...umumnya, menelusuri gua jauh lebih aman daripada naik kendaraan menuju atau
sepulang dari gua. Jalan raya merupakan tempat yang jauh lebih rawan daripada gua...
Pameo
yaitu spallion yang berarti gua dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah
diterjemahkan sebagai ilmu yang mempelajari tentang gua, tetapi karena
perkembangan speleologi itu sendiri, maka disebutkan juga mempelajari
tentang lingkungan di sekitar gua. (Diktat HIKESPI, 23)
B. Sejarah Caving dan Speleologi Dunia
Gua telah digunakan oleh manusia dalam waktu yang lama untuk
sejumlah alasan. Sebagai tempat tinggal, sumber mineral dan juga
kemakmuran ekonomi. Yang pertama menyebutkan bentang alam karst di
jaman kuno adalah Asiria Raja Salmanassar III. Sebagaimana tertulis pada
ukiran perunggu, ia menyelidiki gua dan mata air di sumber Sungai Tigris. Ada
juga menyebutkan topografi karst dalam tulisan-tulisan Yunani kuno dan
Romawi (Jennings, 1971). Di Israel ada sebuah gua yang disebut Cave of
Letters dan dalam hal ini dokumen gua dari abad kedua menjelaskan secara
rinci satu kehidupan wanita ditemukan (Gambar 1).
Gambar 1: Gua Surat di Israel yang digunakan untuk perlindungan tidak ada
yang digali dan dieksplorasi. (NOVA, 2004).
Wanita itu bernama Babatha dan ia menggunakan gua untuk
perlindungan menyimpan dokumen-nya (Tyson, 2004). Itu tidak sampai abad
ke-17, ketika masyarakat ilmiah mulai muncul bahwa buku-buku yang tentang
Karst mulai muncul. Pertama kali ditulis pada tahun 1654 oleh seorang
Gambar 2: Halaman pertama dari Jacques Gaffarel itu 1654 bekerja pada
topografi karst. (Martel, 1952)
Pada pertengahan hingga akhir abad 19, karst adalah topik terhangat dan
Wina, Austria adalah pusat untuk studi ilmiah karst. Daerah ini menjadi pusat
karena merupakan daerah karst, terutama karst Dinaric (Herak dan Stringfield,
1972). Pada akhir abad ke 19 Edouard Martel, dengan investigasi yang luas
dalam bentang alam karst, membawa Perancis menjadi terdepan dalam
penelitian karst dengan Austria (Jennings, 1971). Berikut ini kutipan dari
Martel karya pertama Les Cevennes diterbitkan pada tahun 1888 berbicara
tentang gua-gua yang diperiksa di Perancis,
Berikut adalah keajaiban alam keindahan yang tak
terbayangkan: gua-gua Kilometer panjang, penuh stalaktit dan
stalagmit yang besar. Sungai bawah tanah dan danau di tempat
tidur berkilauan kristal. Sebuah dunia yang gelap dan misterius,
yang, berperan dalam cahaya menakutkan lampu magnesium,
yang berubah rupa menjadi sebuah istana magis. Sebuah tontonan
yang fantastis, hanya menunggu untuk ditemukan dalam buku
Martel, 1888
Setelah Perang Dunia I ditunjuk satu lembaga yang ditujukan untuk karst
dan gua untuk yang pertama di dunia Unicersity Proffesor of Speleology di
Wina oleh Georg Kyrle (Gambar 3).
Ada juga Gua Crystal di Spring Valley Wisconsin. Pemilik gua tersebut
berpikir bahwa nama akan membantu menarik wisatawan, maka pemiliknya
memberikan Gua Kristal sebagai namanya. Penambang timah berbondongbondong datang ke Southwest Wisconsin. Para penambang kadang-kadang
menghabiskan hari-hari di dalam gua-gua mencari tahu bagaimana Wisconsin
mendapat nama tersebut. Negara Badger (Green, 2004).
Kompetisi ini benar-benar mengancam integritas gua pada satu titik.
Salah satu pemilik ingin membuat salah satu kamar di gua lebih dramatis
dengan ukiran batu dan meningkatkan langit-langit. Hal ini secara dapat
melemahkan langit-langit gua karena lapisan atasnya yang merupakan tanah
terlalu berat. Akhirnya langit-langit di ruangan itu runtuh dan tidak lagi dapat
diakses oleh pengunjung.
Begitulah secara singkat sejarah caving dan speleologi dunia yang
kemudian menjadi cikal bakal pemanfaatan potensi-potensi gua di dunia.
Sumber : http://people.uwec.edu/jolhm/cave/histone2.htm
Catatan lain tentang sejarah caving dan speleologi di dunia.
Manusia mulai menelusuri gua sejak 200 tahun yang lalu. Eksplorasi
pertama yang tercatat dalam sejarah oleh Louis Marsalliers dengan meneruni
gua vertical Fairies di Languedoc, Prancis pada tanggal 15 juli 1780.
Kemudian pada tanggal 27 juli 1888 Eduard Alfred martel, ahli hukum dari
Paris mengikuti jejak Marselliers. Namun kali ini direncanakan lebih matang
dengan menggunakan peralatan yang lebih lengkap, diantaranya perahu
kanvas, katrol, tangga gantung. Bahkan telepon digunakanya dalam tanah.
Usaha ini dianggap revolusi di dalam bidang penelusuran gua, sehingga ia di
sebut Bapak Speleologi modern.
Sejarah lainnya menurut HIKESPI dalam diktat speleologi :
Menurut catan yang ada, penelusuran gua dimulai oleh John Beaumont,
dari Somerset, England (1674). Ia seorang ahli tambang dan geologi amatir,
tercatat sebagai orang pertama yang menelusuri sumuran dengan menggunakan
lilin sedalam 20m dan menemukan ruangan sepanjang 80m, lebar 3m, tingi
10m. Disebutkan bahwa Beaumont merangkak 100m dan menemukan jurang
Kode etik ini pertama kali dicetuskan oleh National Speleologycal Society
(Amerika Serikat). Karena mudah dipahami setiap penelusuran gua, maka kode
etik ini diterima secara internasional dan menjadi pegangan bagi setiap
penelusuran gua.
Setiap
penelusuran
gua
dilarang
keras
mengeluarkan
atau
memindahkan sesuatu dari bahan gua tanpa tujuan yang jelas. Bila
dilakukan untuk tujuan ilmiah maka tindakan itu harus selektif dan
dilaksanakan oleh yang berwenang.
Mengambil binatang dalam gua untuk tujuan identifikasi (taksonomi)
misalnya harus disertai kesadaran bahwa jumlah binatang unik itu mungkin
sangat terbatas. Dengan demikian, jumlahnya harus dievaluasi terlebih dahulu
dan hanya diambil satu atau dua spesimen untuk penelitian.
Kegiatan penelusuran gua wajib dilaksanakan secara tertib, hati-hati
dan penuh pengertian. Hindarilah penelusuran gua belantara, yang belum
dikelola untuk kunjungan umum, secara massal.
