Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

PERCOBAAN VII
SIFAT-SIFAT SENYAWA ORGANIK

NAMA : ANNISA MAULIDA A


NIM : H31115520
KELOMPOK : X ( SEPULUH )
HARI/TANGGAL : RABU/18 NOVEMBER 2015
ASISTEN : NUR ALAMSYAH

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia organik merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari

senyawa-senyawa yang berasal dari makhluk hidup. Namun sejak Friedrich Wohler

berhasil mensintesis urea (hasil metabolisme akhir pada manusia) dengan

memanaskan ammonium sianat (senyawa anorganik) dengan air. Maka definisi

tersebut menjadi rancu sehingga kimia organik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari senyawa-senyawa yang terbentuk dari ikatan C-C atau C-H.

Unsur utama pembentuk senyawa organik adalah karbon. atom karbon

mempunyai empat elektron valensi sehingga setiap atom karbon dapat membentuk

empat ikatan kovalen dengan atom-atom lain. Senyawa-senyawa organik dapat

bereaksi dengan senyawa organik lain atau dengan senyawa anorganik pada kondisi

tertentu. Reaksi-reaksi senyawa organik dapat berjalan cepat seperti pada pembakaran

bensin dan dapat berjalan sangat lambat seperti pada proses pembusukan dan

fermentasi gula menjadi alkohol.

Kelarutan senyawa organik sesuai dengan ungkapan klasik like dissolve like

yaitu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar larut dalam

pelarut nonpolar. Dengan kata lain, senyawa organik hanya dapat larut dalam

senyawa yang memiliki sifat yang sama dengannya. Karasteristik dan sifat senyawa

organik ditentukan oleh kedua faktor diatas. Berdasarkan hal tersebut maka

dilakukanlah percobaan ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kelarutan Senyawa Organik

Kelarutan adalah kadar jenuh solut dalam sejumlah pada suhu tertentu yang

menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut atau solven telah terjadi

dan membentuk dispersi molukuler yang homogen. Kelarutan suatu zat dalam solven

tertentu digambarkan sebagai senyawa atau zat yang struktur akan saling melarutkan.

Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen

dipolnya. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen lebih merupakan

faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas (Kaeru, 2014).

Kelarutan merupakan kemampuan suatu zat untuk dapat bercampur secara

sempurna dengan suatu pelarut tertentu. Secara umum, dikatakan larutan apabila zat

terlarut dan pelarutnya berada dalam fase yang sama, sehingga sifat-sifatnya sama

diseluruh cairan. Campuran ini disebut dengan campuran heterogen. Zat organik

adalah zat yang banyak mengandung unsur karbon. Contohnya antara lain benzena,

kloroform, dan lain-lain. Zat organik dibagi menjadi 2, yaitu zat organik aromatis

yaitu senyawa organik beraroma, secara kimia senyawa ini mempunyai ikatan rantai

yang melingkar. Misalnya benzena dan non-aromatis yaitu senyawa organik yang

tidak beraroma, dan secara kimia tidak mempunyai ikatan rantai yang melingkar,

misalnya etana (Erwin, 2014).

1.1 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik


Reaksi kimia adalah perubahan ireversibel dalam komposisi awal zat untuk

membentuk produk kimia yang sama sekali berbeda. Proses pembentukan produk

dengan reaktan merupakan fenomena yang luar biasa dan menarik. Senyawa organik

membentuk struktur dasar dari kehidupan di bumi dan memiliki struktur yang

bervariasi serta beragam, maka menurut Mulyadi (2014) reaksi dari senyawa ini

secara luas diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu:

1. Reaksi Samping (Adisi)

Reaksi ini kebanyakan melibatkan senyawa tak jenuh ( senyawa yang

mengandung ikatan ganda atau ikatan rangkap tiga antara atom) seperti alkena,

alkuna atau keton). Reaksi adisi disebut reaksi jenuh karena atom karbon jenuh

terpasang dengan jumlah maksimum kelompok. Hal ini dilakukan untuk

memecah ikatan dua atau tiga diantara atom untuk mengakomodasi atom

tambahan atau kelompok atom dalam molekul.

2. Reaksi Penghapusan ( Eliminasi)


Reaksi eliminasi melibatkan penghapusan atom atau kelompok atom dari

molekul. Ini adalah proses dimana senyawa senyawa jenuh akan dikonversi ke

senyawa tak jenuh. Hal ini dilakukan biasanya melalui aksi asam, basa, logam

atau panas. Reaksi eliminasi adalah kebalikan dari adisi.


3. Reaksi Pergantian (Subtitusi)
Reaksi ini adalah kelas reaksi dimana atom, ion atau kelompok atom/ion

diganti dengan kelompok ion lain, atom atau kelompok fungsional. Misalnya,

gugus amino.
4. Isomerisasi atau penataan ulang
Reaksi ini adalah proses dimana senyawa menata kembali menjadi bentuk

isomernya. Isomer adalah senyawa dengan berat molekul dan komposisi yang

sama tetapi berbeda dalam bentuk stuktur dan konfigurasinya.

