Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Kimia Dasar

SIFAT SIFAT SENYAWA ORGANIK

CUT MAULIDITYA FACHTYA RIZKY MAWNAD

H061211064

LABORATORIUM KIMIA DASAR

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
Laporan Praktikum Kimia Dasar

SIFAT SIFAT SENYAWA ORGANIK

Disusun dan diajukan oleh:

CUT MAULIDITYA FACHTYA RIZKY MAWNAD

H061211064

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 26 Oktober 2021


Koordinator Golongan, Asisten,

Hendrianus Layuk Ada’ Hendrianus Layuk Ada’


NIM. H031171012 NIM. H031171012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu karakteristik pembelajaran Kimia adalah adanya kajian pada

level submikroskopis, yang meliputi struktur, dinamika, dan transformasi partikel-

partikel materi, seperti atom, ion, dan molekul. Kajian submikroskopis

menyebabkan ilmu kimia bersifat abstrak dan perlu penalaran tingkat tinggi untuk

memahaminya. Kimia juga cenderung saling berkaitan dengan antara yang satu

dengan yang lainnya sehingga sulit dipahami oleh pelajar (Suja, 2014). Kimia

organik sebagai suatu ilmu secara umum telah disetujui mulai tahun 1828 dengan

sintesis urea organik oleh Friedrich Woehler, yang secara tidak sengaja

menguapkan larutan amonium sianat. Pada akhir abad ke 18 para ahli kimia

membagi senyawa-senyawa dalam 2 golongan yaitu senyawa organik dan senyawa

anorganik.

Kimia organik adalah percabangan studi dari ilmu kimia yang membahas

mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa

organik dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur

lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen, dan belerang Selain kimia organik,

terdapat juga kimia anorganik. Kimia organic sangat berpengaruh pada kehidupan,

banyak enzim yang mendasari kerjanya pada logam transisi seperti besi dan

tembaga, juga gigi dan tulang yang komposisinya merupakan campuran dari

senyawa organik maupun anorganik (Subandi, 2010). Penerapan ilmu senyawa

organik sangat dekat dengan kehidupan kita. Hal tersebut cukup untuk menjadikan

alasan yang kuat mempelejarai dan memahami sifat sifat senyawa organik.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah:

1. bagaimana cara mengetahui beberapa kelarutan senyawa organik ?

2. bagaimana cara mengetahui beberapa reaksi senyawa organik ?

1.3 Maksud Dan Tujuan Percobaan

1.3.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

kelarutan beberapa senyawa organik dan mempelajari beberapa reaksi senyawa

organik.

1.3.2 Tujuan Percobaan

Adapun yang menjadi tujuan dari percobaan ini adalah:

1. mempelajari kelarutan beberapa senyawa organik.

2. mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah mengetahui kelarutan beberapa senyawa

organik dan beberapa reaksi dari senyawa organik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelarutan Senyawa Organik

Senyawa organik hanya mewakili satu jenis senyawa kimia, yaitu yang

mengandung satu atom karbon atau lebih. Kimia organik barangkali lebih baik

didefinisikan sebagai kimia senyawa yang mengandung karbon. Meskipun

penggolongan seperti ini agak terbatas, fakta menunjukkan bahwa senyawa yang

mengandung atom karbonlah yang banyak terdapat di muka bumi ini. Fakta ini

adalah akibat dari kemampuan atom karbon membentuk ikatan dengan atom karbon

lain. Jika sifat khas ini dibarengi dengan kemampuan atom karbon membentuk

empat ikatan dalam ruang tiga dimensi, maka berbagai susunan atom dapat terjadi.

Saat ini jutaan senyawa organik telah ditentukan cirinya, dan setiap tahun puluhan

ribu zat baru ditambahkan ke dalam daftar ini, baik sebagai hasil penemuan di alam,

ataupun sebagai hasil pembuatan di laboratorium (Pine, 1980).

Karbon adalah suatu unsur utama penyusun jasat hidup ini sehingga atom

karbon menjadi tulang punggung pembentuk senyawa yang beraneka ragam.