Menekusuri gua belantara oleh banyak orang sekaligus dengan aneka
cahaya dari sumber penerangan akan mengubah iklim micro gua. Hal ini
mengganggu kehidupan binatang gua. Binatang memegang peran penting
untuk menjaga keseimbangan ekologi
10
Secara internasional kode etik ini dipegang teguh. Bila suatu gua belantara
dipublikasikan ke media massa diimbuhi dengan deskripsi keindahan, keunikan
atau tantangan gua tersebut, maka berita demikian yang menjadi incaran
petualang lain yang belum tentu mempunyai keterampilan yang memadai dan
etika konservasi lingkungan alam bawah tanah. Akibatnya adalah rusaknya gua
tersebut atau bahkan musibah bagi penelusur yang ingin datang ke gua tersebut
yang belum siap mental, fisik dan teknis. Publikasi ke kalangan umum boleh
dilakukan asal proporsional. Tidak dilebih-lebihkan dan tidak menyertai
keterangan tempat gua secara rinci bahkan menyamarkannya. Yang diutamakan
adalah laporan lengkap yang diserahkan kepada instansi yang berhak
mendapatkannya dan para pemberi rekomendasi kegiatan serta izin menelusuri
gua.
KEWAJIBAN PENELUSUR GUA
-
Selalu perhatikan cuaca. Tidak memasuki gua yang mudah banjir pada
musim hujan.
Selalu sadar bahwa kegiatan menelusuri gua bukan hak, melainkan sebagai
suatu anugrah, rahmat, dan berkah (previlege)
Memilih
tujuan
lingkungannya.
utama
menelusuri
Karenanya
wajib
gua
menjaga
konservasi
gua
dan
kebersihan
gua
dan
lingkungannya.
-
11
Wajib memberitahukan kepada sesama penelusur, bila dijumpai bagianbagian yang berbahaya di dalam gua tersebut.
12
termasuk
juga
penanganannya.
Baik
dari
segi
perizinan,
13
Tenggelam. Terutama bila nekat memasuki gua pada musim hujan tanpa
mempelajari topografi dan hidrologi karst maupun sifat sungai di bawah
tanah. Bahaya menjadi semakin nyata kalau harus melewati air terjun atau
jeram deras. Apalagi kalau harus melakukan penyelaman tanpa alat
selam/diving. Mengarungi sungai yang dalam, harus memakai tali
pengaman dengan lintasan tetap.
Kedinginan (hipotermia). Hal ini terutama bila lokasi gua berada jauh di
atas permukaan laut, penelusur beberapa jam terendam air, dan adanya
angin kencang yang berhembus ke dalam lorong tersebut. Diperberat lagi
apabila penelusur lelah, lapar, tidak menggunakan pakaian memadai.
Karenany harus tepat tahu lokasi mulut gua dan lorong-lorong,
ketinggiannya di atas permukaan laut, suhu air dan udara dalam gua.
Masuk gua juga harus dalam keadaan fisik sehat, cukup makan dan bawa
cadangan makanan yang bergizi tinggi.
Keruntuhan atap atau dinding gua. Ini cukup sering terjadi di luar negeri,
menaiki tebing dengan mengandalkan paku tebing pada dinding yang
14
rapuh, atau bila runtuhan juga terjadi bila kebetulan ada gempa bumi.
Karenanya, penelusur wajib mempelajari sifat batuan gua. Runtuhan atap
yang berserakan bukan berarti batuannya rapuh, bisa saja karena atap
tersebut sudah puluhan tahun yang lalu runtuh, penelusur juga wajib
memperhatikan apakah lapisan gamping yang menjunjung atap gua
tersebut kuat.
-
Radiasi dalam gua. Hal ini sama sekali belum diperhatikan di Indonesia.
Padahal, di luar negeri sudah ada bahaya nyata. Terutama akibat gas
radioaktif RADON dan turunannya. Penelusur yang sering memasuki
gua yang ber-gas radonini, dapat menyerap secara akumulatif gas tersebut
ke dalam paru-paru, dan apabila penelusur juga merupakan perokok, maka
resiko terkena kanker paru-paru akan semakin berlipat ganda. Itu sebabnya
merokok di dalam gua merupakan perbuatan tercela karena mutlak
meracuni udara gua dan merusak paru-paru penelusur lainnya yang tidak
merokok.
Keracunan gas. Ini yang paling ditakuti penelusur awam. Bahaya tersebut
memang ada, terutama bila sirkulasi udara dalam gua kurang baik. Gas
yang biasanya ada dalam gua diantaranya CO2, karena tetesan air dari
dinding dan atap gua senantiasa mendifusikan gas CO 2. Terlebih jika
terlihat adanya juntaian akar pohon, atau banyak bahan organik yang
membusuk di lantai gua yang terbawa ketika gua banjir. Gejala keracunan
oksigen : sesak nafas, frekuensi bernafas lebih tinggi, gerak nafas menjadi
lebih dalam, jantung berdebar-debar dan mata berkunang-kunang. Dengan
mengeluarkan tenaga yang relatif ringan, nadi berdetak tambah cepat
secara tidak seimbang. Untuk mengetahui hal tersebut, karenanya
penelusur gua wajib mengetahui frekuensi nadinya sebelum memasuki
gua, pada saat mengeluarkan tenaga dan istirahat. Kemudian kepala
menjadi pusing dan mual, hilang fokus, sampai ke tingkat yang lebih parah
adalah halusinasi, pingsan dan mati. Gas racun dapat juga ditimbulkan
akibat adanya penggunaan dinamit untuk membongkar bukit kapur. Di
15
Belgia (1982) terbukti gas racun merambat hingga 3km lebih dari lokasi
penelusur gua, yang berakibat 7 orang mati sekaligus. Jangan memasuki
gua bila disekitarnya ada penggunaan dinamit.
Gua yang banyak kelelawarnya juga tinggi kandungan CO 2 nya, misal
Gua Ngerong, Tuban, Lawa, Nusakambangan, dll. hal ini karena kelelawar
membutuhkan banyak O2 untuk bernafas dan mengeluarkan CO2,
tumpukan guano yang telah mengalami proses pembusukan juga banyak
menghasilkan CO2. Gua yang banyak kelelawarnya hanya dapat dimasuki
pada malam hari, saat gua tersebut tidak ada kelelawarnya. Lorong yang
penuh kelelawar harus dihindari.
Cara untuk mendeteksi kandungan oksigen di udara adalah :
16
17
waktu yang lama tanpa diperiksa. Ini pernah terjadi ketika tim
penelusur dari Inggri menelusuri gua-gua di Mulu (Serawak)
selama berminggu-minggu. Pencegahan sebaiknya secara teratur
mengganti kaos kaki dan ditaburi bedak antibiotika.
Keracunan air. Air yang menetes dari atap gua tidak selamanya
bersih, atau hanya mengandung CaCo3 saja. Berbagai insektisida
dan pupuk kimia dapat menjadi polutan yang membahayakan
penelusur gua. Tim dari Ekologi UNPAD pada tahun 1989
18
Akibat kesalahan teknis dan peralatan. Hal ini sering terjadi karena
kurang maksimalnya alat pencahayaan. Minimalnya penelusur
harus membawa 3 sumber pencahayaan termasuk lilin.