2.2.1 Reaksi dengan KMnO4

KMnO4 merupakan oksidator yang kuat. KMnO4 atau kalium permanangat

memiliki nama lain yaitu chameleon mineral. Senyawa ini panas apabila dimakan

atau dihisap, juga mengakibatkan panas apabila terjadi kontak dengan kulit (Kimia,

2013).

Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia

C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan heks-

merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana

berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-

atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering

digunakan sebagai pelarut organik . Heksana juga umum terdapat pada bensin dan

lem sepatu, kulit dan tekstil (Wikipedia, 2014).

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol

saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan

merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman

beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang

paling tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia

C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil
eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari

gugus etil (C2H5) (Wikipedia, 2014).

2.2.2 Reaksi dengan Aseton

Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform

dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, akan tetapi penggunaanya

sudah dilarang karena telah terbukti dapat merusak liver dan ginjal. Kloroform

kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium. Wujudnya pada

suhu ruang berupa cairan bening, mudah menguap, dan berbau khas (Wikipedia,

2015).

Senyawa aseton yang paling sederhana, berwujud cair pada suhu kamar dan

berbau harum, mudah menguap, mudah terbakar dan mudah larut dalam pelarut polar.

Aseton juga dikenal sebagai dimetil keton, 2-propanon, atau propan-2on. Aseton

adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar,

digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia

lainnya (Kimia, 2013).

2.2.3 Reaksi dengan Fehling A + B

Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B.

Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan

NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan

kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua.

Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling

dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi
ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu 2O. Dengan larutan

glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata,

sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa

0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan (Maya, 2011).

Glukosa adalah salah satu monosakarida sederhana yang memiliki rumus

molekul C6H12O6. Kata glukosa diambil dari bahasa yunani yaitu glukus yang berarti

manis, karena memang nyata bahwa glukosa mempunyai rasa manis. Nama lain dari

glukosa antara lain dekstrosa, D-glukosa, atau gula buah karena glukosa banyak

terdapat pada buah-buahan. Glukosa merupakan suatu aldoheksosa yang mempunyai

sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan (Kimia, 2013).

2.2.4 Reaksi dengan Betadin

Asam askorbat atau vitamin C mempunyai struktur yang mirip dengan

monosakarida, tetapi struktur ini mempunyai beberapa gambaran yang tak lazim.

Senyawa ini adalah lakton tak jenuh beranggota lima dengan gugus hidroksil pada

ikatan ganda-duanya. Asam askorbat banyak terdapat pada buah jeruk dan tomat.

Kekurangan asam askorbat dalam makanan menyebabkan sariawan, penyakit yang

mengakibatkan melemahnya saluran darah, pendarahan, goyah gigi, dll. Asam

askorbat kemungkinan penting dalam sintesis kolagen (Achmadi, 1987).


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

Alat yang dibutuhkan dalam praktikum adalah tabung reaksi, penjepit tabung

reaksi, Spiritus.

3.2 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah dietil-eter, n-heksana,

kloroform, etanol, etil asetat, asetildehida, aseton, glukosa, fruktosa, vitamin C,

KMnO4, Fehling A dan B, dan I2/Betadin.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Kelarutan Senyawa Organik

Siapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung reaksi 1 diisi

dengan 0,5 mL air, dan tabung reaksi 2 diisi dengan 0,5 mL dietil eter. Ke dalam

tabung reaksi 1 dan 2, tambahkan setetes demiseteter n-heksana (krang lebih 10

tetes). Kocok dan perhatikan kelarutannya, catat. Kerjakan seperti di atas dengan

menggunakan senyawa organik lain.

3.3.2 Reaksi-Reaksi Senyawa organik

Siapkan tujuh tabung reaksi yang bersih dan kering. Ketujuh tabung tersebut

ditambahkan 1 mL secara berurut dengan n-heksana (1), alkohol (2), asetaldehida

(3), aseton (4), kloroform (5), glukosa (6), dan vitamin C (7). Tabung (1) (2) (3) dan
(4) ditambah dengan larutan KMnO4 , panaskan bila perlu. Tabung 5 ditambah

NaI/aseton, kocok. Tabung 6 ditambahkan dengan Fehling A + B, panaskan. Tabung 7

ditambahkan dengan I2 atau betadin. Amati perubahan yang terjadi pada setiap

tabung, catat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1 Kelarutan Senyawa Organik

Jumlah fase
Jumlah fase
Zat terlarut dalam campuran Keterangan
dalam dietil eter
air
n-heksana 2 Fasa 1 fasa Nonpolar
Kloroform 2 Fasa 1 fasa Nonpolar
Etanol 1 fasa 2 Fasa Polar
Etil asetat 1 fasa 1 fasa Semipolar

Tabel 2 Reaksi-reaksi Senyawa Organik

Keteranga
Perubahan yang terjadi
n
Zat
Fehling A
KMnO4 Aseton I2/Betadin
+B
Tidak
n-heksana Ungu X X X
bereaksi
Ungu- Tidak
Alkohol X X X
Kuning bereaksi
Coklat- Tejadi
Asetaldehida X X X
hitam reaksi
Tidak
Aseton Ungu X X X
bereaksi
Tidak
Kloroform X Bening X X
bereaksi
Biru tua- Tejadi
Glukosa X X X
Merah bata reaksi
Kuning- Tejadi
Vitamin C X X X
Jingga reaksi
4.3 Pembahasan

