H061211064
DEPARTEMEN KIMIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
Laporan Praktikum Kimia Dasar
H061211064
PENDAHULUAN
menyebabkan ilmu kimia bersifat abstrak dan perlu penalaran tingkat tinggi untuk
memahaminya. Kimia juga cenderung saling berkaitan dengan antara yang satu
dengan yang lainnya sehingga sulit dipahami oleh pelajar (Suja, 2014). Kimia
organik sebagai suatu ilmu secara umum telah disetujui mulai tahun 1828 dengan
sintesis urea organik oleh Friedrich Woehler, yang secara tidak sengaja
menguapkan larutan amonium sianat. Pada akhir abad ke 18 para ahli kimia
anorganik.
Kimia organik adalah percabangan studi dari ilmu kimia yang membahas
mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa
organik dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur
lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen, dan belerang Selain kimia organik,
terdapat juga kimia anorganik. Kimia organic sangat berpengaruh pada kehidupan,
banyak enzim yang mendasari kerjanya pada logam transisi seperti besi dan
tembaga, juga gigi dan tulang yang komposisinya merupakan campuran dari
organik sangat dekat dengan kehidupan kita. Hal tersebut cukup untuk menjadikan
alasan yang kuat mempelejarai dan memahami sifat sifat senyawa organik.
1.2 Rumusan Masalah
organik.
TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa organik hanya mewakili satu jenis senyawa kimia, yaitu yang
mengandung satu atom karbon atau lebih. Kimia organik barangkali lebih baik
penggolongan seperti ini agak terbatas, fakta menunjukkan bahwa senyawa yang
mengandung atom karbonlah yang banyak terdapat di muka bumi ini. Fakta ini
adalah akibat dari kemampuan atom karbon membentuk ikatan dengan atom karbon
lain. Jika sifat khas ini dibarengi dengan kemampuan atom karbon membentuk
empat ikatan dalam ruang tiga dimensi, maka berbagai susunan atom dapat terjadi.
Saat ini jutaan senyawa organik telah ditentukan cirinya, dan setiap tahun puluhan
ribu zat baru ditambahkan ke dalam daftar ini, baik sebagai hasil penemuan di alam,
Karbon adalah suatu unsur utama penyusun jasat hidup ini sehingga atom
hal ini tidak ditunjukkan oleh unsur lain. Karbon memiliki empat elektron di kulit
yang dapat berikatan dengan karbon. Satu atom karbon dapat menyumbangkan
paling banyak empat elektron untuk dipasangkan dengan empat elektron dari unsur
jumlahnya lebih banyak disebut dengan zat terlarut. Kelarutan dari zat terlarut yaitu
jumlah maksimum zat yang akan larut dalam sejumlah zat tertentu. Kelarutan dalam
kualitatif dapat dibagi menjadi tiga, yaitu zat yang dapat larut, sedikit larut atau
tidak larut. Zat dapat dikatakan tidak larut apabila zat tersebut tidak tercampur saat
ditambahkan air (Chang, 2010). Ketentuan umum yang dipahami untuk kata
“mudah larut” adalah bahwa larutan akan terbentuk ketika tiga jenis interaksi
antarmolekul serupa dalam jenis dan besarnya. Jadi, padatan ionik seperti NaCl
larut dalam pelarut polar seperti air karena gaya tarik-dipol ion yang kuat antara
ion-ion Na+ dan Cl- dan molekul-molekul H2O polar sama besarnya dengan daya
tarik ikatan hidrogen yang kuat antara molekul air dengan daya tarik ion-ion yang
kuat antara ion Na+ dan Cl-. Dengan cara yang sama, zat organik nonpolar seperti
karena dispersi London yang sama ada diantara kedua jenis molekul. Sama halnya
dengan minyak yang tidak dapat larut secara sempurna atau tdiak dapat menyatu
dengan air karena kedua cairan tersebut memiliki jenis gaya antar molekul yang
Reaksi adisi terjadi pada senyawa tak jenuh. Molekul tak jenuh dapat menerima
tambahan atom atau gugus dari suatu pereaksi. Dua contoh pereaksi yang mengadisi
pada ikatan rangkap adalah brom dan hidrogen. Adisi brom biasanya merupakan
reaksi cepat, dan sering dipakai sebagai uji kualitatif untuk mengidentifikasi ikatan
rangkap dua atau rangkap tiga. Reaksi adisi terjadi jika senyawa karbon yang
mempunyai ikatan rangkap menerima atom atau gugus atom lain sehungga ikatan
rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. Ikatan rangkap merupakan ikatan tak
jenuh, sedangkan ikatan tunggal merupakan ikatan jenuh. Jadi, reaksi adisi terjadi
dari ikatan tak jenuh menjadi ikatan jenuh. Yang kedua yaitu reaksi subsitusi.
Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian atom senyawa hidrokarbon oleh atom
dapat mengalami reaksi subsitusi dengan halogen. Reaksi substitusi terjadi apabila
sebuah atom atau gugus yang berasal dari pereaksi menggantikan sebuah atom atau
gugus dari molekul yang bereaksi. Reaksi substitusi dapat terjadi pada atom karbon
jenuh atau tak jenuh.Yang ketiga yaitu reaksi esterifikasi. Reaksi esterifikasi
merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam
karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu
ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H¬+. Proses
esterifikasi adalah suatu reaksi reversible antara suatu asam karboksilat dengan
suatu alkohol. Produk esterifikasi disebut ester yang mempunyai sifat yang khas
yaitu baunya yang harum. Sehingga pada umumnya digunakan sebagai pengharum
Tetapi bila menggunakan katalis asam sulfat atau asam klorida, kesetimbangan
reaksi akan tercapai dalam beberapa jam. Esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah struktur molekul dari alkohol, suhu proses dan
METODE PERCOBAAN
Alat-alat yang digunakan, yaitu tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, gegep,
diisitabung reaksi (1) dengan 0,5 mL akuades, dan mengisi tabung reaksi (2) dengan
0,5 mL dietil eter. Ditambahkan setetes demi setetes n-heksana ± 10 tetes ke dalam
tabung reaksi (1) dan (2). Kemudian dihomogenkan dan diperhatikan kelarutannya
yang lain.
sebanyak 5 tetes ke dalam tabun reaksi yang telah diisi n-heksana, etanol, dan
aseton lalu dihomogenkan dan diamati perubahan yang terjadi, apabila tidak terjadi
perubahan maka tabung tersebut dapat dipanaskan. Diulangi percobaan yang sama
dengan menambahkan aseton pada tabung reaksi yang berisi kloroform dan
Kloroform 2 1 Nonpolar
Etanol 1 2 Polar
baik sebelum
dan sesudah
n-Heksana X X Tidak
dipanaskan
Bereaksi
membentuk 2
fase
Sebelum
dipanaskan,
terbentuk 1 fase
Etanol dan endapan X X
Bereaksi
coklat. Setelah
dipanaskan
terbentuk
endapan coklat
Tidak bereaksi,
Aseton baik sebelum X X Tidak
maupun setelah bereaksi
dipanaskan
Tidak
Tidak
Kloroform X berubah X
bereaksi
warna
Terbentuk
Glukosa X X endapan Bereaksi
merah bata
C6H14 + KMnO4
CH3-C-CH3 + KMnO4
CH3Cl3 + NaI
4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini, bertujuan untuk mengetahui kelarutan dan reaksi dari
heksana terjadi 2 fase Berdasarkan teori dari (Ibrahim, 2013) yang menyatakan
bahwa "kelarutan senyawa organik yaitu hanya dapat larut dalam pelarutnya yang
sejenis, polar dalam pelarut polar, non polar larut dalam pelarut non polar campuran
atau larutan yang terlarut sempurna hanya akan membentuk satu fase dimana antara
zat pelarut dan terlarut tidak dapat dibedakan lagi, sedangkan untuk larutan yang
tidak sempurna akan membentuk dua fase" Sehingga kita dapat simpulkan bahwa
kelarutan n-heksana dan klorofom yang membentuk 2 fase sesuai dengan teori
karena kedua senyawa ini merupakan senyawa non polar sehingga tidak bisa larut
disimpulkan bahwa kelarutan Etil Asetat pada akuades yang hanya terbentuk 1 fase
dietil eter yang juga terbentuk 1 fase. Dapat dibuktikan sesuai dengan teori bahwa,
etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semipolar sehingga dapat menarik
senyawa yang bersifat polar maupun nonpolar. Sedangkan pada kelarutan etanol
dengan dietil eter terjadi 2 fase. Berdasarkan teori (Ibrahim, 2013) yang
seperti dietil eter tidak larut dalam pelarut seperti etanol", sehingga percobaan
ditetesi dengan zat lain. Senyawa yang diuji yaitu n-heksana, etanol dan aseton yang
ditetesi dengan KMnO4. Kloroform yang ditetasi dengan Nal/Aseton, glukosa yang
ditetesi dengan larutan fehling A+B. Pada percobaan pertama untuk senyawa n-
heksana yang ditetesi dengan KmnO4, tidak terjadi perubahan warna, Namun,
yakni berwarna biru Hal ini membuktikan bahwa n-heksana tidak bereaksi dengan
KMnO4. Berdasarkan teori (Pine dkk, 1980) yang menyatakan bahwa "Reaksi
kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan bahan senyawa kimia.
Senyawa ataupun senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan
mengalami perubahan warna dan tidak pula terbentuk endapan. Hal ini menyatakan
Berbeda dengan glukosa yang diteses dengan fehling A+B yang mengalami
perubahan warna dan membentuk endapan merah bata. Hal ini menyatakan bahwa
menguji adanya gugus aldehid. Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa ketika
larutan basa yang dipanaskan dalam sampel yang mengandung gula tereduksi, hasil
yang didapatkan adalah warna kuning atau bewarna merah. Larutan fehling akan
disimpulkan bahawa percobaan pada glukosa yang ditetesi fehling A+B sudah
sesuai dengan teori karena mengalami suatu reaksi yang ditandai dengan perubahan
warna yang terjadi. Dalam praktikum ini kesalahan bisa saja terjadi yang
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1 senyawa organik hanya dapat larut pada pelarut yang memiliki sifat yang
sama dengannya yaitu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa
senyawa non polar karena kedua senyawa ini larut dalam senyawa non polar
lain yaitu dietil eter. Sedangkan, senyawa etanol dan etil asetat merupakan
senyawa semi polar karena kedua senyawa ini larut dalam akuades (polar)
2 gugus fungsi suatu molekul menentukan suatu reaksi senyawa organik dan
5.2 Saran
praktikum baik itu alat maupun bahan untuk praktikan dan dapat lebih
mengulang penjelasan jika praktikan belum paham serta cepat dalam menanggapi
pertanyaan. Saran saya agar kakak tetap mempertahankan hal tersebut, sekian
terimakasih kak.
DAFTAR PUSTAKA
McMurry dan Fay, 2012, Chemistry 6th Edition, Pearson Education, Inc., USA
Hasil
Hasil
B. Reaksi Senyawa Organik
KMnO₄
Hasil