Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN OSEANOGRAFI DI INDONESIA

NAMA : M. ILHAN ALISKA ZUHRI


NIM : 2204113035
JURUSAN : TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya kamidapat
menyelesaikan tugas makalah ini, yang berjudul“PERKEMBANGAN OSEANOGRAFI DI
INDONESIA” Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu,pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki, oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Dengan segala
pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat memberikanmanfaat bagi kami khususnya
dan bagi pembaca umumnya.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 2
1.2 RUMUSAN MASALAH 3
BAB II PEMBAHASAN 4
1. SEJARAH OSEANOGRAFI 5
2.1. SEJARAH OSEANOGRAFI DI INDONESIA 6
2.2. PERKEMBANGAN OSEANOGRAFI DI INDONESIA………………………………………………………………………………7

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………………………8


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Laut merupakan tempat terjadinya interaksi lintas bidang keilmuan, seperti kimia, fisika, biologi,
dan geologi sehingga untuk mempelajari oseanografi dengan baik maka kita juga harus
memahami proses-proses lain yang saling terikat satu sama lain. Hampir 70 persen bagian
bumi diselimuti oleh lautan atau perairan. Bumi juga disebut dengan planet biru, hal ini
dikarenakan oleh perairan yang lebih mendominasi bumi. Lautan terbentuk jutaan tahun lalu,
terbentuk pada masa glasial yaitu oleh pencairan es di kutub. Selain itu akumulasi dari
penguapan yang terjadi di daratan dan akhirnya massa air tersebut berubah menjadi hamparan
air yang luas yang disebut dengan lautan.

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sudah tentu banyak memiliku laut atau perairan.
Dari total wilayah Indonesia yang mencapai 5.180.053 km². Perbandingan antara wilayah
daratan dan lautan di Indonesia adalah 3:1, yaitu dengan luas sebenarnya daratan Indonesia
hanya 1.922.570 km², sedangkan luas lautannya mencapai 3.257.483 km². Jelas bahwa
wilayah lautan Indonesia lebih luas dibandingkan dengan daratanya. Tentu saja potensi yang
ada di dalamnya pun melimpah. Untuk mengetahui akan hal tersebut perlu diadakannya
penelitian – penelitian yang dapat mengekplorasi kekayaan lautan Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang di atas, perumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana sejarah perkembangan oseanografi?
1.2.2 Bagaimana sejarah dan perkembangan oseanografi di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Oseanografi
 Oseanografi dapat dikatakan sebagai salah satu ilmu pengetahuan terbaru, namun ilmu
cabangnya jika diaplikasikan dapat mempelajari dan merekam kejadian beberapa puluh tahun
yang lalu. Sejarah perkembangan ilmu ini diawali dari pelayaran pertama, para navigator dan
ahli kelautan mulai memperhatikan berbagai hal tentang laut antara lain pasang surut, badai,
arus dan  gelombang yang membawa dan menggerakkan rakit mereka selama berada di
lautan. Selain mengamati sifat fisik dari laut, mereka juga mengamati kondisi biota yang hidup
di laut terutama ikan. Mereka menangkap ikan untuk dimakan, namun tidak menggunakan air
laut untuk diminum karena mereka tau air laut itu asin dan tidak dapat diminum.
Pada mulanya pengetahuan tentang laut dibicarakan dari mulut ke mulut selama ribuan
tahun lalu dari mitos dan legenda yang ada. Tapi pada 850 SM para naturalis dan filsuf mulai
mancoba memahami tentang badan laut dari daratan. Karena orang hanya dapat melihat laut
tanpa ujung garis pantainya (dari darat), maka orang berpendapat dan percaya bahwa dunia itu
datar. Namun hal ini terpatahkan dengan adanya pelayaran yang dilakukan oleh Columbus
pada tahun 1400-an. Columbus menyatakan bumi ini bulat dan ¾ nya diselimuti oleh lautan.
Selanjutnya, oseanografi modern mulai dijadikan ilmu pengetahuan sejak 130 tahun
yang lalu yaitu pada akhir abad ke-19. Amerika, Inggris dan Eropa meluncurkan ekspedisi untuk
mengeksplorasi arus laut, dasar laut dan kehidupan laut. Ekspedisi Challenger tahun 1872-
1876 merupakan ekspedisi ilmiah pertama yang menjelajahi lautan dunia dan dasar laut.

A. Pelaut Polinesia

Sekitar 30.000 tahun yang lalu, di sepanjang garis pantai barat Samudra Pasifik -
sekarang diantara Australia dan Cina- orang-orang mulai bermigrasi ke arah timur melintasi
hamparan Samudra Pasifik. Migrasi ini dilakukan karena adanya perang suku, bencana alam
dan wabah penyakit. Selanjutnya orang Polinesia ini menjajah pulau-pulau di selatan dan barat
Pasifik, dari New Guinea di barat ke Fiji dan Samoa di tengah selama 25.000 tahun lamanya.
Mengapa demikian..? Timbul pertanyaan: “ Bagaimanakan orang Polinesia dapat berlayar
menempuh jarak ribuan mil tanpa kompas atau alat navigasi yang modern..?