19
20
LARANGAN
MEDIA
MASSA
MENERBITKAN
ARTIKEL
JANGAN
MENGAJAK
SEMBARANGAN
ORANG
UTNUK
MENELUSUR GUA.
-
GUA DITUTUP
Baik yang sifat kerusakannya permanen atau hanya sepintas, kumulatif atau
sinergistik.
Kerusakan permanen misalnya akibat adanya pemugaran gua dengan
patung-patung dan beton, misalnya di Gua Jatijajar. Sekalipun patung-patung
disingkirkan, gua sudah kepalang rusak dan tidak mungkin lagi diperbaik,
terlebih jika sedimen sudah dibuang. Sedimen merupakan tapak sejarah yang
tidak dapat diganti. Para ahli arkeologi meneliti lapis demi lapis sedimen utnuk
menemukan fosil zaman prasejarah. Para ahli paleontologi, palinologi,
21
Memasukkan bakteri, cendawan, ragi dari dunia luar ke dalam gua dan
merukan mikrosistem gua.
Mencemari air di gua dengan kencing, karbit, makanan dan minuman yang
mengganggu ekosistem gua..
Untuk itu, guna menjaga keutuhan lingkungan gua, HIKESPI menyusun
22
23
melalui sistem percelahan, rekahan atau aliran sungai yang kadang membentuk
suatu lintasan aliran sungai bawah tanah.
Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara di dalamnya,
yaitu pada saat diluar panas maka di dalam gua akan terasa sejuk, begitu
sebaliknya. Sifat tersebut membuat gua digunakan sebagai tempat berlindung.
Gua yang ditemukan di Indonesia umumnya gua gamping atau gua karst. Gua
karst merupakan suatu lintasan air di masa lampau dan kini kering (gua fosil)
dan masih dialiri sungai (gua aktif). Karenanya mempelajari gua tidak terlepas
dari mempelajari hidrologi karst dan segala fenomena karst dibawah
permukaan (endo karst fenomena) supaya memahami cara-cara gua terbentuk
dan bagaimana memanfaatkannya sebagai sumber daya alam yang mempunyai
nilai estetika tinggi sebagai objek wisata gua, atau sebagai sumber air tanpa
mencemarinya.
Di Numi terdapat berbagai gua alam, yaitu :
1. Gua Garam (NaCl)
2. Gua es
4. Gua karst/kapur
24
1. Hidrologi karst
ilmu
yang
mempelajari
tentang
proses
terbentuknya gua.
3. Biospeleologi
6. Antropologi
manusia.
7. Arkeologi
Morfogenesis karst
Hidrologi karst
Sedimentologi karst
Denudasi karst
Ekologi karst
25
Vegetasi karst
Arkeologi
Paleontologi
Pariwisata karst
Konservasi karst
Eksploitasi karst
Slovenia.
Di
Indonesia,
ada
usaha
geologiwan
yang
26
Pelarutan kimiawi pada batuan karbonat oleh air(H 2O) dipercepat oleh
karbondioksida(CO2) yang berasal dari atmosfer yang jumlahnya sekitar 0,03%
dan dari bawah permukaan tanah yang dihasilkan oleh pembusukan sisa-sisa
tumbuhan atau humus yang sangat tinggi. Sehingga menghasilkan Asam
Karbonat (H2C03) yang sangat reaktif terhadap batu gamping (CaCO3).
Menurut Jennings, 1971 dalam Ritter, 1978, karst adalah suatu kawasan
dengan ciri relief dan drainase (pengaliran) yang unik karena memiliki tingkat
pelarutan batuan terhadap air alam (natural water)yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tempat lain dimana pun. Definisi di atas mengandung
dua pengertian pokok yaitu : pertama, bentuk lahan dan kenampakan
permukaan lainnya yang unik yang terbentuk pada batuan dengan tingkat
pelarutan yang tinggi atau dengan kata lain batuan tersebut mudah
larut. Kedua, keunikan dan kekhasan sistem drainase kawasan karst dihasilkan
dari proses karstifikasi. Proses pelarutan akan membuat dan memperbesar
rongga-rongga dalam batuan. Hal ini mengakibatkan air yang berasal dari
permukaan dengan jumlah yang cukup banyak akan terus meresap ke bawah
permukaan sehingga membentuk sistem drainase bawah tanah tersendiri yang
simultan dengan pola di permukaan.
Proses Pembentukan Karst
Berdasarkan penelitian para ahli, topografi karst terbentuk dengan syaratsyarat sebagai berikut :
Menurut Thornbury, 1954.
Adanya lembah yang dibatasi oleh batuan yang mudah larut dan
mempunyai kekar (rekahan).
27
rekahan yang diikuti oleh pelarutan batuan pada zona rekahan tersebut.akibat
adanya proses pelarutan tersebut, rekahan yang ada menjadi semakin lebar,
akhirnya membentuk sungai bawah tanah atau gua.
Proses pearutan Kimiawi oleh air ini dipercepat oleh CO2 baik yang
berasal dari atmosfer yang terdapat diatas permukaan tanah maupun yang
berada dibawah permukaan sebagai hasil dari pembusukan sisa-sisa tumbuhan
atau humus. Kadar CO2 di permukaan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Diantaranya adalah kegiatan penguapan akar tumbuhan, kegiatan mikroba dan
banyak sedikitnya fauna invertebrata yang hidup dipermukaan tanah. Untuk
menjaga kelangsungan karstifikasi (proses alam yang membentuk bentangalam
karst) mekanisme ini harus tetap dipertahankan CO2 yang bereaksi dengan air
hujan akan membentuk H2CO3 yang sifatnya sangat reaktif terhadap
batugamping(CaCO3) kadar CO2 di udara jumlahnya sekitar 0..03%. di dalam
gua berkisar antara 0.1-3.75% semakin besar ke arah dalam (IUCN,1997),
reaksi kimia yang umum terjadi dikawasan baatugamping adalah :
H2O+CO2
H2CO3
H2CO3
HCO3+HI
H2CO3+CaO
CaCO3+H2O
28
Ca(HCO3)2
Relief karst :
batuan karbonat kalsium karbonat dan Kalsium Magnesium Karbonat
(dolomit)
evaporit lebih mudah larut dari batuan karbonat : Halit (NaCl, KCl)
gipsum
Ciri ciri bentang alam karst :
1. Terdapat sejumlah cekungan atau depresi dengan bentuk dan ukuran yang
bervariasi, cekungan cekungan tersebut digenangi air atau tanpa air,
kedalaman dengan jarak yang berbeda beda.
2. Bukit bukit kecil yang merupakan sisa sisa erosi akibat pelarutan kimia
pada batugamping, sehingga terbentuk bukit bukit (conical hill).
3. Sungai tidak mengalami perkembangan pada permukaan
4. Terdapat sungai sungai bawah permukan, adanya gua gua kapur pada
permukaan atau bawah permukaan atau stalagmit dan stalagtit.
5. Terdapat tanah lempung tak larut berwarna merah kecoklatan sebagai
endapan residul akibat pelarutan batugamping oleh air tanah.
29
Penutup
a.
b.
2.
Letak
a.
b.
3.
Iklim
a.
Karst tropis.
b.
4.
Tebal.
a.
b.
