A. SPELEOLOGI
a. Pengertian Speleologi
Speleologi secara morfologi berasal dari bahasa Yunani yaitu : Spalion = Gua
dan Logos = ilmu. Jadi secara harfiah diterjemahkan ilmu yang mempelajari tentang gua,
tetapi karena perkembangan speleologi itu sendiri, speleologi juga mempelajari tentang
“ Gua adalah setiap ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki orang “
“Setiap lubang di bawah tanah baik terang maupun gelap, luas maupun sempit, yang
terbentuk melalui sistem percelahan, rekahan atau aliran sungai yang kadang
1
b. Proses Terbentuknya Goa dan Jenis – jenis Gua
Menurut proses terbentuknya, gua dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Gua Lava
Yaitu gua yang terbentuk akibat aktifitas vulkanik dari gunung berapi. Ketika
memanjang. Ketika bagian atas/permukaan lava sudah membeku, laca yang dibawah
b. Gua Littoral
Yaitu gua yang terbentuk didaerah tebing pantai, akibat pengikisan yang
Yaitu gua yang terjadi didalam daerah batuan kapur/limenstone, akibat dari
pengikisan air terhadap batuan kapur di dalam tanah. Gua kapur inilah yang menjadi
obyek penelusuran dan ekspoitasi bagi pecinta alam atau penelitian yang tidak habis-
habisnya oleh para ilmuwan. Hal ini disebabkan karena banyak daerah atau kawasan
hunian yang berstruktur batuan kapur, sehingga gua-gua yang ada disekitarnya,
bagaimana pun juga mempunyai pengaruh positif maupun negatif bagi masyarakat yang
d. Gua Vulcanic
2
Di dunia ini terdapat berbagai jenis gua alam yaitu :
Gua garam (NaCl) : Gua yang materi pembentuknya terdiri dari garam
Gua es : Gua yang materi pembentuknya terdiri dari es, akibat dari es yang
mencair sebagian.
Gua Lava : Akibat aliran lava yang sudah mati, biasanya pada gunung yang tidak
aktif lagi.
Gua batu kapur : Gua yang materi pembentuknya terdiri dari batu kapur atau batu
gamping ( CaCo )
3
Gua gips : Gua yang materi pembentuknya terdiri dari bahan gips.
90% dari gua-gua di dunia adalah gua yang materi pembentuknya dari batu kapur.
Dalam eksplorasi, kita harus mengenal jenis atau tipe-tipe lorong yang akankita
maupun hingga pada penyelamatan diri terhadap bahaya-bahaya penelusuran goa. Secara
Lorong Fosil
Pada lorong ini kondisi hidrologi relatif amat minim bila dibandingkan dengan
lorong-lorong lainnya. Terutama pada pertumbuhan ornamen goa yang sudah mencapai
nol. Kelembaban yang cukup rendah dan suhu yang relatif tinggi merupakan ciri utama
lorong ini.
3
Lorong Vadose
Lorong Vadose ini merupakan lorong goa yang hanya dialiri air pada musim
penghujan sehingga secara relatif lorong ini memiliki kelembaban yang lebih tinggi
dibandingkan lorong fosil, dan suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan lorong fosil.
Pertumbuhan ornamen-ornamen goa relatif masih tetap ada meski sudah semakin
mengecil.
Suatu lorong bisa dikatakan sebagai lorong muka air apabila ditemui aliran
sungai bawah tanah, namun belum tentu jika ditemui kolam bawah tanah merupakan
lorong muka air. Pada lorong ini pertumbuhan ornamen masih sangat maksimal dengan
kelembaban yang relatif paling tinggi dan suhu yang relatif paling rendah dibandingkan
lorong-lorong lainnya.
Lorong Freatik
Lorong ini hanya dapat dimasuki dengan teknik penyelaman (Diving). Kondisi korong ini
memiliki dinding goa yang relatif halus dibanding lorong goa lainnya.
4
d. Ornamen/Dekorasi Gua (Speleothem)
dan style (corak). Form adalah speleothem dengan bentuk dasar yang dapat membedakan
berdasar pada perilaku pertumbuhan mineral atau mekanisme dasar deposisinya. Style
adalah klasifikasi lanjutan dari form yang menjelaskan bentuk berbeda yang merupakan
hasil dari perbedaan tingak aliran, tingkat deposisi, dan faktor lainnya.
Namun, secara garis besar ada pengklasifikasian yang lebih sederhana yaitu :
Yaitu ornamen gua yang terbentuk karena aliran air. Terdiri dari :
1. Canopy
Ornamen yang tumbuh pada dinding goa, berbentuk menyerupai setengah tudung
payung, atau jamur terbentuk karena aliran ait yang mengalir diatas batu yang menenpel
5
2. Gordyn
Ornamen yang menempel pada dinding goa, memanjang dari atas ke bawah dan
3. Draperis
Merupakan ornamen pada dinding goa yang menyerupai susunan gigi atau
bentukan gergaji.
4. Gourdam
Ornamen ini berebntuk mirip petak-petak sawah. Ada dua jenis mikro (berukuran
kecil) dan makrogourdam (berukuran besar). Terbentuk akibat pengendapan kalsit pada
saat aliran air terhambat atau diperlambat pada bibir gour tersebut.
pengaruh gravitasi.
Straw : merupakan jenis stalagtit dengan diameter sesuai dengan tetesan airdan
6
2. Batu tetes tegak :
Stalagmit : ornamen yang tumbuh dari lantai goa yang dikarenakan tetesan dari
3. Bentukan lain
Cave pearl (mutiara goa) : ornamen benrbentuk bola kristal atau mutiara yang
terbentuk pada kolam dibawah tetesan air, terjadi karena endapan kristal kalsit
yang menyelubungi butiran pasir lapis demi lapis akibat bergulirnya butiran pasir
Colum : ornamen yang berupa stalagmit dan stalagtit yang telah bertemu
7
4. Daftar Gambar Ornamen Gambar
Stalaktite
Stalagmite
Helectite
8
Soda straw
Gourdam
Flowstone
Curtain/Gordyn
9
Canopy
Cave Pearl
Moon Milk
10
e. Lingkungan Gua
1. Zone terang : bagian goa yang masih bisa menerima cahaya matahari secara langsung.
2. Zone Peralihan : bagian gua yang menerima cahaya matahari tetapi tidak secara
langsung seperti dari pantulan dinding goa. Fluktuasi suhu dan kelembaban masih
3. Zone gelap total : bagian goa yang sama sekali tidak ada cahaya (gelap abadi).
Fluktuasi suhu dan kelembaban sangat kecil, relatif konstan. Hewan-hewan yang hidup di
Trogloxene : hewan yang secara kebetulan berada dalam goa karena sebenarnya
hewan tersebut asing terhadap lingkungan goa seperti musang, ular, nyamuk.
luar lingkungan goa seperti kelelawar dan walet. Hewan jenis ini hanya
goa, sehingga memiliki sifat-sifat yang jauh berbeda dengan hewan-hewan yang
ada di permukaan. Tandanya antara lain berpigmen sedikit, kulit tipis dan
sungut.
11
B. SEJARAH PENELUSURAN GUA
Tidak ada catatan resmi kapan manusia menelusuri gua. Berdasarkan peninggalan
– peninggalan, berupa sisa makanan, tulang belulang, dan juga lukisan – lukisan, dapat
disimpulkan bahwa manusia sudah mengenal gua sejak puluhan tahun silam yang tersebar
di benua Eropa, Afrika, dan Amerika. Menurut catatan yang ada, penelusuran gua dimulai
oleh John Beaumont, ahli bedah dari Somerset, England (1674). Ia seorang ahli tambang
dan geologi amatir, tercatat sebagai orang pertama yang menelusuri sumuran (potholing)
sedalam 20 meter dan menemukan ruangan dengan panjang 80 meter, lebar 3 meter, serta
Menurut catatan, Beaumont merangkak sejauh 100 meter dan menemukan jurang
(internal pitch). Ia mengikatkan tambang pada tubuhnya dan minta diulur sedalam 25
meter dan mengukur ruangan dalam gua tersebut. Ia melaporkan penemuan ini pada
mendeskripsikan gua – gua antara tahun 1670-1680 adalah BARON Johann Valsavor
dari Slovenia. Ia mengunjungi 70 gua, membuat peta, sketsa, dan melahirkan buku
Joseph Nagel, pada tahun 1747 mendapat tugas dari istana untuk
kali tercatat tahun 1818, ketika Kaisar Habsbrug Francis I dari Austria meninjau gua
memudahkan tempat itu dapat dicapai. Diberi penerang dan pengunjung dikenai biaya
12
masuk. New York Times pada tahun 1881 mengkritik bahwa keindahan gua telah dirusak
hanya untuk mencari keuntungan. Stephen Bishop pemandu wisata yang paling berjasa,
ia budak belian yang dipekerjakan oleh Franklin Gorin seorang pengacara yang
membeli tanah disekitar gua Mammoth, Kentucky Amerika Serikat pada tahun 1838. dan
Secara resmi ilmu Speleologi lahir pada abad – 19 berkat ketekunan Edward
Alferd Martel. Sewaktu kecil ia sudah mengunjung gua Hahn di Belgia dengan ayahnya
seorang Paleontologi, kemudian juga mengunjungi gua Pyrenee di Swiss dan Itali. Pada
tahun 1888 ia mulai mengenalkan penelusuran gua dengan peralatan, pada setiap musim
panas ia dan teman – temannya mengunjungi gua – gua dengan membawa 2 gerobak
penuh peralatan, bahan makanan, dan alat fotografi. Martel membuat pakaian berkantung
banyak yang sekarang disebut cover all (wearpack). Kantung itu diisi dengan peluit,
batangan magnesium, 6 lilin besar, korek api, batu api, martil, 2 pisau, alat pengukur,
thermometer, pensil, kompas, buku catatan, kotak P3K, beberapa permen coklat, sebotol
mengukur ketinggian atap dengan balon dari kertas yang digantungi spon yang dibasahi
alkohol, begitu spon dinyalakan balon akan naik keatas mencapai atap gua. Hingga kini
Edward Alfred Martel disebut bapak Speleologi. Kemudian banyak ahli speleologi
13
Baru setelah PD I Robert De Jolly dan Nobert Casteret mampu mengimbangi
MARTEL. Robert de Jolly mampu menciptakan peralatan gua yang terbuat dari
alluminium Alloy. Nobert Casteret orang pertama yang melakukan “Cave Diving” pada
tahun 1922, dengan menyelami gua Motespan yang di dalam gua itu ditemukan patung –
patung dan lukisan bison serta binatang lain dari tanah liat, yang menurut para ahli, itu
sebagai acara ritual sebelum diadakan perburuan binatang, ditandai adanya bekas – bakas
tombak dan panah. Namun dalam PD II, gua-gua digunakan sebagai tempat pertahanan,
karena pertahanan di gua akan sulit ditembus walaupun menggunakan bom pada waktu
itu.
Di Indonesia speleologi relatif tergolong suatu ilmu yang baru. Dalam hal ini
masih sedikitnya ahli – ahli speleologi maupun pendidikan formal tentang speleologi.
Speleologi baru berkembang sekitar tahun 1980, dengan berdirinya sebuah club yang
bernama “SPECAVINA”, yang didirikan oleh NORMAN EDWIN (alm) dan RKT Ko
Namun karena adanya perbedaan prinsip dari keduanya maka terpecah, dan
1. Norman Edwin (alm) mendirikan klub yang diberi nama “GARBA BUMI”,
14
d. Sejarah Penelusuran Gua Di Indonesia
Sejarah penelusuran goa di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1980-an hingga
kini banyak diminati oleh para petualang maupun mahasiswa. Apalagi dengan dengan
lahirnya SPECAVINA yang didirikan oleh dr. RKT. Ko dan Norman Edwin (Alm),
namun terpecah karena adanya perbedaan pendapat yang akhirnya Norman Edwin
berikutnya berdirilah beberapa klub Speologi di kota besar Indonesia seperti ASC (
Yogyakarta), SCALA ( Malang ), DSC ( Bali ), SSS ( Surabaya ) dan seagainya. Dengan
berdirinya klub-klub speologi tersebut maka para petualang dan penelusur goa di penjuru
15
C. KODE ETIK PENELUSURAN GUA
Motto
Kode etik ini pertama kali dicetuskan oleh National Speleological Society
(Amerika Serikat). Karena mudah dipahami setiap penelusuran gua, maka kode etik ini
diterima secara internasional dan menjadi pegangan bagi semua penelusuran gua. Kode
bahan gua tanpa tujuan jelas. Bila dilakukan untuk tujuan ilmiah maka tindakan
2. Kegiatan penelusuran gua wajib dilaksanakan secara tertib, hati – hati dan penuh
3. Kegiatan menelusuri gua, baik dari segi olahraga, petualangan maupun ilmiah,
4. Penelusur gua wajib bertindak wajar. Tidak melampui batas kemampuan fisik
maupun teknik dan kesiapan mental dirinya sendiri. Tidak memandang rendah
16
5. Senantiasa menunjukkan respek pada penelusur gua lain dengan cara
memasuki gua.
9. Tidak melakukan duplikasi penelitian yang sedang dilakukan peneliti lain, pada
tetapi wajib dianggap sebagai suatu anugrah, rahmat, karunia dan berkah
(privilege)
3. Memilih sebagai tujuan utama penelusuran gua: koservasi (pencagaran) gua dan
4. Wajib memberi pertolongan sesuai dengan batas kemampuan, bila ada penelusur
17
7. Wajib memberitahukan kepada sesama penelusur, bila dijumpai bagian – bagian
8. Bila mengalami suatu muzibah, maka hal itu tidak boleh dirahasikan. Wajib
pengawas dan pengelola wilayah tersebut dan semua penggiat penelusur gua
terulang kembali.
Bila ada rencana menelusuri gua, wajib memberitahukan kepada keluarga, rekan
atau sesama anggota perkumpulan, penduduk dan kepala desa terdekat data sebagai
berikut:
1. Maksud dan tujuan menelusuri gua, rencana waktu masuk, rencana waktu keluar,
2. Bila sampai terjadi muzibah, atau belum keluar pada waktu yang sudah
3. Wajib memilih dan patuh kepada pemimpin penelusur gua yang kompeten,
mental, fisik dan derajat ketrampilan penelusuran gua, yang wajib disesuaikan
4. Wajib mempelajari semua acuan yang dibutuhkan sebelum memasuki gua: peta
geologi, peta topografi, keadaan iklim, khususnya curah hujan, peta-peta gua
semua alat atau perlengkapan yang harus tersedia secara lengkap, sesuai
kebutuhkan.
18
c. Bahaya-Bahaya Penelusuran Gua Dan Pencegahannya
konseptual dan diakui secara INTERNASIONAL ialah adanya dua pengertian yang
berbeda pendekatannya. Kedua pengertian itu harus diperhatikan secara bersama, tidak
boleh terpisah dan keduanya harus ditangai secara bersama. Baik dari segi perizinan,
rekomendasi, kegiatan penelusuran gua, pendataan gua, konsep pengolahan gua, untuk
tujuan apapun.
1. Pengertian Antroposentrisme.
2. Pengertian Speleosentrisme.
1. Antroposentrisme
manusia pengunjung gua. Manusialah yang perlu dilindungi terhadap bahaya. Ia harus
aman, nyaman menelusuri gua. Bahaya – bahaya dari sudut pandang antroposentrisme:
1. Terpeleset
3. Tersesat.
4. Tenggelam
5. Kedinginan (hipotermia).
6. Dehidrasi,
8. Keracuanan gas
19
Keamanan menelusuri gua sangat tergantung kepada sikap dan tindak tanduk si
penelusur gua itu sendiri. Untuk memudahkan si penelusur gua mengingat semua
tindakan pengaman, maka hikespi telah menyusun ringkasan singkat mudah diingat. Arti
Kemana anda pergi memasuki gua, beritahukanlah kepada teman atau keluarga;
Empat orang adalah jumlah minimal yang dianggap aman untuk menelusuri gua.
Bila satu yang celaka, satu menemaninya, dua yang keluar gua minta
pertolongan.
Alat-alat yang dibawa harus memadahi. Setiap pemakai harus paham betul cara
menggunakannya.
Ajak selalu orang yang berpengalaman dalam teknik penelusuran dan berwibawa.
Nafas sesak dan tersengal-sengal merupakan pertanda, bahwa ruang gua penuh
Akal sehat, ketrampilan, persiapan matang, perhitungan cepat dan tepat, serta
kenekatan.