Mengapa karbon dapat membentuk senyawa-senyawa yang begitu banyak, dimana

hal ini tidak ditunjukkan oleh unsur lain. Karbon memiliki empat elektron di kulit

terluarnya. Masing-masing elektron dapat disumbangkan kepada unsur-unsur lain

sehingga terpenuhi susunan elektroniknya, dan dengan elektron-elektron pasangan

membentuk ikatan kovalen. Nitrogen, oksigen dan hidrogen adalah unsur-unsur

yang dapat berikatan dengan karbon. Satu atom karbon dapat menyumbangkan

paling banyak empat elektron untuk dipasangkan dengan empat elektron dari unsur

lain. Sebagai contoh dalam molekul metan (Pine, 1980).


Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Zat yang

jumlahnya lebih banyak disebut dengan zat terlarut. Kelarutan dari zat terlarut yaitu

jumlah maksimum zat yang akan larut dalam sejumlah zat tertentu. Kelarutan dalam

kualitatif dapat dibagi menjadi tiga, yaitu zat yang dapat larut, sedikit larut atau

tidak larut. Zat dapat dikatakan tidak larut apabila zat tersebut tidak tercampur saat

ditambahkan air (Chang, 2010). Ketentuan umum yang dipahami untuk kata

“mudah larut” adalah bahwa larutan akan terbentuk ketika tiga jenis interaksi

antarmolekul serupa dalam jenis dan besarnya. Jadi, padatan ionik seperti NaCl

larut dalam pelarut polar seperti air karena gaya tarik-dipol ion yang kuat antara

ion-ion Na+ dan Cl- dan molekul-molekul H2O polar sama besarnya dengan daya

tarik ikatan hidrogen yang kuat antara molekul air dengan daya tarik ion-ion yang

kuat antara ion Na+ dan Cl-. Dengan cara yang sama, zat organik nonpolar seperti

kolestrol C27H46O, larut dalam pelarut organik nonpolar seperti benzena CH 6,

karena dispersi London yang sama ada diantara kedua jenis molekul. Sama halnya

dengan minyak yang tidak dapat larut secara sempurna atau tdiak dapat menyatu

dengan air karena kedua cairan tersebut memiliki jenis gaya antar molekul yang

berbeda (McMury, 2012).

2.2 Reaksi Reaksi Senyawa Organik

Reaksi-reaksi kimia pada senyawa karbon meliputi reaksi adisi, subsitusi,

esterifikasi, polimerisasi, yodoform, redoks, eliminasi. Pertama yaitu reaksi adisi.

Reaksi adisi terjadi pada senyawa tak jenuh. Molekul tak jenuh dapat menerima

tambahan atom atau gugus dari suatu pereaksi. Dua contoh pereaksi yang mengadisi

pada ikatan rangkap adalah brom dan hidrogen. Adisi brom biasanya merupakan

reaksi cepat, dan sering dipakai sebagai uji kualitatif untuk mengidentifikasi ikatan

rangkap dua atau rangkap tiga. Reaksi adisi terjadi jika senyawa karbon yang
mempunyai ikatan rangkap menerima atom atau gugus atom lain sehungga ikatan

rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. Ikatan rangkap merupakan ikatan tak

jenuh, sedangkan ikatan tunggal merupakan ikatan jenuh. Jadi, reaksi adisi terjadi

dari ikatan tak jenuh menjadi ikatan jenuh. Yang kedua yaitu reaksi subsitusi.

Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian atom senyawa hidrokarbon oleh atom

senyawa lain (Estevanus, 2007).

Reaksi subsitusi biasanya terjadi pada senyawa jenuh (alkana). Alkanan

dapat mengalami reaksi subsitusi dengan halogen. Reaksi substitusi terjadi apabila

sebuah atom atau gugus yang berasal dari pereaksi menggantikan sebuah atom atau

gugus dari molekul yang bereaksi. Reaksi substitusi dapat terjadi pada atom karbon

jenuh atau tak jenuh.Yang ketiga yaitu reaksi esterifikasi. Reaksi esterifikasi

merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam

karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu

ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H¬+. Proses

esterifikasi adalah suatu reaksi reversible antara suatu asam karboksilat dengan

suatu alkohol. Produk esterifikasi disebut ester yang mempunyai sifat yang khas

yaitu baunya yang harum. Sehingga pada umumnya digunakan sebagai pengharum

(essence) sintetis. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversible yang lambat.