Eksokarst
adalah bentukan morfologi pada kawasan karst yang dijumpai
30
Dolina
Lekukan yang tertutup pada permukaan batu gamping yang mempunyai
Sink
Tempat sungai permukaan lenyap (surface runoff) yaitu dimana air
Singking creek
Sungai yang mengaliri daerah karst tetapi menghilang karena masuk ke
Swallow hole
Terjadi apabila sungai permukaan menghilang melalui lubang yang nyata
terlihat.
Polje
Istilah ini untuk menunjukkan lekukan lembah tertutup yang sangat besar,
panjang dan lebarnya mencapai beberapa km, dasar polje yang umumnya rata
dan dibatasi oleh batu gamping yang sangat curam.
Uvala
merupakan gabungan dolina yang letaknya berdekatan yang membentuk
31
hanya untuk jarak dekat dan kemudian menghilang pada suatu tempat, yaitu
pada swallow hole Blind valley ini terbentuk karena swallow hole tidak
sanggup menampung volume yang air yang sangat besar yang menjadikkan
Blind valley ini sebagai danau sementara, dan
Danau karst
Letaknya biasanya pada cekungan, terbentuk karena dasar yang dilapisi
batuan kedap air akibat akumulasi lumpur atau residu pelapukan yang kedap
air. Danau karst sering disebut danau perenial bila ada air sepanjang tahun, non
perenial apabila air hanya pada musim hujan.
Natural bridge
Fenomena yang menyerupai jembatan di kawasan karst. Faktor yang
Cenote
terbentuk akibat atap gua yang runtuh pada lorong sungai bawah tanah,
Porositas
Porositas menunjukkan ruanganyang terisi udara atau air dalam batuan
atau sedimen, diungkapkan dalam persen dari jumlah total material. Untuk
kepentingan hidrologi yang perlu diperhatikan ialah ruangan-ruangan yang
32
Sistem patahan
Pada batuan yang tidak mengalami permeabilitas intergranuler primer,
joint adalah penting untuk memulai perkolasi air ke bawah (stringfield, dkk
33
1979). Sedangkan bedding planes bagi penyaluran air bawah tanah (Palmer,
1977) tetapi pergerakannya tetap dipengaruhi oleh adanya patahan-patahan.
Joint adalah patahan yang paling sering dijumpai di akifer karbonat.
Orientasinya hempir tegak lurus dengan bedding planes. Bahkan Grice, 1968,
menemukan joint yang sejajar letaknya dengan bedding plannes di Kanada.
Joint secara primer mempengaruhi arah aliran sebelum terjadi ruangan terlarut
dalam akifer karbonat. Joint yang tidak vertikal akan mempengaruhi gerak air
literal dan melebar melalui proses korosi. Distribusi dari joint dan bedding
plannes ini dari satu bagian karst dan bagian karst lainnya dapat berbeda.
Menurut kasting, 1977, hal ini mempunyai pengaruh positif terhadap air tanah
(bila melancarkan beberapa aliran akifer yang tadinya terisolasi), bisa pula
negatif.
34
d.
Permeabilitas batuan
Porositas batuan
Kompak batuan
35
kini semua bentukan mikro itu dikenal dengan sebutan Karren, Lapies atau
Scratten.
Jenis-jenis Karren
Rillenkarren
meanderkarren
trittkarren
rundkarren
rinnenkarren
kluftkarren
spitzkarren
hohlkaren
Endokarst
Perguaan
Air terjun
Lingkungan Fisik kawasan karst yang mudah berubah dan bersifat rapuh
36
ORNAMEN GUA
37
Stalagtit
Stalagmit
I. BIOSPELEOLOGI
Bios yang berarti hidup, kehidupan, speleo adalah gua, dan logos yang
berarti ilmu. Biospeleologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan
beserta kondisi lingkungan hidup organisme di dalam gua.
Gua dibagi kedalam 4 zona gua :
1. Zona terang, merupakan enrance guatermasuk dalam bagian ceruk.
2. Zona senja, zona peralihan antara terang dan gelap gua.
3. Zona gelap dengan fluktuasi suhu, masih dipengaruhi ilkim luar gua.
4. Zona gelap tanpa fluktuasi suhu, tidak dipengaruhi iklim luar gua.
Aspek yang dipelajari :
1. organisme
2. hubungan organisme dengan lingkungan
3. material organik sebagai makanan dasar
4. parameter lingkungan
Biota gua :
1. trogloxene (troglo : gua, xenos : tamu) yaitu hewan yang di gua hanya
sebagai tamu, dalam arti apabila melakukan aktivitas maka hewan
38
39
misalnya di hutan tropika, pegunungan dan hutan lumut. Pada umumnya lantai
jenis hutan tersebut kaya akan bahan organik. Bahan-bahan organik ini akan
terombak dan mengalami mineralisasi, membentuk tanah. Sebagian serasah
dan humus terbawa ke dataran yang lebih rendah melalui aliran air (banjir,
arus,dsb) dan sebagian lagi meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam.
Dengan cara yang sama, organisme tanah dapat mencapai gua.
Mikroklimat dan tersedianya pakan yang cukup merupakan alasan organisme
tanah untuk bertahan di dalam gua. Oleh karena itu, beberapa jenis fauna juga
dapat dijumpai di dalam gua, bahkan sampai dekat daerah akumulasi guano
pun dapat ditemukan organisme tanah. Organisme tanah yang mampu
mempertahankan hidupnya akhirnya menjadi fauna gua. Beranekaragam jenis
binatang dapat ditemukan di dalam gua. Beberapa jenis antropoda, antara lain
Collembola, Coleoptera (Staphylinidae, Pselapidae, Caraboidea), Lepidoptera,
Diplopoda, Isopoda, Labah-labah, dsb. Kelompok yang disebutkna merupakan
fauna terestrial di dalam gua, yang pada umumnya mempunyai ciri bukan
organisme gua, masih ada diantaranya yang masih bermata dan berpigmen.
Sebaliknya, beberapa diantaranya ditemukan telah mengalami modifikasi pada
organ-organ tertentu. Dari 27 jenis Collembola yang dapat dari gua Simbu,
Lae, Telefomin, Irlandia, 10 jenis diantaranya masih menunjukkan morfologi
fauna serasah atau lantai hutan (Deharveng 1981), Bournes (1980), dalam
Deharveng (1981) meneliti dengan ermat asal muasal fauna gua. Diperoleh
adanya catatan laba-laba, diptera, lepidoptera, isopoda, dan myriapoda.
Binatang akuatik yang dapat ditemukan di gua misalnya udang, kepiting,
colepotera, larva diptera dan heteroptera.
Fauna lain yang tidak kdalah pentingnya adalah kelelawar di dalam gua
dengan jumlah banyak. Kelelawar ini menghasilkan timbunan guano. Guano
dapat menjadi pakan bagi beberapa kelompok antropoda, memanfaatkan guano
atau jamur yang tumbuh diatasnya sebagai sumber pakan, menyebabkan
terbentuknya ekosistem guano yang dihuni oleh jenis-jenis fauna guano.