Naluri keselamatan yang ada pada setiap penelusur gua harus dikembangkan dan
diperhatikan, karena naluri ini sering diandalkan sebagai factor pengaman ampuh.
20
2. Speleosentrisme
Perlu diketahui, bahwa pemikiran dari segi bahaya penelusur terhadap gua, tidak
mendapat perhatian yang seimbang. Hal ini disebabkan akibat keacuhan, kurang
pengertian terhadap bentukan alam yang begitu peka, rendah daya dukungnya, rendah
daya lentingnya.
3. Secara konsekuen ditetapkan undang – undang tepat yang melindungi gua dan
5. Larangan media massa menerbitkan artikel mengenai gua-gua indah dan peka.
7. Gua ditutup.
8. Mengsakralkan gua.
21
Untuk menjaga keutuhan lingkungan gua, HIKEPSI berhasil pula menyusun
Nasehat dari ilmuwan dan saran-saran mereka senantiasa harus diperhatikan dan
Sumber daya AIR, BIOTA, FORMASI dan SEDIMEN GUA perlu dijaga
kelestariannya.
Ekologi di dalam dan di luar gua ERAT HUBUNGANNYA dan berada dalam
KESEIMBANGAN DINAMIS.
Vandalisme amat merusak gua dan lingkungannya. Harus aktif ditentang atau
dihindari.
Sadarkan semua pihak akan pentingnya hampir semua gua sebagai sumber daya
Inisiatif ikut menjaga kelestarian gua dan lingkungannya, besar artinya bagi nusa, bangsa
22
D. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PENELUSURAN GUA
EN (European Norm)
Alat yang digunakan harus diketahui kekuatan dan beban maksimal yang
direkomendasikan. Alat harus tahan terhadap situasi dan kondisi gua yang rentanterhadap
abrasi / gesekan, air, lumpur, batuan kapur. Peralatan gua vertkal direkomendasikan yang
telah melewati ”individually tested” yang ditandai dengan beban maksimal ”MAX” dan
c. Fungsionalitas
Pemilihan peralatan perlu diperhatikan fungsi alat, hal ini berkaitan dan
penggunaan yang efektif dan efisien. Selain dari fungsi dasar, perlu di pahami fungsi –
fungsi tambahan pada alat. Penggunaan alat akurat, tepat guna dan sesuai dengan
kebutuhan (simplicity). Faktor yang perlu diperhatikan adalah”berat”, yang hal ini
23
d. Uraian standard peralatan penelusuran gua
a. Cover All
Keterangan : Bahan cover all mampu melindungi dari gesekan, basah dan dingin,
b. Sepatu
Keterangan : Sepatu mampu melindungi mata kaki, tahan terhadap gesekan, grip dan sol
24
c. Helm
Keterangan : Bahan terbuat dari fiber carbon, kevlar atau polycarbonate. Helm didesign
d. Pencahayaan
25
e. Peralatan Gua Vertikal :
a. Tali
- Abrasi / gesekan
- Simpul
- Bahan kimia
- Umur tali
26
b. Peralatan Rigging
27
c. Carabiner
1. Harness
2. Maillon Rapide 8 mm
28
3. Cowstail Pendek dan Panjang
4. Carabiner
Jenis :
c. D screwgate
29
5. Descender
6. Ascender
30
8. Chest Harnest
9. Foot Loop
31
E. PENELUSURAN GUA HORIZONTAL
dan barang mereka dalam tas caving kecil. Paling mudah, serta cara paling efektif dan
dengan dampak minimal terhadap gua dalam lintasan jalan adalah dengan mengikuti jalan
yang sama dengan jalan yang dilewati oleh anggota team di depan, dengan hati-hati
dengan santai dan hindari perubahan kemiringan yang tidak perlu-meskipun ini ditempuh
dengan jarak yang lebih jauh. Ini akan menghemat tenaga. Perhatikan pandangan di
Jika ada anggota tim yang tertinggal di belakang, leader harus memperlambat
jalannya. Jika anggota yang paling lambat berhenti, leader harus berhenti dan tidak
melanjutkan jalannya seketika saat anggota paling belakang sampai padanya, ini akan
memberi waktu istirahat pada anggota team yang lain. Beri waktu istirahat secara berkala,
hal ini untuk memberikan tubuh kita waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan gua.
Kondisi gua yang lembab dan wearpack yang menangkap penguapan tubuh melalui
keringat yang menghalangi mekanisme pendinginan tubuh dan membuat kita menjadi
basah. Untuk mencegah hal ini, buka bagian atas wearpack ketika melewati lintasan
kering.
32
b. Teknik Peneluusuran Gua Horizontal
a. Lintasan merayap
saat menelusurinya.
c. Down Climbing
33
d. Duck Walking Dan Merayap Pada
lintasan rendah
34
F. PEMETAAN GUA
a. Definisi Peta
Suatu gambaran proyeksi 2 (dua) dimensi dengan skala lebih kecil dari suatu
bidang 3 dimensi yang mempunyai batas-batas tertentu. Suatu gambaran proyeksi dengan
1. Merupakan bukti otentik bagi penelusuran gua, sebagai team / penelusur pertama
3. Untuk mencari korelasi korelasi sistem perguaan dengan gua gua disekitarnya
4. Kepentingan Hankamnas
7. Sebagai data / rekaman keadaan gua pada saat itu (biasanya disertai dengan foto).
35
c. Peralatan Yang Digunakan
1. Kompas
2. Pita ukur
Untuk grade 5 dan atasnya,pita ukur yang digunakan adalah yang terbuat
3. Klinometer
4. Topofil
6. ATK
36
d. Standard Grade (Tingkatan) Dan Klassifikasi Peta Gua
Peta gua yang dibuat memiliki tingkatan sesuai derajat ketilitian saat survey
1. Grade 1
Gambar / sket kasar tanpa skala yang benar dan dibuat di luar gua dengan dasar
2. Grade 2
Gambar / sket kasar tanpa skala yang benar dan dibuat di sdalam gua tanpa alat
3. Grade 3
Sket yang digambar di dalam gua dengan bantuan kompas, tali ukur yang
4. Grade 4
kain.
5. Grade 5
37
6. Grade 6
Pada dasarnya sama dengan grade 5, tetapi kompas dan klinometernya diletakkan
pada tripod sehingga tida/ akan bergerak sewaktu akan dilakukan pengukuran.
7. Grade X
Selain membuat tingkat ketelitian (grade) peta gua, BCRA juga membuat
Class A
Class B
Class C
Class D
38
e. Survei Dan Pengambilan Data
a. Metode survey
1. Forward Method
Dimana pembaca alat dan pencatat data pada station pertama, sedang target pada
station kedua. Setelah pembacaan selesai pembaca dan pencatat data berpindah ke station
kedua, target pindah ke station ketiga. Dan seterusnya sampai station terakhir.
39
2. Leapfrog Method
Pembaca alat dan pencatat data pada station kedua, target pada station pertama.
Setelah pembacaan selesai, target pindah ke station ketiga, dilakukan pembacaan. Setelah
selesai pembaca dan pencatat pindah ke station keempat. Setelah selesai target1pindah ke
1. Top to Bottom
Pengukuran dimulai di mulut gua (entrance) sampai ujung lorong / dasar gua atau
sampai terakhir.
2. Bottom to Top
Pengukurran dari ujung lorong / dasar gua sampai entrance jadi kebalikan dari
system pertama
40
c. Penentuan Station
1. Pertimbangan arah
Idealnya dalam satu team survey pemetaan gua terdiri dari 5 (lima) orang
lorong
(kemiringan lantai)
41
i. Orang Kelima : Sebagai leader, penentu titik station
j. Worksheet Survey
42
BAB II
Salah satu bagian yang harus dimiliki seorang penelusur gua adalah pengetahuan
tentang simpul dan kemampuan membuat simpul dengan mudah dan cepat. Untuk itu
dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, dan dalam hal ini ditekankan untuk memahami
dengan baik tentang pengetahuan simpul. Banyak sumber yang menyarankan untuk
sendiri.
Pendekatan yang disarankan saat ini menganggap jauh lebih baik menggunakan
simpul. Tetapi perlu diketahui berbagai macam simpul demana dibutuhkan untuk suatu
hal yanmg bersifat darurat maupun kesulitan lain selama melakukan penelusuran gua.
Untuk pendalaman dan pemahaman simpul yang penting dan sering digunakan dalam
penelusuran gua secara detail untuk memudahkan jika dalam keadaan darurat,
pertolongan akan lebih mudah dilakukan seorang penelusur dalam membuat simpul tanpa
harus berpikir dua kali. Hal ini cenderung berlaku sebagai otomatis, karena penelusur
43
a. Kriteria Simpul Yang Baik.
Simpul yang baik untuk penelusuran gua Vertikal dibagi 5 ( lima ) kriteria, antara lain
sebagai berikut :
1. Mudah dibuat.
3. Aman, dengan ikatan / lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun tertumpuk
44
False Alpine
bowline
butterfly butterfly
Double bowline
Tape
On a bight
Rabbit
45
Double fisherman
46
B. TEKNIK PENELUSURAN GUA VERTIKAL
tubuh. Dalam turun free hang dimana kaki kita samasekali tidak
47
2 . Berhenti pada Rapelling
operasi ini.
cowstail, setelah itu pindahkan descender lalu pasang pada tali selanjutnya yang
48
4. Melepas cowstail, Lepas cowstail dengan berdiri di atas. dinding atau di loop
yang dibuat oleh tali atas. Jangan lupa untuk melepas tali dari
karabiner friksi
1. Prosedur 1
1. Turun sampai descender berhenti pada sambungan tali (lepas karabiner friksi dari
2. Pasang upper ascender (yang terkait pada cowstail panjang) sejajar dengan wajah
3. Berdiri pada footloop, pasang croll diantara upper ascender dan descender, beban
5. Turun kan croll dengan berdiri pada footloop kemudian upper ascender sedekat
6. Lepas croll dan turun perlahan ini akan memindahkan beban dari croll ke
sebelum membebaninya.
49
2. Prosedur 2
di atas ascender
kembali
50
c. Melintasi Deviasi
2. Jika dinding samping bisa dijangkau dengan kaki, dorong tubuh untuk membuat
3. Saat melakukan ini, lepas karabiner deviasi dengan tangan yang bebas dan taruh
di atas descender.
membuat kehilangan
Untuk menghindari terbelitnya tackle bag dengan tali utama, gunakan kaki kanan
untuk menahan tali utama, Gunakan kaki untuk mengarahkan tackle bag dari tali jika
tackle bag ada kemungkinan untuk mengayun. Taruh tackle bag di punggung untuk
sementara waktu jika ada kemungkinan bahaya batuan jatuh atau ketika mendekati
aliran air.
51
e. Menuruni Pits Panjang
untuk memasang decender. Ketika descender sudah terpasang, lepas ascender, dan
mulailah turun. Di awal. Kamu mungkin akan menaruk tali, pertama dengan kedua
tangan dan kemudian dengan satu tangan, selanjutnya kamu akan merasakan teknik
dengan karabiner, sehingga kamu akan mendapat dua tangan untuk menarik tali.
Untuk rappelling di atas 200 meter tanpa sebuah rebelay, gunakan escender rack.
Dengan menambahkan palang atau barnya ketika turun, akan menambah gerakan
friksinya.
52
f. Memanjat Tali dengan Menggunakan System Frog Rig
Perkembangan dan penggunaan dari system sit – stand (duduk – berdiri)- yang
secara luas dikenal sebagai system Frog- telah secara tajam mengurangi penggunaan
tangga baja caving. Selama era tangga baja, tali hanyalah digunakan untuk turun, dengan
turun memakai friksi pada punggung sebelum ditemukannya figure of eight descender Di
awalnya belum ditemukan teknik untuk menaiki tali yang sederhana, efisien dan semua
Adalah Andre Meozzi seorang anggota aktif Speleo Club de la Tronche (Isere,
France), yang pertama kalinya mengembangkan teknik modern. Anggota club ini
mengadopsi metodenya dengan antusias, dan hal ini membantu mereka untuk membuat
kemajuan yang signifikan dalam eksplorasi mereka.Namun metode sit-stand belum bisa
diterima dengan begitu cepatnya dimana-mana pada saat itu, Hanya saja pada saat EFS
klub La Tronche untuk mengelola sesi latihan . Sekarang di Eropa telah mengadopsi
a. Perlengkapan
Sebuah ascender yang dipasang pada sebuah footloop dihubungkan pada karabiner
cowstail panjang, Ascender dada, Croll (ditemukan oleh Fernand Petzl) diletakkan antara
harness dada dengan maillon rapide.500 gram pada perlengkapan personal dibandingkan
dengan berat kabel baja yang sekitar 12,5 Kg per 100 meter. Disinilah letak revolusi pada
perbedaan keduanya.
53
b. Teknik
- Buka penutup chest ascender dengan gerakan memutar pada handlenya, masukkan
tali di dalamnya.
- Gunakan gerakan yang sama pada ascender atas, letakkan sejajar dengan mukaPilih
sebuah single footloop , taruh satu kaki pada footloop untuk membantu mendorong
tubuh ke atas. Untuk mengatur panjang footloop, berdiri tegak sambil memegang
footloop yang dibuat tegang dengan kaki menginjak tanah dan didalam footloop.
Harness dada (chest harness) harus dikenvangkan dan Croll diposisikan di tali. Pada
posisi ini, bagian bawah dari upper ascender harus 2 – 3 cm di atas chest ascender.
54
1. Teknik memanjat terbagi dalam 2 (dua) fase :
1. Dorong upper ascender setinggi mungkin. Bersamaan, ngkat kaki, tekuk lutut
hingga tumit berada di bawah selangkangan. Taruh satu kaki pada footloop diatas
2. Jaga tubuh dan kepala tetap lurus saat mendorong kaki ke bawah dan belakang,
dengan kaki yang bebas diletakkan di atas yang lain untuk membagi kerja
menjaga tubuh bagian atas untuk dekat dan sejajar dengan tali. Hindari menarik
memiliki jumlah otot yang lebih sedikit daripada kaki, menggunakan lengan akan
dengan cepat melelahkan. Ketika kaki telah sepenuhnya berdiri, taruh beban
tubuh dengan cara duduk pada chest ascender. Ini akan melengkapi satu
siklusnya. Dorong lagi upper ascender, melangkah pada footloop, dan seterusnya
55
2. Naik melewati Rebelay
simpul
5. Pindahkan upper ascender dari tali bawah dan letakkan pada tali atas, di atas croll
6. Mulai memanjat dengan berdiri pada footloop dan tarik tali di bawah croll
7. Setelah 1 – 2 langkah naik, cowstail pendek akan mengendur, dan lepas cowstail
pendek
rebelay
56
3. Melewati Simpul
5. Lanjutkan naik.
57
C. RIGGING
Teknik pemasangan lintasan baik vertical maupun horizontal yang digunakan untuk
- Aman
a. Persiapan
Jika terdapat dokumentasi suatu survey system perguaan, dan kita bermaksud
untuk melaksanakan survey di kawasan tersebut, kita bisa melihat informasi rigging yang
tepat. Namun hal ini tidak berlaku apabila kita bermaksud ntuk melaksanakan survey di
daerah yang baru atau untuk melanjutkan eksplorasi. Dalam hal ini kita membutuhkan
beberapa pengetahuan mengenai kawasan karst yang akan kita survey, dan terutama
informasi morfologi kawasan tersebut. Ini akan membantu kita untuk menentukan jumlah
tali yang harus dibawa. Jumlah juga bergantung pada jumlah tim serta durasi eksplorasi
yang direncanakan. Ukuran tali tergantung pada kemampuan teknik tim serta frekuensi
penggunaannya.
58
2. Pengecekan awal
Kondisi semua tali harus dicek lagi sebelum atau ketuka dimasukkan ke dalam
tas. Selama pemeriksaan ini, setiap tali harus dilepas ikatannya serta dicek secara visual
dan manual terhadap kemungkinan rusaknya mantel tali, perbedaan diameter atau
Simpul bisa berupa sebuah simpul delapan, tidak terlalu ketat, ditempatkan kira-
kira 1 meter dari ujung tali. Ynag mana simpul ini bisa disambung dengan tali yang lain
ketika tali pertama sudah habis sebelum dasar pitch tercapai. Pastikan semua tali yang
4. Packing tali
Pertama sekali adalah menempatkan simpul stopper pada ujung tali. Dan biarkan
simpul tergantung di luar tackle bag, kemudian masukkan sisa tali ke dalam. Masukkan
tali sejangkauan tangan dan tidak membuat gulungan pada taliyang mana tali akan
terpeluntir dan menyebabkan tali sukar diuraikan ketika kelur dari tas.
