Pidato Pengukuhan
Diucapkan pada peresmian Penerimaan
Jabatan Guru Besar Madya dalam lImn Oseanografi
pada Fakultas Perikanan daD lImn Kelautan
Universitas Diponegoro
Serna_rang, 14 April 2001
Oleh:
Sabala Hutabarat
Yth. Rektor/KetuaS~ UniversitasDiponegoro(UNDIP)
Yth. ParaAnggotaDewan PenyantunUNDIP
Yth. ParaAnggota.SenatUNDIP
yth. ParaGuru BesarTamu
Yth. Para Pejabat Sipil, TN1 dan Polri
3
Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan air yang lebih dominan
dibandingkan dengandaratan.
Negara Indonesia yang kita cintai bersama juga diberi oleh Tuhan
Yang Maha Esa sam wilayah yang lebih dari 70% terdiri dari air dan
terletak di sepanjang garis khatulistiwa. Akibatnya ncgani kita
mempunyai potensi dan kekayaan !aut yang sangat melimpah. Tetapi
sayangnya pengetahuan tentang !aut dan segaIa isinya 4i negara kita
masih terbatas. Hal tsb dapat diketahui dari belurn adanya kurikulurn
~-angmempelajari ilmu ke!autan di tingkat pendidikan Sekolah Dasar
sampai Sekolah Menangah Atas. Untuk itu daIam Pidato Pengukuhan
Guru Besar Mad:-..a ini perkenakanlah sa.ya menYaInpaikan topik
mengenai llmu Oseanografi serta pengaruhnya terhadap lingkungan di
muka bumi.
4
seorang bangsa Inggris yang bemama James Cook membuat seluruh
peta dari T.;tJrt;ln~ clan memperlibatkan adanya sebuah daratan
yang terletak pada bagian Selatm kutub yang selalu tertutup oleh es.
Pada saat ini ilmu oseanografi merupakan suatu cabang ilmu
pengetahuan yang berkembang secara cepat. Kapai-kapal penelitian
OSe3nografi sekarang, telah dilengkapi dengan alat-alat rumit.
sehinS1Jzadaoat me~mpulkan data-data fish
kimia dan biologi secara tepat dan jelas. Tahun-tahun belakangan ini
merupakan perkembangan dari kapal-kapal yang sering mengadakan
penelitian di bawah permukaan air., bahkan sekarang sudah banyak
dijumpai adanya laboratorium di bawah air Y"aDgsifatnya pemianen.
Keterangan-keterangandari Satelit yang selalu mengelilingi bumi juga
menjadi begitu venting artinya dalam melengkapi data-data tentang
gejala arus laut dan pertukaran panas. Hal ini merupakan suatu
pekerjaan yang sulit untuk dilakukan di masa yang lalu. Namun
demikian perlu ditekankan, bahwa ilmu oseanografi merupakan suatu
/
ilmu yang relatif masihmuda,sehinggamasihbanyakbal-ballain yang
hamsdipelajari.
6
ini mendapatbantuanpinjamandari Asian DevelopmentBank (ADB)
guna membangun~ dan prasarana"pengembangan sumberdaya
manusiadan lain-lain. Padasaat ini ke-6 PTN tersebuttelah merubah
namafakultasnyamenjadi FakultasPerikanandan IImu Kelautan.
Padasaatini, disampingke 6 PTN tersebutdiatas pendidikan
Perikanan dan llmu Kelautan sudah berkembang pada berbagai
PerguruanTinggi baik PTN maupunPendidikanTinggi Swasta.Sudah
seJayaknyapendidikandi bidang tsb terns dikembangkandi seluruh
jaJur pendidikan,mengingatluas dan potensinycilautan yang dimiliki
oleh oegarakita. MenyadariakanhaJtsb, Pemerintahtelah membentuk
satu departemenbarn, DepartemenEksplorasi Laut dan Perikanan
(DELP) daJamsusunanKabinet basil pemilihan umum tabuo 1999.
Nama tsb kemudian berubah menjadi Departemen Kelautan dan
Perikanan (D KP) .
7
Daratan tidak mempunyai kapasitas yang sarna seperti air
dalam men~.jmpanpanas. Akibatnya daratan akan lebih cepat bereaksi
untuk menjadi panas ketika menerima radiasi rnatahari dibandingkan
dengan lautan. Sebaliknya, darat3n akan lebih cepat pula menjadi
dingin daripada lautan pada waktu tidak ada insolation (pem;ma.~n
sinar matahari ~"ang diterima oleh permukaan bumi). Akibatnya di
daratan terdapat perbedaan suhu yang amat besar hila ~bandingkan
dengan yang tetjadi di lautan. Suhu di lautan kemungkinan berkisar
antara -1.8rC (titik beku air laut) di daerah kutub sarnpai maksimum
sekitar 42°C di daerah perairnn dangkal Sedangkan kisarnn suhu di
daerah daratan yang pernah dimonitor adalah yang paling rendah -
68°C di Siberia pada tahun 1982 dan yang paling tinggi 58°C di Libya
pada tahun 1922
Perpindahan panas juga tetjadi antara udara, 1autan, dan
daratan. Hal semacam ini akan dapat memberikan suatu kenaikan
tekanan atmosfer pada daerah-daerahdi sekitarnya. Udara cenderung
menga1ir dari daerah-daerah yang bertekanan atmosfer tinggi ke
ternpat-tempat yang bertekanan atmosfer ren~ sehingga akan
rnenimbu1kan arab angin yang berbeda-beda. l'_eadaan ini1ah yang
mengakibatkan adanya sistern angin utama di dunia. Oi samping itu
adanya angin taut dan angin darat di daerah pantai merupakan suatu
sifat khas.
8
Pada garis besamya. siklus tam air (hydrologic cycle) terjadi secara
seirnbang, tetapi kadang-kadang terdapat juga adanya perbedaan yang
begitu besaT antara penguapan dan curah hujan yang terjadi pada
beberapa tempat tertentu di dunia. Penguapancenderung sangat tinggi
pada daerah-daerah yang mempunyai suhu tinggi, angin kuat dan
kelembaban yang rendah. Daerah subtropik merupakan daerah yang
langsung menerima insolation tanpa terlindung oleh adanya awan.
Daerah tsb merupakan daerah yang mernpunyai. angin yang kuat dan
mempunyai nilai kelernbaban yang rendah. Oleh karena itu daerah ini
merupakan wilayah yang mempunyai curah hujan yang rendah.
Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada
seluruh lautan di dunia. Arus tsb ini mempunyai arti yang sangat
penting dalam menentukan arab pelayaran bagi kapai-kapai. Peta arus
telah dibuat oleh para pelaut berabad-abad yang laiD. Kita dapat
mengetahui adanya arus terutama didasarkan ata...pekerjaan seorang
ahli oseanografi berkebangsaan Amerika, Mathew Fontaine yang telah
memulai pekerjaan tersebut sejak tahun 1840. la membuat sebuah
gambar dari sistem arus dunia berdasarkan a:tas pengamatan dan
pengukunm terhadap besamya pengaruh arus yang mempengaruhi
pembelokan arab kapai dari lintasan jalan yang panjang dan memakan
waktu yang lama. Pada waktu ini teknik ~-anglebih rumit telah dapat
dilakukan daIam mengukur arus, sehingga memungkinkan untuk
mengukur kecepatan dan arab arus di seluruh lapisan perairan.
