Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Speleologi berasal dari kata Yunani, Spalion (gua) dan Logos (ilmu).Sehingga dapat
diartikan speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua beserta ilmu dan lingkungannya.
Menurut IUS (Interna-tional Union Of Speleology), yang berkedudukan di Wina Austria :
Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara di dalamnya, yaitu sangat
stabilnya suhu udara yang ada.Menurut catatan yang ada, penelusuran gua dimulai oleh John
Beaumont, ahli bedah dari Somerset, England (1674).Ia adalah seorang ahli tambang dan
geologi amatir. Orang yang paling berjasa mendeskripsikan gua adalah Baron Johan
Valsavor dari Slovenia.Ia mengunjungi 70 gua, membuat peta, sketsa dan melahirkan empat
buku setebal 2800 halaman.
Untuk wisata gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika Kaisar Habsbrug Prancis I dari
Austria meninjau gua Adelsberg (sekarang bernama gua Postojna) terletak di Yugoslavia.
Sedangkan di Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua-gua. Baik sebagai
tempat pemujaan, sesaji maupun bertapa. Bahkan sering dianggap sebagai tempat tinggal
makhluk.

1.2 Tujuan
1. Sebagai salah satu syarat dalam mengambil logo dan NRA di MAHARIPALA.
2. Untuk menambah wawasan bagi sang pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Caving (Susur Gua)
Pada tahun 1674, seorang ahli bedah dan ahli geologi amatir dari Somerset,
Inggris, John Beaumont, melakukan pencatatan laporan ilmiah penelusuran gua sumuran
(potholing) untuk pertama kalinya. Kegiatan caving ini kemudian diakui oleh British
Royal Society.Pada tahun 1670-1680, Baron Johann Valsavor dari Slovenia, adalah orang
pertama yang melakukan deskripsi terhadap 70 gua dalam bentuk laporan ilmiah lengkap
dengan komentar, sketsa dan peta sebanyak 4 jilid, dengan total halaman sekitar 2.800.
Atas jasanya ini, British Royal Society memberikan sebuah penghargaan ilmiah
kepadanya.
Pada tahun 1868-1888, adalah masa yang diakui sebagai masa lahirnya ilmu
speleology yang dipelopori oleh Edoaurd Alfred Martel.Atas usahanya memperjuangkan,
mengembangkan dan membumikan speleologi, Alfred Martel diakui sebagai Bapak
Speleologi Dunia.Pada tahun tersebut dimulai suatu kampanye penelusuran gua berisi
metoda yang menggabungkan bidang ilmu riset dasar dalam eksplorasi gua, sehingga
dapat dilakukan suatu penelitian yang multi disipliner dan interdisipliner. Metoda
tersebut diakui oleh para ahli sebagai cara yang paling tepat, konstruktif dan efisien
dalam meneliti lingkungan gua. Bahkan tata cara tersebut dianggap sebagai pokok
penerapan disiplin, tata tertib, etika dan moral kegiatan speleologi modern pada masa
sekarang.
Dalam bahasa Yunani, speleologi berasal dari kata spelaion (gua) dan logos
(ilmu). Secara umum artinya adalah ilmu mengenal gua, namun secara khusus diartikan
sebagai ilmu riset dasar yang mempelajari lingkungan gua dan aspek ilmiah dari bidang
sains yang lain, seperti biologi (mikrobiologi), geologi, kimia, meteorologi, antropologi,
arkeologi, mineralogi, sedimentologi, dan bidang ilmu yang bersifat sosial, seperti ilmu
ekonomi, geografi, sosiologi, sejarah, turisme, bahkan mistik dan legenda.Di Indonesia,
speleologi baru diperkenalkan melalui media masa sekitar tahun 1970’an oleh dr. Robby
Ko King Tjoen SKK. Pada tahun 1979, bersama dengan Norman Edwin (alm), salah
seorang aktivis Mapala UI saat itu, mereka mendirikan SPECAVINA, sebuah klub
caving pertama di Indonesia.Sayangnya pada tahun 1980’an, klub tersebut bubar. Tangal
23 Mei 1983, dr. Robby, atau lebih dikenal dengan panggilan dr. Ko, kemudian
mendirikan HIKESPI (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia) yang mendapat
pengakuan internasional karena terdaftar di UIS (Union Internationale de Speleologie),
anggota kelompok F UNESCO, dengan nama FINSPAC (Federation of Indonesian
Speleological Activities), dan karena terdaftar juga di LIPI sebagai organisasi afiliasi
profesi ilmiah, maka Pemerintah Indonesia mengakuinya sebagai satu-satunya organisasi
yang mewadahi semua kegiatan speleologi di Indonesia secara resmi.
2.2 Macam Dan Fungsi Gua
 Macam Gua :
1. Gua lava : terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala
keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan
muda (endapan lahar) dan tidak memiliki ornamen batuan yang khas
2. Gua litoral : sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut ataupun di
tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan air laut (abrasi)
3. Gua batu gamping (karst) : adalah fenomena bentukan gua terbesar (70%
dari seluruh gua di dunia). Terbentuk akibat terjadinya peristiwa karst
(pelarutan batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong
dan bentukan batuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan
pelarutan gamping. Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia adalah yang
terbesar di dunia
4. Gua pasir, gua batu halit, gua es dsb. : adalah bentukan gua yang sangat