Troglobion dan Troglomorf
40
Troglobion adalah hewan yang seluruh hidupnya ada di dalam gua. Pada
umumnya kelompok ini memiliki morfologi khas. Pada daerah dataran rendah
tidak ditemukan bentuk troglomorf yang khas (Deharveng 1981), beberapa
masih dilengkapi mata dan pigmen. Berbeda dengan yang ditemukan di dataran
tinggi, tampak adanya bentuk-bentuk troglomorfi yang khas. Bentuknya antara
lain; tidak bermata, tubuh pipih dan tidak berpigmen, misalnya terlihat jenisjenis yang tercatat dari Gua Simbu dan Telfomin. Contoh jenis yang dilaporkan
dari gua dengan ketinggian 1.500m yaitu Isopoda (Styloniscidae dan
Philosciidae), Coleoptera, Collembola. Troglobion akuatik misalnya cacing
pipih, polychaeta, lintah, gastropoda, crustacea, cleoptera. Namun demikian,
terdapat variasi cukup tinggi dari kelompok troglobion ini. Variasi terjadi
karena adanya evolusi adaptasi (Deharveng 1981). Fauna gua memiliki
keanekaragaman cukup tinggi. Tercatat ada 10 kelas hewan invertebrata yang
dapat ditemukan di dalam gua. Namun, masing-masing gua menunjukkan
komposisi jenis penghuninya yang berbeda untuk gua satu denan lainnya.
Perbedaan kompisisi jenis penghuni gua ini disebabkan oleh fakto mikroklimat
masing-masing gua.
Fauna Guano
Banyak jenis fauna yang hidup pada lapisan guano. Hewan guano ini
hidup dari guanonya atau jamur yang tumbuh di atasnya. Fauna yang dikenal
tumbuh pada guano ini adalah Collembola, antara lain marga Sinelle,
Pseudosinelia. Dan Onychiurus. Lantai beberapa gua yang dilapisi guano juga
dapat ditemukan adanya Diplopoda (kaki seribu), tungau (terutama suku
Uropodidiae), kecoa yang biasanya berukuran lebih besar, larva Diptera dan
Lepidoptera (Tinaeidae), Cleoptera (Silphidae dan Catopidae). Kelompok
Cleoptera (Scarabaeidae). Diplura, Isopoda (Oniscoidea) dikenal sebagai
hewan koprofagus (pemakan kotoran binatang) dan pemakan detritus serta
jamur dari guano.
Diantara fauna yang hidup dari guano, ditemukan juga kelompok
pemangsa fauna guano, antara lain Acarina (Mesostima), Schizomida, labahlabah besar dan Amblypyga (Ketonggeng), Chilopoda, beberapa Cleoptera
41
merupakan
salah
satu
kelompok
fauna
penting.
42
Jenis
Wiliemia sp
Branchystomella sp.
Blasconura sp
Friesea sp
Lobella sp
Micranurida sp
Paleonura sp
Paranura sp
Pseudachorutella sp
Mesaphorura sp
Denisia sp
Folsomides exsiquus
Folsimides sp
Gua
Habitat
M
M
M
M
M
M
M
M
M
M, W
M
M
M, W
Tanah, gua
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah
Tanah, Gua
Tanah
43
14. Folsomina sp
15. Isotomiela sp
16. Harlomiela sp
17. Lepidocyrtus sp
18. Pseudosonella sp
19. Sinella (caecobrya) sp
20. Arripalites sp
21. Megalothorak sp
Deharvberg, 1987
W
M, W
A, W
W
M, W, A, H
W
M, T
M, W
Tanah, Gua
Tanah, Gua
Tanah, Gua
Tanah
Gua
Gua, Guano
Tanah, Gua
Tanah
Keterangan :
M : Gua Karst Maros
44
me=akhluk-makhluk
pembentuk
tanah
yang
kehadirannya
diperlukan oleh siapa saja. Dengan demikian dampak pembakaran tanah akan
semakin dirasa merugikan semua pihak, oleh karena itu harus dihentikan.
Sebab dengan berkurangnya populasi Collembola dan fauna tanah lainnya
berarti pula proses perombakan bahan organik dan pembentukan tanah
terhambat.
Peranannya di dalam gua
Peranan Collembola di gua tidak berbeda dengan yang di luar gua. Di gua,
kehadiran Collembola mempercepat proses perombakan bahan organik yang
45
menimbun di lantai. Hal ini dapat jelas diamati pada gua yang memiliki lapisan
guano yang cukup tebal. Collembola dapat dikumpulkan dari lapisan guano
yang tidak segar atau yang sudah mengalami perombakan. Dalam kegiatannya
sebagai perombak guano, tentu saja perombakannya dilakukan bersama jenisjenis fauna lainnya. Collembola dikenal sebagai pemakan jamur. Jamur yang
dimakannya tidak seluruhnya dapat dicerna, sebagian diekskresikan kembali
dalam bentuk jamur. Dalam hal sebagian pemakan jamur ini, peran Collembola
cukup besar yaitu sebagai pemencar dan penyubur pertumbuhan jamur dalam
lapisan guano. Adanya jamur mempercepat proses perombakan guano. Dengan
tidak secara langsung Collembola membantu proses perombakan guano.
Disamping membantu perombakan bahan organik gua, besar kemungkinan
Collembola dalam gua juga dapat menjadi indikator tingkat pencemaran. Tidak
tertutup kemungkinan sedkipun gua berada di dalam tana, bahkan pencemar
dapat meresap hingga mencapai lantai gua, dan mencemari kehidupan yang ada
di dalamnya. Ukuran populasi dan komposisi jenis Collembola dapat menjadi
petunjuk yang sangat berharga bagi ada/tidaknya pencemaran pada permukaan
tanah di atas gua.
J. PEMETAAN GUA
Manfaat pemetaan gua
-
Kepentingan HANKAMNAS
46
Pita ukur, untuk grade 5 dan atasnya, pita ukur yang digunakan adalah
yang terbuat dari bahan fiber, panjang maksimum 30m, ketelitian yang
didapat hingga satuan cm.
Class
adalah
pengelompokan
peta
berdasarkan
proses
Grade 1
luar gua dengan dasar ingatan dari si pembuat peta terhadap lorong-lorong
yang digambar.
47
Grade 2
Grade 3
Grade 4
Grade 5
Grade 6
Grade X
ukur metalik.
Class
-
Class A
Class B
Class C
Class D
48
Pertimbangan arah
3. Team survey
Idealnya, tim pemetaan gua terdiri dari 5 orang, dengan pembagian
tugas sebagai berikut :
Orang kesatu : sebagai pembaca alat (membawa klinometer, kompas, dan
meteran)
Orang kedua : sebagai pencatat data pengukuran
49
speleothem
Speleothem
rusak
Moon milk
gourdam
helektit
pothole
6. Lembar
data
stalaktit
Alur plafon
stalakmit tiangan
Lantai kalsit
pasir
tirai
scalop
lumpur
50
K. FOTOGRAFI GUA
L. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN MENELUSURI GUA
Kegiatan penelusuran gua didukung oleh penguasaan teknik dan peralatan
yang memadai. Kriteria pemilihan perlengkapan dan peralatan :
Standar keamanan
Fungsionalitas
Pemilihan peralatan perlu diperhatikan fungsi alat, hal ini berkaitan
dengan penggunaan yang efektif dan efisien. Selain fungsi dasarm
perlu dipahami fungsi-fungsi tambahan pada alat. penggunaan alat
akurat, tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan (simplicity). Faktir
yang perlu diperhatikan adalah berat, hal ini berpengaruh
terhadap daya tahan/stamina penelusur.
