Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan tingkat biodisivesitas

tertinggi setelah berazil. Secara geografis wilayah Indonesia berada di antara dua

samudra, yaitu samudra hindia dan pasifik sehingga membuat keanekaragaman

hayati melimpah. Keanekaragaman hayati tersebut meliputi keragaman ekosistem,

jenis/spesies dan varietas (Sari, 2017)

Keanekaragaman ikan di Indonesia sangat banyak diperkirakan terdapat 4000-

6000 jenis ikan di seluruh perairan Indonesia. Di Asia tenggara terdapat 2917 jenis

ikan air tawar yang teridentifikasi. Di Asia Tenggara terdapat 2917 jenis ikan air

tawar yang teridentifikasi. Jumlah jenis ikan air tawar di Indonesia berdasarkan

koleksi yang ada di museum Zoologi Bogor sekitar 1300 jenis, hampir 44% ikan di

Asia tenggara berada di Indonesia. Jumlah setiap jenis ikan pada pulau-pulau besar

di Indonesia berbeda. Keanekaragaman jenis ikan di Indonesia cukup tinggi. Ikan

yang hidup di perairan Indonesia ada +4.000 jenis, 800 jenis diantaranya hidup di

air tawar dan payau. Habitat-habitat yang kaya akan ikan air tawar ini meliputi

danau-danau, sungai-sungai di pegunungan serta tempat yang rendah yaitu rawa-

rawa (Nurudin 2013).

1
2

Sungai mempunyai banyak arti yang sangat penting bagi masyarakat sekitar

karna manfaatnya sangat banyak, manfaat sungai bagi kehidupan manusia antara

lain untuk makan, mencuci, irigasi pertanian, jalur lalu lintas, pengambilan batu

pasir, di pinggiran sungai ada yang membuka usaha pencucian mobil dan motor

yang mana limbah sabun dari pencucian tersebut, ditambah limbah rumah tangga

dan pestisida akan menyebabkan pencemaran sungai sehingga akan mempengaruhi

kehidupan organisme yang ada di dalam sungai slah satunya ikan (Ratnasari,

2012).

Kaur adalah kabupaten di provinsi Bengkulu, Indonesia terletak sekitar 250

Km dari kota Bengkulu, Kaur mempunyai luas sebesar 2.369,05 km² dan dihuni

sedikitnya 298.176 jiwa. Mereka mengandalkan hidup pada sektor pertanian,

perkebunan dan perikanan. Warga Kaur tersebar di 15 Kecamatan, 191 desa dan 4

kelurahan. Di daerah kabupaten kaur terdapat beberapa sungai yang memiliki

keanekaragaman, Khususnya ikan air tawar (Sari 2017).

Sungai Air jernih yaitu salah satu sungai yang berada di daerah Kabupaten

Kaur. Dengan Panjang sungai diperkirakan ±40 Km, Lebar sungai ±30 M, dan

memiliki kedalaman ± 7M. Sungai Air Jernih berasal dari Bukit Barisan (Bukit

Puguk) yang mengalir di sepanjang areal perkebunan Air Jernih dan akan

bermuara ke sungai Air padang Guci Hulu dan sungai ini terus mengalir melewati

beberapa kecamatan yaitu : Padang Guci Hulu, Kaur Utara, Padang Guci Hilir dan

bermuara di Desa Padang Leban Kecamatan Tanjung Kemuning.


3

Berdasarkan hasil penelitian Umroh dkk (2015) terdapat jumlah ikan yang

ditemukan di sungai lelabi dari tiga stasiun selama penelitian yaitu 5.598 individu

yang terdiri dari 49 jenis ikan dalam 22 famili. Sedangkan penelitian Desrita dkk

(2014) di Sungai Belumai, diperoleh 14 spesies dari seluruh stasiun selama

penelitian. Berdasarkan penelitian Hamidah (2004) di sungai Enim, hasil dari

penelitianya menunjukan pada keempat stasiun pengamatan terdapat 28 jenis ikan

yang tergolong dalam 11 famili dan 4 ordo. Fithra (2010) juga melakukan

penelitian, selama penelitianya telah berhasil ditangkap sebanyak 20.723 ekor ikan

di perairan Sungai Kampar Kanan. Hasil identifikasi terhadap jenis ikan tersebut

didapatkan 9 ordo, 23 famili, 40 genus dan 58 spesis.

Berdasarkan informasi dari hasil observasi yang diperoleh dari masyarakat

sekitar terdapat beberapa bagian sungai dengan karakteristik yang berbeda yaitu

sungai bebatuan, berkerikil, berpasir. Dari beberapa karakteristik sungai Air Jernih

tersebut, terdapat berbagai jenis hasil tangkapan ikan yaitu, Ikan mungkus, ikan

pelus dan ikan seluang. Menurut masyarakat sekitar, ikan di Sungai Air Jernih

tersebut sudah mengalami penurunan dalam segi jumlah sejak 12 tahun terakhir.

Dari informasi yang didapat ada beberapa faktor antara lain, banyaknya warga

yang memanfaatkan sungai sebagai objek pemandian sehari-hari terutama pada

saat musim kemarau, sehingga membuat keadaan sungai terkontaminasi dengan

bahan kimia.
4

Dari uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul

Keanekaragaman Jenis Ikan di sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu

Kabupaten Kaur.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan yaitu, Bagaimana Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Air Jernih

Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur ?

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Keanekaragaman Jenis Ikan di

Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai berikut :

1. Memberikan informasi tentang Keanekaragaman jenis Ikan yang terdapat

di Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur.