59
b. Tambatan Alami (Natural Anchors)
membelit ketika dibebani, meskipun ini akan mengurangi kekuatan sling sebesar 20%.
60
a. Pohon
Ketika kita menemukan posisi yang baik, pohon merupakan anchor yang bagus
untuk turun di entrance. Selama mereka hidup, tua, dan memiliki perakaran yang bagus di
tanah, mereka umunya kuat. Sebuah pohon yang kuat bisa digunakan sebagai anchor
dobel.
b. Tonjolan batuan
61
c. Eyeholes dan Jughandles
diberikan.
Chockstone yang tertjepit diantara dua dinding akan stabil, Pasang dengan sling.
62
c. Pemasangan Back Up Anchors
Slack atau panjang tali yang masih bisa diterima, namun akan terasa
Jka unchor utama gagal, tegangan tali antara P dan s menerima beban
63
Dalam konfigurasi “false factor 2” ini, menempatkan simpul pada anchor primer
yang sejajar dengan anchor sekunder akan mengurangi potensi jatuh pada nilai yang
renda Pada konfigurasi ini, gagalnya anchor P akan mencegah back up uang aman, atau
jika gagalnya terjadi pada saat caver mendekati anchor, dia akan terpelanting dengan
keras ke dinding
a. Y – Belay
64
3. Rigging ini membagi beban diantara kedua anchor, mencegah beban hentakan jika
Simpul yang digunakan ada beberapa macam, namun yang biasa digunakan adalah
Semakin besar sudut yang dibentuk antara dua anchor Y – Belay akan meningkatkan
beban pada setiap anchor. Sudut ini tidak bisa lebih dari 120o karena simpul menjadi
ketat dan tali dari semula elastis, akan bertambah panjang Jika salah satu anchor dalam Y-
Belay gagal, tidak terjadi hentakan atau pendulum jika anchor kedua sudah tegang.
Semakin keci;sudut yang dibentuk, semakin sedikit panjang tali yang memisahkannya,
b. Rebelay
65
c. Deviasi
anchor utama. Pada hal ini anchor poin haruslah kuat dan dianggap sama dengan anchor
66
D. SPELEOGENESIS
a. Pengertian Speleogenesis
Speleogenesis berasal dari kata speleo yang berarti goa dan genesa yang berarti
kejadian, sehingga speleogenesis merupakan cabang dari speleologi yaitu ilmu yang
mempelajari rangkaian terjadinya atau terbentuknya suatu goa dan sistem perguaan mulai
dari pembentukan awal suatu goa (cave inception) dan perkembangannya (cave
development) dalam kurun waktu tertentu. Proses terbentuknya gua pada batuan beku
(vulkanik) akan sangat berbeda dengan goa pada daerah karst (limestone). Dalam diktat
ini speleogenesis lebih ditekankan pada goa-goa yang terbentuk di lingkungan Karst.
Sampai saat ini ada berbagai macam teori tentang bagaimana goa karst terbentuk.
Menurut W. M. Davis (1930) goa pertama kali dibentuk didalam zone freatik dibawah
permukaan tanah. Menurut Lehman (1932) bahwa goa mulai terbentuk setelah ada
ruangan pemula. Beberapa teori yang lainnya menyatakan bahwa terjadinya goa dimulai
pada saat terjadinya pelebaran rekahan oleh proses pelarutan (solusional). Proses
pembentukan goa tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama (jutaan bahkan ratusan
juta tahun), sehingga speleogenesis hanya dapat diterangkan secara teoritis. Teori tentang
terbentuknya goa memang masih dalam perdebatan, namun dari berbagai macam teori
tersebut, ada beberapa yang dapat diterima dan dipakai secara umum. Teori tersebut
dikenal dengan teori klasik pembentukan goa walaupun kini banyak bermunculan teori
modern yang menyanggah teori klasik tersebut. Secara umum, ada 3 teori yang umum
digunakan yaitu Vadose Theory, Deep Phreatic Theory dan Watertable Theory.
67
c. Teori Pembentukan Gua
Pembentukan gua masih terjadi polemic bagi para ilmuwan dan penelusur gua,
ada beberapa teori tentang pembentukan gua. Menurut W. M. Davis (1930) goa pertama
kali dibentuk didalam zone freatik dibawah permukaan tanah. Menurut Lehman (1932)
bahwa goa mulai terbentuk setelah ada ruangan pemula. Beberapa teori yang lainnya
menyatakan bahwa terjadinya goa dimulai pada saat terjadinya pelebaran rekahan oleh
yang sangat lama (jutaan bahkan ratusan juta tahun), sehingga speleogenesis hanya dapat
68
Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya goa adalah fisiografi regional,
petrologi dan kimiawi batuan karbonat, volume air yang melalui, jenis dan jumlah
sedimentasi, runtuhan, iklim masa kini dan masa lalu, vegetasi diatas lorong, bentuk
semula dari goa tersebut dan tindakan manusia. Secara umum, ada 3 teori yang umum
digunakan yaitu Vadose Theory, Deep Phreatic Theory dan Watertable Theory.
1. Vadose Theory
Menyatakan bahwa goa terbentuk akibat aliran air yang melewati rekahan-
rekahan pada batuan gamping yang berada diatas permukaan air tanah.Teori Vadose ini
dipertahankan dengan asumsi bahwa sebagian besar perkembangan gua berada di atas
watertable dimana aliran air tanah paling besar. Jadi, aliran air tanah yang mengalir
dengan cepat, yang mana gabungan korosi secara mekanis dengan pelarutan karbonat,
yang bertanggung jawab terjadap perkembangan gua. pentingnya aliran dalam gua dan
saluran (conduit) begitu besar sehingga tidak berhubungan terhadap hal terbentuknya gua
batu gamping sehingga tidak relevan menghubungkan batugamping yang ber-gua dengan
dengan adanya water table, dengan pengertian bahwa permukaan tunggal dibawah
keseluruhan batuannya telah jenuh air. Teori ini didukung oleh : Dwerry house (1907),
69
2. Deep Phreatic Theory
Menyebutkan goa terbentuk dibawah permukaan air tanah dimana pada rekahan-
rekahan terbentuk goa akibat proses pelarutan. Teori Deep Phreatic memperlihatkan
bahwa permulaan gua dan kebanyakan pembesaran perguaan terjadi di kedalaman yang
acak berada di bawah water table, sering kali pada zona phreatic yang dalam. Gua-gua
diperlebar sebagai akibat dari korosi oleh air phreatic yang mengalir pelan.
Perkembangan perguaan giliran kedua dapat terjadi jika water table diperrendah oleh
denudasi (penggundulan) permukaan, sehingga pengeringan gua dari air tanah dan
membuatnya menjadi vadose dan udara masuk kedalam gua. Selama proses kedua ini
aliran permukaan dapat masuk ke sistem perguaan dan sedikit merubah lorong gua oleh
korosi. Teori ini didukung oleh : Cjivic (1893), Grund (1903), Davis (1930) dan Bretz
(1942)
70
3. Watertable Theory
Menyatakan goa terbentuk dekat dan diatas permukaan airtanah sesuai dengan
turunnya permukaan airtanah. Air yang mengalir deras pada water tabel adalah yang
berfluktuasi dengan variasi volume aliran air tanah, dan dapat menjadi perkembangna gua
yang kuat didalam sebuah zone yang rapat diatas dan dibawah posisi rata-rata.
Betapapun, posisi rata-rata watertable harus relatif tetap konstan untuk periode
yang lama. Untuk menjelaskan sistem gua yang multi tingkat, sebuah water table yang
seimbang sering dihubungkan dengan periode base levelling dari landscape diikuti
Teori ini didukung oleh : Swinnerton (1932), R Rhoades dan Sinacori (1941), dan Davies
(1960)
gua dapat terbentuk baik, di mintakat vadosee, phreatic, maupun di dekat muka air tanah.
Ford dan William (1989) menjelaskan bahwa terdapat empat tipe gua berdasarkan
genetiknya yang ditunjukkan pada Gambar 2. Kondisi pertama terbentuk bila frekuensi
71
Teori modern tentang pembentukan gua tidak memisahkan ketiga teori
gua dapat terbentuk baik, di mintakat vadosee, phreatic, maupun di dekat muka air tanah.
Ford dan William (1989) menjelaskan bahwa terdapat empat tipe gua berdasarkan
genetiknya yang ditunjukkan pada Gambar 2. Kondisi pertama terbentuk bila frekuensi
72
d. Klasifikasi Gua
Gua merupakan celah dan sistem rekahan (fisure and crack system) yang
umumnya terbentuk pada batuan gamping (limestone), tetapi dapat pula terbentuk pada
batuan beku vulkanik, batu gypsum, batuan garam, batu pasir, es, gletser dan pada tebing
terjal atau danau. Gua-gua tersebut dinamakan gua sandstone, gua es, gua gletser dan gua
litoral. Menurut lingkungan terbentuknya, goa dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Goa Vulkanik
vulkanisme. Magma yang selalu mencari jalan keluar akan meninggalkan lubang lubang
didalam tubuh gunungapi. Begitupula dengan lelehan lava yang memiliki tingkat
kekentalan tertentu bisa menyebabkan terjadinya rongga rongga. Proses ini berlangsung
di bagian luar dari gunungapi dan sangat dipengaruhi oleh cuaca pada saat terjadinya
lelehan lava.
73
b. Goa Kapur/ lingkungan Karst
Terjadi karena proses pelarutan dan pengendapan. Proses pelarutan yang terjadi
mulai berlangsung khususnya di sepanjang bidang perlapisan, kekar dan saluran lunak
pelarutan batu gamping sangat dipengaruhi oleh faktor tunggal yang penting, yaitu
konsentrasi karbondioksida baik sebagai CO2 bebas maupun sebagai ion HCO3.
sedangkan katalisator yang paling penting dalam proses pelarutan tersebut adalah air
hujan dan CO2 sehingga CO2 akan larut dalam air membentuk asam karbonat (CaHCO3)
yang akan membentuk kalsium bikarbonat yang merupakan larutan berair dengan
persamaan (Faniran dan Jeje, 1983) : H2O + CO2 ––––––––→ H2CO3 Air
kalsium bikarbonat
74
E. KARSTOLOGI
a. Pengertian Karst
Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa
Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya
sebenarnya tidak berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini
istilah kras telah diadopsi untuk istilah bentuklahan hasil proses perlarutan. Ford dan
Williams (1989) mendefini-sikan karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang
khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder
1. terdapatnya cekungan tertutup dan atau lembah kering dalam berbagai ukuran dan
bentuk,
Karst tidak hanya terjadi di daerah berbatuan karbonat, tetapi terjadi juga di batuan
lain yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder (kekar dan sesar intensif),
seperti batuan gipsum dan batugaram. Namun demikian, karena batuan karbonat
mempunyai sebaran yang paling luas, karst yang banyak dijumpai adalah karst
yang berkembang di batuan karbonat. Oleh karenanya bahsan buku ini selanjutnya hanya
75
b. Karstifikasi
pelarutan. Proses pelaturan batugamping diawali oleh larutnya CO2 di dalam air
HCO3 2-. Ion H- inilah yang selanjutnya menguraikan CaCO3 menjadi Ca2+ dan HCO3
2-. Secara ringkas proses pelarutan dirumuskan dengan reaksi sebagai berikut.
c. Faktor karstifikasi
Karstifikasi dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, faktor pengontrol dan faktor
proses karstifikasi.
a. Faktor Pengontrol
b. Faktor pendorong
1. Temperatur
2. Penutupan hutan
76
Batuan yang mengandung CaCO3 tinggi akan mudah larut. Semakin tinggi
lunak, maka setiap kenampakan karst yang terbentuk seperti karen dan bukit akan cepat
hilang karena proses pelarutan itu sendiri maupun proses erosi dan gerak masa batuan,
terbentuknya sikulasi air secara vertikal lebih. Tanpa adanya lapisan yang tebal, sirkulasi
air secara vertikal yang merupakan syarat karstifikasi dapat berlangsung. Tanpa adanya
sirkulasi vertikal, proses yang terjadi adalah aliran lateral seperti pada sungai-sungai
merupakan jalan masuknya air membentuk drainase vertikal dan berkembangnya sungai
bawah tanah serta pelarutan yang terkonsentrasi. dalam proses karstifikasi. Semakin besar
curah hujan, semakin besar media pelarut, sehingga tingkat pelarutan yang terjadi di
meter di atas muka laut, karstifikasi tidak akan terjadi. Drainase vertikal akan terjadi
apabila julat/jarak antara permukaan batugamping dengan muka air tanah atau batuan
terekspose, semakin beser julat antara permuka-an batugamping dengan muka air tanah
dan semakin baik sirkulasi air secara vertikal, serta semakin intensif proses karstifikasi.
organisme. Daerah dengan temperatur hangat seperti di daerah tropis merupakan tempat
yang ideal bagi perkembangan organisme yang selanjutnya menghasilkan CO2 dalam
77
Temperatur juga menentukan evaporasi, semakin tinggi temperatur semakin
besar evaporasi yang pada akhirnya akan menyebabkan rekristalisasi larutan karbonat di
permukaan dan dekat permukaan tanah. Adanya rekristalisasi ini akan membuat
pengerasan permukaan (case hardening) sehingga bentuklahan karst yang telah terbentuk
dapat dipertahankan dari proses denudasi yang lain (erosi dan gerak masa batuan).
konsentrasi CO2 lebih besar pada temperatur rendah. Namun demikian tingkat pelarutan
di daerah tropis lebih tinggi karena ketersediaan air hujan yang melimpah dan aktivitas
organisme yang lebih besar. Penutupan hutan juga merupakan faktor pendorong
perkembangan karena hutan yang lebat akan mempunyai kandungan CO2 dalam
tanah yang melimpah akibat dari hasil perombakan sisa-sisa organik (dahan, ranting,
daun, bangkai binatang) oleh mikro organisme. Semakin besar konsentrasi CO2 dalam air
semakin tinggi tingkat daya larut air terhadap batugamping. CO2 di atmosfer tidaklah
bervariasi secara signifikan, sehingga variasi proses karstifikasi sangat ditentukan oleh
CO2 dari aktivitas organisme. Hubungan antara konsentrasi CO2 dengan daya larut
78
d. Klasifikasi Karst
dengan berbagai tipe. Peneliti karst telah mencoba menjelaskan variasi karst dan
menjadi tiga kelompok, yaitu 1) klasifikasi yang didasarkan pada perkembangan (Cvijic),
2) klasifikasi yang didasarkan pada morfologi, dan 3) klasifikasi yang didasarkan pada
iklim (Sawicki, Lehmann, Sweeting). Beberapa klasifikasi karst berikut ini adalah
1. Holokarst
pandang bentuklahannya maupun hidrologi bawah permukaannya. Karst tipe ini dapat
terjadi bila perkembangan karst secara horisontal dan vertikal tidak terbatas; batuan
karbonat masif dan murni dengan kekar vertikal yang menerus dari permukaan hingga
batuan dasarnya; serta tidak terdapat batuan impermeable yang berarti. Karst tipe
holokarst yang dicontohkan oleh Cvijic adalah Karst Dinaric, Lycia, dan Jamaica. Di
Indonesia, karst tipe ini jarang ditemukan, karena besarnya curah hujan menyebabkan
79
2. Merokarst
Merupakan karst dengan perkembangan tidak sempurna atau parsial dengan hanya
relatif tipis dan tidak murni, serta khususnya bila batugamping diselingi oleh lapisan
dengan evolusi relief yang cepat. Erosi lebih dominan dibandingkan pelarutan dan sungai
permukaan berkembang. Merokarst pada umumnya tertutup oleh tanah, tidak ditemukan
karen, dolin, goa, swallow hole berekembang hanya setempat. Sistem hidrologi tidak
kompleks, alur sungai permukaan dan bawah permukaan dapat dengan mudah
diidentifikasi. Drainase bawah tanah terhambat oleh lapisan impermeabel. Contoh dari
karst ini adalah karst di Batugamping Carbonferous Britain, Irlandia, Galicia Polandia,
Moravia karst Devonian, dan karst di Prancis adalah karst di sekitar Rengel Kabupaten
Tuban.