51
Cover All
Fungsi
Bahan
Keterangan
Sepatu
Fungsi
: melindungi kaki
Bahan
: Sepatu boot
Keterangan
Helm speleo
Fungsi
Bahan
Pencahayaan
Fungsi
Bahan
Keterangan
dilewati
oleh
anggota
tim depan,
dengan
hati-hati
52
meskipun akan menempuh jarak yang lebih jauh. Ini akan menghemat
tenaga. Perhatikan pandangan di depan untuk membantu menaruh pijakan
kaki.
Jika ada anggota tim yang tertinggal di belakang, leader harus
memperlambat jalannya. Jika anggota yang paling lambat berhenti, leader
harus berhenti sampai anggota yang paling belakang tiba padanya, ini akan
memberi waktu istirahat pada yang lain.
Dalam penelusuran, beri waktu istirahat secara berkala, hali ini
untuk memberikan tubuh waktu beradaptasi dengan gua. Kondisi gua yang
lembab dan coverall yan gmenangkap penguapan tubuh melalui keringat
yang menghalangi mekanisme pendinginan tubuh dan membuat kita
menjadi basah. Untuk mencegah hal ini, buka bagian atas coverall ketika
melewati lintasan yang kering.
Duck Walking, Baby walking, hingga Merayap dilakukan jika
antara dasar dan atap gua jaraknya pendek. Pada saat melakukan hal
tersebut, beban yang kita bawa supaya ditempatkan di depan kita.
a. lumpur
Lorong yang berlumpur dapat dilalui dengan mudah apabila
lumpur tersebut tidak terlalu tebal. Tapi, ketika lumpur setinggi lutut
bahkan lebih, kita tentu tidak mudah menelusurinya. Untuk melewatinya,
kita perlu bergerak seperti sedang berenang. Dengan posisi ini, akan lebih
mudah bergerak dan lebih menghemat tenaga.
b. air
Untuk kondisi lorong gua berair terutama yang belum pernah
dimasuki, dan kita tidak mengetahui kedalaman dan kondisi dibawah
permukaan air, kita harus mengetahui prosedur penelusuran di lorong
berair dan juga harus mempunyai fasilitas pendukung.
53
54
55
Jika dinding jauh dari jangkauan, tarik tali agar deviasi kendor.
56
Seat harness
Chest harness
Mailon Rapide
2. Teknik memasang
57
Apabila croll tidak bergerak karena keadaan tali yang tidak berat,
maka kita harus meletakkan kaki di antara footloop dan kaki, sehingga
tali tersangkut pada footloop dan croll bergerak ke atas sesuai
dorongan badan.
Pada saat naik, hindari tangan yang bekerja lebih dalam mengangkat
badan. Kakilah yang lebih banyak terbeban. Lengen memiliki jumlah
otot yang lebih sedikit daripada kaki, menggunakan lengan akan
mempercepat badan lelah.
4. Naik melewati intermediate
Jika dinding samping bisa dijangkau dengan kaki, dorong tubuh untuk
membuat devisi menjadi kendor.
Jika dinding jauh dari jangkauan, tarik tali agar deviasi kendor.
58
Climbing
Dalam suatu penelusuran, terkadang dijumpai adanya waterfall
ataupun lorong yang terletak di atas kita. Untuk meneruskan penelusuran,
kita harus menggunakan teknik seperti pada rock climbing. Seperti
memasang sisip dan bor tebing untuk membuat lintasan oleh leader dan
kemudian anggota tim melewatinya dengan SRT. Teknik rock climbing
harus bisa dilakukan pada kondisi medan seperti :
-
N. RIGGING
Teknik pemasangan lintasan baik vertikal maupun horizontal digunkaan
untuk melewati medan gua. Hal yang perlu diperhatikan dalam rigging adalah :
-
Aman
59
akan
dibawa
dengan
survey
sebelumnya
dan
melakukan
Pengecekan awal
Kondisi semua tali harus dicek sebelum berangkat atau ketika packing
tali. Selama pemeriksaan, tali harus dilepas dari simpul-simpul serta dicek
secara visual dan manual terhadap kemungkinan rusaknya mantel tali,
perbedaan diameter, atau kekakuan yang mengindikasikan adanya
kerusakan pada inti (core) tali.
Packing tali
Pertama kali adalah simpul stopper pada ujung tali dan biarkan simpul
tergantung di luar tackle bag, kemudian masukkan sisa tali ke dalam.
Masukkan tali sejangkauan tangan dan tidak membuat gulungan pada tali
karena akan menyebabkan ali terpelintir dan membuat tali sukar diuraikan
ketika keluar dari tas.
60
61
eyeholes merupakan proses korosi aktif batuan. Jika cukup kuat, maka
praktis untuk dijadikan anchor.
Batuan dan chockstones
Selalu periksa kondisi batuan, jika terdapat di lumpur atau serpihan
batu, maka tidak bisa menjamin menahan tarikan yang akan diberikan.
Chockstone yang terjepit diantara dua dinding akan stabil, kemudian
pasang sling.
-
Tambatan buatan
Selain menggunakan tambatan alami, anchor juga bisa dipasang pada
tambatan yang sengaja dibuat dengan peralatan tertentu.
Y-belay
Pengaturan ini akan membagi beban antara 2 poin anchor. Y-belay
umumnya digunakan dalam :
1. Di meander (anchor pada dinding sebelah), dimana ini mencegah
friksi pada tali
2. Jika dinding tidak memiliki overhang. Hanya y-belay atau deviasi
yang menyediakan sebuah free hang.
3. Rigging ini membagi beban antara kedua anchor, mencegah beban
hentakan jika salah satu anchor gagal.
62
Intermediate/rebelay
Meskipun sudah benar memasang lintasan di pitch atas dan tali bebas,
namun tetap ada kemungkinan akan menyentuh batuan yang ada di bawah.
Dalam hal ini perlu instalasi intermediate
Deviasi
Seperti intermediate, deviasi juga menjaga tali dari friksi terhadap
gesekan dengan dinding gua. Perbedaannya adalah deviasi tidak dianchor
dengan loop. Tali hanya dipasang pada carabiner dan sling yang dikaitkan
pada anchor di dinding berlawanan dengan titik gesek, intinya
membalikkan arah tali menjauhi batuan. Sudut yang dibentuk biasanya
rendah. Sling yang dipake kecil dan anchornya tidak sekuat pada
intermediate.
Mengarahkan tali umumnya 150, menyebabkan gaya yang bekerja
pada sling sebesar dari beban caver. Nilai akan membesar sebanyak
jika sudut membentuk 300. Jika sudut yang dibentuk sangat besar dan
mencapai 600, sling dianggap sama dengan beban pada anchor utama.
Apabila demikian, maka anchor poin haruslah kuat dan dianggap sama
dengan anchor utama dan harus di double.
