Anda di halaman 1dari 15

Caving

(Telusur Gua)
1. Sejarah Caving
Menurut catatan, John Beaumont, seorang ahli bedah dari Somerset, Inggris, yang juga
dikenal sebagai ahli pertambangan dan geologi amatir, sebagai orang yang pertama menuruni
sumuran (potholing) pada tahun 1674. Dia menuruni sumuran sedalam 20 meter dan
menemukan ruangan sepanjang 20 meter, lebar 3 meter dan ketinggian plafon 10 meter,
dengan menggunakan penerangan lilin.

Beaumont merangkak sejauh 100 meter dan menemukan jurang (internal pitch). Ia
mengikat pada tali di tubuhnya dan minta diulur sedalam 25 meter dan mengukur ruangan
dalam gua tersebut. Ia melaporkan penemuan ini ke Royal Society, lembaga pengetahuan
Inggris. Kemudian Johann Valsavor dari Slovenia, mendiskripsikan gua-gua antara
tahun1670-1680. Tak kurang dari 70 gua, dia membuat peta dan menerbitkannya. Semenjak
munculnya publikasi mengenai gua, semakin banyaklah orang memasuki gua.

Sejak abad ke-17 orang sudah mulai menjadikan gua sebagai obyek petualangan dan
hanya pada kalangan terbatas, baru pada abad ke-19, muncul resmi ilmu speleologi atas jasa
Edouard Alfred Martel. Dia menciptakan metode penuh disiplin dan tertib, mengubah tata
cara penelusuran gua sebelumnya dengan menstandarkan perlengkapan dan bekal yang harus
dibawa.

Caving adalah suatu kegiatan penelusuran gua. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini
membutuhkan peralatan dan teknik-teknik penelusuran tertentu. Kegiatan yang dilakukan
antara lain adalan penelusuran gua, pemetaan gua, pendataan flora dan fauna dalam gua dan
lain-lain. Ilmu yang mempelajari tentang gua dan sekitarnya disebut dengan speleologi.

Gua adalah bentukan alam yang terbentuk dalam kurun waktu ribuan tahun. Setiap usaha
merusak gua mendatangkan kerugian yang tidak dapat ditebus. Karenanya jangan merusak
gua, mengambil atau memindahkan sesuatu didalam gua tanpa tujuan jelas yang dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk tujuan ilmiah sekalipun, harus diusahakan pengambilan
spesimen secara cermat, terbatas dan selektif. Itupun setelah diyakini, bahwa belum tersedia
spesimen yang sama didalam laboratorium atau museum dan belum diambil spesimen yang
sama oleh ahli speleologi lainnya. Menelusuri dan meneliti gua harus dilakukan dengan
penuh RESPEK, tanpa mengganggu, mengusir, merusak atau mengambil isi gua, baik yang
berupa benda mati atau yang hidup.

1.1 Etika Penelusuran Gua

Seorang penelusur gua DAPAT merusak gua, karena membawa kuman, jamur dan virus
asing kedalam gua yang lingkungannya masih murni, tidak tercemar. Penelusuran gua akan
merusak gua apabila meninggalkan kotoran berupa sampah, kantong plastik, botol atau
kaleng minuman dan makanan di dalam gua.

Membuang benda-benda tersebut adalah LARANGAN MUTLAK juga dilarang


mencoret-coret gua dengan benda apapun juga.
Karenanya ikutilah MOTTO NSS dari USA:

“ Jangan MENGAMBIL sesuatu…….Kecuali mengambil POTRET”

“ Jangan MENINGGALKAN sesuatu…..Kecuali meninggalkan JEJAK”