3. Karst Transisi
bentukan karst bawah tanah, akan tetapi batuan dasar yang impermeabel tidak sedalam di
holokarst, sehingga evolusi karst lebih cepat; lembah fluvial lebih banyak dijumpai, dan
polje hampir tidak ditemukan. Contoh dari karst transisi menurut Cvijic adalah Karst
Causses Prancis, Jura, Plateux Balkan Timur, dan dan Dachstein. Contoh holokarst di
Indonesia yang pernah dikunjungi penulis antara lain Karst Gunung Sewu (Gunungkidul,
Wonogiri, dan Pacitan), Karst Karangbolong (Gombong), dan Karst Maros (Sulawesi
Selatan).
80
b. Klasifikasi Gvozdeckij (1965)
(sekarang Rusia). Menurutnya karst dibedakan menjadi bare karst, covered karst, soddy
2. Covered karst merupakan karst yang terbentuk bila batuan karbonat tertutup oleh
3. Soddy karst atau soil covered karst merupakan karst yang berkembang di
batugamping yang tertutup oleh tanah atau terra rosa yang berasal dari sisa
pelarutan batugamping.
4. Buried karst merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan lain, sehingga
5. Tropical karst of cone karst merupakan karst yang terbentuk di daerah tropis.
81
c. Klasifikasi sweeting (1972)
1. True karst
sebenarnya harus merupakan karst dolin yang disebabkan oleh pelarutan secara vertikal.
Semua karst yang bukan tipe dolin karst dikatakan sebagai deviant. Contoh dari true karst
2. Fluviokarst
Dibentuk oleh kombinasi antara proses fluvial dan proses pelarutan. Fluviokarst
pada umumnya terjadi di daerah berbatuan gamping yang dilalui oleh sungai alogenik
(sungai berhilir di daerah non-karst). Sebaran batugamping baik secara lateral maupun
vertikal jauh lebih kecil daripada true karst. Perkembangan sirkulasi bawah tanah juga
terbatas disebabkan oleh muka air tanah lokal. Mataair muncul dari lapisan impermeable
di bawah batugamping maupun dekat muka air tanah lokal. Lembah sungai permukaan
dan ngarai banyak ditemukan. Bentukan hasil dari proses masuknya sungai permukaan ke
bawah tanah dan keluarnya sungai bawah kembali ke permukaan seperti lembah buta dan
lembah saku merupakan fenomena umum yang banyak dijumpai. Goa-goa di fluviokarst
sungai alogenik dan berasosiasi dengan perkembangan sungai di daerah karst. Permukaan
batugamping di fluviokarst pada umumnya tertutup oleh tanah yang terbentuk oleh erosi
dan sedimetasi proses fluvial. Singkapan batugamping (bare karst) ditemukan bila telah
82
3. Glasiokarst merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi didominasi
oleh proses glasiasi dan proses glasial di daerah yang berbatuan gamping.
4. Nival karst
Merupakan karst yang terbentuk karena proses karstifikasi oleh hujan salju
glacier. Hasil erosi glacier pada umumnya membentuk limstone pavement. Erosi lebih
intensif terjadi di sekitar kekar menhasilkan cekungan dengan lereng terjal memisahkan
pavement satu dengan lainnya. Dolin-dolin terbentuk terutama disebabkan oleh hujan
salju. Pencairan es menhasilkan ngarai, pothole, dan goa, Karakteristik lain dari
glasiokarst adalah goa-gaoa yang terisi oleh oleh es dan salju. Contoh dari galsiokarst
5. Tropical karst
Berbeda dengan karst di iklim sedang dan kutub terutama disebabkan oleh
presipitasi dan evaporasi yang besar. Presipitasi yang yang besar menghasilkan aliran
larutan karbonat membentuk lapisan keras di permukaan. Hal ini menyebabkan dolin
membulat seperti di iklim sedang jarang ditemukan digantikan oleh dolin berbentuk
bintang yang tidak beraturan. Dolin tipe ini sering disebut kockpit. Di antara dolin
Karst tropis secara lebih rinci dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
83
1. kegelkarst (sinoid karst, cone karst, atau karst a piton)
6. Kegelkarst
menyambung. Sela antar bukit kerucut membentuk cekungan dengan bentuk seperti
bintang yang dikenal dengan kockpit. Kockpit seringkali membentuk pola kelurusan
sebagai akibat kontrol kekar atau sesar. Depresi atau kockpit yang terkontrol kekar atau
sesar ini oleh Lemann disebut gerichteter karst (karst oriente). Contoh kegelkarst di
kegelkarst dari foto udara dan peta topografi ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Merupakan tipe karst kedua yang sering dijumpai di daerah tropis. Tipe karst ini
dicirikan oleh bukitbukit dengan lereng terjal, biasanya ditemukan dalam kelompok yang
dipisahkan satu sama lain dengan sungai atau dataran aluvial. Tower karst dibentuk
berkembang apabila pelarutan lateral oleh muka air tanah yang sangat dangkal atau oleh
bahwa turmkarst merupakan perkembangan lebih lanjut dari kegelkarst karena kondisi
hidrologi tertentu. Distribusi dan sebaran bukit menara pada umumnya dikontrol oleh
84
Gambar 2.1.
Ukuran bukit menara sangat bervariasi dari pinacle kecil hingga blok dengan
ukuran beberapa kilometer persegi. Permukaan tidak teratur disebabkan oleh depresi-
depresi dan koridor dengan dedalaman hingga 150 meter. Kontak dari bukit menara
dengan dataran aluvium merupakan tempat pemunculan mataair dan perkembangan gua.
Telaga dan rawa juga sering ditemukan di kaki dari bukit-bukit menara. Rawa yang relatif
bersifat asam selanjutnya akan mempercepat pelarutan secara lateral membentuk bukit-
bukit yang semakin curam hingga tegak. Bila muka tanah turun, rawa akan teratus dan
ditutupi oleh endapan koluvium dari rombakan bukit menara, sehingga bukit menara
85
Karst menara dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, bukit menara
merupakan bukit sisa batugamping yang terisolir di antara rataan batugamping yang telah
tertutup oleh endapan aluvium. Kedua, bukit menara merupakan bukit sisa dari
batugamping yang berada di dataran dengan batuan non karbonat. Karst menara di
Indonesia diantaranya dapat diketemukan di tepian Karst Maros yang berbatasan dengan
1. Bukit karst menara terbentuk oleh erosi lateral, 2. Bukit karst kerucut, Sungai, 4
86
d. Tipe Karst Yang Lain
Selain klasifikasi di atas, literatur atau peneliti karst lain telah memberi nama
tertentu untuk suatu kawasan karst. Penamaan yang digunakan hanya dimaksudkan untuk
memberi nama tanpa bermasud mengklasifikasi secara sistematis. Beberapa tipe karst
yang sering digunakan dan sering muncul di literatur karst antara lain labirynt karst dan
polygonal karst.
1. Labyrint karst
yang terkontrol oleh kekar atau sesar. Morfologi karst tersusun oleh blok-blok
batugamping yang dipisahkan satu sama lain oleh ngarai/koridor karst. Karst tipe ini
terbentuk karena pelarutan yang jauh lebih intensif di jalur sesar dan patahan. Sebaliknya
di tempat lainnya pelarutan tidak intensif. Karst labirint di Indonesia dapat dijumpai di
Gambar 2.3.
87
2. Karst Poligonal
Didasarkan dari sudut pandang morfometri dolin. Karst tipe ini dapat berupa
karst kerucut maupun karst menara. Karst dikatakan poligonal apabila ratio luas dolin
dangan luas batuan karbonat mendekati satu atau satu. dengan kata lain semua batuan
karbonat telah berubah menjadi kumpulan dolin-dolin dan dolin telah bersambung satu
Ad/A = 1
88
Gambar 2.4.
3. Karst Fosil
Merupakan karst yang terbentuk pada masa geologi lampau dan saat ini proses
karstifikasinya sudah berhenti (Sweeting, 1972). Dalam hal ini karstifikasi tidak
berlangsung hingga saat ini karena perubahan iklim yang tidak lagi mendukung proses
karstifikasi. Karst fosil banyak diketukan di Baratlaut Yoksire-Ingris. Karst fosil dapat
dibedakan menjadi dua tipe. Pertama, karst yang terbentuk di waktu geologi sebelumnya
dan tidak tertutupi oleh batuan lain. Tipe ini disebut dengan bentuklahan tinggalan
(relict landform). Kedua, karst terbentuk di periode geologi sebelumnya yang kemudian
Bentuklahan karst tersebut selanjutnya muncul ke permukaan karena batuan atapnya telah
tersingkap oleh proses denudasi. Tipe ini disebut dengan bentuklahan tergali (exhumed
lanform).
89
e. Doline
Dolinee berasal dari bahasa Slavia dolina yang berarti lembah. Istilah ini pertama
kali digunakan sebagai istilah dalam geomorfologi oleh geologiwan Austria. Untuk
menghindari kerancuan dengan dolinea = lembah, literatur karst Slovenia pada beberapa
dekade telah menggunakan istilah dolinee yang dalam bahasa aslinya vrtaca. Doline
merupakan cekungan tertutup berbentuk bulat atau lonjong degan ukuran beberapa meter
hingga lebih kurang satu kilometer (Ford dan Williams, 1992), sehingga Sweeting (1972)
literatur karst sering disebut dengan berbagai istilah, seperti sinkhole, sink, swallow holes,
cenote, dan blue hole. Kemiringan lereng miring hingga vertikal dengan kedalaman
beberapa meter hingga ratusan meter. Doline merupakan bentuklahan yang paling banyak
dijumpai di kawasan karst. Bahkan di daerah beriklim sedang, karstifikasi selalu diawali
dengan terbentuknya doline tunggal akibat dari proses pelarutan yang terkonsentrasi.
mineral yang paling mudah larut, perpotongan kekar, dan bidang perlapisan batuan
sedang) merupakan proses pembentukan doline dan goa-goa bawah tanah, sedangkan
bukit bukit karst merupakan bentukan sisa/residual dari perkembangan doline. Setiap
doline atau cekungan tertutup tersusun oleh tiga komponen (White, 1988).
90
1. Pengatus, yaitu saluran dengan permeabilitas tinggi yang mengatuskan air
permukaan batuan.
3. Tanah penutup, koluvium, endapan glasial, abu volkanik atau material lepas
a. Bentuk Doline
Bentuk doline sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Bentuk doline
didaerah iklim sedang cenderung lebih teratur dengan bentuk membulat hingga lonjong.
Di daerah iklim tropis, bentuk doline tidak sesempurna doline di daerah iklim sedang,
dalam hal ini doline di daerah iklim tropis mempunyai bentuk yang tidak teratur. Salah
satu bentuk planar doline yang banyak ditenukan di daerah tropis adalah adalah bentuk
seperti bintang. Bentuk doline di daerah tropis yang menyerupai bintang disebut secara
khusus dengan Cockpit. Istilah ini pertama digunakan untuk menyebut karst di Jamaika
(Sweeting, 1972; White 1988). Cockpit berasal dari kata cock yang berarti ayam jantan
dan pit yang berarti lubang, dengan kata lain di Jamaika cockpit merupakan lubang
maka karst di Jamaika disebut dengan cockpit land. Perbedaan doline di daerah iklim
91
Gambar 2.5. Perbedaan doline di daerah iklim sedang dan di daerah tropisb(Williams,
1969).
Batas luar doline di daerah iklim sedang tergambar pada peta kontur berupa garis
kontur tertutup, sedangkan batas luar doline di daerah tropis berupa batas topografi
(topographic divide). Fenomena ini perlu mendapat perhatian bagi yang sedang membaca
peta topografi di Indonesia. Peta topografi yang menggambarkan daerah karst sering
memuat simbol doline seperti di daerah iklim sedang, tetapi sebenarnya simbol tersebut
dimaksudkan untuk menggambarkan telaga/ danau doline atau dasar doline. Apabila
seseorang bermaksud membatasi doline untuk studi morfometri doline harus tetap
mendelineasi batas topografi sebagai batas luar doline Secara planar doline dapat
92
Doline-doline memanjang terbentuk apabila perkembangan doline dikontrol oleh
keberadaan kelurusan baik oleh sesar maupun kekar. Haryono (2000) menemukan bahwa
bentuk doline yang yang membulat. Banyaknya doline memanjang di Karst Gunungsewu
disebabkan oleh lereng regional yang miring ke arah selatan, keberadaan kekar dan sesar
yang intensif, dan pengaruh dari proses fluvial. Kenamapakan doline memanjang dan
Gambar 2.6.
93
Doline, oleh Cvijic (1893) dikelompokkan menjadi tiga katergori yaitu doline
1. Doline mangkok dicirikan oleh perbandingan lebar dan kedalaman 10:1 dan
kemiringan lereng doline berkisar antara 10o-12o. Dasar rata dan tertutup oleh
2. Doline corong mempunyai diameter dua atau tiga kali kedalamannya dan lereng
doline berkisar antara 30o–40o, dengan dasar sempit dapat tertutup tanah maupun
3. Doline sumuran dicirikan oleh diameternya yang lebih kecil dari kedalamannya,
Gambar 2.7.
Bentuk-bentuk doline, A) doline mangkok, B). doline corong, dan C) doline Sumuran
94
Berdasarkan bentuknya, doline juga dapat dibedakan menjadi doline simetri dan
doline asimetri. Doline simetri berbentuk bulat atu elip dengan kemiringan lereng ke
segala arah yang hampir sama, sedangkan doline asimetri merupakan doline yang sisi satu
dan lainnya mempunyai kemiringan lereng berbeda. Doline tidak simetri terbentuk karena
perkembangan doline terkontrol oleh aliran permukaan dan struktur (Bogli, 1980) atau
terbentuk karena aliran permukaan yang masuk ke ponor, sisi dimana aliran permukaan
masuk akan membentuk lereng yang lebih landai karena pelarutan yang lebih intensif,
sedangkan sisi lainnya akan mem[unyai lereng yang lebih terjal. Doline asimetri
struktural terbentuk pada batuan karbonat yang miring, dalam hal ini lereng doline yang
searah dengan dip batuan akan membentuk kemiringan yang lebih landai, sedankan
lereng yang berlawanan dengan dip batuan membentuk kemiringan yang lebih terjal
(Gambar 2.8.)
Gambar 2.8.
Kenampakan lateral dan vertikal (A) doline simetri, (B) doline asimetri yang terkontrol
oleh aliran permukan, dan (C) doline asimetri yang terkontrol oleh perlapisan batuan
(Bogli, 1980)
95
Doline asimetri ke tiga terbentuk di daerah yang miring, dalam hal ini lereng
lebih landai terbentuk di bagian atas dari lereng sedangkan lereng doline lebih terjal
terbentuk bagian bawah lereng (Gambar 2.9.). Doline tipe ini dapat ditemukan di karst
Gunungsewu (Ahmad, 1990) di lereng antara plato selatan dengan cekungan Wonosariu
dan di lereng-lereng teras marin. Doline asimetri ini dikenali dari bukit-bukit karst yang
terbentuk.
Gambar 2.9.
96
b. Genetik Doline
mengklasifikasikan doline menjadi doline pelarutan, doline aluvial, doline amblesan, dan
doline runtuhan.
karstifikasi.
2. Doline aluvial pada dasarnya merupakan doline pelarutan, namun dalam kasus ini
atas rekahan hasil pelarutan ke sistem drainase bawah tanah. Infiltrasi melalui
cekung.
lahan karena di bawah lapisan batugamping terdapat rongga. Doline tipe ini
97
4. Doline runtuhan terbentuk apabila goa atau saluran dekat permukaan runtuh
karena tidak mampu menahan atapnya. Bogli (1980) menjelaskan bahwa doline
runtuhan terjadi bila runtuhan terjadi seketika, sedangkan doline amblesan terjadi
secara perlahan-lahan. Doline tipe ini dicirikan oleh lereng curam hingga vertikal.
goa, b) pelarutan atap goa dari bawah, dan c) penurunan muka air tanah di atap
Gambar 2.10.
98
Gambar 2.11.