63
O. SIMPUL DASAR
P. SELF RESCUE
Q. PPPK Praktis / PPGD
Kegiatan penelusuran gua tidak jarang menimbulkan korban, baik luka
ringan hingga meninggal. Berikut beberapa cara tanggap PPGD (Pertolongan
Pertama Gawat Darurat) yang harus dimiliki oleh tim penelusuran untuk
mengurangi resiko caver meregang nyawa. Penggunaan ketrampilan sesuai
prinsip pengobatan cedera atau penyakit akut dengan menggunakan sarana atau
materi yang tersedia pada saat itu.
Tujuan :
1. Penyelamatan hidup korban
2. Mencegah kondisi memburuk atau cacat
3. Menunjang penyembuhan
Tanggung jawab selaku pelaku P3K adalah melakukan pertolongan :
1.
bagi korban? Jika tidak jangan lakukan. Jangan menambah korbanlagi karena
tenaga anda masih dibutuhkan untuk menolong korban-korban lainnya.
2.
64
kematian
otak
dalam
3menit.
Usahakan
tidak
ada
benda
yang
CPT (cardiopulmo resucitation). Denyut nadi dan tekanan darah harus normal
(60-80/menit untuk dewasa, 100 untuk anak dan 140 untuk bayi).
Tiga situasi yang menjadi priorias : Henti nafas atau henti jantung, pendarahan
besar dan ketidaksadaran.
R. Alat-alat Rock Climbing
Pada dasarnya, peralatan panjat tebing, tak jauh berbeda dengan peralatan
kegiatan mountaineering lainnya, seperti caving, rapelling dan lainnya. Dimana
ada beberapa alat yang berbeda bentuknya namun berfungsi sama. Peralatan
dalam panjat tebing tidak sembarangan, namun peralatannya harus berstandar
internasional berdasarkan badan internasional yang mengurusi tentang
mountaineering dengan label UIAA (Union Internasional Des Associacitions
DAlpines) untuk menjaga keamanan atau safety procedure menjadi sebuah
keharusan.
65
Gambar : Tali
Tali serat sintetis dibagi menjadi 2 yaitu.
a. Tali Hau serlaid (terbuat dari nilon)
b. Tali Kern mantel, tali ini dibagi 2 bagian yaitu bagian mantel biasanya
bagian ini terbuat dari kain khusus dan bagian inti yang umumnya bagian
ini terbuat dari serabut-serabut nilon.
Dalam pemanjatan biasanya sering digunakan tali kernmantel, Istilah
kernmantel berasal dari campuran bahasa Jerman :
kern core
: berarti inti
66
a. Dinamis,
1) Kelenturan; tali dinamik dibuat dengan elastisitas yang sangat tinggi,
kelenturannya mencapai 60 % beban berhenti.
2) Mantel pada tali dinamik berfungsi sangat sedikit dalam melindungi
tali.
3) Mempunyai kemampuan tinggi dalam menyangga kejut jatuh
seseorang
4) Terlalu lentur; kerenggangan yang sangat tinggi cenderung bermasalah
ketika digunakan untuk descending, ascending maupun hauling
b. Statis, tali ini kurang lentur biasa digunakan untuk rappelling.
1) Kelenturan; tali statik dirancang dengan elastisitas rendah. Kelenturan
normal sekitar 3 % dengan berat kurang lebih satu orang, dan tidak
lebih dari 20 % breaking load
2) Tali statik tidak menyangga kejut
3) Tali statik cenderung bersarung tebal untuk melindungi inti (core)
4) Tahan terhadap abrasi dan gangguan lumpur dan pasir yang merusak
5) Kaku untuk dipegang dan untuk pembuatan simpul
c. Semi, daya regang antara dinamis dan statis dapat digunakan untuk
climbing maupun rappelling.
Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat
simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi
kekuatan tali sampai 10%. Ukuran tali yang umum dipakai bergaris tengah
(diameter) 11 mm, panjang 45 m. Untuk pendakian yang mudah, snow
climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9 mm
atau 7 mm.
Tali kernmantel memiliki sifat-sifat :
67
a. Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff).
Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang
bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali
jenis ini.
b. Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
c. Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di
tempat teduh.
Perawatan Tali
a. Hindari memotong tali kecuali memang mengharuskan
b. Jangan meninggalkan ikatan pada tali saat menyimpan
c. Hindari gumpalan di ujung tali
d. Gunakan ukuran yang tepat di pulley
e. Hindari hentakan tiba-tiba dan ketegangan terlampau kuat pada tali
f. Hindari terkena lompatan batu atau terinjak
g. Hindari melewatkan tali pada tikungan yang tajam atau permukaan yang
kasar
h. Tali yang terkena lumpur atau pasir harus segera dicuci dengan air yang
mengalir
i. Jangan mengeringkan tali dengan api atau matahari
j. Simpanlah Tali dalam kantong
k. Tali yang cacat atau rusak harus diberi label
l. Jangan menempatkan tali terkena sinar matahari langsung
m. Hindari tersentuh dengan bahan kimia yang mencemarkan seperti: lemak,
gemuk, oli, minyak, bensin, minyak hidraulic, dll.
Mencuci Tali
a. Gunakan air yang mengalir
b. Jangan mencuci dengan sabun
c. Gunakan busa untuk membersihkan tali
Mengeringkan Tali
68
Mountaineerscoil
Skeincoil
Gambar: Webbing
69
prinsip,
dalam
rock
climbing
karabiner
digunakan
untuk
b. Tanpa kunci, karabiner ini lebih mudah untuk dipasang dan dilepas tapi
keamanannya tidak seperti carabiner screw gate.
70
71
Caving harness
Canyoning harness
mounteneering harness
72
73
Universal
bong
flat
knifeblade
shape
U shape
soft
74
8. Chock
Adalah pengaman yang disisipkan ke rekahan, celah celah, atau lubang
pada permukaan tebing. Chock mempunyai berbagai jenis dan ukuran yang
dapat disesuaikan dengan bentuk rekahan atau celah pada tebing. Disamping
piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runners). Dibuat dalam
beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi : sling chock, wired chock,
dan rope chock. Di antaranya berbentuk hexentric dan foxhead / a simetris.
Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara
memasang chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan. Sangat
disukai pemanjat yang berpengalaman, karena mudah menempatkannya
pada rekahan dan tidak memerlukan tenaga serta waktu banyak seperti
halnya memasang piton.
75
Gambar: friend
10. Palu Tebing
Berguna untuk memasang piton atau membukanya. Adapula palu yang
sudah dilengkapi dengan pemutar baut Pada bagian ekornya berbentuk
runcing untuk membersihkan dinding dan mencongkel atau melepaskan
piton. Fungsi utama dari palu tebing adalah untuk memasang anchor.
76
Gambar: etrier
14. Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu
mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki
terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan. Meskipun helm agak
mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari kemungkinan terluka atau
keadaan fatal
Penggunaan helm sangatlah dianjurkan dalam pemanjatan, helm
melindungi kepala dari serpihan atau batuan yang jatuh, juga bahaya
lainnya. Helm yang baik adalah yang ringan namun juga kuat, umumnya
dibuat dari bahan polycarbonate.