“ Jangan MEMBUNUH sesuatu…… Kecuali membunuh WAKTU “

2. Dasar Speleologi

Secara resmi ilmu speleologi lahir pada abad ke-19 berkat ketekunan Edward Alfred
Martel. Sewaktu kecil ia sudah mengunjungi Gua Hahn di Belgia dengan ayahnya, seorang
ahli Palenteologi, kemudian mengunjungi Gua Pyrenee di Swiss dan Italia. Pada tahun 1888
ia mulai mengenalkan penelusuran Gua dengan peralatan, pada setiap musim panas ia dan
teman-temannya mengunjungi Gua-Gua dengan membawa dua gerobak penuh peralatan,
bahan makanan dan alat Fotografi. Martel membuat pekaian berkantung banyak yang sering
disebut Coverall (Wearpack). Kantung itu diisi dengan peluit, batangan magnesium, 6 lilin
besar, korek api, batu api, martil, 2 pisau, alat pengukur, thermometer, pensil, kompas, buku
catatan, kotak P3K, beberapa permencoklat, sebotol rum dan sebuah telepon lapangan yang
digendong. System penyelamatannya dengan mengikatkan dirinya kalau naik atau turun
dengna tali.

Tahun 1889, Martel menginjakkan kakinya pada kedalaman 233 meter di sumurun
Ranabel, dekat Mersille, Perancis dan selama 45 menit tergantung kedalaman 90 meter. Ia
mengukur ketinggian atap dengan balon dari kertas yang digantungi spoon yang dibasahi
alcohol, begitu spoon dinyalakan balon akan naik ke atas sampai ke atap Gua. Hingga kini
Edward Alfred Martel disebut Bapak Speleologi seperti : Pornier, Jannel, Biret dan baru
setelah PD I Robert De Jolly Dan Nobert Casteret mampu mengimbangi Martel, Robert
De jolly mampu menciptakan peralatan dari Alumanium Alloy, Nobertcasteret orang pertama
melakukan Cave Diving pada tahun 1922, dengan menyelami Gua Monthespan yang di
dalam Gua itu ditemukan patung-patung dan lukisan bison serta binatang-binatang lainnya
dari tanah liat, yang menurut para ahli, itu sebagai acara ritual sebelum diadakan perburuan
binatang ditandai adanya bekas-bekas tombak dan panah. namun dalam PD II, Gua-gua
digunakan sebagai tempat pertahanan karena di Gua akan sulit ditembus walaupun
menggunakan bom pada waktu itu.

Speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua termasuk proses pembuatannya, struktur,
fisik, sejarah dan aspek biologis. Asal kata speleologi berasal dari “spelion” artinya gua dan
“logos” artinya ilmu.

Speleologi dapat diartikan secara umum sebagai ilmu yang mempelajari tentang Gua
beserta lingkungannya. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa Speleologi adalah kegiatan
ilmiah yang banyak melibatkan aktivitas kepetualangan, dan kegiatan penelusuran gua
(Caving) adalah olahraga kepetualangan yang memiliki kaitan keilmuan sebagai nilai lebih

2.1 Karstologi

Karstologi adalah ilmu yang mempelajari fenomena karst dari berbagai aspek ilmiah
secara interdisipliner. Kata Karst berasal dari bahasa Slavia “Krs/Kras” yang berarti batu-
batuan. Karst secara umum adalah istilah bentang alam yang secara khusus berkembang pada
batuan Karbonat yang mempunyai bentuk berkelompok atau menjadi sebuah pegunungaan
dan adapula yang berbentuk tunggal, pembentukkannya  dipengaruhi oleh proses pelarutan
yang sangat tinggi di bandingkan dengan batuan di tempat lainnya dimanapun serta adanya
proses Karstifikasi
Gambar 2.1 Karst

Ford dan Williams (1989) mendefinisikan karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi
yang khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder
yang berkembang baik. Karst dicirikan oleh:
1. Terdapatnya cekungan tertutup dan atau lembah kering dalam berbagai ukuran dan
bentuk,
2. Langkanya atau tidak terdapatnya drainase/ sungai permukaan, dan
3. Terdapatnya gua dari sistem drainase bawah tanah.

Karstifikasi dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, faktor pengontrol dan faktor
pendorong. Faktor pengontrol menentukan dapat tidaknya proses karstifikasi berlangsung,
sendangkan faktor pendorong menentukan kecepatan dan kesempurnaan proses karstifikasi.

