kemudian larutan dalam petridish ditetesi indikator PP yang mengubah

warna larutan menjadi ungu terang.

Fungsi indikator PP pada percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah

reaksi logam dengan air menghasilkan suatu larutan basa atau tidak. Setelah

ditambahkan larutan indikator PP, larutan dalam cawan petri dan tabung reaksi

berubah menjadi ungu. Hal ini membuktikan bahwa logam Mg, Ca, Li, dan Na ketika

bereaksi dengan air menghasilkan larutan yang bersifat basa yang dapat dilihat pada

reaksi. Berdasarkan literatur, kereaktifan unsur dapat dilihat dari energi ionisasinya.

Makin rendah energi ionisasi suatu unsur maka makin mudah melepaskan elektron

terluarnya sehingga kecenderungan untuk membentuk senyawa ion semakin besar,

dimana dalam satu golongan, dari nomor atom yang paling kecil ke nomor atom yang

paling besar itu semakin reaktif dan dalam satu periode, dari elektron valensi yang

paling besar sampai yang paling kecil itulah yang semakin reaktif. Pada percobaan

ini diperoleh urutan kereaktifan unsur dari yang paling rendah ke tiggi yaitu Mg, Li,

Na, dan Ca. Hasil ini tidak sesuai dengan teori. Secara teori, urutan kerekatifan unsur

dari yang paling rendah ke tinggi yaitu Mg, Ca, Li, dan Na. Penyimpangan ini dapat

terjadi akibat kontaminasi bahan maupun alat serta bahan yang digunakan sudah

tidak bagus/ layak digunakan.


Percobaan kedua ditujukan untuk melihat reaksi kelarutan garam sulfat pada

golongan IIA. Larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan BaCl2 0,5 M ditambahkan larutan

H2SO4 0,5 M yang berfungsi sebagai pengendap. Hasil yang diperoleh yaitu bahwa

kelarutan garam sulfat dari terkecil sampai terbesar yang dilihat dari endapan yang

terbentuk yaitu MgCl2, CaCl2, BaCl2, dan SrCl2. Berdasarkan literatur, kelarutan

garam sulfat unsur alkali tanah jika dilihat dari nilai Kspnya dalam satu golongan,

dari nomor atom yang paling kecil ke nomor atom yang paling besar itu semakin

sukar larut sehingga membentuk endapan.. Hasil percobaan ini sesuai dengan teori

kelarutan dalam sulfat yaitu urutan kelarutan dari yang tidak larut hingga larut

sempurna secara berurutan yakni MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan BaCl2. Penyimpangan ini

dapat terjadi karena kontaminasi zat lain, alat yang digunakan tidak dalam kondisi

yang bersih, ataupun pereaksi yang digunakan sudah tidak bagus/ tidak layak

digunakan kembali.

Percobaan ketiga ditujukan untuk melihat reaksi kelarutan garam hidroksida

pada gelombang IIA. Larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan BaCl2 0,5 M ditambahkan

larutan NaOH 0,5 M yang berfungsi sebagai pengendap. Hasil yang diperoleh yaitu

bahwa kelarutam garam hidroksida dari terkecil sampai terbesar yang dilihat dari

endapan yang terbentuk yaitu MgCl2, BaCl2, SrCl2, dan CaCl2. Berdasarkan literatur,

senyawa alkali tanah sukar larut dalam air. Jika kelarutan suatu zat semakin besar,

berarti semakin banyak zat tersebut yang larut dan kemungkinan terionisasi juga

semakin besar. Semakin banyak ion OH- yang dihasilkan, berarti sifat basa semakin

kuat. Sifat kelarutan garam hidroksida dari logam alkali tanah berkebalikan dengan

sifat kelarutan garam sulfatnya. Jika dilihat dari nilai Kspnya dalam satu golongan,

dari nomor atom yang paling kecil ke nomor atom yang paling besar itu semakin
mudah larut.. Tentu saja hal tersebut tidak sesuai teori karena urutan kelarutan yang

seharusnya diperoleh dari percobaan ini mulai dari yang tidak larut hingga yang

dapat larut sempurna secara berurutan yaitu BaCl 2, SrCl2, MgCl2 dan CaCl2.

Penyimpangan ini dapat terjadi karena kontaminasi zat lain, alat yang digunakan

tidak dalam kondisi yang bersih,ataupun pereaksi yang digunakan sudah tidak bagus/

tidak layak digunakan kembali.


BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil percobaan serta tujuan percobaan maka dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. logam-logam litium, natrium, magnesium, dan kasium bersifat reaktif terhadap

air. Litium dan kasium langsung bereaksi dengan air sedangkan magnesium

hanya bereaksi dengan air panas (suhu tinggi). Natrium bereaksi secara eksoterm

dengan air. Urutan unsur-unsur dari kereaktifan rendah ke kereaktifan tinggi

adalah Mg, Li, Na, dan Ca

2. kelarutan garam-garam sulfida larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan BaCl2 mulai dari

yang tidak larut hingga larut sempurna berdasarkan percobaan secara berurutan

yakni MgCl2, CaCl2, BaCl2 dan SrCl2.