2. Sebagai tambahan hasanah ilmu bagi peneliti sendiri, masyarakat maupun

peneliti-peneliti selanjutnya tentang Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai

Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ikan

Ikan adalah hewan yang memiliki tubuh tertutup sisik, yaitu tulang yang tipis

terang tersusun seperti genting. Kulit luar berlendir untuk memudahkan gerak di

dalm air. Tetapi ada juga ikan yang tidak bersisik misalnya ikan lele. Ikan

berenang menggunakan sirip yang terdiri atas sirip punggung, sirip dada, sirip

perut, sirip anus dan sirip ekor. Sirip berguna untuk menentukan arah gerakanya,

ikan termasuk hewan berdarah dingin artinya suhu tubuhnya berubah-ubah sesuai

dengan suhu lingkunganya (Waluyo, 2010).

Sedangkan menurut Ratnasari (2013) ikan adalah suatu mahluk hidup yang

hidup di dalam air dan mempunyai darah dingin, artinya panas badanya mengikuti

panar air dimana ia berada. Ikan bernafas terutama dengan menghisap hawa dan

air dengan menggunakan insangnya yang terdapat di kanan dan kiri kepala. Selain

demikian sewaktu-waktu secara darurat ikan mengambil hawa dari permukaan air,

kalau di dalam air terdapat kekurangan hawa.

5
6

B. Klasifikasi Ikan

Ikan dapat dikelompokan menjadi tiga kelas yaitu, Kelas Agnatha merupakan

anggota Vertebrata yang tidak memiliki rahang, mulutnya berada di sebelah

anterior, kulit lunak, berlendir, tidak mempunyai sepasang sirip. Beberapa jenis

mempunyai sirip ekor dan sirip punggung, contohnya belut, sidat. Chondrichithyes

yaitu ikan dengan mulut ventral, disokong oleh rahang. Anggota kelas ini adalah

ikan-ikan, contohnya ikan hiu, ikan pari. Osteichthyes merupakan kelompok ikan

yang mempunyai rahang. Bertulang sejati. Cirri-ciri dari kelas ini yaitu selain

memiliki insang juga memiliki paru-paru untuk bernafas (Brotowidjoyo, 1989)

Sedangakan menurut Syarifuddin (2012) ikan dikelompokan menjadi tiga kelas,

Kelas Agnata merupakan kelompok ikan yang belum memiliki rahang,

kebanyakan tidak memiliki sirip yang berpasangan, sirip ekor ada, perut Agnata

belum jelas tetapi memiliki usus yang panjang. Chondrichthyes yaitu ikan

bertulang rawan yang memiliki sirip berpasangan, lubang hidung yang

berpasangan dan memiliki sisik, contohnya ikan cucut dan ikan pari. Osteichthyes

merupakan ikan bertulang sejati, seluruh Osteichthyes memiliki insang, beberapa

jenis diantaranya dapat bernafas dengan menggunakan peru-paru dan kulit.

Sedangkan menurut Irianto (2009) ikan dapat dikelompokan menjadi tiga kelas

yaitu, Ikan Tak Berahang (Agnata) kelas ini tidak memiliki sisik, sirip tidak

berpasangan, jantung mempunyai satu bilik, rangka tersusun atas tulang rawan dan

pada umumnya bersifat parasit. Ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) ciri-ciri

mulut dibawah kepalanya dengan gigi yang tajam, sirip tebal, sedangkan ekornya
7

tidak semetris dan kulitnya tidak bersisik tapi berduri halus yang rebah

kebelakang. Ikan bertulang sejati (Osteichthyes) adalah ikan kira-kira 17.000 jenis

merupakan golongan terbesar dari ikan yang kita kenali sehari-hari atau ikan yang

rangkanya sebagian besar terdiri atas jaringan tulang.

C. Morfologi Ikan

Secra umum tubuh ikan bertulang sejati (Osteichtyes) maupun ikan bertulang

rawan (Chondrichithyes) terdiri atas tiga bagian yaitu, Bagian kepala (caput, head)

yaitu mulai dari ujung muncung terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling

belakang. Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi,

sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya. Bagian

badan (truncus, trunk) yaitu mulai dari ujung tutup insang bagian belakang sampai

dengan permulaan sirip dubur. Pada bagian badan terdapat sirip punggung, sirip

dada, sirip perut, serta organ-organ dalam seperti hati, empedu, lambung, usus,

gonad, gelembung renang, ginjal, limpa. Bagian ekor (cauda, tail) yaitu dari

permulaan sirip dubur sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling belakang.

Pada bagian ekor terdapat anus, sirip dubur, sirip ekor, klasper (pada ikan cucut

dan ikan pari jantan) dan kadang-kadang juga terdapat sisik duri dan jari-jari sirip

tambahan (Sharifuddin, 2012).


8

Menurut sharifuddin (2012) ada beberapa bentuk tubuh ikan yaitu, Bentuk

torpedo (bentuk cerutu) atau fusiform, yaitu suatu bentuk yang sangat ramping

(stream-line) untuk bergerak dalam suatu medium tanpa mengalami banyak

hambatan. Bentuk tubuh hampir meruncing pada kedua bagian ujung, misalnya

ikan kembung lelaki, ikan tongkol, dan ikan cakalang. Bentuk pipih atau

compressed, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Tinggi badan jauh lebih

besar bila dibandingkan dengan tebal kesamping (lebar tubuh). Lebar tubuh juga

lebih kecil daripada panjang tubuh, misalnya ikan kapas-kapas, ikan peperek

bondolan, dan ikan bawal hitam. Bentuk picak atau depressed, yaitu bentuk tubuh

yang gepeng ke bawah. Tinggi badan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan

tebal kearah samping badan (lebar tubuh), misalnya ikan pareh kekeh, ikan pare

totol, dan ikan pare kelapa. Bentuk ular atau anguilliform atau bentuk sidat atau