Tetapi bila menggunakan katalis asam sulfat atau asam klorida, kesetimbangan

reaksi akan tercapai dalam beberapa jam. Esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya adalah struktur molekul dari alkohol, suhu proses dan

konsentrasi katalis maupun reaktan (Estevanus, 2007).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan, yaitu dietil eter, n-heksana, kloroform, etil

asetat, etanol, akuades, aseton, glukosa, KMnO₄, dan fehling A+B.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan, yaitu tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, gegep,

dan penangas air.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Kelarutan Senyawa Organik

Disiapkan 2buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian

diisitabung reaksi (1) dengan 0,5 mL akuades, dan mengisi tabung reaksi (2) dengan

0,5 mL dietil eter. Ditambahkan setetes demi setetes n-heksana ± 10 tetes ke dalam

tabung reaksi (1) dan (2). Kemudian dihomogenkan dan diperhatikan kelarutannya

lalu dicatat hasilnya. Diulangi prosedur diatas denggan menggunakan hidrokarbon

yang lain.

3.3.2 Reaksi Senyawa Organik

Disiapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian

dimasukkan n-heksana, etanol, aseton, kloroform, dan glukosa masing-masing

sebanyak 1 mL ke dalam tiga tabung reaksi yang berbeda. Ditambahkan KMnO₄

sebanyak 5 tetes ke dalam tabun reaksi yang telah diisi n-heksana, etanol, dan

aseton lalu dihomogenkan dan diamati perubahan yang terjadi, apabila tidak terjadi

perubahan maka tabung tersebut dapat dipanaskan. Diulangi percobaan yang sama

dengan menambahkan aseton pada tabung reaksi yang berisi kloroform dan

menambahkan fehling A+B pada tabung reaksi yang berisi glukosa.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Kelarutan Senyawa Organik

Tabel 1. Hasil pengamatan kelarutan senyawa organik


Jumlah Fase
Zat Jumlah Fase Dalam Dalam Keterangan
Terlarut Campuran Akuades Campuran Dietil
Eter
n-Heksana 2 1 Nonpolar

Kloroform 2 1 Nonpolar

Etanol 1 2 Polar

Etil Asetat 1 1 Semipolar

4.1.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik

Tabel 2. Hasil pengamatan reaksi-reaksi senyawa organik


Perubahan yang terjadi
Zat Keterangan
KMnO4 NaI/ Aseton Fehling A+B

baik sebelum
dan sesudah
n-Heksana X X Tidak
dipanaskan
Bereaksi
membentuk 2
fase
Sebelum
dipanaskan,
terbentuk 1 fase
Etanol dan endapan X X
Bereaksi
coklat. Setelah
dipanaskan
terbentuk
endapan coklat
Tidak bereaksi,
Aseton baik sebelum X X Tidak
maupun setelah bereaksi
dipanaskan
Tidak
Tidak
Kloroform X berubah X
bereaksi
warna
Terbentuk
Glukosa X X endapan Bereaksi
merah bata