Akibatnya gambaran yang lengkap tentmg arus tsb sudah dapat dibuat
pada waktu sekarang, akan tetapi gambaIaImya sudah tentu menjadi
sangatkompleks. -
9
Dari ketiga faktor tersebut, angin merupakan faktor yang
paling bervariasi dalarn membangkitkan arus. Sejak sistem angin dunia
jumlahn)'a selalu tetap sepanjang tah~ maka arab arus dunia han:.'a
mengalarni ~'ariasi tahunan yang kecil. Tetapi di bagian Utara Lautan
Hindia dan laumn di sekitar perairan Asia Tenggara, angin musim
(monsoon) berubah secara musiman dan mempunyai pengaruh yang
drarnatis terhadap arab dari arus permukaan. Arus di perairan Asia
Tenggara baik yang terjadi di musim Barat (bulan Desernber -
Pebruari) ataupun di musim Timur (bulan Juni -Agustus). Musim
Barat di tandai oleh adan~'aaliran air dari arab Utara melalui Laut Cina
bagian atas. Laut Jawa dan Laut Flores, sedangkanpactawaktu musim
Timur hal ini terjadi kebalikannya :.-aituarus mengalir dari arab Selatan
(W~.rtki~1%0). Gambar 2.
10'
tetapdan abadi.Hal ini disebabkanoleh adanyaangin, pengaruhrotasi
bumi y.mg selalu berputarpada porosnyadan pengaruh sisten tata
suryaalam semesta
Akhir-akhir ini baik di mediacetak maupunelektronik banyak
dibahas tentang fenomenaEl Nino yang kemudian disusul dengan
badai La Nina. Baik El Nino maupun La Nina merupakansuatu
kejadian perubahaniklim dunia yang tidak lazim jika dibandingkan
denganiklim normal yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, yaitu
suatukeadaaniklim berubahatau menyimpangdalam jangka waktu
pendeky.mg disebabkanoleh adanyagejala aIam yang tidak normal
dengan ditandai oleh naiknya suhu permukaanair taut di alas rata-
rata. Kejadianini dikena1sebagaigejala El Nino. El Nino di samping
dapat mempengaruhiiklim juga dapat merusak popu1asiorganisme
1aut.Nama EI Nino (dalam bahasaSpanyol berarti anak) dan dapat
diartikan sebagaianak Natal (Christ) karena merupakanarus yang
terjadi padabulan DesemberbertepatandenganmasaNa1al.Nama ini
pertamakali dikemukakanoleh nelay.mPerusebagaikenanganuntuk
menandaiterjadinyasuatumusibahbesaryang menghancurkanpantai
Perupadatahun1891.
El Nino mengakibatkanterjadinyapemanasanair taut di lepas
pantai Arnerika Selatan.SetelahEl Nino biasan~'aakan disusul oleh
dua kemungkinan perubahaniklim. Pertama, suhu perairan akan
kembali pada kondisi normal atau yang kedua.,suhu menjadi 1ebih
dingin. Kondisi y~ terakhir ini dinarnakan sebagaigejala La Nina
(bahasaSpanyo1yang berarti anak perempuan).Gejala semacamini
ditandai olch datangnyabadai~-angdiikuti oleh turunnyahujan yang
hebat,sehinggacurahhujanmenjadi 1ebihtinggi di atas rata-rata.
Baik kejadian El Nino maupunLa Nina yang disebutdi atas
pertama-tama diketahuidi AmerikaSe1atan. khususnyadi sekitar Peru.-
Kemudiangejala tsb meluassampaike daerahLautan Pasifik bagian
utara dan mencapai daerah Indo-Australia (lautan Hindia). Para
i1muwan menalnakangejala ini sebagaiENSO (£1 Nino Southern
Oscillation). Istilah ini pertamakali dikemukakanoleh G.T Walker
pada tahun 1920-ansebagaiSouthernOscillation (SO), sebagaisuatu
11
istilah yang menandai terjadinya perubahan tekanan udara secarn
global yang kemudian diikuti oleh El Nino.
Pada waktu keadaan normal, tekanan udara di atas Lautan
Pasifik bagian timUT relatif tinggi sedang tekanan udara di atas lautan
Hindia (Indo-Australia) relatif ren~ sehingga mengakibatkan
timbulnya arab angin dari arab timur ke bardt. Sedang pada waktu
terjadi El Nino kondisinya adalah berbalik, dari ~ ke timur.
Tekanan udara baik pada keadaan normal maupun pada wakw terjadi
EI Nino mengakibatkan arus mengalir searah dengan arab angin. Arus
tsb membav.'a masa air dengan suhu tertentu (panas), dimana pada
v.-aktuterjadi EJNino suhu pennukaan laut di sckitar Amerika Selatan
seharusnya tidak naik. tetapi dengan adanya perubahan arab angin dan
ares oleh karena perubahan tekanan udara mengbasilkan kondisi yang
mcn~'lmpang.
ENSO biasan~'a dimulai dari bagian tengah lautan Pasifik
dekat ekuator pada bulan September dan akan berakhir lebih kurang
dalam kurun waktu setahun.Tanpa diketahui asaI-mulanya. angin pasat
(trade wind). ~'aDg berada di tengah. lautan Pasifik tiba-tiba
kecepatannya berkurang secara drastis. bahkan berheoti sarna sekal!
atau bergerak lemah berbalik arab dari barn1 ke timur. Dengan
berhentinya angin, maka arab arus juga akan berhenti. Akibatnya air
dingin yang terdapat di sepan.1angpantai Amerika Selatanmempunyai
kesempatan untuk menjadi panas oleh teriknya sinar marnhari tropis.
Kemudian masa air basil pema~~n ini mendapat tambahan masa air
panas yang lain yang berasal dari tengah lautan Pasifik-ekuator. Masa
campuran air panas tsb selanjutnya didorong oleh arus kembali ke
arab pantai Amerika Selatan yang selanjutnya tersebar ke arab utma
dan selatan-: Peristiwa iQi biasanya terjadi d] bulan Desember dan
ditengarni sebagai pertanda dimulainya El Nino. (Gambar 3.) Pada
waktu yang laIu kondisi semacam ini kurang diperhatikan oleh
penduduk di sekitar lautan Pasifik (Arnerika Selatan). Mereka barn
sadar ketika air laut di pantai Peru tiba-tiba naik secara drastis. Periode
dari gejala alami ini umumnya terjadi setiap 3 tahun sekali atau
berkisar antara 2 sampai 10 tabun. Tercatat ENSO telah terjadi
sebanyak 8 kaIi antara tabun 1950 sampai 1990.
12
Kejadian E~ Nino pada tahum 1982-1983 adalah yang paling
buruk yang terjadi di abad ini yang menimpa pantai Peru pada bulan
September 1982. Pada waktu itu suhu pem1ukaan air laut naik secara
drastis mencapai 4 derajat Celcius, sedang pada bulan Nopember
berikutnya suhu air laut dari permukaan sampai kedalaman 1ebih 100
meter naik mencapai 4 -10 derajat Ce1cius lebih panas dari normal.
Akibatnya distribusi fitoplankton sebagai organisme penyedia makanan
utama di lautan menjadi terganggu dan mengkibatkan hancurnya
perikanan dan populasi .
burung yang hidup di sekitar Peru. Produksi ikan serta koto!"aIl burung
(guano) yang sanga! potensial sebagai sumber devisa negara Peru
menjadi hancur total.
13
wilayail Indonesia (Indo-Australia). Pada saat itui masa air yang
berasal dari lautan Pasifik adaIah rnasa air yang panas.
Pada waktu teljadi ENSO, keadaan berbalik, tekanan udara
tinggi terdapat di Indonesia (Indo-Australia). Karena adanya
penumpukan uap air akibat pemanasan Pada waktu iklim normal
mengakibatkan terjadinya aliran angin/arus dari arab baIat ke timur
dengan memba\..-amasa air panas ke lautan Pasifik (Amerika Selatan).