4.3.1 Kelarutan Senyawa Organik

Berdasarkan teori senyawa organik hanya dapat larut pada pelarut yang

sejenis dengan senyawa organik tersebut. Senyawa organik bersifat polar hanya

dapat larut dalam pelarut polar dan senyawa organik nonpolar hanya dapat larut pada

pelarut nonpolar pula sehingga campuran bersifat homogen yaitu hanya dapat satu

fasa dimana antara pelarut dan zat terlarutnya tidak dapat dibedakan lagi. Untuk

kelarutan senyawa organik yang pertama yaitu membandingkan antara

kelarutan n-heksana dalam air dan dietil eter. Dari percobaan yang dilakukan

ternyata n-heksana yang dicampur dengan air memiliki dua fasa (heterogen) dimana

fasa atasnya adalah air. Hal ini disebabkan karena massa jenis air lebih besar

daripada n-heksana. Sedangkan n-heksana yang dicampur dengan dietil-eter

memiliki satu fasa (homogeny). Hal ini menunjukkan bahwa n-heksana termasuk

senyawa nonpolar sebab larut dalam dietil eter yang bersifat nonpolar juga.

4.3.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik

Berdasarkan teori, terjadinya reaksi-reaksi dari senyawa organik dapat

diketahui dengan beberapa cara yaitu melihat adanya perubahan warna, adanya

gelembung gas, adanya endapan yang terjadi saat dicampurkan dengan pereaksi

tertentu, dan mengamati jumlah fasa dalam campuran tersebut. Senyawa n-heksana

yang ditetesi dengan KMnO4 tidak terjadi reaksi. Hal ini ditandai dengan warna

KMnO4 sebelum dan sesudah dicampur dengan n-heksana tetap berwarna ungu

sebab KMnO4 tidak dapat mengoksidasi n-heksana. Senyawa etanol yang yang

ditetesi KMnO4 terjadi perubahan warna larutan dari ungu menjadi kuning. Hal ini
menunjukkan bahwa pada campuran kedua senyawa terjadi reaksi yaitu etanol

dioksida oleh KMnO4 sebanyak dua tahap reaksi membentuk asetaldehida kemudian

dioksidasi lebih lanjut membentuk asam asetat atau asam etanoat. Senyawa

asetaldehida yang direaksikan dengan KMnO4 terjadi perubahan warna campuran

campuran dari coklat mejadi kehitaman setelah dipanaskan beberapa saat. Ini

menunjukkan bahwa campuran kedua campuran tersebut terjadi reaksi yaitu

asetaldehida dioksida oleh KMnO4 membentuk asam etanoat atau asam asetat.

Aseton yang semula berwarna bening ditetesi dengan larutan KMnO 4 yang berwarna

ungu, hasil campuran kedua senyawa tetap berwarna ungu sehingga dapat

disimpulkan bahwa campuran kedua senyawa tidak terjadi reaksi. dalam hal ini

asetaldehida dapat dioksida oleh KMnO4 . kloroform yang dicampurkan dengan

aseton yang mengandung NaI tidak mengalami perubahan warna sebelum dan

sesudah dicampurkan. Hanya saja campuran yang didapatkan memiliki dua fasa

(heterogen) yang menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi antara kedua senyawa

tersebut. Hal ini disebabkan karena gugus Cl pada kloroform tidak dapat disubtitusi

dengan I pada NaI sebab keelektronegatifan Cl lebih besar daripada I sehingga

kloroform tetap mempertahankan kedudukannya. Asam askorbat yang dicampurkan

dengan I2/betadin mengalami perubahan warna kuning menjadi jingga. Kedua

campuran ini terjadi reaksi eliminasi asam askorbat dengan I2 dimana dua ato H dari

gugus OH asam askorbat diikat oleh I2 membentuk dua molekul HI.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Senyawa organik hanya dapat larut pada pelarut yang memiliki sifat yang sama

dengannya yaitu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar

larut dalam pelarut nonpolar. Senyawa-senyawa nonpolar antara lain n-heksana,

kloroform dan dietil eter sedangkan senyawa polar yaitu asetaldehid, etanol, aseton

dan air.
2. Senyawa organik seperti etanol dan asetaldehida dapat mengalami reaksi oksidasi

dengan KMnO4 sedangkan n-heksana dan aseton tidak dapat dioksidasi. Kloroform

tidak dapat mengalami reaksi subtitusi dengan aseton, glukosa dapat mengalami

reaksi identifikasikan dengan fehling A+B dan asam askorbat dapat mengalami

reaksi eliminasi dengan I2/betadin.

5.2 Saran

Sebaiknya laboratorium dibersihkan dari kotoran dan debu agar praktikan

dapat merasa nyaman dan terhindar dari penyakit. Serta alat-alat laboratorium yang

rusak agar segera diganti.

Anda mungkin juga menyukai