99
Genetik doline inilah yang menyebabkan bentuk-bentuk dolin bervariasi seperti
yang diutarakan oleh Cvijiv. Doline pelarutan dan doline aluvial membentuk doline tipe
mangkok atau corong. Dolin amlesan membentuk dolin corong, sedangkan dolin
dari produksi CO2 tanah, kinetika pelarutan, litologi, dan waktu. Doline pelarutan
menurut Ford dan Williams (1993) dibedakan menjadi drawdown doline dan point
recharge doline.
oleh prosesproses hidrologi mintakat epikarst, yaitu suatu mintakat (zone) dekat
pengamatan Williams bahwa aliran permukaan di daerah karst sangat kecil dan
hanya terjadi sesaat setelah hujan turun. Williams berpendapat bahwa sistem
hidrologi di mintakat epikarst hampir sama dengan sistem hidrologi di daerah lain
dengan aliran air tanah ke arah lateral. Arah aliran lateral ini bermuara di
yang cekung kedalam seperti muka air tanah endapan aluvial yang dipompa
(Gambar 2.12).
100
Gambar 2.12.
besar, sehingga konduktivitas hidrolik juga semakin besar ke arah pusat doline. Pusat
doline juga merupakan tempat bermuaranya/ berkumpulnya air dari lereng-lereng doline.
Karena proses hidrologis inilah tejadi proses pelarutan yang terkonsentrasi sehingga
membentuk doline. Doline yang terbentuk selanjutnya secara umpan balik (feedback)
akan mempengaruhi sistem hidrolologi mintakat epikarst. Doline yang semakin lebar
akan menyebabkan meningkatnya aliran lateral, aliran lateral yang meningkat semakin
memperbesar aliran yang terpusat, semakin besar aliran yang terpusat semakin cepat
101
6. Point recharge doline merupakan doline pelarutan yang terbentuk pada
batugamping yang pada awalnya tertutup oleh batuan lain. Sebaliknya doline
lamasemakin dalam membentuk cekungan tertutup. Erosi batuan atap yang terus
Doline majemuk (compound doline) di literatur karst sering disebut dengan uvala.
Uvala merupakan gabungan dari doline-doline yang terbentuk di karst pada stadium
perkembangan karst agak lanjut. Menurut Sweeting ukuran uvala berkisar antara 500-
1000 meter dengan kedalaman 100-200 meter dengan ukuran tidak teratur. Cockpit dari
sudut pandang ini dapat dianggap sebagai uvala atau doline majemuk yang berbentuk
bintang, karena cockpit merupakan beberapa yang tepi atau sisi-sinya saling
(tampak atas) membentuk bentuk-bentuk lancip seperti bintang Mengacu pada pandangan
Grund tentang perkembangan karst, terbentuknya uvala merupakan ciri dari stadium
102
Uvala juga dapat perkembang dari lembah permukaan. Uvala tipe ini merupakan
oleh hilangnya aliran permukaan ke bawah tanah di titik tertentu. Di tempat masuknya
aliran permukaan ini selanjutnya doline berkembang yang semakin lama semakin dalam
dan lebar, sehingga bergambung satu dengan lainnya membentuk uvala. Perkembangan
Gambar 2.13.
103
Gambar 1.14.
104
f. Polje
Polje merupakan istilah di Karst Dinaric yang berasal dari bahasa Slovenia yang
berarti ladang yang dapat ditanami. Istilah polje di negara asalnya tidak mempunyai
kaitan dengan bentuklahan karst. Definisi formal pertama tentang polje dikemukaan oleh
Cvijic tahun 1985 (dalam Gams, 1978) bahwa polje merupakan bentuklahan karst yang
mempunyai elemen: cekungan yang lebar, dasar yang rata, drainase karstik, bentuk
memanjang yang sejajar dengan struktur lokal, dasar polje mempunyai lapisan batuan
merupakan bentukan dari evolusi/perkembangan uvala. Saat ini istilah polje telah
diadopsi dalam terminologi karst. Definisi polje telah banyak dikemukakan dalam
literatur karst, namun satu sama lain masih membingungkan. Hal ini dapat dimengerti
mengingat setiap literatur mengkaji daerah yang berbeda. Gams (1978) telah mecoba
mengali lebih dalam pengertian polje dan klasifikasinya berdasarkan fenomena di daerah
asalnya. Polje di Karst Dinarik mempunyai lebar 400 m hingga 5 km dengan panjang
hingga mencapai 60 km, luas terkecil 3 km2 dan luas terbesar 474 km2. Dasar poje pada
umumnya rata dan dikelilingi oleh perbukitan karst yang terjal. Morfologi Polje di Karst
sebagai berikut:
1. dasar yang rata dapat merupa batuan dasar (dapat berteras) maupun tertutup
sedimen
2. cekungan tertutup yang dibatasi oleh perbukitan dengan lereng terjal pada dua
105
3. mempunyai drainase karstik, dan
4. jika ketiga syarat tersebut dipenuhi, dasar yang rata harus mempunyai lebar
Syarat lebar dari polje banyak dipermasalahkan oleh peneliti karst, karena lebar
polje sangat tergantung pada daerah atau lokasi dari kawasan karst. Cvijic
mengemukakan bahwa polje harus memiliki lebar minimum 1000 meter. Mengingat
perbedaan batasan-batasan polje, beberpa ahli karst lebih cenderung mendefinisikan polje
Gambar 2.15.
Dua penampang melingtang Karst Dinarik yang menggambar morfologi polje (Mijatovic
106
Selanjutnya, Gams (1978) mengklasifikasi ke 42 polje di Karst Dinarik menjadi
lima kategori, yaitu border polje, over-flow polje, peripheral polje, diedmont polje,
klasifikasi polje menjadi tiga kelompok, yaitu border polje, structural polje, dan
air alogenik (dari luar sistem karst). Polje tipe ini berkembang apabila muka air tanah di
dengan graben dan atau sesar miring dengan batuan impermeabel di dalamnya.
permukaan tanah. Polje tipe ini pada umumnya terbentuk di bagian bawah (outflow) dari
kawasan karst. Polje baselevel, jika ditinjau dari perkembangan karst, terbentuk pada
107
Gambar 2.16.
108
karst. Pada tahap ini korosi secara vertikal telah mencapai muka airtanah,
sehingga korosi lebih dominan ke arah lateral. Korosi lateral menyebabkan bukit-bukit
karst terdegradasi yang pada akhirnya rata dengan muka airtanah membentuk dataran
yang luas. Karena airtanah sangat dangkal, fluktuasinya pada musim penghujan polje
sering tergenang. Pada musim kemarau muka air tanah kurang dari satu meter. Kondisi
air yang melimpah inilah yang menyebabkan polje merupakan daerah yang paling subur
di daerah karst. Polje di Karst Maros dan Gunungsewu digunakan untuk persawahan.
dapat dijumpai di sekitar Ponjong, Gunung Kidul, DIY (gambar 2.17). Poje di Ponjong
merupakan polje yang dibatasi tebing terjal hanya di salah satu sisinya akibat dari sesar.
airtanah kurang dari satu meter. Pemunculan mataair menjadikan air permukaan di Poje
Ponjong melimpah dan oleh penduduk setempat digunakan untuk air irigasi. Dengan
109
Gambar 2.17.
Citra satelit yang menunjukkan Polje Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Rona kehitaman
merupakan persawahan. Polje base level dijumpai di Karst Maros, yaitu diperbatasan
antara Daimanggala dan Bonto-bonto di bagian timur karst maros dengan lebar 1 dan 2,5
km. Dasar polje berupa endapan alucium dari material volkanik yang terbawa oleh sungai
110
g. Morfologi Mikro
Morfologi mikro daerah karst dalam literatur dan artikel karst diistilahkan dengan
karren (bahasa Jerman) atau lapies (bahasa Prancis). Dimensi karren bervariasi dari 1
hingga 10 meter, sedangkan mikro karen mempunyai dimensi kurang dari 1 cm (Ford dan
Williams, 1992). Karren dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu bentuk
membulat, bentuk memanjang yang terkontrol oleh kekar, bentuk linier yang terkontrol
a. Bentuk membulat
Micropit : ukuran kurang dari 1 cm. Pits : bulat atau lonjong, bentuk tidak teratur,
diameter > 1 cm. Pans : bulat atau lonjong dengan bentuk tidak teratur, dasar horisontal
berupa batuan dasar atau endapan isian. Heelprints atau Trittkarren : dinding terjal di
bagaian ujung, dasar datar, terbuka di bagian bawah, diameter 10 – 30 cm. Shafts atau
well : bagian dasar saling berhubungan membentuk protocave yang mengatus air ke
mintakat epikarst.
1 cm. Splitkarren : kenamapakan pelarutan yang dikontrol oleh kekar, stylolite atau vein.
Dasar lancip, panjang bervariasi dari sentimeter hingga beberapa meter, kedalaman
beberapa sentimeter. Kedua ujungnya dapat terbuka atau tertutup. Grikes atau Kluftkaren
: hasil solusional yang dikontrol oleh kekar mayor atau sesar. Panjang 1 hingga 10 meter.
Apabila di bawah tanah disebut cutter. Kumpulan kluftkarren dipisahkan satu dengan
111
c. Bentuk linier : terkontrol oleh hidrodinamik
Microrills : lebar lebih kurang 1 mm. Aliran air terkontrol oleh tenaga kapilar,
gravitasi,
atau angin.
Rillenkarren : kumpulan saluran mulai dari igir, lebar 1 – 3 cm. Dipicu oleh air
hujan. Bagian bawah menghilang. Solutional runnels : Saluran mengikuti hukum Horton.
Berkembang mulai dari sebelah bawah erosi lembar. Pada singkapan batuan dicirikan
oleh tepi yang curam (Rinnenkarren), bulat jika tertutup tanah (Rundkarren). Saluran
meluas ke arah bawah. Lebar 3 –30 cm, panjang 1 – 10 m. Pola aliran linier, dendritik,
atau sentripetal. Decantation runnels : pelarutan terjadi di bagian atas pada satu titik, ke
arah bawah saluran menyempit. Ukuran bervariasi hingga mencapai panjang lebih dari
berasal dari sumber diffuse pada lereng atas. Saluran padat, ke arah bawah kadang-
kadang semakin berkurang. Fluted scallops atau solution ripples : flute seperti ripple
dengan arah sesuai arah aliran. Banyak variasi dari scallop. Banyak ditemukan sebagai
112
e. Bentuk poligonal
2. Limestone pavement : tipe dari karrenfield yang didominasi oleh clints yang
5. Ruiniform karst : Grike yang lebar dengan clint yang sudah terdegradasi. Bentuk
peralihan ke tors.
6. Corridor karst (labyrinth karst, giant grike land) : skala besar dari grike dan
7. Coastal karren : karren di darah pantai atau lakustrin, termasuk intertidal dan
113
F. HIDROLOGI KARST
konsekwensi logis yang dapat terbagi menjadi dua topik pembicaraan utama yaitu
hidrologi dan karst. Hidrologi , menurut Linsley et. al. (1975) adalah cabang dari ilmu
geografi fisik yang berurusan dengan air dimuka bumi dengan sorotan khusus pada sifat,
mempelajari kejadian air di daratan/bumi, deskripsi pengaruh sifat daratan terhadap air,
pengaruh fisik air terhadap daratan dan mempelajari hubungan air dengan kehidupan.
Pada sisi yang lain, karst dikenal sebagai suatu kawasan yang unik dan dicirikan oleh
topografi eksokarst seperti lembah karst, doline, uvala, polje, karren, kerucut karst dan
Jika kita belajar hidrologi secara umum pasti tidak akan pernah lepas dari siklus
hidrologi, yaitu peredaran air di bumi baik itu di atmosfer, di permukaan bumi dan di
bawah permukaan bumi. Selama siklus tersebut, air dapat berubah wujudnya yaitu padat,
cair maupun gas tergantung dari kondisi lingkungan siklus hidrologi. Jumlah air dalam
siklus hidrologi selalu tetap dan hanya berubah distribusinya saja dari waktu ke waktu
akibat adanya pengaruh dari faktor tertentu (Adji dan Suyono, 2004). Siklus hidrologi
secara umum disajikan pada Gambar 2.18. Seperti disebutkan diatas, karena sifatnya,
fokus dari hidrologi karst adalah bukan pada air permukaan tetapi pada air yang
tersimpan di bawah tanah pada sistem-sistem drainase bawah permukaan karst. Untuk
lebih jelasnya, Gambar 2.19 mengilustrasikan drainase bawah permukaan yang sangat
114
Gambar 2.18. Siklus Hidrologi (Sumber: www.ecn.purdue/edu/.../gishyd.html)
(Sumber: http://www.eccentrix.com/members/hydrogeologie/hidrogeol/karst.gif)
115
Dari Gambar 2.19 terlihat bahwa karena sifat batuan karbonat yang mempunyai
banyak rongga percelahan dan mudah larut dalam air, maka sistem drainase permukaan
tidak berkembang dan lebih didominasi oleh sistem drainase bawah permukaan. Sebagai
contoh adalah sistem pergoaan yang kadang-kadang berair dan dikenal sebagai sungai
bawah tanah. Selanjutnya, dalam bahasan ini akan lebih banyak dideskripsikan hidrologi
karst bawah permukaan yang selanjutnya akan kita sebut sebagai airtanah karst. Secara
definitif, air pada sungai bawah tanah di daerah karst boleh disebut sebagai airtanah
merujuk definisi airtanah oleh Todd (1980) bahwa airtanah merupakan air yang mengisi
celah atau pori-pori/rongga antar batuan dan bersifat dinamis. Sedangkan, air bawah
tanah karst juga merupakan air yang mengisi batuan/percelahan yang banyak terdapat
Pada daerah non-karst, dengan mudah kita dapat membedakan antara sistem
hidrologi permukaan dan bawah permukaan. Secara sederhana, konsep Daerah Aliran
Sungai (DAS) dapat dianggap sebagai unit untuk mengkaji sistem hidrologi baik itu
permukaan maupun bawah permukaan. DAS sering pula dikenal sebagai drainage basin
permukaan dan bawah permukaan dan keluar melalui satu outlet dibatasi oleh batas
topografi berupa igir. Batas dari DAS dapat dikatakan selalu tetap dan tidak berubah
sepanjang masa, terutama jika kita berbicara mengenai air permukaan. Sementara itu,
sistem airtanah (akuifer) dapat memotong batas topografi DAS dan menjadi bagian dari
beberapa DAS. Sebaliknya, konsep DAS aliran permukaan di daerah karst sulit dikenali
116
Kenyataan yang ada adalah banyaknya lorong-lorong hasil proses solusional dan
sangat sedikitnya aliran permukaan. Jankowski (2001) mengatakan bahwa terdapat tiga
komponen utama pada sistem hidrologi karst, yaitu : akuifer, sistem hidrologi permukaan,
dan sistem hidrologi bawah permukaan. Di karst, cekungan bawah permukaan dapat
tiga komponen utama pada sistem hidrologi karst, yaitu : akuifer, sistem hidrologi
a. Akuifer Karst
dan mengalirkan airtanah dalam jumlah yang cukup pada kondisi hidraulik gradien
tertentu (Acworth, 2001). Cukup artinya adalah mampu mensuplai suatu sumur ataupun
mata air pada suatu periode tertentu. Dapatkah formasi karst yang didominasi oleh batuan
karbonat disebut sebagai suatu akuifer?. Jawaban dari pertanyaan ini dapat kita
kembalikan dari definisi akuifer seperti yang telah disebutkan di atas. Jika formasi karst
dapat menyimpan dan mengalirkannya sehingga sebuah sumur atau mataair mempunyai
debit air yang cukup signifikan, maka sah-sah saja jika formasi karst tersebut disebut
sebagai suatu akuifer. Perdebatan mengenai hal ini sudah terjadi terutama pada masa-
masa lampau dan solusi yang ada biasanya tergantung dari sudut hidrogeologis mana kita
memandangnya. Selanjutnya, dua hal ekstrim pada akuifer karst adalah adanya sistem
conduit dan diffuse yang hampir tidak terdapat pada akuifer jenis lain (White, 1988).
117
Ada kalanya suatu formasi karst didominasi oleh sistem conduit dan ada kalanya
pula tidak terdapat lorong-lorong conduit tetapi lebih berkembang sistem diffuse,
sehingga hanya mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap sirkulasi airtanah karst.
Tetapi, pada umumnya suatu daerah karst yang berkembang baik mempunyai kombinasi
dua element tersebut. Gambar 2.20 menunjukkan sistem conduit, diffuse, dan campuran
pada formasi karst. Selain itu menurut Gillison (1996) terdapat satu lagi sistem drainase
di daerah karst yaitu sistem rekahan (fissure). Ketiga istilah ini akan dibahas lebih lanjut
Gambar 2.20. Diffuse, campuran dan conduit airtanah karst (Domenico and Schwartz,
1990)
118
1. Perbedaan Utama Akuifer Karst dan Akuifer
a. Non-karst
Dalam geohidrolika akuifer, terdapat beberapa istilah sifat akuifer yaitu zonasi
utama karakteristik dan sifat-sifat akuifer pada daerah non-karst dan karst.