Angin )-ang tiba di bagian tengah Lautan Pasifik pada waktu
ENSO, kecepatann)'a akan berkurang dan bervariasi, bahkan dapat
beThenti sarna sekali. Kondisi semacam ini yang menyebabkan pada
waktu ENSO suhu permukaan lautan Pasifik meningkat di atas normal.
khususnya ~-angterletak di sekitar pantai barat Amerika Selatan.
Setelah terjadi ENSO, umumnya akan disusul oleb datangnya
badai La Nina Adanya pemanasanpcnnukaan air taut mengakibatkan
terbentuknya uap air ~'ang melimpah di atmosfiT yang akhim~'a akan
turun sebagai badai hujan ~'aIlg hebat. sehingga curah bujan akan
meningkat secara nyata. Indonesia yang musimnya Juga dipengaruhi
oleh angin musim (monsoon). maka pada wciktu terjadi ENSO musim
keringnya akan sangat kering dan pada waktu La Nina musim
penghujan menjadi sangatlebat.
Dari urnian di alas diketahui bahwa kejadian El Nino (ENSO)
maupun La Nina sebenam~a mcrupakan suatu gejala alam yang
memang barns terjadi. Han~a saja pada akhir dekade 1980-an gejala
alami tsb menjadi perhatian serius dari para ilmuwan, karena dampak
dart peristi\\'a tsb begitu hebat. Sepcrti diketahu~ bahwa bumi kita
pada abad ke-19 clan 20 berbeda kondisinya dengan abad ke-21
(millenium ke 3). Setiap perubahan abad dipastikan akan diikuti
dengan perubahanjumlah penduduk ~g makin bertambah dan makin
berkembang kebutubannya, teTmaSuktempat pemukiman yang sudah
tentu membutuhkan lahan yang luas. Akibatnya terjadi pembukaan
laban barn dengan mengorbankan hutan yang ditebang sccara besar-
hesaran, untuk dipergunakan sebagai tempat pernukiman atau sebagai
surnber penghasilan. Penebangan hutan yang tidak terkontrol serta
penerapan tataguna tanah yang tidak tepat, di satu sisi dapat
menyebabkan kebakaran di musim kering serta menyebabkan banjir di
14
musirnpenghujan~ daya seraptanahsebagipenampungair hujan
menjadi tidak berfungsi sarna sekali. Hal ini mengakibatkanhutan
menjadi gundul, sehingga erosi tanah berlangsungsecara besar-
besarandan menimbulkan banjir yang hebat. Kejadian tsb telah
menirnpanegaraCina, Taiwan, Filipina, Arnerika Selatan, Arnerika
Tengah (Honduras) yang mengaiami banjir hebat dan telah
menewaskanribuan orang. Semua kejadian ini diakibatkan oleh
adanyabadai hujan besaryang erat hub~ya dengan gejala La
Nina yang memangsaatini sedangberlangsung.
Indonesiasudah mengalamiEI Nino pada tahun 1997 yang
lalu, ditandai dengan musim kering yang berkepanjanganyang
membawadampak negatif bagi dunia pertanian.Setelahkejadian El
Nino iklim yang terjaditidak kembalipadakondisi norn1al,tetapi yang
terjadi untuk saat itu adalahgejala La Nina. Hal ini dapatdibuktikan
dengan datangnya musim penghujan lebih awal dengan intensiras
curah hujan yang tinggi. Dan diramalkanpada akhir tahun 2001 ini
gejala EI Nino akan datangkembalidi negarakita.
Walaupun agak terlambat peristiwa .alami tsb dapat
ditanggulangi untuk masa mendatangdengan cara reboisasi dan
melestarikanhutan yang sudah gundul sert4 mengatur penggunaan
tanahsecarabenar. Indonesiaadalah sebuahnegarayang dikaruniai
lebih 70% \\ilayahnya adalah lautan sehingga sebenarnyamarnpu
menarnpunglimpahan hujaIl sebesarapapun. Hal ini dapat tercapai
dengansyarat pemeliharan,penggunaanlahan hutan ataupuntanaman
barns diatur sesuaidenganundang-undangyang berlaku secaraefektif
clan konsekuen,serta perbaikan dan pengaturan sistem aliran air
denganbenar.NegaraIndonesiabarnsdikembalikanfungsinyasebagai
pam-pam dunia denganmenghijaunyahutan da:i1tanaman,sehingga
akantetapdikenaldan dikenangsebagaisuatunegarayangwilayahnya
tampak bagaikan zamruddl khatulistiwa.
15
Dalam proses ini bahan-bahan anorganik yang dikandung dalam air
seperti H2O, CO2 dan lain-lain akan diikat menjadi bahan organik
seperti guia melalui proses fikokimia\\l dengan bantuan enerji sinar
matahari. Persenyawaantsb dapatterjadi karena adanya zat hijau daun
(chlorophyl) yang banyak dikandung dalam tumbuh-tumbuhan hijau
yang banyak hidup mela)'aIlg di perairan. Dengan adanya basil bahan
organik, maka ht-'wan plankton (zooplankton) dan ikan akan
mcmanfaatkan tumbuh-tumbuhan plankton (jitoplankton) sebagai
bahan makanannya. Kemudian zooplankton akan dimanfaatkan olch
hc\\'"3n lain yang ukurannya lebih besar, baik yang hidup di dasar
maupun yang berenangsecara aktif scpcrti ikan. Apabila ikan-ikan ini
mati. maka bahan-bahanorganik yang dihasilkan oleh bakteri akan
dikcmbalikan ke dalam perairan. Dari uraian tsb dapat dilihat bal1wa
plankton adalah organisme yang sangat penting peranannya dalam
mencntukan tingkat produktivitas suatupcrairan (Gambar 4)
7A T HAR.o\ ENERSI
DI LAUT .
SIN AR M.I\ T .o\HARi
16
Produktivitas (primary production) oleh fitop/ankton di
beberapa habitat akan berbeda satu dengan lainnya. Proses ini
umumnyabanyaterjadi di perairanyang dangkal yang terdapatsinar
matahariyang cukup untuk mernbantuturnbuh-turnbuhanmelakukan
prosesfotosintesa.Daerahtersebutumumnya terdapatdi sekitarpantai
dan pesisir yang banyak menerimabahan organik dari aliran sungai
yang berasaldari daratan.
Air di daerah estuarin merupakan carnpuran antara air sungai I 1:' --:- I
dan air Iant yang bersifat semi-tertutup, sehingga mengakjbatkan I Estuann I
daerah tsb mempunyai air yang bersalinitas lebih rendah daripada
lalltan terbuka. Meskipun demikian proses percampuran ~"arlgterjadi
adalah suatu proses ~-angkomplek. Air tawar yang berasal dari sungai
yang mempunyaai densitas lebih kecil dari air !aut cenderung untuk
mengarnbang di atasnya. OJ daerah ini juga terdapat fluktuasi
perubahan salinitas yang beriangsung secara tetap yang berhubungan
dengan gerakan air pasaDg. Massa air yang masuk ke dalam daerah
estuarin pada waktu terjadi air surut hanya bersumber pada air tawar. -.
Akibatnya salinitas air di daerah estuarin pada saat itu umumnya ,.
rendah. Pada waktu air pasang, massa air masuk ke dalam estuarin daTi
air laut bercampur dengan air estuarin, sehingga mengakibatkan
salinitasnya naik. Fauna dan flora yang ada di daerah estuarin terdiri
atas organisme-organisme yang telah beradaptasi dengan kondisi yang
terbatas dan tersebar pacta mintakat yang sesuai dengan sifat
biologinya..