77
Gambar: helm
15. Descenders atau turun tali dan belay device
Descenders digunakan turun tebing (abseiling, rapeling). Pada prinsipnya
untuk menjaga agar pendaki tidak meluncur bebas. Keuntungan lainnya
adalah tubuh tidak tergesek tali, sehingga tidak terasa panas.
Secara umum descenders terbagi menjadi alat turun tali manual seperti
figure of eight, rack, dll; serta alat turun tali automatis seperti simple single
rope descenders (bentuknya hampir mirip auto stop). Untuk sekarang figure
of eight banyak jenisnya seperti, huit, huit antibrulure, pirana (for
canyoning), dll. Kemudian untuk rack dan autostop berdasarkan esensinya
lebih tepat digunakan untuk turun tali di tebing basah yakni dalam
berkegiatan penelusuran gua (caving).
Belay device merupakan alat yang digunakan oleh belayer (orang yang
mengamankan si pemanjat). Sama halnya dengan descenders, belay device
pun secara umum terbagi menjadi belay device manual dan otomatis. Belay
device manual contohnya yakni s. plate, verso, universo, reverso 3, reverso
4 dll. Sedangkan belay device otomatis yakni seperti stop/autostop grigri 2,
dll. Alat autostop kebanyakan dipakai untuk turun tali, namun esensi
sebenarnya alat stop/autostop dipakai untuk kegunaan belay device.
Sebenarnya ada beberapa alat descenders yang mempunyai alternatif
untuk dipakai sebagai belay device. Jadi, tak jarang kita temui alat
descenders seperti figure of eight digunakan untuk mengamankan si
pemanjat oleh belayer.
78
Figure of eight
(simple)
Figure of eight
(huit)
Figure of eight
(huit antibrulure)
rack
verso
2
16. Ascender atau alat Grigri
naik tali
Figure of eight
(pirana)
simple
universo
reverso 4
Autostop/stop
79
Ascension
(handled ascender)
Ascender tandem
Croll
(ventral ascender)
Pantin
(foot ascender)
17. Hook
80
Gambar: hook
18. Pulley
Alat yang digunakan untuk membelokan arah gaya suatu beban. Pulley
terdiri dari Fix cheek Pullay dan Oscillante Cheek Pulley. Secara umum
bentuk bentuk dasar pullay antara lain:
fixe
Tandem
Oscillante
81
Mini traxion
Pro traxion
a. Rolling Knot
Dikenal juga dengan nama Magnus Hitch. Biasanya digunakan untuk
darurat dimana tali prusik tak cukup panjang. Disebut juga Single Prusik
Knot.
82
b. Prusik Knot
Adalah simpul yang ditemukan oleh Dr. Karl Prusik. Simpul ini dapat
menahan beban agar tak bergeser ke arah balik penarik beban (hauling
tecnique). Dipakai pada tehnik clamp rope/prussiking
Gambar: klemheist
d. Bachmann
Dibuat dengan cara membalut tali utama beberapa kali melewati gate
karabinner Pada tehnik ini karabiner dapat dipakai sebagai pegangan
(handle).
Gambar: bachmann
83
e. Blake
Dibuat dengan membalut (klem) tali utama. Bentuknya sama seperti
simpul prusik namun kedua ujungnya berlawanan arah. Pada bagian
akhir dikunci dengan overhand knot.
Gambar: blake
f. Black Knot
Dibuat dengan membalut tali utama dengan sling prusik, kemudian
menyatukan kedua ujung loopnya dengan karabiner.
g. French Prusik
Simpul klem ini diawali dengan pembuatan simpul berupa loop
84
Gambar: hedden
i. Helical Knot
Setelah dibuat loop pada salah satu ujungnya, kemudian tali prusik
dibalutkan tiga kali pada tali utama. Bagian yang mempunyai loop
disilangkan, lalu dikunci dengan bagian yang tanpa loop
2. In Line Knot
Simpul yang dibuat untuk pengamanan jalur tali. Baik untuk ascending
ataupun pada descending, antara lain:
a. Alpine Butterfly Knot
Umumnya dibuat saat melakukan descending terutama pada tali yang
sangat panjang.
85
3. Bend
Adalah tehnik simpul untuk menyambung dua tali berdiameter sama atau
tidak dan webbing, antara lain;
a. Overhand Bend
Adalah simpul sambung paling mudah untuk diuraikan, umumnya
dipakai menyambung dua tali prusik (cord). Namun orang jarang
memakainya
86
87
g. Granny Knot
Digunakan untuk menyambung dua tali baik berbeda atau diameter
yang sama. Merupakan teknik simpul dengan menyilangkangkan dua
loop.
88
89
Gambar: bowline
5. Stopper Knot
Adalah jenis - jenis knot yang dapat dipakai sebagai pengunci atau
pengaman simpul utama. antara lain:
a. Overhand Knot
Lebih dikenal sebagai simpul tunggal. Merupakan simpul paling dasar
dan umumnya dipakai sebagai pengunci bagi sebuah simpul utama.
90
91
e. Bowline Knot
Lebih dikenal sebagai simpul kambing, karena diadaptasi karena
kegunaannya
yaitu
mengikat
hewan
peliharaan.
Simpul
inipun
92
hanyalah
bahwa
simpul
ini
lebih
cepat
dalam
pembuatannnya.
93
94
g. Tautline Knot
Simpul ini dikaitkan pada patok buatan atau anchor-anchor alami.
Namun cenderung membuat tali agak terpelintir.
95
b. Artificial Anchor
Adalah titik tambat yang dibuat dengan peralatan modern, seperti
choks, friends, cam, bolt, piton dan lainnya.
96
b. Triangle Power
Anchor yang dibentuk untuk mempunyai segitiga kekuatan
97
c. On The Bight
Suatu anchor yang dibentuk berdasarkan jumlah loop pada suatu knot
dengan sistem on the bight, seperti; Figure of Eight on The Bight atau
Bowline On The Bight
98
99
100
Contoh : Pada tebing kelas 5.4 tidak dapat dilewati tanpa bantuan alat
A2, tingkat kesulitan tebing menjadi 5.4 - A2.
4. British Grading System
Untuk traditional climbing dalam teorinya ada 2 bagian : tingkat secara
sifat & tingkat secara praktek. Untuk sport climbing menggunakan standar
Franch Grading System yg biasa ditulis denga huruf F UIAA. UIAA
Grading System merupakan standar internasional, system ini biasa dipakai
di Jerman Barat, Australii dan Swiszerland. Penomerannya menggunakan
angka romawi, dimulai dari angka I [easy] sampai X [hard] dengan
penambahan + untuk tingkat kesulitan diatasnya, tingakt tersulit adalah XII.
5. Brazilian Grade System
Hampir sama dengan French System , tapi dengan menerpkan
penyesuaian grading 1 - 2sup [ very easy ], 3 - 5 [ easy ] dengan maksimum
tingkat 12. penambahan "sup" ( superior ) digunakan untuk tingkat 1 - 6,
dan French Standard "a", "b" and "c" adalah penambahan untuk tingkat 7 12. 7a pada French System hampir sama dengan 8a pada Brazilian System .
101
W. Praktik Pemanjatan
Leader
102
Belayer
Cleaner
lowering
lifting
AMZ System