2.2 Kawasan Karst

Kawasan karst adalah kawasan yang berhubungan erat dengan daerah yang memiliki
batuan yang mudah larut (derajat kelarutan tinggi) pada air alam dan dijumpai pada semua
tempat pada lahan tersebut, dengan karakteristik relief dan drainase yang khas. Pemahaman
mengenai karst sebagai sutau kawasan tidak akan lengkap jika hanya didekati dari salah satu
aspek ilmu pengetahuan saja. Karena kawasan karst menyimpan nilai-nilai ilmiah yang saling
kait mengkait, yakni dari segi aspek ilmu pengetahuan geologi, hidrologi, speleologi, ekologi,
biologi, arkeologi, kerekaysaan dan sebagainya

Kawasan karst dapat juga terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan
tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan
dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, maka daerah tersebut dikatakan sebagai
pseudokarst (karst semu).
Klasifikasi Karst :

1. Kawasan karst kelas 1 ( kawasan yang menyimpan air terdapat gua-gua dan sungai
bawah tanah yang aktif, gua-gua yang ada peninggalan sejarah)
2. Kawasan karst kelas 2 ( kawasan pengimbun air bawah tanah dan mempunyai gua-
gua yang tidak aktif)
3. Kawasan karst kelas 3 ( berbeda dengan kawasan karst sebelumnya, karena ini berada
pada bukit-bukit yang berbentuk melengkung)

2.3 Proses Terbentuknya Goa

Gua  adalah suatu lubang di tanah, atau di batuan, atau di gunung yang terbentuk secara
alamiah. Jadi bentukan-bentukan seperti gua yang dibuat manusia sebenarnya tidak dapat
dikelompokan sebagai gua, tapi lebih tepat sebagai suatu terowongan.

Gua adalah suatu bentukan alam yang umumnya terjadi akibat adanya suatu proses alam
yang melubangi batuan. Bisa berbentuk suatu lorong yang panjang, gelap dan berkelok-kelok,
tetapi dapat pula sebagai suatu ceruk dalam. Secara umum dikenal terjadi pada dua batuan
yang jauh berbeda, yaitu pada batu gamping yang sangat intensif dan luas kejadiannya, dan
pada kasus-kasus khusus di aliran lava basalt, tetapi dapat pula terjadi pada semua jenis
batuan yang mengalami tingkat abrasi / erosi yang kuat melewati struktur-struktur tertentu.

Jenis-Jenis Gua :

1. Horizontal/ Datar
2. Vertikal/ Turun Kebawah
3. Slope/ Miring
4. Bawah air

2.4 Ornamen Gua

1. Stalagtit
Gambar 2.2 Stalagtit
Stalagtit adalah ornamen gua yang membetuk ujung tombak memanjang dan meruncing
ke bawah, menempel pada atap gua. Ini terjadi karena air yang mengandung larut yang tinggi
menetes melalui titik kecil pada atap gua. Sebelum air menetes jatuh, mengalami penguapan
sehingga larutan kapur yang terkandung di dalamnya menempel pada atap gua dan proses ini
berjalan terus-menerus hingga akhirnya menjadi bentukan yang menyerupai  pipa kecil
dengan lubang straw. Pada tahap tertentu terjadi penyumbatan pada lubang-lubang sehingga
air tidak lagi mengalir melalui ujung pipa tersebut, tetapi kembali merembes melalui pangkal
pipa dan melewati bagian luar pipa menuju ujung pipa kembali dan menetes kebawah.

2. Stalakmit

Gambar 2.3 Stalakmit

Stalakmit terbentuk dari proses terjadinya stalaktit. Ketika air menetes jatuh ke lantai
gua,  terjadi penguapan air, maka timbul penumpukkan larutan kapur yang membetuk kerucut
memanjang dan meruncing ke atas.

Stalaktit dan stalakmit yang ujung-ujungnya menyatu, menyerupai pilar/tiang disebut


Column.

3. Drapery/korden

Gambar 2.4 Drapery/Korden


Drapery/korden terjadinya hampir sama dengan stalaktit, hanya saja perembesannya
terjadi pada sebuah celah (crack) yang memanjang pada atap gua, sehingga bentukan yang
tumpul menyerupai tirai-tirai seperti korden jendela yang menggantung pada atap menuju ke
bawah dengan lekukan-lekukannya.