Ada empat faktor yang menyebabkan daerah ini mempunyai ,0
nilai produktivitas tinggi yaitu : -y,;,'f,
I. Selalu terjadi penarnbahan bahan-bahan organik secara terus- ,"';.
-menerus yang berasal dari daemh aliran sungai. .fZl!J{l
2. Perairan estuarin umumnya dangkaL sehingga cukup menerirna
sinar matahari untuk menyokong kehidupan tumbuh-tumbuhan.
3. Daerah tsb merupakan ternpat yang relatif kecil menerirna aksi
gelombang, akibatnya detritus dapat menurnpuk di dalarnnya.
4. Aksi pasang selalu mengad11kbahan-bahan organik yang berada
sekitar turnbuh-tumbuhan.
17
Daernh estuarin merupakantempat hidup yang baik bagi
populasi ikan, udang, kepiting dan lainnya..Daerah tsb merupakan
tempat untuk berpijah dan mem~ anak-anaknyabagi beberapa
spesiesorganismetaut. Oleh karenaitu wilayah ini sudahsepatutnya
untuk selalu dijaga kebersihandan lingkungannyaagar prosesrantai
makanandapatterjadi secaralestan.
18
beI:sifatmeuopang(~ tunjang) yang saogattebal clanhampir tidak
dapat ditembus. Broguiria merupakan spesies tumbuh-tumbuhan lain
yang sering dijumpai di mintakat berikutnya yang mengarah ke daratan
daD kemudian diikuti oleh tumbuh-tumbuhail semak, Ceriops.
Hutan bakau merupakan suatu daerah yang mempunyai arti
yang begitu venting bagi negara yang sejumlah besar pulau-pulaunya
terdiri atas area yang berawa-rawa seperti Indonesia. Kayu dari IX>hon
bakau itu sendiri adalah suatu basil produksi. yang berharga, tempi
karena tanah rawa ini juga merupakan suatu tempat hidup bagi
organisme :'ang mempunyai arti ekonomi yang penting seperti ikan,
kepiting daD udang , sehingga daerah ini perlu dijaga agar penebangan
tidak sampai merusak lingkungan hidup-
Daerah hutan bakau mempunyai nilai produktivitas yang
tinggi, sebagai contoh hutan bakau di Florida, Amerika Serikat,
mempunyai produksi bersih mencapai 350 -500 gC/m2/tahun. Jumlah
ini sangat besar hila dibandingkan dengan produksi fitoplankton di
sekitar perairan yang hanya mencapai 75 gC/m2/tahun (Meadows dan
CampbelL 1988).
19
Padang lamun merupakan dacrah pantai atau pesisir yang
pcrairannya subur (produktif). Di gini produktivitas primernya dapat
mencapai 1.00 gC/m2/tahun atau tingkat kesuburannyabisa mencapai
3-5 kali dari produksi fitoplankton di perniman sekitamya. Hal ini
tcrjadi karcna adanya efisiensi rantai makanan, sehingga akar lamun
dapat memanfaatkan zat bara yang terdapat di dalam substrat. Baktcri
anaerobic yang tcrdapat di habitat ini dapat mcngikat N2 langsungke
dalam NO3 yang banyak terdapatdi tumbuhan.
20
menggunakanbeberapabasil sampinganmetabolismekarang seperti
karbondioksida,
amoilia,~ danfosfutsebagaibahanmakanan.
Ikan yang hidup di sekitar terumbu karang merupakanjenis
ikan yang mempunyaiarti ekonomipenting. Sebagaicontoh,42 jenis
ikan karangyangtertangkapdari 287 jenis ikan yangteTcatathidup di
daerab terumbu di Muangthai, merupakan jenis ikan yang dapat
dimakan(foodfish). Karang juga merupakansuatu sumberbatukapUT
yang dapat dipakai sebagai bahan untuk membangunjembatan,
tembok, dan fondasi jalan raya.Hal ini mengakibatkanhancurnya
daerahterumbudi beberapadaerah-Akibatnya perbatasanpantaitidak
lagi terlindung oleh aksi gelombang, yang akhirnya dapat
menimbulkanerosidi daerabpantai.
Daerabterumbukarang merupakandaeTahpantai atau pesisir
yang mempunyai pToduktivitasprimer sangat tinggi ~'aitu beoosar
antara 300 -5000 gC/m2/tahun(Meado~"Sdan Campbell, 1988),
bandingkandengandaerah laut teTbuka,upwelling, estuarin, hutan
bakaudan Padanglamun(Gambar 5).
DAERAH
Laut EstDarin Bakau Laman T.KaraDt.
Produktivit2S Upwemn:,
TerlIuka
Prodlilisi
Primer 0.005-0.5 0.5 -1.25 2.7':50S 350-~ 1000 I 350-5(MM)
~/m2Ih.ari
PnMIDb1Ikan Q.5xloJ 36
cC/III2Ibari
21
Dari data ini dapat diketahui bahwa daerah terumbu karang
mempunyai arti yang sangat penting dan strategis bagi ekosistem
perairnn. Olch karena iw sudah scwajamya apabila terumbu karang
hams dijaga kelestariannya. Rusaknya terurnbu karang akan
mcngakibatkan tnrunnya prrouktivitas perairnn dan sclanjutnya akan
rncngurangi populasi organisme air lainnya. Hal ini dapat terjadi
karcna sistcrn rantai rnakanan akan SaJIgat terganggu, schingga
produksi ikan juga akan sanga! berkurang, yang akhimya akan
rncnurunkan basil produksi ikan di daerah tersebut. Umumnya
pc.-nangkapan ikan ini dilakukan oleh para nelayan tradisional schingga
pcndapatandari para nclayan tersebutberkurang drastis.
Indonesia adalah satu ncgara yang luas pcrairannya rneliputi
2/3 dari seluruh wilayah dan hampir di scpanjang pantai diwmbuhi
o\ch terumbu karang. Melihat potensi sumbcr daya laut yang dernikian
bcsar, maka sudah tiba saatnya pcmcrintah dan seluruh rakyat
Indonesia untuk memanfaatkan potensi surnber daya alam tsb dengan
cara pengclolaan yang benar, schingga dacrah tcrumbu karang akan
tctap lcstari dan bcrmanfaat bagi kehidupan masa dcpan kita. Mcrnang
di sadari bahwa harnpir 94% populasi terumbu karang di perairan
Indonesia sudah rusak (hancur scbagian atau hancur total). Kerusakan
ini umumnya discbabkan oleh ulah manusia, misalnya pcnangkapan
ikan karang dcngan menggunakan born atau bahan kimia tcrtentu,
pcngarnbilan kulit kerang denganrnerusakterumbu karang yang hidup
di sekitamya.
22
Air 1aut unmmnya terdiri dari beberapaclemen ion (major I~::~~~:~:::~].