1. Zonasi vertikal
Pada akuifer non karst, zonasi vertikal mempunyai pola sebagai berikut :
a. lapisan paling atas dibawah tanah adalah zona tak jenuh (aerasi)
b. lapisan ditengah adalah zona intermediate yang dibagi lagi menjadi zone
c. lapisan di bawah muka airtanah (water table) dikenal sebagai zone jenuh air
Sifat dan kedudukan akuifer non-karst secara vertikal ini cenderung tetap dan hanya
berfluktuasi menurut musim sepanjang tahun. Sementara itu, sifat agihan vertikal akuifer
pada batuan karbonat cenderung berubah dari waktu ke waktu tergantung dari cepat
lambatnya tingkat pelarutan dan lorong-lorong yang terbentuk. Pada akhirnya, penurunan
muka airtanah akan stabil setelah mencapai kedudukan yang sama dengan water level
setempat (local base level) jika batuan karbonat terletak di atas formasi batuan lain.
Secara umum perbedaan zonasi vertikal akuifer karst dan non karst disajikan pada
Gambar 2.21.
119
2. Porositas
Porositas (α) atau kesarangan batuan adalah rasio antara volume pori-pori batuan
Besar kecilnya porositas tergantung dari jenis batuan dan matrik pada batuan itu
sendiri.
Berbicara mengenai besarnya porositas batuan karbonat pada daerah karst tidak semata-
mata tergantung dari matriks batuan, tetapi lebih tergantung dari proses lanjutan setelah
batuan itu terbentuk atau muncul di permukaan bumi. Secara umum porositas batuan
• Porositas primer, yaitu porositas yang tergantung dari matriks batuan itu sendiri;
Dan
• Porositas sekunder, yaitu porositas yang lebih tergantung pada proses sekunder
120
Dalam hal ini, jika dikatakan bahwa batuan karbonat di daerah karst mempunyai
porositas yang besar adalah lebih signifikan karena adanya percelahan hasil proses
batuan gamping yang belum terkarstifikasi akan mempunyai nilai porositas yang jauh
lebih kecil dibandingkan dengan batuan gamping yang telah terkarstifikasi dengan baik..
Batuan gamping dan juga dolomit yang belum terkarstifikasi mempunyai kisaran nilai
porositas yang sangat kecil (maksimal 10%). Sebaliknya, jika jika batuan gamping telah
terkarstifikasi akan mempunyai nilai porositas yang tinggi (mencapai 50%) Selanjutnya,
Gambar 2.5 mengilustrasikan perbedaan tipe porositas pada daerah karst dan non-karst.
Gambar 2.22. Tipe porositas pada karst (kanan) dan non-karst (kiri).
121
G. BIOSPELEOLOGI
• Speleo = gua
• Logos = ilmu
2. Zona senja, zona peralihan antara bagian terang dan bagian gelap gua
3. Zona gelap, dengan fluktuasi suhu. Masih dipengaruhi iklim luar gua
4. Zona gelap, tanpa fluktuasi suhu. Tidak dipengaruhi iklim luar gua.
1. Organisme
4. Parameter lingkungan.
122
Biota Gua
Gua merupakan salah satu bentuk ekosistem yang unik dan khas, yang tidak
dapat dijumpai pada bentuk ekosistem lainnya. Keunikan gua tidak hanya pada apa yang
terkandung di dalamnya, tetapi juga bentuk morfologinya yang juga dapat mengundang
decak kagum pengunjungnya. Karena keunikannya tersebut, banyak orang yang tertarik
untuk mempelajarinya dari berbagai aspek, baik geologi, arkeologi, morfologi maupun
biota penghuninya.
Di Indonesia penelitian hewan tanah masih dirasa sangat kurang apalagi biota
gua. Keberadaan fauna tanah/gua mempunyai arti penting dalam rantai ekosistem, yang
antara lain membantu perombakan bahan organik dalam membantu pembentukan tanah.
pengembangan pengetahuannya. Oleh karena itu, tidak heran apabila pengetahuan fauna
tanah maupun gua di Indonesia masih sangat terbatas. Dengan terbatasnya pengetahuan
yang ada, menjadi salah satu sebab misteri yang menyangkut dayaguna fauna tanah/gua
belum tersingkap. Hal ini menjadi tantangan untuk menggali pengetahuan fauna tanah
123
b. Ekologi Gua
Kekhasan atau keunikan ekisistem di dalam gua disebabkan oleh beberapa faktor
yang terkomposisi. Faktor yang dimaksudkan antara lain berupa suhu, pencahayaan,
kelembaban, keadaan lantai dasar dan dinding, vegetasi penutup di atasnya, dan
kandungan oksigen. Karena kekhasannya tersebut, maka di dalam gua hanya hidup jenis-
jenis flora dan fauna yang mampu beradaptasi dengan kondisi setempat. Faktor utama
yang berpengaruh langsung terhadap fauna gua adalah iklim, sedang faktor tidak
biasanya lebih banyak dan beranekaragam pada dataran tinggi (>3.700m), misalnya di
hutan tropika, pegunungan, dan hutan lumut. Pada umumnya, lantai jenis hutan-hutan
tersebut kaya akan bahan organik. Bahan-bahan organik ini akan terombak, dan
dataran lebih rendah melalui aliran air (banjir, arus, dlsb.), dan sebagian lagi meresap ke
Beberapa organisme permukaan tanah, dengan cara yang sama yaitu hanyut,
besar, kemungkinan besar mirip dengan mikroklimat tempat asal (permukaan tanah/lantai
hutan). Dengan menemukan mikroklimat yang sama dan terpenuhinya kebutuhan pakan.
maka organisme permukaan tanah yang masuk ke dalam tanah akan mampu
tanah. Dengan cara yang sama, organisme tanah dapat mencapai gua. Mikroklimat dan
tersedianva pakan yang cukup menjadikan alasan kuat bagi organisme tanah untuk
124
Oleh karena itu, beberapa jenis fauna tanah juga dapat dijumpai di dalam gua.
bahkan sampai di dekat daerah akumulasi guano pun dapat ditemukan organisme tanah.
Organisme tanah yang mampu menyesuaikan diri dengan mikroklimat, dan cukup
dan ahirnya menjadi fauna gua. Beranekaragam jenis binatang dapat ditemukan di dalam
gua Beberapa jenis antropoda dapat ditemui di dalam gua, antara lain Collembola.
Labah-labah, dlsb. Kelompok yang disebutkan merupakan fauna terestrial di dalam gua,
yang pada umumnya masih mempunyai ciri bukan organisme gua, seperti masih adanya
mengalami modifikasi organ-organ tertentu. Dari 27 jenis Collembola yang diperoleh dari
gua dari Simbu, Lae, Telefomin, Irlandia 10 Jenis di antaranya masih menunjukkan
bentuk morfologi fauna serasah atau lantai hutan (Deharveng 1981). Bournes (1980,
dalam Deharveng 1981) meneliti dengan cermat asal muasal fauna gua. Diperoleh catatan
adanya laba-laba, Diptera, Lepidoptera, Isopoda, dan Myriapoda. Binatang akuatik yang
dapat ditemukan di gua misalnya udang, kepiting, Coleoptera (Disticidae), larva Diptera,
dan Heteroptera.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah adanya kelelawar di dalam gua
dalam jumlah banyak. Kelelawar ini menghasilkan timbunan kotoran (guano) yang tidak
sedikit. Guano dapat menjadi sumber pakan bagi beberapa kelompok artropoda.
Timbunan guano yang cukup tebal, adanya beberapa artropoda yang memanfaatkan
guano atau jamur yang tumbuh di atasnya sebagai sumber pakannya, menyebabkan
125
c. Troglobion Dan Troglomorf
Troglobion adalah hewan yang seluruh hidupnya ada di dalam gua. Pada
umumnya kelompok troglobion ini memiliki morfologi khas. Pada daerah dataran rendah
tidak ditemukan bentuk troglomorf yang khas (Deharveng 1981), beberapa masih
dilengkapi dengan mata dan pigmen. Berbeda dengan yang ditemukan di dataran tinggi
tampak adanya bentuk-bentuk troglomorfi yang khas. Bentuk troglomorfi itu antara lain
tidak bermata, tubuh pipih, dan tidak berpigmen, misalnya terlihat pada jenis-jenis yang
tercatat dari gua Simbu dan Telfomin. Contoh jenis yang dilaporkan dari gua dengan
tinggi dari kelompok troglobion ini. Variasi terjadi karena adanya evolusi adaptasi
(Deharveng 1981). Fauna gua memiliki keanekaragaman cukup tinggi. Tercatat ada 10
kelas hewan Invertebrata yang dapat ditemukan di dalam gua (Daftar 1). Namun, masing-
masing gua menunjukkan komposisi jenis penghuninya yang berbeda untuk gua satu
dengan lainnya (Daftar 2). Perbedaan komposisi jenis penghuni gua ini disebabkan oleh
126
d. Fauna Guano
Banyak jenis fauna yang hidup pada lapisan guano. Hewan guano ini hidup dari
guanonya atau jamur yang tumbuh di atasnya. Fauna yang dikenal hidup dari jamur yang
tumbuh pada guano adalah Collembola, antara lain marga Sinelle, Pseudosinel1a, dan
Onychiurus. Lantai beberapa gua yang dilapisi guano juga dapat ditemukan adanya
Di antara fauna yang hidup dari guano atau jamur yang tumbuh pada lapisan
guano, juga ditemukan kelompok pemangsa fauna guano. Kelompok ini antara lain ialah
(Reduviidae). Kelimpahan jenis fauna gua sangat dipengaruhi oleh suhu udara di dalam
gua. Biasanya suhu di dalam gua guano berkisar 34,5° (di luar 32,0°). Suhu yang agak
127
e. Collembola
keeil. Panjang tubuhnya berkisar 0,25-8,00mm. Pada umumnya warna tubuh mirip
dengan warna tanah, hitam, coklat, abu-abu tua, tetapi ada beberapa yang berwarna cerah
keperakan, merah merona, atau kehijauan. Dalam klasifikasi lama, Collembola masih
mempunyai persamaan karakter yaitu adanya kepala, teraks, dan abdomen; kaki 3 pasang;
dan sepasang antena. Perbedaannya adalah abdomen Collembola hanya 6 ruas, tidak
tertutup oleh serasah dan/atau humus tebal. Habitat yang disukai Collembola adalah
permukaan tanah yang berhumus tebal, lembab tidak basah, dan tidak terkena cahaya
matahari secara langsung atau tempat yang terlindung. Collembola merupakan salah satu
kelompok fauna gua yang penting. Kepentingannya terlihat dari populasi dan keaneka-
ragamannya yang cukup tinggi dibanding kelompok artropoda lainnya, serta peranannya.
Oleh karena itu, penelitian fauna gua selalu tidak akan lepas dengan pengamatan
persebaran. Pada setiap gua dapat ditemukan komposisi jenis Cellembola yang berbeda.
Jenis-jenis Collembola dapat dibedakan menjadi kelompok yang terbatas di gua dan yang
bukan hanya di gua (Daftar 3). Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
128
A. Jenis-jenis Collembbola gua.
Thailand.
4. psoudoparanella : di Malaysia
5. sinella (coecobrya) coececa. Tanpa pigmen : tanah gua, guano di Asia Tenggara.
3. Beberapa jenis yang keberadaannya di gua karena sesuatu hal, seperti terbawa arus
129
a. Peran dan Perananya
bahan organik, dan jasad renik lainnya sebagai pakannya. Jasad renik tersebut diperoleh
dari bahan organik yang akan dan sedang mengalami perombakan. Collembola membantu
perombakan bahan organik secara fisik dan kimia. Secara fisik karena Collembola
memecah bahan organik menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil, sedangkan secara kimia
melalui pencernaannya. Bahan organik yang menjadi pakan Collembola bukan hanya
yang berasal dari tumbuhan, tetapi juga yang berupa bangkai artropoda lainnya. Jamur
yang dimakan tidak semuanya tercerna, bagian yang tidak tercerna ini tersebar ke lain
dalam mencerna bahan organik dan menyebarkan jamur perombak dapat diartikan
kandungan bahan kimia, sumber bahan organik, ph, dan juga tekstur tanah atau butiran-
butiran tanah. Oleh karena itu, dapat diharapkan bahwa pada suatu keadaan tanah tertentu
akan dapat dijumpai jenis-jenis Collembola tertentu pula. Pada kondisi tanah yang
berbeda, akan dijumpai populasi dan komposisi jenis Collembola yang berbeda.
Perbedaan ini disebabkan karena beberapa jenis Collembola tertentu peka terhadap unsur
kimia tertentu, kelembaban, pH, tekstur tanah dan/atau faktor lainnya. Sebaliknya, ada
jenis-jenis tertentu pula yang tidak peka terhadap faktor-faktor fisik tersebut.
130
Kelompok yang tidak peka ini tidak dapat dijadikan indikator. Potensi
Collembola sebagai indikator- tingkat kesuburan tanah sudah cukup lama diketahui,
namun pemanfaatannya secara praktis belum ada. Dalam memonitor populasi Collembola
untuk mengetahui keadaan tanah perlu pula diamati populasi musuh alaminya, antara lain
tungau. Dalam situasi alami normal (tanpa gangguan), populasi Collembola dan
biotik tanah. Bahan pencemar yang masuk merembes ke dalam tanah juga berpengaruh
terhadap populasi Collembola. Yang dimaksudkan dengan bahan pencemar antara lain
4. Statusnya di Indonesia
Collembola. Simazine dapat membunuh Collembola dan tungau, tetapi tidak untuk
cacing. Methanal dapat mematikan semua serangga tanah kecuali yang hidup pada
kedalaman tanah >15cm. Aldrin, Oialdrin, dan Heptakhlor dapat menurunkan populasi
131
5. Indikator pengolahan tanah yang baik
itu sendiri. Pada kenyataannya, setelah pembakaran meso-fauna tanah tinggal 45%,
sedangkan Collembola dan Lumbricidae tinggal 6%. Collembola dan fauna tanah
oleh siapa saja. Dengan demikian dampak pembakaran lahan akan semakin dirasa
merugikan semua pihak, oleh karena itu harus dihentikan. Sebab dengan berkurangnya
populasi Collembola dan fauna tanah lainnya berarti pula proses perombakan bahan
Peranan Collembola gua tidak berbeda dengan rekannya yang berada di luar gua.
bahan organik yang menimbun di lantai. Hal ini dapat jelas diamati pada gua yang
memiliki lapisan guano yang cukup tebal. Collembola dapat dikumpulkan dari lapisan
guano yang sudah tidak segar,atau yang sudah mulai/mengalami perombakan. Dalam
bersama dengan jenis-jenis fauna lainnya. Collembola dikenal sebagai pemakan jamur.
Jamur yang dimakannya tidak seluruhnya dapat dicerna, sebagian masih diekskresikan
kembali dalam bentuk jamur. Dalam hal sebagian pemakan jamur ini, peran Collembola
cukup besar yaitu sebagai pemencar dan penyubur pertumbuhan jamur dalam lapisan
guano. Adanya jamur mempercepat proses perombakan guano. Dengan tidak secara
132
Di samping membantu perombakan bahan organik gua, besar kemungkinan
kehadiran Collembola dalam gua Juga dapat menjadi indikator tingkat pencemaran. Tidak
tertutup kemungkinan meskipun gua berada di dalam tanah, bahan pencemar dapat
meresap hingga mencapai lantai gua, dan mencemari kehidupan yang ada di dalamnya.