Hal ini menunjukkan bahwa orang Polinesia sanagt mengamati oseanografi dan hidup
harmoni dengan laut. Mereka mengamati keadaan laut selama berlayar, seperti keberadaan
burung dan kehidupan yang lainnya. Mereka juga merupakan orang pertama yang
menggunakan astronomi bintang untuk menavigasi mereka melewati laut. Mereka juga
merupakan orang pertama yang membuat peta navigasi atau disebut stick chart.

B.  Eksplorasi Voyages dan Ilmu Pengetahuan

Sekitar 650 tahun yang lalu, penjelajah Eropa berlayar ke laut untuk menemukan rute
perdagangan yang lebih cepat menuju kota-kota di Asia dan Eropa. Pangeran Henry seorang
navigator dari Portugal mengakui pentingnya lautan untuk niaga dan kemudian mendirikan
pusat belajar ilmu kelautan. Ini merupan lembaga oseanografi pertama.
Pada akhir tahun 1400-an Cristopher Columbus menjadi orang Eropa pertama yang
berlayar ke arah barat melintasi Samudra Atlantik. Dan pada awal tahun 1500-an berlanjut
dengan pelayaran Ferdinand Magellan mengelilingi dunia. Awal tahun 1700-an beberapa
negara Eropa (Spanyol, Inggris, Prancis) berusaha memperluas kekuasaan mereka hingga ke
Hindia Timur melalui jalur lautan.
2.1. Sejarah oseanografi di Indonesia

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa lembaga penelitian dan perguruan-perguruan


tinggi dalam bidang kelautan. Salah satu lembaga penelitian kelautan yang tertua di Indonesia
adalah Lembaga Oseanologi Nasional, yang berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (disingkat menjadi LON-LIPI) yang kini telah berubah namanya menjadi Pusat
Penelitian Oseanografi. Cikal bakal dari lembaga penelitian ini dulu bernama Zoologish
Museum en Laboratorium te Buitenzorg yang didirikan pada tahun 1905.
Penelitian oseanografi di Indonesia pertama kali dilakukan tahun 1904 oleh
KONINGSBENSER, ketika mendirikan laboratorium Perikanan di Jakarta. Lab ini tahun 1919 di
ubah menjadi Lab. Biologi Laut, dan akhirnya sejak tahun 1970 menjadi Lembaga Oseanologi
Nasional.

2.2. Perkembangan oseanografi di indonesia

Dari waktu ke waktu penelitian tentang kelautan di Indonesia terus dikembangkan baik untuk
penelitian skala nasional maupun partisipati dalam penelitian skala internasional.
Perkembangan oseanografi di indonesia tersebut dapat dirinci pada penjelasan di bawah ini:

     - The British Challenger Expedition (1872-1876): Hasil dari ekspedisi ini telah dibukukan
dalam 50 jilid besar dan dianggap sebagai penemu ilmu pengetahuan kelautan modern,

     - Ekspedisi Sibolga dari Belanda (1899-1900): sangat membantu pengembangan


pengetahuan hayati kelautan di Indonesia, Peta batimetri Indonesia pertama yang dibuat oleh
Tyderman (1903) didasarkan pada data dari Ekspedisi Sibolga Pada tahun 1919, Laboratorium
Penelitan Kelautan (Laboratorium Voor Het Onderzoek der Zee) didirikan

      - Ekspedisi Snellius (1929-1930): menguraikan dan mengungkapkan geologi kelautan dan
oseanografi fisik

     Pada Tahun 1952: orang-orang Denmark dengan Ekspedisi "Galathea" juga mengunjungi
Indonesia. Ekspedisi ini mempelajari aspek-aspek biologis laut dalam di Indonesia. Veen
(1953): pembuatan peta distribusi salinitas di perairan laut di Indonesia Wyrtki (1957):
menemukan gejala naiknya air di Laut Banda Awal thn 1960 merupakan era baru bagi
penelitian laut di Indonesia yang aktivitasnya baru dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan dalam
negeri