. .~as
\autan. Faktor suhu ini sebenarnya bersifat tidak langsung. Perrama, I:: ~::::~~~::~:~] S u h u
daerah perairan dangkal berkisar antara 28 -30 °c dan suhu ini akan
terns meningkat di daerah yang semi atau tertutup (lagoon atau atoll).
dipengaruhi oleh salinitas dan suhu. Air \aut yang mempunyai suhu
Apabila air laut mernpunyai suhu rendah dan salinitas tinggi maka
23
perairan tcrbuka relatif tinggi dengan salinirns yang rclatif sarna
scpanjangtahun, sedangdaerah subtropis mernpunyai subu rendahdan
salinirns tinggi. Akibatnya viskositis di daerah tropis menjadi rendah
dan plankton akan sangat sulit untuk melayang dibandingkan dcngan
dacrah subtropis. Ha.l tsb mengakibatkan plankton di dacrah tropis
mcmbutuhkan cncrgi yang lcbih dibandingkan dcngan plankton yang
hidup didaerah subtropis dalam mempertahankankcbcradaannyapada
kolom air. Dcngan dcmikian umumn)'a ukuran plankton yang hidup di
da(.,-rahtropis jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran
plankton yang hidup di daerah subtropis. Makin mcnjauh dacrah tropis
dan mcndckat dacrah kutub, ukuran plankton akan scmakin bcsar.
pcrtumbuhan ...' scrta membantu proses.fotosmtesa. Cahaya akan semakm .Caha [ ::~::::~.~~.~~] Y a
s.lmpai 250 meter. Oi atas kedalarnan tsb sinar rnatahari sudah tidak
kccil atau bahkan habis sarna sekali dinamakan scbagai c:ritical depth.
ma.')ih tcrgantung dari faktor ~'aktu, musim dan letak gcografis suatu
Dari cnam jenis zat barn (nitrogen, fosfor, potasium, ca/sium, I Zat harD I
mangan, dan f.'odium)yang dibutuhkan oleh tanaman berbunga, hanya L__~_~:~
24
nitrogen dan fosfor yang merupakan faktor pembatas bagI
perttlmbuhanfitoplailkton
25
renting pada pcrairan. Ikan-ikan tsb berada dan salinitas yang disukai
cukup tinggi yaitu berkisar antara 31,0 -34 permil.
Jenis ikan layang dan kembung adalah ternlasuk jenis ikan yang
mcmpunyai sifat beruaya yaitu mengadakan migrasi ke suatu tempat
dcngan tujuan tertentu. Faktor }'aDg berpengaruhantara lain pencarian
tcmpat yang cocok salinitasnya bagi ikan tcrsebut. Ikan .s-tenohaline
agaknya mempunyai r.aluri yang tajam. IkaIl-ikan tsb mengetahuijauh
scbclumnya hila akan ada perubahan salinitas, sehingga sebelum
tcrjadi pcrubahan yang mcndadak sudah mcnyingkir kc tcmpat }'ang
lcbih aman. Effendi (1973) mcmberi istilab ruaya scmacam ini dengan
istilah ruaya pengungsian
Sclain faktor salinitas, juga faktor suhu, rnakanan, clan tcmpat
Y3I1g ~m untuk tempat berlindung merupakan hal-hal yang
b~rpcngaruhtcrhadap kchidupan ikan-ikan tsb.
26
Scbaran salinitas memperlihatkan perbedaan musim yang
variasinya relatif Icbih bcsar illbanillngkan dengan variasi sebaran
suhu. Nilai salinitas berkisar antara 30 -35 permil yang menyebar
menunjukkan adanya penaikan nilai dari arab Barat ke Timur.
Umumnya perairan pantai (coastal water) mempunyai salinitas di
bawah 32 permil yang mcliputi dacrah PaparanSunda,. Hal ini terjadi
karena pengenceranoleh sungai-sr:.~gaidi sekitarnya.
Variasi nilai salinitas ill permukaanperai~ Indonesia temyata
sangat dipengarnhi olch air ta\\'3r yang bcrasaldari sungai-sungaiclan
curah hujan, di samping oleh prosespenguapandan pencampuranyang
discbabkan baik oleh arus-arus maupun oleh pcnaikan air sebagai
akibat dari pcristiwa upwelling.
Scbaran oksigen pada umumnya tidak mcnunjukkan perbedaan
musim }"aDgberarti, kecuali di SamudcraHindia. Di perairan Indoncsia
bagian Paparan Sunda (l,aut Jawa dan Laut Cina Sclatan), nilainya
lcbih rendah yaitu berkisar antara3,5 -4,0 ml/1.
Kadar fosfat di perairan Indonesia mcnunjukkan bahwa pada
llmumnya ill musim Timur kadar fosfat Icbih tinggi daripada di musim
Barat. Di pcrairan Laut Jawa maupundi Laut Cina Sclatan kadar fosfut
mcnunjukkan nilai yang agak lebih tinggi dalam musim timur (0,2 -
0,3 ug At/l) daripada musim barat (0, I -0,2 ug At/l) (lIIahudc, 1971).
Pcngukuran kccerahan di perairan Indoncsia relatif belum
banyak djkerjakan.Verwey (1929, 1931) telah mengadakan
pcngukuran kcccrahan dcngan menggunakatlcakranl Secchi di Tcluk
Jakartadan mendapatkan nilai berkisar di atas3,5 -6,5 meter.
Kcadaan arus permukaan ill Indonesia pada dasarnya
ditentukan olch perkisaran musim. Hal ini disebabkan oleh dua
kcadaan yaitu :
-Angin Musim (monsoon) yang bertiup dengan konstan (high
constancy)
-Lctak geografi perairaanIndonesia.
Pada musim Barat dan musim Timur, anglo selama tiga bulan
bertiup terns menerus dalam satu arnh saja. Karcna letak gcografi Laut
Cina Selatan, Laut Jawa, Laut Flores sedemikianclan hampir berimpit
dengan sumbu bertiupnya angin pada musim Barat terjadilah arus-arus
27
musim dari Laut Cina Sclatan memasuki Laut Jawa terns ke Laut
Flores. Padamusim timur teljadi k~daan sebaliknyayaitu arus dari
Laut Floresmengalirke arabLaut Cina seIatanmelalui tautJaM.
28
pcnangkapan tidaklah mencukupi, sehingga peranan tambak sebagai
altematif penghasil udang makin menonjol.
Scpcftj yang telah diterangkan di atas, bahwa perairan di
sekitar Indonesia rerdapat begitu banyak jenis udang yang mcmpunyai
nilai ckonomi tinggi, umumnya terdiri dari Famili Penaeidae. Oi
antara udang tsb ada yang mcmpunyai karakteristik dan bentuk
morfologi yang hampir sarna, sehingga baik nelayan, pengusaha
maupun para ahIi biologi akan sulit untuk mem.bedakannyatanpa
melihat s<-ocara
detail karaktersistik yang dimiliki masing-masing udang
tsb.
29
tubuhnya maupun a1at kelamin jantan dan betina" yaitu berasaI dari
sekitar perniran Hongkong. Dari hasiI penelirian ini dapat disirnpulkan,
bahwa kondisi ~ografi suatu habitat atall perdir3n sangat
menentukan distribusi biota di lautan.
~ ~
4
30
Dalam suatu penelitian yang telah dilaksanakan (Hutabarat"
1998), diketahui bahwa umumnya postlarva memasuki daerah
estuarin di perairan Jepara pada waktu air pasang dan mencapai
puncaknya pada waktu malam hari. Hal ini dibuktikan pula oleh Russel
(1928), Temple dan Fisher (1965) yang menunjukkan bahwa larva
decapodajumlahnya akan meningkat di permukaan air dan mcncapai
puncaknya pada waktu gelap. Subranyaman dan Rao (1968) juga
mcnunjukkan bahwa pada waktu malam hari jumlah postlarva yang
masuk ke daerah estuarin mencapai maksimum di' antara jam ketiga
dan ketima sebclum pasangtertinggi. Eldred et al (1965), Joneset al
(1970), Young dan Carpenter (1977) dan Watkins (1980) mcnjumpai
jumlah postlarva pcnacid yang sangat banyak di pcrmukaan air pada
waktu malam hari. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sifat dari
postlarva yang menjadi lebih aktif pada waktu malam hari. Teori ini
scsuai dcngan basil penelitian )'aIlg dilakukan olch Subranyaman
(1976) )'aflg dibuktikan bahwa aktivitas Penaeusdttorornm di perairan
Amerika pada malam hari lebib nyata jika dibandingkan dcngan pada
siang hari, sckalipun terjadi air pasang,
Dari pcnelitian di laboratorium Mair (1979) membuktikan
bahwa postlarva penaeid aktivitasnya mcnunjukkan peningkatanpada
waktu malam hari. Tabb et al (1962) juga membuktikan bah\\'a
postlarva P. duorarnm dijumpai dalam jumlah yang hampir sarnapada
waktu air pasang di siang hari y-angberawan dan pada waktu hari
mutai gclap. Pcrubahan distribusi postlarva ini kcmungkinan bukan
hanya disebabkan oleh adanya perbcdaan antara \\~u penangkapan
siang dan malam hari.- tetapi juga oleb adanya sinar yang
mengakibatkan postlarva dapat mengbindari jaring sehingga tidak
dapat tertangkap. Fleminger dan Clutter (1965) membuktikan bahwa
basil penangkapan udang mysis dengan cara menarik jaring secara
diagonal pada waktu malam bari diperolch basil yang lebib banyak jika
dibandingkan dengan basil tangkapan pada siangbari.