4.2 Reaksi Senyawa Organik

a. Reaksi n-heksana dengan KMnO4

C6H14 + KMnO4

b. Reaksi alkohol dengan KMnO4

C2H5OH + KMnO4 CH3-CO-H + O2

c. Reaksi aseton dengan KMnO4

CH3-C-CH3 + KMnO4

d. Reaksi kloroform dengan aseton

CH3Cl3 + NaI

e. Reaksi glukosa dengan fehling A+B

C6H12O6 + Fehling A+B


O=C−H
OH−C−H
OH−C−H 2+
+ 2Cu + 5OH O−C−H + 2Cu2+ + 5OH
OH−C−H
OH−C−H
H−C−OH H−C−OH
H−C−OH H−C−OH
|
CH2OH
CH2OH

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kelarutan Senyawa Organik

Pada percobaan ini, bertujuan untuk mengetahui kelarutan dan reaksi dari

senyawa organik. Pada percobaan penentuan kelarutan digunakan akundes, etil

asetat, kloroform dan dietill eter yang kemudian masing-masing ditambahkan


dengan 10 tetes n-heksana sehingga diperoleh pada pecampuran akuades dengan n-

heksana terjadi 2 fase Berdasarkan teori dari (Ibrahim, 2013) yang menyatakan

bahwa "kelarutan senyawa organik yaitu hanya dapat larut dalam pelarutnya yang

sejenis, polar dalam pelarut polar, non polar larut dalam pelarut non polar campuran

atau larutan yang terlarut sempurna hanya akan membentuk satu fase dimana antara

zat pelarut dan terlarut tidak dapat dibedakan lagi, sedangkan untuk larutan yang

tidak sempurna akan membentuk dua fase" Sehingga kita dapat simpulkan bahwa

kelarutan n-heksana dan klorofom yang membentuk 2 fase sesuai dengan teori

karena kedua senyawa ini merupakan senyawa non polar sehingga tidak bisa larut

dalam senyawa polar yaitu air.

Adapun kelarutan Etil Asetat terhadap akuades terbentuk 1 fase, dapat

disimpulkan bahwa kelarutan Etil Asetat pada akuades yang hanya terbentuk 1 fase

karena keduanya merupakan senyawa polar sehingga larut dalam pelarutnya

akuades yang merupakan senyawa polar. Sedangkan dengan kelarutannya pada

dietil eter yang juga terbentuk 1 fase. Dapat dibuktikan sesuai dengan teori bahwa,

etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semipolar sehingga dapat menarik

senyawa yang bersifat polar maupun nonpolar. Sedangkan pada kelarutan etanol

dengan dietil eter terjadi 2 fase. Berdasarkan teori (Ibrahim, 2013) yang

menyatakan bahwa "kelarutan senyawa organik, misalnya senyawa non polar

seperti dietil eter tidak larut dalam pelarut seperti etanol", sehingga percobaan

kelarutan ini sesuai dengan teori karena terbentuk 2 fase.

4.3.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik

Percobaan ini dilakukan untuk menguji reaksi senyawa organik yang

ditetesi dengan zat lain. Senyawa yang diuji yaitu n-heksana, etanol dan aseton yang
ditetesi dengan KMnO4. Kloroform yang ditetasi dengan Nal/Aseton, glukosa yang

ditetesi dengan larutan fehling A+B. Pada percobaan pertama untuk senyawa n-

heksana yang ditetesi dengan KmnO4, tidak terjadi perubahan warna, Namun,

terdapat endapan di dasar tabung reaksi, warnamya tidak mengalami perubahan

yakni berwarna biru Hal ini membuktikan bahwa n-heksana tidak bereaksi dengan

KMnO4. Berdasarkan teori (Pine dkk, 1980) yang menyatakan bahwa "Reaksi

kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan bahan senyawa kimia.

Senyawa ataupun senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan

Reaksi-reaksi senyawa organik kloroforms saat ditetesi NaI/aseton tidak

mengalami perubahan warna dan tidak pula terbentuk endapan. Hal ini menyatakan

bahwa kloroform tidak dapat bereaksi dengan KMnO4.

Fungsi penambahan KMnO4, adalah untuk menguji adanya halogen.