Kemudian Tiga badan nasional diberi tugas untuk mengadakan aktivitas dalam penelitian
lautan, berikut:
- Pertama, adalah pengganti dari Marine Research Laboratory yang saat ini dikenal dengan
nama Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi (P30-LIPI) di Jakarta.
Fungsi-fungsi utama P30-LIPI adalah :
1.      Melakukan penelitian kelautan tentang keadaan fisik, kimia, biologi, dan aspek-aspek tentang
pembentukan permukaan tanah laut.
2.      Mengkoordinasikan pengumpulan data.
3.      Memberikan saran-saran ilmiah kepada Badan-badan Nasional dan masyarakat tentang
masalah-masalah ilmiah yang berhubungan dengan lautan.
- Kedua, adalah Lembaga Penelitian Perikanan Laut (LPPL) yang saat ini dikenal dengan nama
Balai Penelitian Perikanan Laut (Balit Kanlut) yang mempunyai fungsi pekerjaan yang sama
seperti halnya yang dilakukan oleh P30-LIPI, namun lebih memusatkan kepada aspekaspek
perikanan laut.
- Ketiga, adalah badan yang bernama DISHIDROS (Dinas Hidro-Oseanografi) yang juga
mempunyai fungsi yang sama dengan kedua badan yang telah disebutkan diatas tetapi
mempunyai tugas yang khusus yaitu menangani Hidrografi laut seperti kedalaman laut,
pemetaan mengenai arus dan pasang surut.
Indonesia memiliki Kapal Penelitian “Jalanidhi" (1963) dan "Burudjulasad" (1966), sehingga
dapat lebih menggiatkan aktivitas penelitian di bidang kelautan, baik nasional maupun yang
bekerjasama dengan dunia internasional, sebagai berikut:
a.       Ekspedisi Baruna I (1964), merupakan Ekspedisi Ilmiah tentang lautan yang pertama di
Indonesia dilakukan oleh ilmuwan dalam negeri,
b.      Ekspedisi Baruna II (1966) dan Ekspedisi Cenderawasih (1967),
c.       Tahun 1970-1980, Ekspedisi Lautan India Internasional (IIOE), Ekspedisi tentang kerjasama
mempelajari daerah Kuroshio dan sekitarnya (CSK), Koordinasi Komite dari (WESTPAC)
Southeast Asia Tectonic and Resources (SEATAR), Operasi Amindo Jaya di Selat Makasar
antara Republik Indonesia dan Amerika, Ekspedisi Corindon (RI - Perancis), dan Ekspedisi
Snellius II di Perairan Indonesia Timur (RI - Belanda),
d.      Ekspedisi Rumphius I, II, dan III. untuk mengadakan penelitian biosistematika.
1.      East Asian Seas Action Plan (Rencana Aksi Laut Asia Timur) yang dilaksanakan oleh UNEP-
COBSEA (Badan Koordinasi mengenai Laut di Asia Timur).
2.      South China Sea Forum (Forum Laut Cina Selatan) yang merupakan forum pemerintah di
sekeliling laut Cina Selatan yang dikoordinasikan oleh Indonesia.
3.      ASEAN Marine Science Programs (Program-program ilmiah kelautan ASEAN).
4.      ASEAN-Australia Regional Living Coastal Resources Program (1985-1994) (Program
Sumber-sumberdaya Kehidupan Pesisir ASEAN-Australia).
5.      ASEAN-Australia Regional Ocean Dynamics (1985-1995), (Kegiatan laut wilayah ASEAN-
Australia).
6.      ASEAN-USA Coastal Resources Management Project (1986-1993), (Proyek Pengelolaan
Sumberdaya Laut ASEAN - Amerika).
7.      ASEAN-Canada Marine Polution Criteria (1987 - 1997), (Kriteria pencemaran Laut ASEAN-
Canada).
8.      ASEAN-ROK Industrial Use of Marine Biological Resources (1994-1997), (Penggunaan
Sumberdaya Biologi Kelautan dalam Industri ASEAN - ROK).
9.      ASEAN-JAPAN Management of Multispacies Resources And Multigear Fisheries.
10.  GEF/UNDP/IMO Regional Program for The Prevention and Management of Marine Pollution in
The East Asian Seas, (Program Regional untuk Pencegahan dan Pengelolaan Pencemaran
Laut di laut-laut di Asia Timur GEF/UNDP/IMO).

BAB III
PENUTUP

Negara kepulauan Indonesia kaya dengan beragam sumber daya laut dan pesisir. Bermacan
jenis ikan, burung laut, termbu karang, mangrove, dan biota lainnya hidup di laut yang
terbentang di antara ribuan pulau. Berbagai tipe pantai, teluk, angin, gelombang, mineral dan
sumber daya lainnya terhampar luas di pesisir dan laut lepas. Kekayaan sumberdaya tersebut
bukan saja menjadi penghidupan bagi penduduk di sekitar laut tetapi juga mendatangkan
pendapatan dan devisa bagi negara. Dengan demikian laut dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan antara lain seperti yang disebutkan di bawah ini :
1.      Bidang transportasi
2.      Perikanan
3.      Pertambangan
4.      Bahan baku obat-obatan
5.      Potensi energi
6.      Rekreasi dan pariwisata
7.      Pendidikan dan penelitian
8.      Konservasi alam
9.      Pertahanan dan keamanan nasional, dsb
Diharapkan penelitian demi penelitian terus dikembangkan untuk kepentingan kelautan di
Indonesia. Agar Indonesia mampu memaksimalkan potensi kelautan yang dimiliki.
PENDAHULUAN

Anda mungkin juga menyukai