bentuk belut, yaitu bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang lintang

yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing atau tipis,

misalnya ikan sidat dan ikan sembilang. Bentuk tali atau filifo, yaitu bentuk tubuh

yang menyerupai tali, misalnya snipeel dan pipefish. Bentuk pita atau taeniform

atau flatted-form, yaitu bentuk tubuh yang memanjang dan tipis menyerupai pita,

misalnya ikan layur dan frogfish. Bentuk panah atau sagittiform, yaitu bentuk

tubuh yang menyerupai anak panah, misalnya ikan pike. Bentuk bola atau

globiform, yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai bila, misalnya ikan buntal

landak dan ikan lumfish. Bentuk kotak atau ostraciform, yaitu bentuk tubuh ikan

yang menyerupai kotak, misalnya ikan sharpnosed puffer dan ikan spiny blaasop.
9

D. Keragaman Jenis Ikan

Berdasarkan penelitian yang dilakuakn Umroh dkk (2015) terdapat jumlah

ikan yang ditemukan di sungai lelabi dari tiga stasiun selama penelitian yaitu

5.598 individu yang terdiri dari 49 jenis ikan dalam 22 famili. Secara umum

Keanekaragaman jenis ikan di Sungai Lelabi tergolong tinggi (stasiun II dan III)

dengan nilai rata-rata (H’) 3,83 dan 3,56 sedangkan (stasiun I) dengan dilai rata-

rata (H’) 2,69. Adapun sebagian nama-nama jenis ikan yang berhasil ditangkap,

Akysis galeatus, Anabas testudienus, Hamibagrus nemurus, Nemacheilus

selangoricus, Xenentodon canciloidies, Belontia hasselti, Chana striata, dan

Rasbora gracilis.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Hamidah (2004) di Sungai Enim, hasil

dari penelitianya menunjukan pada keempat stasiun pengamatan terdapat 28 jenis

ikan yang tergolong dalam 11 famili dan 4 ordo. Famili yang memiliki anggota

terbesar adalah Chiprinidae (14 speies), diikuti famili Cobitidae (4 spesies) dan

Balitoridae (2 spesies). Adapun family lainya, Bagridae, Sisoridae,

Pristolepididae, Bellontidae, Channida, Mastacembelidae, dan Tetraodontidae

yang hanya memiliki satu jenis.

Hasil dari penelitian yang dilakukan Fithra (2010) sebayak 20.723 ekor ikan,

yang ditangkap dengan berbagai jenis alat tangkap lokal berhasil diidentifikasi 58

jenis ikan yang termasuk ke dalam 9 ordo, 23 famili, 40 genus. Diantara 23 famili

yang ditemukan family Cyprinidae diwakili oleh 25 spesies, famili Bagridae dan

Siluridae diwakili masing-masing 4 spesies, kemudian famili Clupidae, Cobitidae,


10

Chanidae, Claridae dan Pangsidae masing masing diwakili 2 spesies. Famili

lainya masing-masing hanya diwakili oleh satu spesies.

E. Diskripsi Jenis Ikan

1. Betok (Anabas testudineus)

Ikan Betok (Anabas testudineus), memiliki Jari-jari keras sirip punggung

16-20, jari-jari lunak sirip punggung 7-10, jari-jari keras sirip dubur 9-11, jari-

jari lunak sirip dubur 8-11. Warna dalam kondisi hidup pucat kehijauan, sangat

pucat dibagian perut, bagian belakang abu-abu sampai kuning kehijauan, kepala

dengan garis memanjang kearah perut, bagian belakang dari tutup insang

terdapat noktah hitam, bola mata kemerahan. Tubuh memiliki bentuk yang

beragam, tergantung umur dan pertumbuhan. Sisik pada bagian kepala 4-5 baris

antara mata dan batas bagian belakang tutup insang. Sisik besar dan tersusun

teratur (Gustiano dkk, 2015).

2. Lele (Clarias batrachus)

Bentuk badan lele memanjang, tengah badanya mempunyai potongan

membulat, dengan kepala pipih kebawah,sedangkan bagian belakang tubuhnya

berbentuk pipih kesamping, dengan demikian pada lele di temukan tiga bentuk

potongan melintang yaitu pipih kebawa, bulat dan pipih kesamping (Kordi,

2013).
11

3. Tawes (Barbonymus gonionotus)

Jari-jari keras sirip punggung 4, jari-jari lunak sirip punggung 8, jari-jari

sirip dubur 3, tubuh pipih dengan bagian belakang menurun, kepala relatif kecil

dan meruncing dengan mulut terminal. Ikan ini berwarna perak keputuhan

hingga keemasan sewaktu masih hidup (Gustiano, 2015).

Sedangkan menurut Sari (2017) Tawes (Barbonymus gonionotus) atau yang

disebut pihik memiliki bentuk tubuh yang pipih dengan bagian belakang

menurun. Kepala relatif kecil dan meruncing dengan mulut terminal. Ikan tawes

berwarna perak keputihan hingga keemasan sewaktu masih hidup. Sirip

punggung dan ekor berwarna abu-abu hingga abu-abu kuning. Sementara sirip

dubur dan perut berwarna jingga terang dengan ujung kemerahan, sedangkan

sirip dada pucat hingga berwarna kuning terang.

4. Ikan Seluang (Rasbora argyrotaenia)

Ikan ini bentuknya sedikit pipih memanjang, dan ukuran tubuh lebih besar

jari kelingking. Ikan ini bergerak dalam kumpulan, berwarna perak, dan

kebiasaan menari didasar air sehingga memantulkan cahaya matahari dengan

sisiknya ketika siang hari. Ikan ini dapat berkembang biak dengan mudah di

perairan yang mengalir (Ratnasari, 2012).