Ukuran populasi dan komposisi jenis Collembola dapat menjadi petunjuk yang sangat
133
134
135
136
137
138
139
H. CAVE RESCUE
a. Tujuan Kegiatan
b. Prosedur Pelaksanaan
dilaksanakan, dan membutuhkan banyak tenaga yang trampil, waktu, pengorbanan uang
dan penuh resiko. CAVE RESCUE tidak akan dapat berhasil bila tidak ada koordinasi
yang baik antara kesemua unsur yang dipekerjakan Dalam CAVE RESCUE dapat terjadi
hal-hal yang tidak pantas terjadi, bila sebelumya tidak dipersiapkan dulu suatu “ code of
conduct “. Kesimpang siuran, bahkan keadaan panik dan putus asa dapat mengakibatkan
- Kesimpang siuran tindakan karena masing-masing petugas tidak tahu apa yang
- Emosi yang tidak terkendali sehingga timbul pertengkaran dan cara mengambil
- Meninggalnya pasien bukan karena kecelakaan itu sendiri, tetapi karena salah
140
- Timbulnya lebih banyak kecelakaan yang diderita oleh para penolong, atau para
penolong ada yang “ hilang “ didalam gua, karena memang tidak biasa masuk
dan korban, karena kurang pengertian atau main “ tambal sulam “ karena alat
Daftar kesalahan-kesalahan ini dapat diperpanjang lagi, hal mana yang tidak
berdasarkan pada teori saja, tetapi dapat dibaca dari laporan-laporan kumpulan musibah
Indonesia, atas dasar POLA kegiatan CAVE RESCUE di Amerika Serikat, Belgia
Inggeris, Prancis disesuaikan dengan kondisi dan situasi di Indonesia, mencoba untuk
menyusun petunjuk-petunjuk tata cara pelaksanaan CAVE RESCUE yang benar dan yang
senantiasa diberitahukan kepada BADAN SAR NASIONAL, dan minta mereka ikut
mengkoordinirnya.
1. Dengan petunjuk ini setiap penelusur gua akan diperingatkan, bahwa kegiatan itu
sangat berbahaya dan harus dilakukan dengan penuh pengertian ( sensible ) dan
penuh tanggung jawab ( responsible ). Makin rumit suatu gua, makin jauh si
penelusur masuk ke dalam gua, makin ia harus menyadari, bahwa CAVE RESCUE
akan semakin rumit dikerjakan. Karenanya harus disadari oleh setiap orang yang
membaca petunjuk ini, bahwa cara paling baik ialah MENGHINDARI MUSIBAH.
2. Petunjuk ini akan menyadarkan pembacanya, bahwa petunjuk ini baru ada gunanya,
bila ada wadah yang melaksanakannya. Jadi dengan membaca petunjuk ini harus
diri (seperti di luar negeri) dan berada dalam keadaaan siap siaga.
141
3. Petunjuk ini harus dijadikan pegangan yang mantap untuk melakukan
Petunjuk ini memang merupakan PEGANGAN yang masih dapat, bahkana mungkin
masih perlu dimodifikasi atau disempurnakan. Dan hanya ini hanya dapat dilakukan, bila
1. Unsur MEDIS
2. Unsur KOMUNIKASI
3. Unsur TEKNIK
Ketiga unsur ini harus kait mengait, saling menunjang dan berbobot sama pada
setiap kegiatan CAVE RESCUE. Di Perancis unsur MEDIS menjadi unsur yang paling
diutamakan. Pasien harus distabilisir dan diatasi keadaannya didalam gua secara
mungkin dengan teknik yang ditonjolkan sebagai unsur yang paling penting. Di
Indonesia, harus dianut prinsip peninjauan kasus demi kasus. Komunikasi di Indonesia
harus yang paling utama. Disusul oleh teknik, dan akhirnya segi medis. Dari ketiga unsur
ini segi medis yang akan terasa paling memprihatinkan, karena tidak ada, atau hampir
tidak ada dokter atau tenaga paramedis yang sanggup memasuki gua. Karenanya,
142
pendidikan darurat untuk mengatasi keadaan kritis pasian, tindakan gawat darurat
syarat MUTLAK, sebelum menyediakan diri untuk terjun dalam kegiatan CAVE RESCUE,
atau menjadi aanggota team CAVE RESCUE. Tanpa menguasai P3K dan prinsip-prinsip
mengatasi keadaan gawat darurat dari korban musibah, sebaiknya jangan menolong
korban, karena korban hampir pasti tidak akan dapat tertolong. Karenanya dalam SETIAP
kuliah CPR dan tindakan GAWAT DARURAT, karena dengan mata kuliah itu diharapkan
setiap penelusur gua sudah memahami cara-cara bagaimana mengatasi situasi gawat
darurat dan mengadakan self rescue. Tanpa mata kuliah itu, setiap kursus Speleologi yang
diadakan, kurang bertanggung jawab. SELF RESCUE menjadi prinsip dari penelusuran
gua. Dengan demikian tidak sampai terpaksa menunggu kedatangan team rescue yang
belum tentu tersedia atau dapat dihubungi pada waktunya. Dengan self rescue si Korban
sudah dapat distabilisir dan mungkin dapat dikeluarkan dari lokasi didalam gua. Oleh
para temannya. Tanpa self rescue, kemungkinan si Korban masih tertolong adalah kecil
sekali.
RESCUE), Etika dan Moral penelusuran gua merupakan SYARAT MUTLAK untuk
difahami, dan dijiwai oleh setiap penelusur gua yang menganut prinsip SENSIBLE AND
TANGGUNG JAWAB). Ironisnya, regu-regu CAVE RESCUE bakal sibuk dengan tugas
menolong para korban regu-regu pecinta alam yang menelusuri gua tanpa adanya
sedikitpun rasa pengertian dan rasa tanggung jawab ini ! Bahkan mungkin mereka malah
143
P3K dan tindakan GAWAT DARURAT dan prinsip-prinsip CAVE RESCUE ini ! Jadi
lokasi kecelakaan pasti akan sangat rumit dan kemungkinan pertolongan hampir nihil !
Agar setiap pembaca naskah pegangan CAVE RESCUE ini menjabarkan kepada setiap
problematikanya dan harus dipersiapkan secara matang. Pada kegiatan lapangan, pasti
akan terjadi overlap antara tahap yang satu dengan yang lain, tetapi persiapan masing-
masing tahap (mulai dari administrasi, sampai pada peralatan dan personalia) sudah harus
dikerjakan secara mapan. Tanpa persiapan akan terjadi suatu gap, yang dapat
menimbulkan kekacauan.
c. Kegiatan lapangan
d. Tindak lanjut
144
a. Persiapan Cave Rescue
Sebelum terjadi musibah didalam gua sudah harus dipersiapkan dulu segala sesuatu untuk
Personalia team medis (Dokter, perawat, anggota yang khusus mendapat didikan
Fasilitas alat-alat khusus (Mobil Derek, pendinamitan lorong gua, alat bor listrik,
palu besar, perahu, gas zat asam dalam silinder, masker, alat diving, dongkrak,
145
a. Team tetap : personalia teknik – medis – komunikasi atas dasar sukarela, dan rasa
c. Menyediakan peralatan penunjang (alat administrasi, daftar keluar masuk gua, peluit,
g. Hubungan baik dengan team medis, rumah sakit, ambulance service, dll.
Catat alamat dari mana berita disampaikan, juga nomor telepon atau panjang
gelombang.
146
Catat berapa orang yang tidak mengalami musibah dan bagaimana keadaan
Minta lokasi gua : Dukuh, Desa, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan minta
dibuatkan peta secermat mungkin, cara bagaimana mencapai lokasi gua, dan
mengirim berita )
a > Menghubungi ORARI setempat atau mencari siapa yang mempunyai rig
untuk dapat digunakan berkomunikasi.
b > Menghubungi Rumah Sakit terdekat dan Ambulance serta dokter dan
perawat. Dicatat olehnya alamat dan nomor telepon mereka.
Semuanya Ini Harus Dilaporkan Lagi Setelah Dua Jam. Selama dua jam ini si
147
b. Menghubungi semua pihak dengan kurir / telepon / radio Pihak Medis – Komunikasi
– Teknis, dan minta agar mereka semuanya stand-by, siap berangkat, ditempat
tertentu (salah satu rumah anggota HIKESPI / rumah anggota ORARI / Rumah Sakit /
c. Bila rekan-rekan CAVE RESCUE GROUP sekota tidak cukup atau tidak ada
ditempat, agar menghubungi rekan-rekan dari kota terdekat lainnya, atau yang paling
g. Mengecek soal kebutuhan administrasi (daftar keluar masuk gua ! peta gua !
Contoh sticker :
Nama : ………………………………………….
Alamat : ………………………………………….
HIMPUNAN KEGIATAN
SPEOLOGI INDONESIA
Yang harus dilaporkan :
h. Telepon / hubungi dengan radio si pelapor setelah dua jam dan beritahukan :
148
Tanyakan apakah sudah ada hasil atas usahanya selama dua jam : a > sampai
dengan d >. Tanyakan gelombang stand by hubungan radio dan call sign
komunikator.
i. Dengan tegas dipilih : Koordinator cave rescue, Pemimpin regu teknis, Pemimpin
regu medis, Pemimpin regu komunikasi. Bila diduga cave rescue memakan waktu
lebih dari 6 jam, maka harus dipilih pula pengganti-pengganti fungsi-fungsi diatas.
k. Regu Penolong segera berangkat, terdiri dari : Koordinator cave rescue dan
l. Regu cadangan dipersiapkan dan harus tetap stand by ditempat tertentu dengan
dihubungi.
149
BAB III
MAPALA SANTIGI
1. Download
Yang dibutuhkan untuk dasar proses data dan menampilkan peta adalah:
1. wcmp32.exe
Program ini adalah paket dasar survey gua. Berisi segalanya yang dibutuhkan untuk
2. cavxinst.exe
Program ini adalah untuk menampilkan model lorong gua yang dilihat dari luar. Program
ini juga membuat anda dapat melihat seluruh gua secara real time. Memerlukan DirectX
150
2. Menjalankan Program
151
Save Project File (.MAK), beri nama file-nya. (misalnya nama desa), karena
dalamfile .MAK ini kita bisa membuat beberapa file gua, apabila di sebuah desa tersebut
152
Create New Survey File
153
Save New Survey, beri nama gua untuk save nama file-nya
154
Edit
Klik Edit Cave Survey or File, muncul Window baru seperti dibawah ini
Edit Heading
Pada Survey List, Double click pada survey yang mau di Edit (Survey “Gua”). Maka
langsung terbuka di Tab Edit Heading. Atau click dulu pada survey yang mau di edit.
Lalu klik tombol Edit Survey di bagian bawah dialog box ini, bukan pada Tab Edit
155
Muncul dialog box dibawah ini.
156
Pengaturan Urutan Masukan Data (Edit Setting)
Set Measurement Sequence adalah urutan pengukuran, terdiri dari Length (Jarak
antar stasiun, Compass (Sudut Horisontal hasil pengukuran kompas), Inclination (Sudut
Vertikal hasil pengukuran clinometer). Sedangkan Set Dimension Sequence adalah urutan
pengkuran penampang lorong gua, terdiri dari Left (dinding kiri), Up (atap), Down
(Bawah), dan Right (dinding kanan). Cara mengurutkan sesuai keinginan kita adalah,
misalkan urutan yang disediakan default program ini tidak sesuai dengan urutan
kebiasaan kita, misalnya kita inginkan urutannya yang pertama adalah Compass, maka
klik dulu bagian kiri paling atas, lalu kita klik tombol Compass di bagian kanan. Pada Set
Dimension Sequence, misalkan kebiasaan kita mengurutkan adalah Kiri – Kanan - Atas –
Bawah, maka kita klik bagian kiri paling atas, lalu klik tombol Left (di bagian kanan),
klik bagian kiri nomer dua dari atas, klik tombol Right di kanan, dan seterusnya.
Pengaturan satuan
157
Defaultnya untuk Length Units dan Up, Down, Rigth, Left Units adalah dalam
Feet and Inches. Kita ganti Meters. Lalu klik OK, kembali ke Dialog box awal.
Klik Tab Edit Survey muncullah tabel data seperti di bawah ini, lalu dimasukkan data
158
Menyimpan File
159
Klik button Process And View Cave. Maka akan tampillah hasil Cave Viewer,
Lintasan Survey tampak atas (Plan Section), Klik Fit Cave To Screen
160
Mengatur tampilan Model Dinding
Jangan
161
Jangan lupa option “Enable Passage Wall Display”nya di-On kan. Di klik saja
pada teks On/ Off dengan back ground merah. Cobalah semua pilihan yang tersedia di
162
163
164
165
Bilangan di Belakang Koma
Jika setting komputer anda menggunakan titik sebagai pengganti koma dalam
angka desimal, maka ada masalah ketika copy paste dari Excel ke Editor Compass.
Angka dibelakang koma masih 0 dan Editor hanya memasukkan angka di depan koma
saja. Maka data dari Excel di copy paste dulu ke notepad, lalu di notepad itu semua tanda
166
Baru kemudian, setelah semua separator desimal sudah menggunakan tanda
167
Klik OK
Lihat di kolom Tape, Left, Right, Up, Down. Nilai-nilai data yang berupa jarak berubah
168
Tertukarnya Data Pada Kolom Yang Tidak Semestinya
Biasanya pada saat mengkopi – paste dari data Excel, terjadi kesalahan urutan kolom.
Pada contoh, Kolom Right yang seharusnya berisi data dinding kanan, malah dihuni
tinggi stasiun (DOWN), padahal data yang seharusnya berada di kolom berada pada
kolom UP. Maka dengan option Swap Numeric Item ini dapat dipergunakan untuk
mengkoreksi. Klik Block – Klik Repair Survey Shot – klik Tab Swap Dalam rangka
untuk swap item, Anda harus mengaktifkan "Swap Numeric Items" kotak centang. Anda
kemudian harus memilih salah satu item dari " First Swap Item " dan " Second Swap
Item." Kedua item akan bertukar saat data diproses. Karena yagn tertukar adalah Right
dan Up, maka Klik Right pada First Swap Item, dan pilih Up pada Second Swap Item,
sbb:
Nah, sekarang yang tertukar tinggal Up dan Down. Ulangi lagi proses swapping,
dengan memilih
169
Jika tidak pingin melakukan penyesuaian menggunakan Swapping pada Editor,
maka sejak awal harus mengatur data pada Excel dengan urutan sebagai berikut:
170
1. From Station
2. To Station
3. Length
4. Azimuth
5. Inclination
6. Left
7. Up
8. Down
9. Right
12. Flags
13. Comment
Perhatikan urutan Left Up Down Right. Biasanya adalah Left Right Up Down.
Maka kolom di Excel harus diubah dulu urutannya menjadi Left Up Down Right. Jika
tidak, akan terjadi kesealahan Anda dapat menghilangkan item pada akhir baris masing-
masing data. Namun anda tidak dapat menghilangkan data yang berada di tengah baris,
sekalipun data tersebut tidak dipergunakan. Sebagai contoh, jika anda hanya memiliki
From Station, To Station dan Length, anda dapat menghilangkan item sisa pada satu
baris, tanpa mengisi dengan nilainilai dummy. Namun, jika anda memiliki Azimuth tapi
tidak memiliki Length, anda musti mengisi sebuah dummy value untuk Length. Field
flags dan comments fields dapat dibiarkan kosong. Sebagai contoh, beginilah bagaimana
sebuah shot yang seharusnya dalam clipboard. Ingat bahwa karakter "white space" yang
171
b. Tutorial Survex
pekerjaan pemetaan gua setelah tahapan survai dan pengumpulan data. Yaitu pekerjaan
mulai dari proses pengolahan data hingga penggambaran peta. Survex, oleh penciptanya,
dibuat agar dapat dijalankan di berbagai sistem operasi: Microsoft Windows, Mac OS,
Linux, Unix, dan DOS. Sifat program ini adalah cara memasukan data yang mudah, dan
tahap proses data yang sangat gampang. Sangat.. sangat.. gampang!! Survex dapat
menyelesaikan pemrosesan data dengan cepat dan akurat. Dilengkapi dengan program
untuk menampilkan peta garis survai yang real time (bahasa Indonesiane opo yo?),
dengan peta yang dapat diputar (rotate), perbesar/ perkecil (zoom), geser (pan).
Dilengkapi pula fasilitas agar dapat menghasilkan sebuah file yang berisi koordinat
semua titik stasiun dan file bertipe DXF yang bisa diimport ke program AutoCAD atau
program drawing lain, misalnya Corel Draw dan Adobe Illustrator. Saya sangat
menyarankan, agar teman-teman membaca juga dokumen tutorialnya yang original (bhs.
Inggris), yang dapat diperoleh dari web site tempat teman-teman menginstal programnya.
Jangan lupa download juga contohnya. Supaya bisa dipakai untuk referensi.