4. Flowstone

Flowstone terbentuk dari milyaran tetesan air yang mengalir dan menyelubungi
bongkahan batu atau tanah.

5. Grous

Grous adalah kumpulan kalsit yang berkupul (terbentuk) dialiran air atau kemiringan
tanah. Aliran ini banyak mengan dung carbon dioksida (CO2), semakin CO2 menguap atau
memuai, calsit yang terbentuk semakin banyak.

6. Soda straw
Soda straw Bentuknya seperti stalagtit tetapi berdiameter kecil, sebesar tetesan air,
panjangnya 1-15 Cm.

7. Pearls

Pearls Adalah kumpulan batu kalsit yang berkembang didalam kolam dibawah tetesan air,
disebut pearls karena bentuknya seperti mutiara.

8. Gourdam
Gourdam berbentuk Adalah kumpulan batu kalsit yang berkembang didalam kolam
dibawah tetesan air, disebut pearls karena bentuknya seperti mutiara.

3. Safety Prosedur Caving

Keselamatan dasar yaitu mengenal bahaya apa saja yang bisa terjadi di dalam gua dan
bagaimana mengantisipasi bahaya tersebut. Prosedur keselamatan yang paling sederhana
seperti memakai helm, memakai sepatu dan memakai baju yang bisa melindungi kulit dari
goresan dan yang paling penting tentunya ada penerangan.
Di balik kegiatan menjelajah gua, ada berbagai musibah yang bisa saja terjadi. Bahaya
kegiatan ini selalu terbagi dalam dua jenis, yaitu bahaya dari pelaku kegiatan dan bahaya
yang berasal dari lingkungan atau alam. Berikut ini adalah beberapa hal berbahaya yang perlu
diantisipasi saat melakukan susur gua:

1. Terjadi banjir
2. Kondisi lorong yang bervariasi
3. Keracunan gas
4. Dehidrasi
5. Bahaya dari binatang gua

Cara menanggulangi hal berbahaya yang terjadi pada saat melakukan susur gua:

1. Untuk mengenali potensi bahaya banjir diperlukan informasi tentang karakteristik


hidrologi gua yang akan ditelusuri. Diharapkan informasi ini dapat berguna untuk
mencegah kejadian dan korban berikutnya.Sistem gua:
 Gua Vadus (berada di atas muka air tanah, tidak jenuh air),
 Gua Permukaan air tanah (berada di muka air tanah)
 Gua Freatik (berada di bawah muka air tanah, jenuh air)

2. Dengan kondisi lorong yang bervariasi maka para penelusur gua harus menyiapkan
peralatan yang sesuai dengan informasi yang didapat tentang lorong-lorong yang ada
pada dalam gua, karana di dalam gua kerap terjadi benturan dan gesekan dengan
dinding dua, maka peralatan lain yang harus dipersiapkan adalah helm, sepatu, dan
baju yang bisa melindungi tubuh dari benturan dan gesekan tersebut.

3. Didalam gua terdapat gas CO2 karena tetesan air dari dinding dan atap gua senantiasa
mendifusikan gas ini. Asal mula adanya gas terjadi karena ada banyak sampah
organik yang membusuk di atas lantai gua seperti daun, ranting, dan sebagiannya
yang hanyut dan terbawa masuk ke dalam gua sewaktu banjir. Sampah itu menguap
akibat kemarau panjang, kemudian berubah menjadi gas metana, Makanya selalu
disediakan tabung oksigen.

4. Semakin mengeluarkan tenaga, penelusur gua harus cukup istirahat dan minum
kembali. Apabila sudah timbul rasa haus, meminum cairan sudah terlambat karena
tidak akan memenuhi kebutuhan lagi. Karena itu, minumlah yang banyak sebelum
merasa haus dan sebelum memasuki gua. Jangan meminum air yang ada di dalam
dalam gua karena air tersebut sudah terkontaminasi. Lebih baik membawa air minum
dalam botol atau tempat khusus, namun tetap menjaga kebersihan lingkungan.