5. Sidat (Anguilla sp)

Tubuh sidat berbeda dengan tubuh ikan air tawar dan ikan laut lainya, namun

juga demikian sidat juga memiliki organ seperti ikan pada umumnya yaitu,
12

kepala, perut dan ekor. tubuh sidat memanjang mirip belut dan ular, dengan

perbandingan antara panjang dan tinggi 20 : 1, sementara bila dipotong di

bagian perut, tubuh sidat memiliki perbandingan 1 : 1 antara tinggi dan lebar.

Warna tubuhnya coklat kehitam-hitaman dan agak memutih pada bagian perut

(Kordi, 2013).

Sedangkan menurut Sari (2017) Sidat (Anguilla sp) merupakan hewan yang

secara alami mampu hidup si dua jenis perairan (asin dan tawar). Namun secara

keseluruhan, siklus hidup sidat lebih banyak berada di air tawar. Struktur tubuh

dan morfologi sidat berbeda dengan belut. Tubuh sidat cenderung memanjang,

dilapisi sisik kecil dan sirip dikedua sisinya.

6. Mungkus (Sicyopterus cynocephalus)

Ikan mungkus adalah ikan yang hidup disungai yang bersih dan berbatu.

Makanan ikan mungkus ini yaitu lumut yang menempel pada batu. Ikan ini

dilengkapi dengan semacam cupak (slakok) dibagian depan bawah mungkus

agar dapat menempel kokoh pada batu yang airnya bearus deras ikan mungkus

ini menetas dimuara/ laut dan secara bergerombolan bayi-bayi mungkus

menyusuri sungai bahkan pedalaman sungai (Sari, 2017).

7. Palau (Osteochilus vittatus)

Jari-jari sirip punggung 17-19, jari-jari bercabang sirip dubur 8. Berbeda dari

spesies lain dari genus Osteochilus dalam 12-18 jari-jari sirip bercabang, sirip

punggung 6-9. Noktah sepanjang gurat sisi, dan lingkaran bulat di pangkal

ekor. Tidak ada garis hitam di tengah sisi badan, kadang-kadang ada noktah di
13

atas sirip dada. Osteochilus vittatus dikenal sebagai ikan nilem di Indonesia.

(Gustiano dkk, 2015).

8. Semah (Tor douronensis)

Jari-jari keras sirip punggung 4, jari-jaari lunak sirip punggung7-9, jari-jari

keras sirip dubur 5, badan tidak bulat dan pipih, lingkaran tengah pinggir bawah

dan pendek, bagian lainya meruncing, tidak memanjang menjadi garis yang

menghubungkan sudut dalam mulut, mata Nampak bila dilihat dari arah perut,

jarak celah tutup insang bagian bawah ke mulut dengan sisik kecil yang

berbeda, lebih dari 18 sisik antara celah tutup insang bagian bawah dan pangkal

sirip dada, tapis insang 15-20, ujung sirip dubur meruncing, warna keperakan,

bagian belakang hitam, sirip abu-abu gelap (Gustiano, 2015)

9. Ikan Batak (Tor soro)

Jari-jari keras sirip punggung 3, jari-jari lunak sirip punggung 8-9, jari-jari

keras sirip dubur 3, jari-jari lunak sirip dubur 5, jari-jari keras sirip dada1, jari-

jari lunak sirip dada 14-16, jari-jari keras sirip perut 2, jari-jari lunak sirip perut

8, sisik pada gurat sisi sebanyak 24-28. Sirip dubur lebih pendek dari pada sirip

punggung, bibir bawah tanpa celah ditengah. Panjang total maksimal ikan Tor

soro tercatat dapat mencapai 100,0 cm (Gustiano, 2015).

10. Gabus (Chana srtiata)

Sirip tidak memiliki jari-jari keras, jari-jari lunak sirip punggung 38-43, jari-

jari lunak sirip dubur 23-27. Bentuk tubuh agak membulat, bentuk kepala datar

dan rendah, sirip ekor bulat. Permukaan punggung dan sisi tubuh hitam,
14

bercorak dan berkombinasi warna hitam dan variasinya putih pada bagian perut,

kepala relatif besar seperti kepala ular, mulut bergigi dan sisik sangat besar

(Gustiano, 2015).

11. Baung (Hemibagrus nemurus)

Warna tubuh coklat, sering diikuti warna kehijauan berkilat, sirip berwarna

abu-abu hingga ungu pudar. Sirip perut bersekat-sekat dibagian dalamnya,

dasar sirip pengendali lebih pendek dari sirip punggung dan kurang lebih

sebanding dengan sirip dudbur, sungut (kumis) 2 pasang, sungut hidung

memanjang melebihi pangkal mata, sedangkan sungut dari sudut bibir melibihi

pangkal sirip perut, kepala agak mendatar, sirip punggung tidak menyentuh

sirip pengendali, sirip dada lunak di bagian depan (Gustiano, 2015).

12. Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)

Memiliki sirip ekor bergaris tegak 7-12 buah pada sirip ekor ditemukan garis

lurus atau vertikal memiliki 15-17 jari-jari tajam dan 10-30 jari-jari lunak, sirip

dubur memilki dengan 3 jari-jari dan 9 jari-jari lunak. Pada sirip punggung

ditemukan garis lurus memanjang, sirip punggungnya memanjang dari bagian

atas tutup insang sampai bagian atas sirip ekor, memiliki sepasang sirip dada

dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah

berbentuk agak panjang (Sari, 2017).