Instalasi program
Untuk tutorial ini, saya asumsikan teman-teman men-download dan menginstal pada
komputer yang menggunakan sistem operasi Windows. Versi yang terakhir software
Download dulu, lalu di Windows Explorer double clik saja pada file yang baru saja di
172
Hasil instalasinya adalah sekelompok program Survex dalam sub menu, terdiri dari:
Aven, program untuk menampilkan peta gua yang sudah jadi. Documentation, berisi
petunjuk dan tutorial penggunaan Survex. SvxEdit, dipergunakan untuk memasukkan dan
mengedit data mentah hasil pengambilan data peta di lapangan. Uninstall Survex, untuk
Masukan Data
173
Untuk memasukkan (input) data lapangan, teman-teman klik SvxEdit lewat Start
menu. Tapi teman-teman juga bisa saja tidak mengaktifkannya. Sebagai gantinya,data
survei dimasukkan dalam sebuah file teks menggunakan software teks editor apapun,
misalkan Notepad, asalkan dapat menulis dalam file teks plain ASCII. Untuk saat ini,
saya asumsikan teman-teman menggunakan alat-alat kompas, clinometer, dan pita ukur
saat melakukan pemetaan di gua. Jika ya, maka teman-teman cukup mengetikkan di
Notepad data-data di atas, dengan urutan nama stasiun dari-ke, jarak,azimuth (kompas),
dan clino dengan urutan yang sama seperti pada data lapangan tersebut seperti dibawah
ini. Pisahkan antar data dengan menggunakan kunci Tab atau spasi. Selalu mulailah
dengan mengetikkan peritah “*Begin” yang diikuti dengan nama lorong survai, dan
diakhiri dengan perintah “*End” yang juga diikuti dengan nama lorong survai. Semua
174
*Begin Lorong
0 1 7 10 -2
1 2 6.50 160 -5
2 3 9.50 160 -5
3 4 6.35 191 -6
4 5 11.20 170.5 -8
5 6 9.23 136.5 -1
5 cab1 5 230 2
*End Lorong
175
Lalu simpanlah (save) file tersebut dengan tipe file .svx. Lihat contoh dan gambar
Pada nama file tambahkan .svx. Ini menunjukkan bahwa file yang bertipe .svx ini
176
Pengolahan data dan penggambaran peta
Teman-teman akan heran dengan cara pemrosesan data dan penggambaran petanya.
Di software survai gua lainnya, teman-teman harus membuka sebuah software untuk
berbeda. Jalankan Window Explorer, dan buka di folder tempat menyimpan file
lorong.svx tersebut. Maka teman-teman akan melihat ada sebuah file yang bertipe Survex
Raw Survey Data (Raw data= data mentah) seperti di bawah ini.
program apapun yang berasal dari Survex. Cukup klik kanan pada file tersebut sehingga
177
Klik Process sehingga muncul file-file hasil pemrosesan seperti di bawah ini.
File yang bertipe Survex Processed Data adalah file peta hasil proses data yang
barusan kita kerjakan. Peta tersebut berupa center line saja. Double klik saja, maka akan
ditampilkan untuk teman-teman sebuah peta center line tersebut menggunakan program
Aven.
178
Peta ini adalah peta tampak atas. Teman-teman dapat merubah penglihatan dari
dan tool-2 yang sudah disediakan. Nanti akan kita bahas Aven ini dalam bagian
tersendiri. Mungkin terasa aneh bagi kita, bahwa kita tidak mengaktifkan software apapun
ketika memproses dan menggambar peta. Malah hanya menggunakan Window Explorer.
Inilah ciri Survex. Saya tidak tahu, hal ini merupakan kelebihan atau kekurangannya.
179
Sekarang kita kembali dulu ke file hasil proses data.
Yaitu file yang bertipe Survex Loop Closere Errors. File ini adalah file yang
berisi daftar error yang terjadi jika lintasan survey berisi polygon tertutup. Daftar error
meliputi error horizontal, vertikal, prosentase, dan error tiap lengan survey. Karena lorong
gua ini tidak mengandung error survey yang berupa polygon tertutup, maka tidak ada
laporan yang termuat di file ini. Sedangkan file Output Log, berisi laporan hasil tahap
proses dan gambaran lorong gua secara umum. Isinya kira-kira sebagai berikut.
Jika ada masalah dalam pemrosesan atau kegagalan, laporannya akan termuat dalam file
ini. Maka teman-teman dapat memperbaikinya sesuai dengan kesalahan yang dilaporkan.
Sudah? Cuman gitu aja? Belum, masih ada lagi. Jika teman-teman ingin menggambarnya
180
Memperoleh Koordinat Stasiun
Klik kanan pada file yang bertipe Survex Processed Data, klik Convert for Hand
Plotting.
Yaitu file yang bertipe Survex Station Positions. Jika teman-teman double clik
file tersebut maka akan muncul daftar koordinat masing-masing stasion dalam program
Notepad. Nomor stasiun diawali dengan nama section yang kita tulis dibelakang kata
181
Dengan hasil ini teman-teman dapat menggunakannya pada penggambaran peta
secara manual. Pada kertas millimeter. Data ini juga bisa dipergunakan untuk memplot
titik koordinat ke peta digital menggunakan software GIS seperti misalnya Map Info.
File yang bertipe DXF dapat dibuka menggunakan AutoCAD, Corel Draw, dan
Adobe Illustrator 10. Maka bagi teman-teman yang bisa menggunakan AutoCAD untuk
menggambar peta gua, daripada menggambar satu persatu lengan survai, mending teman-
teman mengolahnya menggunakan Survex. Teman-teman juga dapat membuka file DXF
di Corel Draw dan Adobe Illustrator, sehingga teman-teman dapat memperindah tampilan
peta gua tampak atas.Caranya? Kembali ke Window Explorer. Lagi, klik kanan file yang
bertipe Survex Processed Data, kali ini klik Confert to DXF. Sehingga akan ada tambahan
file seperti file yang paling bawah ini. Atau mengeksportnya lewat Aven.
182
Untuk membukanya menggunakan AutoCAD, double click saja file tersebut.
Maka akan tampillah center line peta gua tersebut di AutoCAD. Dengan catatan, ada
Disamping itu, teman-teman juga bisa melihat tampilan peta dalm bentuk
Extended Section. Sekali lagi kembali ke Window Explorer. Klik kanan pada file Survex
Processed Data, klik Extend. Maka satu file lagi akan muncul.
183
Yaitu file lorong_extend yang bertipe Survex Processed Data. Jika teman-teman
double click, maka akan muncul program Aven yang menampakkan peta gua dalam
bentuk Extended Section. Apakah Extended Section? Coba baca-baca lagi penggambaran
peta dan tahapannya di www.subterra.or.id . lihat di bagian jenis atau bentuk peta gua,
184
Jika ada perubahan pada file raw data, maka TIDAK SECARA OTOMATIS file-
file lain akan juga terjadi perubahan. Teman-teman harus mengulangi lagi pekerjaan-
Sayang sekali, program ini memiliki keterbatasan belum dapat mengolah data
untuk dinding, atap, dan lantai. Istilah umum dalam survai gua adalah left-right-up-down
(LRUD). Mungkin teman-teman pingin mengekspor file ke DXF sehingga dapat teman-
dinding kiri, dinding kanan, atap, dan lantai. Atau paling sederhana, teman-teman dapat
secara langung melihat peta gua tersebut tanpa merasa bingung kok cuma melihat garis
survai antar stasiun melulu tanpa melihat garis dinding dan atap. Untuk jalan keluarnya,
saya menyarankan agar teman-teman memasukkan data dengan menganggap dinding kiri,
kanan, atap dan lantai sebagai stasiun baru. Dengan demikian kita harus memasukkan
data LRUD dengan perilaku seperti layaknya sebuah stasiun survai. Namun ada masalah
yang timbul, berapa azimuth dari sebuah stasiun ke dinding kiri atau kanannya? Padahal
kiri dan kanan merupakan separoh dari sudut yang dibentuk oleh garis survai kedepan dan
185
Dari olahan Leker Old SG mulai dari kolom AI dan seterusnya, adalah data jarak,
kompas, dan klino dari dinding staiun kiri, kanan, dan atap. Tinggal di-copy dan paste ke
file .svx saja. Lalu di proses lagi, maka kita akan dapat center line lorong yang dilengkapi
Buka Notepad,
Baris paling atas ketik *Begin [nama gua], baris paling bawah ketik *End [nama
gua]
klik kanan pada file yang ber-extensi .svx (file yang bertipe Survex Raw Survey
jika hendak melihat peta hasilnya, double klik peta yang ber-extensi file .3d (file
Aven.
186
jika ingin menghasilkan daftar koordinat peta, klik kanan file .3d (file yang
jika ingin menghasilkan peta DXF, klik kanan file .3d (file yang bertipe Survex
jika ingin menghasilkan peta extended section, klik kanan file .3d (file yang
jika ingin melihat daftar koordinat peta, double klik file yang ber-extensi .pos
jika ingin melihat peta extended section, double click file yang memiliki nama
dengan penambahan kata _extend dan bertipe Survex Processed Data. Peta
AVEN
AVEN adalah program untuk menampilkan peta gua (cave viewer) dan
187
Untuk mengetahui semua fungsi yang ada di dalam Aven ini, coba saja semua
jurus berkomputer menggunakan mouse. Yaitu drag tombol kiri mouse pada obyek-2:
Frame kiri,
Skala
Jangan takut ttg akibatnya. Tidak akan merusak program atau data gua kok. Dan
lagi, yang perlu teman-teman lakukan adalah, melakukannya sambil mengamati reaksi
dan perubahan pada gambar, perubahan tampilan frame yang lain, dll. Sehingga teman-
Inggris sih gak masalah. Dan dengan trial semacam itu, teman-2 akan menemukan
berbagai fungsi yang sangat penting untuk membaca peta sebuah gua menggunakan Aven
1. bisa merotasi/ memutar peta gua dengan menggunakan semua titik-titik stasiun
sebagai titik pusatnya. Anda bisa memilih salah satu dengan gampang.
2. bisa mengetahui jarak, beda elevasi, selisih absis dan ordinat, arah dari sebuah
188
Apada bedanya Aven yang sedang menampilkan peta gua 3D dan yang sedang
hanya dapat di zoom. Kita sama sekali tidak dapat mengubah arah pandangan.
Export File
1. Dengan Aven, kita dapat mengeksport file peta ke DXF (bisa dioleh di AutoCAD
dan Adobe Illustrator), SVG (bisa diolah di Adobe Illustrator, Corel Draw),
Scetch Files, EPS files, dan file yang bisa dipergunakan di software pemetaan
LRUD
Penentuan dinding, atap dan lantai, sudah bisa dipenuhi oleh Survex. Namun tampilannya
189
*Begin Lorong
0 1 7 10 -2
1 2 6.50 160 -5
2 3 9.50 160 -5
3 4 6.35 191 -6
4 5 11.20 170.5 -8
5 6 9.23 136.5 -1
5 cab1 5 230 2
190
*data passage station left right up down
7 1123
*End Lorong
191
Setelah diproses, hasilnya sebagai berikut
192
Eksport ke DXF
Jika mengekspor ke DXF, dengan cara diatas, yang ter-eksport hanya center line
lintasan survai saja. Lalu, bagaimana jika teman-teman pingin mengekspor file ke DXF
dinding kiri, dinding kanan, atap, dan lantai. Maka yang kita lakukan adalah menganggap
bahwa dinding kiri, kanan, atap dan lantai adalah sebuah stasiun. Jadi kita masukkan
Timbul masalah, berapa azimuth (kompas) dinding kiri dan kanan? Hal ini
tergantung pembacaan yang dilakukan saat di lapangan. Apakah tegak lurus terhadap arah
pembacaan kompas antar stasiun? Atau kira-kira sudut bagi dari sudut yang dibentuk
193
Dinding kiri dan kanan yang diukur secara tegak lurus di stasiun
Dinding kiri dan kanan yang diukur merupakan sudut bagi antar lengan survai
Jika teman-teman ketika di lapangan melakukan yang pertama, maka hal ini lebih
pembacaan survai antar stasiun sebesar 90˚ . Sedangkan bila teman-teman melakukan
yang kedua, padahal waktu di lapangan teman-teman hanya mengukur jaraknya saja
tanpa azimuthnya, maka teman-teman harus melakukan penghitungan terlebih dulu. Tapi
jangan khawatir, sudah ada di Leker Old SG kok. Download aja dar
Leker Old SG (yang berada di kolom AI dan seterusnya) ke file .svx, maka lorong akan
194
C. KUMPULAN GLOSARIUM KARST
melalui celah-celahnya
3. authigenic water : merupakan air hujan atau air imbuhan yang jatuh
5. bare karst : karst terbuka, kawasan karst yang tidak punya lapisan
penutup
6. base flow : aliran dasar, berasal dari aliran tegak dan panjang
magnesium karbonat.
gamping.
gamping.
10. bell hole : dome kecil pada plafon gua yang berbentuk lonceng.
195
13. canopy : bentukan endokarsik, aliran vadose yang mengalir di
payung.
15. chocked air : hambatan oleh udara di dalam lorong, sehingga aliran
19. contact spring : sumber air yang merupakan kumpulan air dari sistem
percelahan.
22. descending : Tehnik menuruni lintasan dalm teknik SRT (single rope
technique)
23. diffuse flow : aliran air yang menghilang karena memasuki sistem
percelahan.
196
24. direct flow : aliran langsung, masuknya air ke dalam tanah melalui
dan sebagainya).
26. dolomit : sifat jenis batuan karst (dolomit), yang serupa mineral
27. down stream : penelusuran gua dengan mengikuti arah air mengalir.
serupa gergaji.
maupun langsung.
tanaman di dalamnya.
32. exsurgence : sungai yang muncul dari air kondensasi dan perkolasi
seluruhnya.
33. fast and turbulent : aliran air dengan kecepatan tinggi dan bersifat
mengeliminir penundaan.
197
35. flowstone : deposit endokarsik hasil dari, endapan aliran kalsit
dinding/teras/lantai dua.
plafon gua.
free flow spring sebagai sungai yang keluar dari gua atau celah.
40. halit : jenis batuan yang bersifat lebih mudah larut daripada
batuan karbonat
terbalik.
42. hyper ventilation : fenomena dalam gua, dimana kadar oksigen rata- rata
pembentukan speleothem.
batuan
44. inlet : aliran air masuk, yang memberi imbuhan pada aliran
pertama
198
45. intermittent spring / ebbing and flowing
49. lorong fosil : zona hidrografi gua yang kondisi hidrologisnya relatif
50. lorong vadose : suatu zona hidrografi gua yang sangat dipengaruhi
lorong fosil
54. perkolasi : aliran air yang menembus aliran tanah dan batuan
199
56. pitch : lorong vertikal pada gua yang harus dituruni dengan
alat bantu
daerah karst
61. run off : air larian, tergantung pada intensitas dan lamanya
penutupnya
63. sodastraw : deposit endokarsit hasil dari, endapat kalsit dari tetesan
di plafon gua
64. solution cavities : proses pelarutan batuan oleh air dan reaksi asam
lorongnya
tetesan perkolasi
200
69. stalaktit : deposit endokarsik hasil dari, endapan kalsit dari
70. static pool : kolam / telaga, di dalam gua yang terisi air sepanjang
tahun
tektonik
Lehman)
201
BAB IV
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan mengenai rangkuman materi divisi penelusuran gua ini,
saya menyimpulkan bahwa materi tersebut terbagi atas beberapa tahapan yaitu tahap
pertama sebagai materi calon anggota, tahap kedua sebagai materi anggota muda dan
tahap ketiga sebagai materi pengambilan nomor registrasi anggota. Dalam tahap tahap
tersebut terdapat materi yang sudah di sesuikan dengan kebutuhan dan kemampuan
sumber daya manusia yang akan dan telah resmi menjadi anggota mapala Santigi.
Demikianlah kesimpulan yang dapat saya sampaikan di tulisan ini, semoga tulisan ini
dapat membantu anggota mapala Santigi dalam mempelajari tentang Penelusuran Gua.
B. Saran
berharap tulisan ini sebagai pijakan awal dalam proses pembelajaran anggota mapala
santigi bagi yang berminat di bidang penelusuran gua. Tulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan semoga anggota mapala Santigi lainnya dapat melengkapi kekurangan
202
DAFTAR PUSTAKA
Ariadi, Irman.
2008. Dasar Teori Geographical Field Trip Sub Bahasan : Karst : Geowisata
Tour & Travel : Yokyakarta.
Bahan Ajar Cave Rescue. Mapala Satu Bumi, Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada. Tahun 2015 : Yokyakarta.
Sudihardjono, Yayuk R.
Training Seminar Biospeleologi Scientific Karst Eksploration, (SKE) ke 2
LAWALATA IPB, Bogor 18-19 September 2013.
203