Berbeda dengan glukosa yang diteses dengan fehling A+B yang mengalami

perubahan warna dan membentuk endapan merah bata. Hal ini menyatakan bahwa

semyawa tersebut mampu bereaksi. Fungsi penambahan fehling A+B untuk

menguji adanya gugus aldehid. Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa ketika

larutan basa yang dipanaskan dalam sampel yang mengandung gula tereduksi, hasil

yang didapatkan adalah warna kuning atau bewarna merah. Larutan fehling akan

beraksi dengan monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) maka dapat

disimpulkan bahawa percobaan pada glukosa yang ditetesi fehling A+B sudah

sesuai dengan teori karena mengalami suatu reaksi yang ditandai dengan perubahan

warna yang terjadi. Dalam praktikum ini kesalahan bisa saja terjadi yang

disebabkan karena penggunaan alat atupun pencampuran senyawa yang salah.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1 senyawa organik hanya dapat larut pada pelarut yang memiliki sifat yang

sama dengannya yaitu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa

nonpolar larut dalam pelarut nonpolar. Kloroform dan n-heksana termasuk

senyawa non polar karena kedua senyawa ini larut dalam senyawa non polar

lain yaitu dietil eter. Sedangkan, senyawa etanol dan etil asetat merupakan

senyawa semi polar karena kedua senyawa ini larut dalam akuades (polar)

dan juga larut dalam dietil eter (non polar).

2 gugus fungsi suatu molekul menentukan suatu reaksi senyawa organik dan

akan berimplikasi pada tipe-tipe reaksi yang berlangsung (oksidasi, reduksi,

adisi, eliminasi, atau substitusi). Etanol dapat mengalami reaksi dengan

KMnO4 karena terbentuk endapan coklat. Sedangkan n-heksana dan aseton

tidak beraksi. Kloroform tidak dapat mengalami reaksi dengan aseton.

Glukosa dapat mengalami reaksi dengan pereaksi fehling A+B dimana

terbentuk endapan merah bata.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Laboratorium kimia sudah baik dalam menjalankan fungsinya, saran saya

untuk laboratorium kimia agar dapat mencukupi persediaan dan perlengkapan

praktikum baik itu alat maupun bahan untuk praktikan dan dapat lebih

memerhatikan fasilitas keselamatan kerja.


5.2.2 Saran untuk Asisten

Untuk kakak asisten sudah sangat baik dalam mengarahkan dan

membimbing, menggunakan kata kata yang mudah dimengerti dan sabar

mengulang penjelasan jika praktikan belum paham serta cepat dalam menanggapi

pertanyaan. Saran saya agar kakak tetap mempertahankan hal tersebut, sekian

terimakasih kak.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., 2010, Chemistry 10th Edition, McGraw Hill, USA.

Estevanus, 2007, Kimia Organik, ITB, Bandung

McMurry dan Fay, 2012, Chemistry 6th Edition, Pearson Education, Inc., USA

Pine, Stanley H., 1980, Organic Chemistry Fourth editio, McGraw-Hill

Subandi, 2010, Kimia Organik, Dee Publish, Yoyakarta

Suja, I.W., 2014, Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Kimia, Jurnal


Pendidikan Indonesia, 3(2): 397-394.
Lampiran 1 Bagan Kerja

A. Kelarutan Senyawa Organik


0,5 mL Akuades

- Dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi

- Ditambahkan setetes demi setetes larutan n-heksana

- Dikocok dan diperhatikan kelarutannya (dicatat)

- Diulangi prosedur tersebut dengan menggunakan

klorofom, etanol, dan etil asetat.

Hasil

0,5 mL Dietil eter

- Dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi

- Ditambahkan setetes demi setetes larutan n-heksana

- Dikocok dan diperhatikan kelarutannya (dicatat)

- Diulangi prosedur tersebut dengan menggunakan

klorofom, etanol, dan etil asetat.

Hasil
B. Reaksi Senyawa Organik

KMnO₄

- Dimasukkan ke dalam lima tabung reaksi

- kelima tabung tersebut ditambahkan 1 mL secara

berurut dengan n-heksana (1), etanol (2), aseton (3),

kloroform (4), dan glukosa (5)

- Dikocok dan bila perlu dipanaskan

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil

Catatan : Dilakukan percobaan yang sama dengan mengganti KMnO₄ dengan

aseton, dan fehling A+B


Lampiran 2 Dokumentasi

1. Dokumentasi Percobaan Kelarutan


2. Dokumentasi Reaksi Senyawa Organik

Anda mungkin juga menyukai