5. Hewan seperti ular bisa saja ditemui jauh di dalam gua akibat terhanyut oleh air atau
terperosok ke dalam dari atap atau ventilasi gua. Menghindari cekungan dan lobang di
sekitar mulut gua bisa dilakukan karena di tempat itu mereka bersarang. Bahaya
lainnya adalah kotoran kelelawar (guano) yang dapat menyebabkan penyakit jalan
pernapasan seperti TBC. Oleh karena itu, wajib menghindari gua kelelawar dan bila
tetap ingin menelusurinya, wajib memakai penutup hidung khusus.

4. Teknik Penelusuran Gua

4.1 Penelusuran Gua Horisontal

Setiap penelusur gua, harus memulai perjalanannya dalam kondisi tubuh fit. Di sebuah
buku teks disebutkan , apabila badan terasa kurang fit, sebaiknya perjalanan eksplorasi gua
dibatalkan (etika penelusuran gua). Di karena udara di dalam gua sangat buruk, penuh deposit
kotoran burung dan kelelawar, ditambah kelembaban yang sangat tinggi. Mudah sekali dalam
kondisi demikian seorang penelusur gua terserang penyakit paru-paru.

Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua sedikit banyak harus
harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat menjadi panik dalam
keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh juga mempengaruhi kecepatan gerak seorang
penelusur gua. Penelusur Gua ideal adalah yang memiliki badan relatif kecil meskipun belum
tentu menjadi jaminan akan menjadi penelusur handal.

Dalam penelusuran horisontal, kita lakukan gerak, jalan membungkuk, merangkak,


merayap, tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang. Dengkul dan ujung
siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur atau caver.
4.2 Penelusuran Gua Vertikal

Ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran gua vertikal, tetapi yang terbaik
karena efektifitasnya adalah Single Rope Technique (SRT). SRT hanya menggunakan satu
tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan beban ketika menaiki tali tersebut,
sehingga menggunakan dua alat naik. Berikut adalah perlengkapan penelusuran gua :

a. Helm

Ada beberapa kriteria untuk memilih helm yaitu: lentur dan kuat, ringan,
mempunyai lubang sirkulasi dan memiliki pengait supaya tidak mudah lepas.
Yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan.

Gambar 4.1 Helm

b. Wearpack

Terbuat dari bahan PVS, Nylon, Fabric. Bentuknya baju terusan panjang disertai


kantong tergantung design. Yang berfungsi melindungi tubuh dari gesekan, basah,
dan dingin.

Gambar 4.2 Wearpack


c. Sepatu boot
Jenis sepatu boot dengan sol yang lentur dan kasar. Tahan terhadap
gesekan, grip, dan sol tahan air dan lumpur. Yang Berfungsi sebagai alas dan
melindungi kaki.

Gambar 4.3 Sepatu Boot

d. Headlamp
Berfungsi memberikan penerangan.

Gambar 4.4 Headlamp


e. Tali Carmantel
Berfungsi sebagai alat utama untuk lintasan SRT. Jenisnya Static dan 
Dynamic  dengan syarat kuat, tahan gesekan, berdaya lentur rendah, dan
tahan panas.

Gambar 4.5 Tali Carmantel

f. Webbing
Adalah tali pita yang terbuat dari anyaman nylon dengan kemampuan
menahan beban berat. Digunakan untuk membuat harnest, anchor , dll.

Gambar 4.6 Webbing

g. Carabiner
Biasa disebut cincin kait yang berfungsi sebagai pengait untuk pengaman.
Terbagi atas dua kelompok yaitu:
 Screw gate carabiner: Screw oval, Screw,delta
 Non screw gate carabiner: Snap oval, Snap delta.

Gambar 4.7 Carabiner

h. SRT set
1. Ascender (peralatan naik)
- Croll/ alat naik di dada
- Jummar/ alat naik di tangan

Gambar 4.8 Ascender

2.   Descender (peralatan turun)
- Autostop/ alat turun dengan sistem kunci otomatis
Gambar 4.9 Descender

Anda mungkin juga menyukai