13. Kepuhung (Ombok leiacanthus)

Panjang tubuh berkisar 15–18, 5 cm, panjang badan 10–12 cm, panjang ekor

2–3 cm, panjang kepala 1-2 cm, diameter mata 0,2–0,5 cm, sirip punggung
15

1,8-2 cm, sirip ekor 1,2–2 cm, Sirip pectoral 2-3 cm, sirip perut sepasang

dengan panjang 2–4 cm, mulut inferior (membentuk sudut 50 o), memiliki

sepasang sungut atas dengan panjang 5–8 cm dan sepasang sungut bawah

1-2,5 cm, sirip anal memanjang hingga sirip ekor, sirip ekor homocercal dan

tidak meruncing (Nurudin, 2013).

14. Bakut (Oxyeleotris sp)

Panjang berkisar 17-26 cm, panjang tubuh 15-20 cm, panjang kepala 4-5

cm, panjang ekor 4-5 cm, sirip pectoral 3-5 cm, sepasang sirip perut 3-5 cm,

sirip anal panjang 2-3, sirip punggung tepat di atas sirip pectoral dan memisah,

sirip punggung kedua sejajar dengan sirip anal ata didepan (Nurudin, 2013).

15. Ikan Lais (Criptopteru lais)

Bentuk badan panjang dan agak pipih, mulutnya lebar menghadap keatas,

berkumis dan memiliki gigi yang tajam, warnah tubuh dibagian tengkuk serta

permukaan kepala kecoklatan, perut berwarna silver sedangkan pada bagian

punggung dan dada kehitaman (Ratnasari, 2012).

16. Ikan Sepat (Trichopodus pectoralis)

Mempunyai sirip ekor agak rata, jari-jari lunak sirip perut memanjang

membentuk cambuk kebelakang sampai menyentuh batas sirip ekor, tubuh

banyak pita miring melintang yang sama, terdapat garis hitam tidak beraturan

dari mata sampai pertengahan sirip ekor (Gustiano, 2015).


16

Sedangkan menurut ratnasari (2012) ikan ini memilii banyak varian, dan

yang paling sering dijumpai ada 2 jenis yaitu, sepat biasa yang berukuran kecil

dan sepat siam atau sepat rawa yang ukuran lebih besar dari sepat biasa. Ikan

sepat adalah anggota suku gurami, ikan ini memiliki bentuh pipih atau gepeng,

bermulut kecil dan bersisik.

F. Siklus Hidup Ikan

Berdasarkan reproduksi yang dimiliki oleh ikan maka di kenal tipe reproduksi

seksual dengan fertelisasi internal dan reproduksi seksual dengan fertilisasi

eksternal. Reproduksi seksual dengan fertilisasi internal, dilakukan dengan

menempatkan sperma kedalam tubuh betina sehingga mengurangi kemungkinan

kekringan atau mengatasi kekurangan dekatan sperma dan telur sehingga fertilisasi

dapat berlangsung. Sedangkan fertilisasi eksternal merupakan penggabungan dua

gamet (sperma dan telur) di luar tubuh masing-masing induk secara terkordinasi.

Perkembangbiakan telur ikan diovarium, secara umum meliputi 4 tahap yaitu :

awal pertumbuhan, tahap pembentukan kantung kuning telur, tahap vitelogenesis

dan tahap pematangan. Setelah itu, telur di ovulasikian dan di pijahkan. Kuning

telur yang di bentuk dalam sel telur berguna sebagai makanan-makanan embrio

(Ratnasari, 2012).
17

G. Pengertian Sungai

Menurut Kordi (2013), sungai merupakan daerah yang di lalui badan air yang

bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dan melalui

permukaan atau bawah tanah. Karena itu, dikenal istilah sungai dan sungai bawah

tanah. Berdasarkan sifat badan air, tanah dan popolasi biota air, sebuah sungai

dapat di bedakan menjadi hulu, hilir dan muara. Hulu dirincikan dengan bagian

sungai yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan

mengalir cepat serta mempunyai popolasi (jenis maupun jumlah). Bagian hilir

umumnya lebih lebar, tebingnya curam atau landai, badan air dalam, keruh, aliran

air lambat, dan popolasi biota air di dalamnya termasuk banyak, tetapi jenisnya

kurang berfariasi. Sedangkan muara merupakan bagian sungai yang berbatasan

dengan laut. Di bagian sungai ini mempunyai tebing landai dan dangkal, badan air

dalam, keruh serta mengalir lambat. Pada saat air laut pasang, air sungai mengalir

ke hulu. Air di muara sungai bersifat tawar sampai payau. Ketinggian permukaan

badan air sangat di pengaruhi oleh pasang dan surutnya air laut. Popolasi (jumlah

maupun jenis).

Secara ekologis sungai memiliki dua zona utama yaitu Zona air deras dan zona

air tenang, zona air deras daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi

untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas,

sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni oleh bentos yang beradaptasi khusus

yang dapat melekat atau berpegang dengan kuat pada dasar yang padat dan oleh
18

ikan yang kuat berenang. Sedangan zona air tenang adalah bagian yang dalam

kecepatan arus sudah berkurang, lumpur dan materi lepas cendrung mengendap di

dasar, sehingga dasarnya lunak, tidak sesuai untuk bentos tetapi cocok untuk

penggali nekton dan bebrapa plankton. (Nurdin, 2013).

H. Faktor Ekologi Sungai

Faktor-faktor ekologi sungai antara lain :

1. Suhu

Suhu juga mempengaruhi aktifitas metabolism organisme. Oleh karna itulah

penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan tawar di batasi oleh

suhu perairan tersebut. Dengan kata lain, suhu sangat berpenaruh terhadap

kehidupan dan pertumbuhan ikan. Secara umum laju pertumbuhan akan

meningkat sejalan dengan kenaikan suhu (Kordi, 2013).