Dalam penelitian ini diperlibatkan pula bahwa postlarva
Metapenaeus sangat melimpah pada waktu malam ban, kbususnya
bilamana penangkapan dilakukan bertepatan dengan waktu air suruL
Hal tersebut juga dibuktikan oleh Ramakrisbnaian(1979) yang telab
31
meiakukan penelitian seropa di Danau Chilka India. Staplesdan
Vance (1985) juga melakukan haI yang sarna terhadap posti3rva
Metapenaeusdi Sungai Norman, Australia yang diperolehpostlaIVa
dalam .umIah lebih besar pada waktu maIam .ika dibandin~L-~-.
J yang J ~
32
0)
~AP -o:::::::::~=:::::~~:::: ~
".. "'
AP r
~~
=1 ~~ mJ. p-fJ-
b,',...
a::::,.::::::::::~~:::::-- ~
~ .,.. .~
,., .,.. 0,;,.
,_~
,..
~~, ~:::::=I~====/ ,,~-::::::-~p
~. ..,
!'"I I?
.-
,
E (} 5'
OQ
-
~
~ ~.
...,
=
t~
- '"~~
~
':: ... OQ
'""'
'"
0
n
3
p.. '-'
.c .jjb .p
= 1@
E
~ --.::::::::;:=: T
OP 0;:: ,
0")
L~ ~ [~
d)
JL.Pa ~ .~-.
--~ 1= 16:0 ~.-
(;ambar 7. Kelimpahan l)Ostlarva udang l>enaeidpada
periode pasang dan bulan sepanjang 24 jam
waktu .>en~ambilan sampel (Hutabarat. 1998)
a/ Periodc bulzn purnema 5 -6 .A_pril ! 996
b/ Period~ b!Jl~n tiga pcrcmpa! 12 -13 April 1996
c/ Periode bul~n gelap 19 -20 April 1996
dl Peri ode bulan seperempat 26 -27 April 1996
Keleran:;ftn :
ap air pasan~
II.S air S\INt
-waktu malam (gelap)
~ postlarva ud!\ngPelltle/"
C::J poSllaf"2 udzngMeltlp1!Iltlel/5
tt waktu peng!\mbil?nsampcl
Hadirin yang sayamuliakan,
dengansegala isinya.
2. Adanyapola angjn dan arusdi dunia yang bersifat tetapdan abadi
menyebabkan
terjadinya perbedaaniklim dan musim di dunia.
3. Tingkat produktivitas suant perairan sangat ditentukan oleh letak
geografi dan sifat-sifat dari par.uneter fisika, kimia dan biolo.gi
peralran.
~ .Distribusi biota taut antara lain rumput!aut, hutan bakau, terumbu
karang, udang dan larva udang sangat ditentukan oleh kondisi
lingkungansetempat
34
Doa dan Puji-pujian saya panjatkanke hadapanAllah seru sekalian
Alam atas DaJXlS, kehidupandan birnbinganyang diberikan kepada
sa)'asemenjaksayadilahirkan sampaisaya&pat menyelesaikanOrasi
llmiah pada saatini. Hanyalaholeh pengasihan-Nya,makasaya&pat
menyelesaikanseluruh pekerjaan dan persyaratanyang diwajibkan
untuk menjadiseorangGuru BesarMadya di UniversitasDiponegoro
(UNDIP). Almamater tercinta. Semogakasih-Nya dapat mewamai
setiap langkah sayadalam menunaikantu~ saya selanjutnyadalam
melayanipara mahasiswa,~~t, dan NegaraK~Jan Republik
Indonesia,TanahAir tercinta.
35
Guru-guru Sekolah Dasar Kintelan dan Kristen Gergadji yang
mengajar saya membaca, menulis dan berhinmg- Guru Sekolah
Lanju~ PertamaMasehi n Sidodadidan Guru SekolahMenengah
Atas Masehi .Dr.Cipto, Semanmg,serra seluruh guru kelas yang
mengetahui seluruh kemarnpuanclan ketidakmarnpuanyang sara
miliki semasa pendidikan dasar, menengah tersebut. Teguran,
hukumandan disiplin tinggi yang sara rasakan,ternyatatelahberguna
bagi saya untuk dapat menapakjenjang-jenjang pendidikan serra
pers}-aratan
untukmenjadiseorangGuru Besar.
36
Terima kasibjuga saya sampaikankcpada Prof Dr. Sung Yun HONG
dari Pukyong University. Korea Selatan a1asdorongan semangatclan
sifat kekeluargaanyang tinggi yang sclalu dibcrikan kcpada saya,baik
ketika studi bersarna di Isle of Man maupun ketika bertemu di
Indonesia clanPusan" Korea Selatan.
37
mahasiswabirnbingansa~ patut menerimaucapanterima kasihsaya.
Karena kesediaan mereka untuk mendengarkankuliah saya dan
dibimbing oleh saya,telah memungkinkansayamengumpulkanangka
kredit guna memenuhipersyaratandalampengusulanGuru Besarsaya
ini. Tanpa bantuan dari para tenaga administrasi, rnaka kegiatan
akademikmaupunproses kenaibn pangkat saya belum tentu dapat
selancaryangsayaalami. Terimakasihatasperanandasekalian!
38
Kim dua anakmu menjadi Guru Besar, tujuh lainnya bekerja tanpa
ceia. Bahagialah wahaj engkau a}-ahdan ibukti, Allah menerirna iman
ibadahmu.
39
Majulah Universitas Diponegoro AlmamateT yang tercinta.
DAFT AR R UJUKAN
o. Baxter, K.N. 1963. Abundance ofpostlarval shrimps -one index of ,-~~~~~»
~r"':nn
future shrirnping succes. Proceedi~g of the Gulf and Caribean RV:ltlKAN
Fisheries Institute. 15th Annual SesSion:79-87. .,,_..
0 Effendi., M.I.., 1973. Biologi Perikanan Bagian Studi Natural
History. FakultasPerikananInstitut PertanianBogor.
o. Eldred- B., Williams, J.. Martin- G.T. Joyce Jr, E.A. 1965. Seasonal
distribution of penaeid larvae and postlarvae of the Tampa Ba~..,
Florida. Rorida State B Contributions to Technology Series 44: 1-
47.
o. Fleminger, A. and Clutter. R.I. 1965. Avoidance of towed nets by
zooplankton. Limnology and Oceanography 10: 96-104.
o. Garrison. T.. 1993. Oceanography. An Introduction to Marine
Science. Wadsworth Publishing Company, Belmont., California.