jarang dijumpai di dunia, hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah gua di dunia.
 Fungsi Gua :
1. Tempat berlindung (primitif) manusia dan hewan
2. Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping, guano) – tempat perburuan
(walet, sriti, kelelawar)
3. Obyek wisata alam bebas dan minat khusus
4. Obyek sosial budaya (legenda, mistik) – gudang air tanah potensial sepanjang
tahun
5. Laboratorium ilmiah yang peka, lengkap dan langka
6. Indikator perubahan lingkungan paling sensitive
2.3 Teknik Penulusuran Gua
 Medan Horizontal: Medan gua horizontal sangat bervariasi, mulai pada lorong –
lorong dapat dengan mudah ditelusuri, sampai lorong membutuhkan teknik
khusus untuk dapat melewatinya.
1. Ducking (  kepala menengadah ). Dalam kondisi tertentu kita melakukan ducking
dengan jongkok, bahkan dengan berbaring kalau badan tidak dapat masuk seluruhnya.
2. Diving adalah teknik penyelaman dengan alat bantu pernafasan dan pakaian khusus.
Teknik ini di lakukan pada lorong yang seluruh bagiannya tertutup oleh air (sump,
siphon).
3. Climbing Dalam suatu penelusuran gua terkadang kita menjumpai adanya  lorong
yang terletak di atas kita. Untuk dapat meneruskan penelusuran kita harus
menggunakan teknik - teknik Rock Climbing.
 Medan Vertikal
Sampai dengan saat ini, ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran
gua vertikal. Yang dianggap terbaik karena efektifitasnya adalah Single Rope
Technique (SRT).
2.4 Bahaya-Bahaya Penelusuran Goa
Bahaya penelusuran goa dibagi dalam dua faktor, yaitu bahaya bagi penelusurannya dan
bagi goa itu sendiri. (Antroposentris dan Speleosentris).
a. Anthroposentrisme Anthroposentrisme adalah bahaya yang dapat menimpa manusia
sebagai pelaku kegiatan penelusuran gua, terbagi lagi menjadi bahaya yang
disebabkan oleh manusia itu sendiri dan bahaya yang disebabkan oleh gua sebagai
media kegiatan penelusuran. Beberapa bahaya yang harus di perhatikan seperti faktor
manussia dan faktor peraalatan.
b. Speleosentrisme (faktor gua dan alam)
2.5 Pemetaan Gua.
Pemetaan gua merupakan bukti otentik bagi penelusur gua sebagai penelusur pertama gua
tersebut. Membantu para ahli dalam mempelajari biospeleologi, hidrologi, ataupun ilmu-
ilmu lainnya. Untuk mencari korelasi dengan gua – gua sekitarnya.
a. Langkah – Langkah Dalam Pembuatan Peta
1. Pengumpulan Data Dalam pengambilan data, idealnya dilakukan oleh 4 orang,
dengan pembagian tugas : Orang pertama sebagai leader bertugas menentukan
titik stasiun. Orang kedua lazim disebut stasioner sebagai stasiun pengukuran &
pembawa ujung meteran. Orang Ketiga atau Shooter bertugas sebagai pembaca
alat – alat ukur (klinometer, kompas dan meteran). Orang keempat (Descriptor)
sebagai pencatat semua data pengukuran lapangan serta membuat sketsa lorong
selama perjalanan.
2. Data-data diambil :
 Sudut Clinometer : untuk mengetahui elevasi / sudut kemiringan lantai
gua.
 Sudut Kompas : untuk mengetahui arah lorong dan arah utama kompas.
 Jarak miring : jarak antar stasiun pengukuran Jarak kiri – kanan.
 Tinggi atap : tinggi atap pada setiap stasiun pengukura
 Cross section : penampakan lorong gua
 Sketsa lorong : sketsa lorong, dibuat sesuai dengan arah kompas, diisi
dengan keterangan-keterangan tidak dapat masuk dalam worksheet (kertas
kerja). Misal : simbol-simbol kondisi gua, ornamen, air dan lumpur.
3. Penggambaran Peta Peta gua dapat digambarkan sebagai
 Plan section : Peta gua tampak atas
 Extended section : Peta gua tampak samping tanpa proyeksi
 Projected section : Peta gua tampak samping diproyeksikan dari plan
section. Peta gua tiga dimensi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua termasuk proses
pembuatannya (speleogenesis), struktur, fisik, sejarah dan aspek biologis. Asal
kata speleologi berasal dari bahasa Yunani spelaion yang berarti gua
dan logos yang berarti ilmu. Speleologi sering dikaitkan dengan aktivitas
penjelajahan gua yang dikenal dengan istilah susur gua.
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan semangat serta
motivasi kepada penulis agar dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam aktivitas penulusuran gua.

Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………….i

Daftar Isi
…………………………………………………………………………………..ii

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………..4

1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Caving (Susur Gua) ……………………………………………………………………


5

2.2 Macan Dan Fungsi Gua


………………………………………………………………..6

2.3 Teknik Penulusuran Gua ………………………………………………………………


6

2.4 Bahaya-bahaya Penulusuran Gua


……………………………………………………..7

2.5 Pemetaan Gua …………………………………………………………………………


7

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

1. Diktat Teknik Hidup Alam Bebas, KMPA Eka Citra, Jakarta, 2002.

2. Diktat Caving, Gladian Nasional Pencinta Alam, Surabaya, 2000.

https://id.wikipedia.org/wiki/Speleologi

http://arjoena-wiwaha.blogspot.com/2014/05/materi-caving-kata-pengantar-segala.html
LEMBAR PENGESAHAN

Anda mungkin juga menyukai