Sari (2017) juga berpendapat bahwa suhu merupakan factor lingkungan

yang sering kali beroprasi sebagai factor pembatas. Suhu juga mempengaruhi

termoregulasi tubuh ikan dalam lingkungan yang berbeda. Suhu juga

mempengaruhi aktivitas reproduksi ikan dalm pembentukan gonad. Organisme

perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-

30℃. Perubahan suhu di bawah 20℃ atau di atas 30℃ menyebabkan ikan

mengalami stres yang biasanya di ikuti menurunya daya cerna.


19

2. Kuat Arus

Arus merupakan pergerakan masa air dari daera yang tinggi ke daerah yang

rendah sesuai dengan sifat air. Aliran sungai sangat fluktuatif dari waktu ke

waktu dari tempat ke tempat. Beberapa variabel penting dalam dinamika sungai

adalah debit air, kecepatan, gradient, muatan sedimen dan base level (level

terendah sungai). Arus sungai yang terlalu cepat tentunya juga akan

mempengaruhi pergerakan ikan (Nurudin, 2013).

3. Kedalaman Sungai

Kedalaman badan sungai salah satu parameter fisika, dimana semakin

dalam perairan maka intensitas cahaya yang masuk akan semakin berkurang

(Nurudin, 2013).

Sedangkan menurut Sari (2017) menyatakan apabila semakin dalam

keadaan sungai maka akan semakin banyak pula jumlah ikan yang akan

menempati.

4. Kejernihan/Kecerahan

Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan

dinyatakan dengan (cm), kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai

kedasar perairan dipengaruhi oleh kekruhan air Kordi (2013).

5. pH

pH merupakan suatu ukuran keasamaan air yang dapat mempengaruhi

kehidupan tumbuhan dan hewan perairan pH didaera perairan hulu cendrung

lebih rendah. Ini di karnakan sungai bagian hulu masih belum tercemar, pH
20

juga merupakan derajat keasaman yang menyatakan keasamaan atau basa

dalam suatu larutan. Adanya pengaruh pembuangan limbah dari penduduk

dapat menurunkan pH air di sungai. Maka pH air sangatlah penting bagi faktor

lingkungan di sungai. Pengaruh keanekaragaman jenis ikan di sungai tersebut,

pH idealnya untuk ikan dapat bertahan hidup adalah berkisar 7-8,5 (Sari, 2017).
21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Febuari sampai Maret 2018 di

sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur. kemudian,

sampel yang didapat diidentifikasi di laboratotium Universitas Muhammadiyah

Bengkulu.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : toples, pancing dengan

berbagai bentuk modifikasi mata kail dan pemberat, prangkap ikan (bubu,

tengkalak, seruak), jarring, jala, kait/taut, penembak atau senampan ikan

tradisional, bak atau ember (menyimpan sampel sementara), bola pinpong

(Mengukur arus air), Kamera, alat tulis, thermometer dan secchi disk.

Sedangakn bahan yang digunakan dalam peneitian ini adalah kertas label,

ikan yang diamati, plastik, kertas pH, umpan pancing (cacing, udang, ikan lais

dan kepuhung) dan alkohol 70%.

21
22

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey langsung

ke kelokasi penelitian untuk mengambil sampel di sungai Air Jernih Kecamatan

Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur, kemudian ikan yang ditangap dilokasi

penelitian dibawa ke laboratorium untuk di idintifikasi.

D. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dilakukan pada masing-masing stasiun sebanyak dua

kali dalam satu hari. Sedangkan untuk penangkapan dilakukan pada waktu pagi

hari pukul 08.00 s/d 11.30 dan pada sore hari pukul 14.00 s/d 17.30. Sampel

diambil dengan menggunakan pancing, jaring, prangkap ikan (bubu, tengkalak,

seruak), jala, kait/taut, senampan ikan. Jala, tengkalak, di gunakan pada

kedalaman air kurang dari satu meter. Pemasangan bubu, tengkalak dan seruak

dilakukan pada sore hari sekitar jam 17.30 dan diangakat pada pagi hari sekitar

jam 08.00 WIB. Penelitian akan dilakukan ± selama satu bulan di masing-masing

tempat penelitian. Sampel yang di dapat di masukan ke dalam toples yang sudah

di beri alcohol 70%.

1. Di Lapangan

a. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel di lapangan dilakukan dengan cara membagi sungai

menjadi 3 (tiga) stasiun berdasarkan kondisi sungai:


23

1) Stasiun A

Pada stasiun A penelitian dilaksanakan di sungai Air Jernih Desa

Bungin Tambun 1. Pada stasiun ini memiliki karakteristik sungai yang

bebatuan dan berlumut. Pada stasiun ini sampel akan di ambil

menggunakan bubu, senampan ikan, pancing, jala, seruak dan tengkalak.

2) Stasiun B

Pada Stasiun B penelitian dilaksanakan diareal yang melewati daerah

Gudung Luis Desa Bungin Tambun I. Pada stasiun ini memiliki

karakteristik sungai bebatuan dan krikil (koral). Pada stasiun ini sampel

akan di ambil menggunakan pancing, tagang ikan, jala, senampan ikan,

jaring dan kait ikan.

3) Stasiun C

Pada Stasiun C penelitian dilaksanakan di areal yang melewati

persawahan Gudung Luis Desa Bungin Tambun I. Pada stasiun ini

memiliki karakteristik sungai yang berpasir. Pada stasiun ini sampel akan

di ambil menggunakan jaring, tagang ikan, panjing dan jala.