540 pp.
o. Hughes. D.A. 1969b. Responseto salinity change as a tidal transport
mechanism of pink shrimp Penaeu.sduorarum. Biologicai Bulletin
136: 43-53.
o. Hughes, D.A. 1972. On the endogenous control of tide associated
displacements of pink shrimp, Penaeus duorarum Burkenroad.
Biological-Bulletin 142: 271-280.
0 Hutabarat. S. dan Evans. S.M. 1985. Pengantar Oseanograft.
Penerbit Universitas Indonesia. 159 halo
o. Hutabarat, S. dan Evans, S.M. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton.
Penerbit Universitas Indonesia. 98 halo
o. Hutabarat, S. 1987. The Commercial Penaeidae Of North Central
Java and Their Recruitment. Liverpool University. Ph.D Thesis.
40
0 Hutabarat, S." 1998. Hubungan Antara Kelimpahan Postlarva Udang
penaeid Dengan Wak1ll siang maIam, Pasang Sumt dan periode
bulan di perairan Jepara"Laut Jawa. Ilmu Kelautan. Hal 16 -25.
0 Hutabarat, S., 2000. Produktivitas Perairan dan Plankton. Telaah
Terbadap llmu Perikanan dan Kelautan. Badan penerbit Universitas
Diponegoro. 61 halo
0 ffiahude, A.G., 1971. On The Occurrence of Upwelling In the
Southern Makassar Strait. Marine Research in indonesia. No. 10: I
-53
o. Jones" A.C. Dimitriou- D.E., Ewal~ J.J. and Tweedy. I.H. 1970.
Distribution of earl~' developmental stages of pink shrimp. Penaeus
duorarum, in Florida waters. Bulletin ~f Marine Science 20: 634-
661.
o. Mair. J.McD. 1979. Ident!{ication and behaviour of po!,.tlarval
penaeid shrimp!" .from west Mexico. Ph.D. Thesis. Dcpartmcnt of
Marine Biolo~', University of Liverpool. 72 pp
0 Meadows, P.S. and J.L. Campbell, Marine Science (LondoQ
Blackie. 1988)
O. Mohamed. K.H., Rao, V. and George, M.J 1968 Postlarvae of
penaeid prawns of southeast coast of India with a ke~' to their
identification. FAO Fisheries Report 57
(2): 487-503.
o. Noor-Harni~ S. 1976. The occurence and abundance of shrimp fT."
at Jepara in 1915 and 1976. Bulletin ~f Shrimp Culture and
Research Centre II (1+2): 158-168.
O. PrawirodihaTdjo, S., Poernomo, A., Noor-Hami~ S., Siswono, C.
and Nugroho, J. 1975. Occurrence and abundance of prawn seed at
Jepara. Bulletin of Shrimp Culture and Research Centre J (1): 19-
26.
o. Ramakrishnaian, M. 1979. Observations on postlarvae incursions
and fishery of penaeid prawn in Chi1ka Lake. Journal Inland and
Fisherie!" Society l!f india 1 J (2): 31-40.
o. Roessler, M.A. and Remer, RG. 1971. Relation of catches of
postlarva1pink shrimp in Everglades National Park , Florida" to the
.1.1
commercial catches on Tortugas grounds. Bulletin Marine Science
21: 790-805.
o. Russel, F .S. 1928. The vertical distribution of marine
macroplankton. VI. Further observation on diurnal changeS.
Journal of the Marine Biological Association of the United
Kingdom 15 (1): 81-104).
0 Sidjabat., M., 1976. Pen~~ntarOceanography. Proyek Peningkatan
Mutu Perguruan Tinggi. Institut PertaIrian Bogor.
0 Soeriaatrnadja, R.E., 1956. Se2SOnalFluctuation In The Surface
Salinity Off The North Coast of Java. Marine Research in
Indonesia. No.1: 139-184
o. Staples, 0.1. 1980a. Ecology of juvenile and adolescent banana
prawn. Penaeus merguensis. in a mangrove estuary and adjacent
off-shore area of the Gulf of Carpentaria. I. Immigration and
settlement of postJarvae. Australian Journal of Marine and
Freshwater Research 31..635-652.
0 Staples, 0.1. and Vance, 0.1. 1985. Short-therm and 1ong-therm
influences on the immigration of postlarval banana pray.11S
Penaeus
merguensis. into a mangrove estuary
of the Gulf of Carpentaria, Australia. Marine Ecology Progress
Series23: 15-29.
o. Subrahrnanyarn., M. and Rao, KJ. 1968. Observations on the
postiarval prawn (Penaeidae)in the Pulicat Lake with notes on their
utilization in the capture and culture fisheries. Proceeding of the
Indo Pacific Fisheries Council 13 (2): 113-127.
o. Subrahmanyam, C.B. 1976. TidaJ and diurnal rhytms of locomotory
activity and oxygen consumption in the pink shrimp, Penaeus
duorarum. Contributions to Marine Science 20.. 124-132.
o. Tabb, D.C., Dubrow, D.L. and Manning, R.B. 1962. Studies on the
biology of the pink shrimp, Penaeus duorarum Burkenroad, in
Everglades National Park. Florida. Rorida State Board
Conservation, Technical Series,37,32 pp.
o. Temple, R.F. and Fisher, C.C. 1965. Vertical distribution of
planktonic stages of penaeid shrimp. Publications of Institute of
Marine Science. University of Teras 10: 59-67.
42
o. Watkins, J.L. 1980. The Immigration of [lOstlarval penaeid shrimp
into a lagoon s}'Stemon the Pac!fic coast of Mexico. Ph.D Thesis,
Department of Marine Biology, University of Liverpool. 99 pp.
0 VerwC)', J. 1929. Depth ~fCoral Re~fand Penetration ~fLigth.
With Notes on Oxygen Consumption of Corals. Proc. 4th Pacific
Science Conggres, Batavia-Bandung (Java). May-June 1929. 1-23
0 Wyrtki. K., 1960. Ph.vsical Oceanograph.v <:?fThe Southeast Asian
Water,,'. The Universi~' of California Scripps Institution of
OceanographyLa Jolla
o. Young. P.C. and Carpenter S.M. 1977. Recruitment ofpostlarvaJ
penaeid pra,,'I15to nurse~' areas in Moreton Bay, Queensland
Australian Journal <:?fMarine and Fre.\'hwaterRe.~earch28: 745-
773
'"'~.-"
jf.;;,
"'" '~ 1, '
. "
I
~ 43
DAFT AR RIW A Y A T ffiDUP
t. Keterangan Perorangan
1. Nama Lengkap : Prof. Dr.Jr. Sabala Hutabar3t M.Sc
2. NIP : 130 529 422
3. Tempat dan Tanggal Lahir: Semarang. 10 AgusttlS 1949
4. Pangkat/Golongan Ruang : PembinaTk. II 1V-b
5. Jaba!an Terakhir : Guru Besar Madya
6. Instansi : Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan
Universitas Diponegoro (UNDIP).
7. JenisKelamin Laki-laki
8. Agama Kristen Protestan
9. Alamat Rumah Jalan Srondol Asri Blok C/17
Semarang 50263
10. Pendidikan terakhir Doctor of Philosophy (PhD/S3)
Perguruan Tinggi
1. Program Sarjana Muda Perikanan, UNDIP, 1ulus tahun
1975
2. Program Sarjana Perikanan, UNDIP, lulus tahun 1977
3. Program Master of Science, Oseanografi dan Plankton,
44
University of NewcastleUponTyne, Inggris, lulus tabun
1983
ProgramDoktor of Phi1osophy, Bio1ogiOseanografi,
University of Liverpool, lnggris, lu1ustabun 1987
Luar Negeri :
1. Coastal Area Management Education in the ASEAN Region.
Singapore,
1991.