3. kelarutan garam-garam hidroksida larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2, dan BaCl2 mulai

dari yang tidak larut hingga larut sempurna berdasarkan percobaan secara

berurutan yakni MgCl2, BaCl2, SrCl2, dan CaCl2.

4.2 Saran

4.2.1 Saran untuk labortorium

Kiranya video materi percobaan diperlama durasinya agar praktikan dapat

dengan jelas melihat reaksi yang terjadi.

4.2.2 Saran untuk asisten

Kiranya tetap mempertahankan cara mengajar serta sistem respon maupun

asistensi yang saat ini digunakan karena mudah dipahami.


DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, R., Dewi, M.A., dan Subekti, A., 2016, Analisis Kandungan Fenolftalein
Pada Jamu Pelangsing, Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(1): 5-9.

Apriani, F., Idiawati, N., dan Destiarti, L., 2016, Ekstrak Metanol Buah Lakum
(Cayratia Trifolia (L.) Domin) Sebagai Indikator Alami Pada Titrasi Basa
Kuat Asam Kuat, JJK, 5(4): 74-78.

Arifin, Z., 2008, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi Dan
Metode Analisisnya, Jurnal Litbang Pertanian, 27(3): 99-105.

Halka, M., dan Nordstrom, B., 2010, Alkali & Alkaline Earth Metals, Infobase
Publishing, New York.

Petrusevski, V.M., dan Stojanovska, M., 2007, A Simple Synthesis of Liquid K-Na
Alloy and Few Examples of its Use in the Chemistry Education Lab,
Educacion Quimica, 18(2): 114-119.

Saito, T., 1996, Kimia Anorganik, diterjemahkan oleh Ismunandar, Iwanami Shoten,
Tokyo.

Semenova, A.A., Tarasov, A.B, dan Goodilin, E.A., 2019, Periodic Table Of
Elements And Nanotechnology, Mendeleev Commun, 29: 479-485.

Sugiyarto, K.H., dan Suyanti, R.D., 2010, Kimia Anorganik Logam, Graha Ilmu,
Yogyakarta.

Zumdahl, S.S., dan Zumdahl, S.A., 2014, Chemistry, Ninth Edition, Brooks Cole,
USA.
Lampiran 1. Bagan Percobaan

1. Reaktifitas Unsur

Logam Li, Mg dan Ca

- Memasukkan logam Li ke dalam tabung reaksi yang berisi

air 2 mL.

- Mengamati dan memerhatiakn reaksi yang terjadi.

- Memanaskan, jika tidak terjadi reaksi hingga terjadi reaksi

(muncul gelembung udara).

- Meneteskan indikator PP.

- Mengamati perubahan

- Melakukan hal yang sama dengan menggunakan logam Mg

dan Ca.

Hasil -

2. Kelarutan Garam Sulfat

1 mL MgCl2 0,5 M
0MMKP[OMMm
 Memasukkan MgCl2 ke dalam tabung reaksi.

 Menambahkan 1 ml H2SO4 0,5 M.

 Mengamati endapan yang terbentuk pada tabung.

 Melakukan hal yang sama dengan menggunakan CaCl2,

SrCl2, dan BaCl2.

Hasil
3. Kelarutan Garam Hidroksida

1 mL MgCl2 0,5 M

 Memasukkan MgCl2 ke dalam tabung reaksi.

 Menambahkan 1 ml H2SO4 0,5 M.

 Mengamati endapan yang terbentuk pada tabung.

 Melakukan hal yang sama dengan menggunakan CaCl2,

SrCl2, dan BaCl2.

Hasil 
Lampiran 2. Foto Percobaan

1. Kereaktifan Unsur

 Reaksi dengan Aquades

Gambar 1. Reaktifitas Unsur: Logam Li (A), Logam Mg (B), Logam Ca (C),


dan Logam Na (D).

 Penambahan Indikator PP

Gambar 2. Penambahan Indikator PP: Logam Li (A), Logam Mg (B), Logam


Ca (C), dan Logam Na (D).
2. Kelarutan Garam Sulfat

Gambar 3. Kelarutan Garam Sulfat: Garam MgCl2 (A), Garam CaCl2 (B), Garam
SrCl2 (C), dan Garam BaCl2 (D).

3. Kelarutan Garam Hidroksida

Gambar 4. Kelarutan Garam Hidroksida: Garam MgCl2 (A), Garam CaCl2 (B),
Garam SrCl2 (C), dan Garam BaCl2 (D).
Lampiran 3. Referensi

Anda mungkin juga menyukai