1. Di laboratorium

Sampel ikan yang diperoleh di lapangan di bawah ke laboratotium

untuk dilakukan identifikasi, dengan mengacu pada buku acuan Sharifuddin

(2013) dan tambahan dari sumber internet. Data yang didapatkan kemudian

diolah dengan menggunakan metode analisis deskriptif.


24

E. Pengukuran Faktor Ekologi

Pengukuran factor ekologi dilakukan untuk data pendukung lainya. Adapun

factor yang diamati adalah sebagai berikut :

a. Suhu Air

Suhu air sungai diukur dengan menggunakan thermometer. Pengukuran

dilakukan di daerah penelitian dengan thermometer di celupkan kedalam air

sungai selama 10 menit dengan kedalaman air sungai ± 50 cm. kemudian

thermometer di angkat dan di baca skala yang terdapat pada thermometer

tersebut.

b. Deras Arus

Deras arus sungai di ukur dengan menggunakan bola pimpong pada aliran

arus sungai yang akan di ukur deras arusnya. Pengukuran Kecepatan Arus

Air. Kemudian hitung berapa waktu yang di butuhkan pada jarak yang telah

ditentukan dengan menggunakan stop watch.

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ
𝐷𝑒𝑟𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑢𝑠 =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ

c. Mengkukur kedalaman air

Dengan cara memasukan tongkat pada bagian perairan yanga akan di

ukur kedalamanya. Bagian yang basah di ukur dengan menggunakan

meteran untuk mengetahui kedalam air.


25

d. Pengukuran Kejernihan/Kecerahan

Pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan alat secchi disk

berupa lempengan logam bundar berwarna atau piring yang dicat hitam

putih. Secchi disk dicelupkan kedalam sungai dan dicatat jarak pertama kali

warna secchi disk tidak terlihat dan jarak warna secchi disk pertama kali

terlihat dari dalm sungai. Kemudian keduanya dirata-ratakan untuk

memperoleh nilai kecerahan.

e. pH

pH air di sungai di ukur dengan pH indikator, yang di gunakan adalah

kertas lakmus, dengan cara kertas lakmus tersebut di celupkan ke dalam air

sungai selama ± 10 menit, kemudian kertas lakmus di angkat dan di cocokan

dengan skala indikator.

F. Analisis Data

Menurut Fachrul (2007) Keanekareagaman jenis yang terdapat dalam

komunitas dapat di ketahui dari indeks keanekaragaman yang menurut Odum

(1971) rumusnya untuk indeks keanekaragaman jenis dari Shannon-Winner

(1963), adalah :
26

𝑛𝑖 𝑛𝑖
𝐻 ′ = −∑ 𝑙𝑜𝑔
𝑁 𝑁

Dengan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Winner

Ni = Jumlah individu dari satu jenis

N = Jumlah total individu seluruh jenis

Besarnya Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Winner didifinisikan sebagai

berikut.

a. Nilai H’ > 3 = keanekaragaman spesies tinggi.

b. Nilai H’ 1 ≤ H’ ≤ 3 = keanekaragaman sedang

c. Nilai H’ < 1 = keanekaragaman rendah.


27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Diskripsi Tempat Penelitian

Kabupaten Kaur merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

Provinsi Sumatra Selatan. Kabupaten kaur terdiri atas beberapa Kecamatan,

salah satunya adalah Kecamatan Padang Guci Hulu. Wilayah Kecamatan

Padang Guci Hulu Terdiri dari, Desa Coko Betung, Desa Pagar Gunung, Desa

Pagar Alam, Desa Manau IX (I,II,II), Desa Bungin Tambun (I,II,III), Desa

Naga Rantai, Desa Jati Muliyo, Desa Murgo Muliyo.

Sungai Air Jernih terdapat di Kecamatan Padang Guci Hulu, yang jarak

tempuhnya 4 Km dari pemukiman penduduk dengan keadaaan sungai yang

memiliki karakteristik yang berbeda, sungai air jernih yaitu sungai yang

berasal dari Bukit Barisan (Bukit Puguk) yang mengalir di sepanjang

perkebunan Air Jernih dan melalui beberapa Desa. Penelitian ini telah di

lakukan di 2 dusun, yaitu Desa Bungin Tambun I dan Desa Bungin Tambun II

yang terletak di perkebunan Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu.

27
28

2. Daftar Jenis-Jenis Ikan Yang Ditemukan Di Sungai Air Jernih

Berdasarkan hasih dari penelitian tentang Keanekaragaman Jenis Ikan Yeng

Terdapat Di Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur

yang dilakukan di 3 tempat penelitian berdasarkan karakteristik sungai maka

diperoleh 4 ordo ikan yaitu : (Anguilliformes, Cypriniformes, Gobioida,

Perciformes). Ke 4 ordo ikan yang ditemukan Di Sungai Air Jernih Kecamatan

Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 1. Jenis-jenis ikan yang Ditemukan di Sungai Air Jernih Kecamatan


Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu.
No Ordo Famili Spesies Nama Jml
Indo Daerah
1. Anguiliformes Anguillidae Anguila marmorata Sidat Pelus 15
2. Cypriniformes Cyprinidae Rasbora argyrotaenia Seluang Seluang 59
Barmonimus gonionotus Tawes Pihik 75
Osteteochilus vitatus Nilem Kepiat 53
3. Gobioida Gobiinae Sicyopterus cynocephalus Gobi Mungkus 59
4. Perciformes Anabanidae Anabas testudineus Betok Betok 20
Cilidae Oriochromis Niloticus Nila Ikan Nila 31
Jumlah 312
29