2. Short Course on Advances in Environmenta1 Ecotechno1og-y
(AEE). 1994.
Infrastructure Hydraulics Environment Delf, the Netherlands
4. 45
(lWd)/Lektor Madya,tahun 1987
g. Pembina (IV/a)/Lektor, tabun 1990
h. Pembina Tingkat I (IV /b )/Lektor Kepala, tahnn 1998
Pembina Tingkat I (IV/b)/Guru Besar Madya tahun 2000
V. Riwayat Pekerjaan/JabatanStruktural
a. Ketua Badan Pengelola Program Studi fimu Kelautan UNDIP
tahun 1987 -1995
b. Ketua Local Project Implementation Unit (LPIU) -Marine
Science Education Project, Ditjen Dikti-Depdikbud/UNDIP,
tahun 1989 -1992
c. Sekretaris Tim Pengarah Proyek Pengembangan Pendidikan
Ilmu Kelautan, Ditjen Dikti, Jakarta, tahun 1989-1992
d. Pemimpin Proyek Pengembangan Pendidikan fimu Kelautan
(Marine Science Education Project) Ditjen Dikti, Depdikbud,
Jakarta tahun 1992 -1994
e. Pembina Badan Pengelola Program Studi llmu Kelautan.
Universitas Diponegoro, tahun 1995-1996
f. Kcpala Laboratorium Ilmu Perairan., Jurusan Perikanan,
Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan, Universitas
Diponegoro tahun 1998 -2000.
g. Ketua Jurusan Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu KelautaD" Universitas Diponegoro tahun
2000 -sampai sekarang
46
VII. PengalamanPenelitian (10 tabunterakhir):
VI!.!. Kelompok
a. Sabala Hutabarat dan Tony Bachtiar, 1990. Kondisi
Hidrologi dan Sedimentasi Daerah Teluk Ratai
Lampung, Program Studi llmu dan T eknologi
Kelautan,UniversitasDiponegoro
b. Sabala Hutabarat dan Tony Bachtiar, 1990. Pola
Pasang Sumt Daerah Jepara, Proyek Pengembangan
Pendidikan IImu Kelautan, Ditjen Dikti-Depdikbud.
Jakarta
c. Sabala Hutabarat dan Bambang Sulardiono. 1991
Pengukuran Fluktuasi Air Di Sekitar Tambak Jepara
Program Sturn IImu dan Teknologi Kelautan-
Universitas Diponegoro.
d Sabala Hutabarat dan Bambang Sulardiono ]991
Studi Tentang Hubungan Komposisi Zooplankton
Dengan Banyaknya Air Yang Disaring Berdasarkan
Perbedaan Kondisi Perairan Terbuka dan Tertutup
Enceng Gondok di Rawa Pening Ja\\'a Tengah
e. Sabala Hutabara1 dan Delianis Pringgenis, 1992
Analisa Lamun (seagrass) Sebaga] Salah Satu
lndikator Pencemaran Logam Bernt di Laut. Program
Sturn llmu dan Teknologi Kelautafi, Universitas
Diponegoro .
f. Sabala HutabaI'a1, Retno Hartati dan Ria Azizah
1994 Pengaruh Pengkayaan Nilai Nutrisi Artemia
salina Terbadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Benih Ikan Kakap (Lates calcarifer).
Program Studi Ilmu Keiautan, Universitas
Diponegoro.
47
b. The Species of Metapenaeus (Crustacea, Decapoda,
Penaeidae) From Tarnbaks North Java, 1994
c. Potensi SumberdayaAlam disekitar Perairim Jepara,
1994
d. Pengukuran Kwalitas Air disekitar Tarnbak. Jepara,
1994
e. Postlarvae and Juveniles of Penaeus
..\1etapenaeus
f. (Penaeid. Decapo<ia, Natantia) From The Java Sea.
1995
g. Kelimpaban Larv-aUdang di tambak sekitar perairan
Jepara..1996
h Pengaruh padat penebaranpostlarva udang windu
(Penae1Jsmonodon Fabricius. Decapoda. Penaeidae)
terhadappertwnbuhannya., 1997
i. Kondisi Hidrografi Perairan Pantai Laut Jawa., 1997
IX. Publikasi
IX.I. Nasional
a. Sabala Hutabarat dan Stuart Evans.1991.
Pengantar Oseanografi, Cetakan Kelima.
Universitas Indonesia Press. 159 halarnan. ISBN
979-8034-10-5
b. Sabala Hutabarat dan Stuart Evans. 1991. Kunri
Identifikasi Tropikal Zooplankton,. Cetakan
Ketiga, Universitas Indonesia Press, 98 halarnan.
ISBN 979 -8034- 15-5
and 48
Sabala HlItabaI3t. 1995. Peran Universitas
Diponegoro Dalam Meningkatkan Kualitas
Sumberdaya Manusia (Dalam Bidang
Kelautan). Halaman 333 -344. Badan Penerbit
UniversitasDiponegoro.ISBN 979-8347-81-1
d. Sabala Hutabarat. 1995. The Commercial of
PenaeidaePrawn (Crustacea, Decapoda)From
The North Coast of Central Java. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. 110 halaman.
ISBN. 979-8347-943
e. Sabala Hutabarat. 1995. Postlarvae and
Juveniles of Penaeus and Metapenaeus
(Penaeidae, Decapoda, Natantia) From The
Java Sea. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.55halarnan.ISBN 979-8347-951
f Sabala HutabaI'31,1999. The Distribution of
Postlarvae of Penaeidae(Crustacea, Decapoda)
in the North Coast of Central Java. Badan
PenerbitUni\!ersitasDiponegoro,Semarang 51
halaman.ISBN979-9156-59-9.1999
SabalaHutabarat.2000. Produktivitas Perairan
dan Plankton. Teiaah Terhadap lImo
Peribnan daD Dmu Kelautan. Badan Penerbit
UniversitasDiponegoro,Semarang.61 halaman.
ISBN 979-9156-53-X
Ix.2. International
a. Edmunds, P.J., Evans, S.M., Hutabarnt, S. and
Soedarsono,P. 1983. Preliminaryobservationson
predator/prey relationshipsbetweenchaetognaths
and copepods in the Java Sea. Marine
Behaviour and Physiology 10: 97-102
b. Hutabarat,S., 1991. Marine Science Education
DevelopmentProgramwith SpeciaJField Studyon
the Use of Marine Resources: Diponegoro
49
g.
University, Indonesia.P. 13-18In T.E. Chua(ed).
Coastal Area Management Education in the
ASEAN Region. ICLARM Confer~
Proceedings29, 92 p. Intemational Center for
Living Aquatic ResourcesManagement,Manila,
Philippines
c Hutabamt,S. 1994. The Speciesof Metapenaeus
(Crus1acea,~a, Penaeidae)FromTambaks
of North Java. Proceedings of Second
International Sympos~wn on Marine Science.
Exploitationof Marine Resources.Korea
XI Tanda Pengbargaan:
I Peran Serta Pada Seminar dan Lokakarya Pembangunan
Aspek Kelautan Oi Indonesia Bagian Timur sampai dengan
Repelita VII dati Menteri Pertahanandan Keamanan
RepublikIndonesia,1990.
2 Bintang Satyalancana Dwidya Sistha dari Mentcri
PertahananKeamanan Panglima Angkarnn Bersen_iata
Rcpublik Indonesia,sebagaiguru/intrukturpadaLembaga
PendidikanABRJ. 1998
Sabala Hutabarat
51