Tabel 2. Jumlah ikan yang Ditemukan di Sungai Air Jernih Kecamatan Padang
Guci Hulu Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu.
No Spesies Tempat Penelitian Jumlah
St A St B St C
1. Anabas testudineus 9 0 11 20
2. Anguilla marmorata 6 1 8 15
3. Barbonymus gonionotus 53 12 10 75
4. Osteochilus Vittatus 0 1 52 53
5. Rasbora argyrotaenia 45 12 2 59
6. Oriochromis niloticus 7 7 17 31
7. Sicyopterus cynocephalus 16 14 29 59
Jumlah 136 47 129 321

Tabel 3. Daftar Indeks Nilai Keragaman Jenis (H’) Ikan yang terdapat di
Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur
Propinsi Bengkulu.
No Sungai Air Jernih
Spesies Ni/N Log Ni/N Ni/N Log Ni/N
1. Anabas testudineus (Betok) 0,06 -1,22 -0,07
2. Anguilla marmorata (Pelus) 0,04 -1,39 -0,05
3. Barbonymus gonionotus (Pihik) 0,24 -0,61 -0,14
4. Osteochilus Vittatus (Kepiat) 0,16 -0,79 -0,12
5. Rasbora argyrotaenia (Seluang) 0,18 -0,74 -0,13
6. Oriochromis niloticus (Ikan Nila) 0,09 -1,04 -0,09
7. Sicyopterus cynocephalus (Mungkus) 0,18 -0,74 -0,13
Jumlah -0,73
H’ = -∑ (Ni/N Log Ni/N) = - (-0,73) = 0,73
30

Tabel 4. Daftar Indeks Nilai Keragaman Jenis (H’) Ikan yang terdapat di
Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur
Propinsi Bengkulu pada stasiun A.
No Spesies Jumlah Individu Ni/N Log Ni/N H’
1. Anabas testudineus (Betok) 9 0,06 -1,22 -0,07
2. Anguilla marmorata (Pelus) 6 0,04 -1,39 -0,04
3. Barbonymus gonionotus (Pihik) 53 0,38 -0,42 -0,15
4. Rasbora argyrotaenia (Seluang) 45 0,33 -0,48 -0,33
5. Oriochromis niloticus (Ikan Nila) 7 0,05 -1,30 -0,05
6. Sicyopterus cynocephalus (Mungkus) 16 0,11 -0,95 -0,11
Jumlah 136 -0,58
H’ = -∑ (Ni/N Log Ni/N) = -(-0,58) = 0,58

Tabel 5. Daftar Indeks Nilai Keragaman Jenis (H’) Ikan yang terdapat di
Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur
Propinsi Bengkulu pada stasiun B.
No Spesies Jumlah Individu Ni/N Log Ni/N H’
1. Anguilla marmorata (Pelus) 1 0,02 -1,63 -0,03
2. Barbonymus gonionotus (Pihik) 12 0,25 -0,65 -0,15
3. Osteochilus Vittatus (Kepiat) 1 0,02 -1,63 -0,03
4. Rasbora argyrotaenia (Seluang) 12 0,25 -0,65 -0,15
5. Oriochromis niloticus (Ikan Nila) 7 0,05 -1,30 -0,06
6. Sicyopterus cynocephalus (Mungkus) 14 0,29 -0,59 -0,15
Jumlah 47 -0,57
H’ = -∑ (Ni/N Log Ni/N) = -(-0,57) = 0,57
31

Tabel 6. Daftar Indeks Nilai Keragaman Jenis (H’) Ikan yang terdapat di
Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur
Propinsi Bengkulu pada stasiun C.
No Spesies Jumlah Individu Ni/N Log Ni/N H’
1. Anabas testudineus (Betok) 11 0,09 -0,04 -0,09
2. Anguilla marmorata (Pelus) 8 0,06 -1,22 -0,07
3. Barbonymus gonionotus (Pihik) 10 0,08 -1,09 -0,08
4. Osteochilus Vittatus (Kepiat) 52 0,44 -0,35 -0,15
5. Rasbora argyrotaenia (Seluang) 2 0,01 -2 -0,02
6. Oriochromis niloticus (Ikan Nila) 17 0,14 -0,85 -0,11
7. Sicyopterus cynocephalus (Mungkus) 29 0,22 -0,65 -0,14
Jumlah 129 -0,66
H’ = -∑ (Ni/N Log Ni/N) = -(0,66) = 0,66

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa keanekaragaman ikan yang terdapat

bahwa keanekaragaman yang yang terdapat di tiga stasiun memiliki

keanekaragaman ikan yang berbeda pada stasiun A dengan indeks

keanekaragaman 0,58, stasiun B dengan indeks keanekaragaman 0,57 dan pada

stasiun C dengan indek keanekaragaman 0,66.


32

1. Identifikasi Keanekaragaman Ikan Yang Terdapat Di Sungai Air Jernih

Kecamatan Padang Guci Hulu

a. Betok (Anabas Testudienus)

Gambar 1. Anabas testudineus

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Anabantidae

Genus : Anabas

Spesies : Anabas testudineus

Ikan betok yang ditemukan memiliki ukuran berkisar 10-12 cm dan

hidup di air tawar yang mengalir. Hewan ini memiliki coklat kehijau-hijauan

bentuk tubuh ikan betok memanjang, kepalanya besar dan keras, seluruh
33

badan dan kepalanya bersisik kasar dan besar-besar memiliki sirip yang

tajam. Betok juga memiliki fisik yang kuat dan menggunakan siripnya untuk

bertahan hidup di darat.

Ikan papuyu atau biasa juga disebut betok ini bentuknya tidak terlalau besar,

memiliki duri yang sangat tajam di bagian atas dan bawah, dan tutup insang

yang tak kalah tajamnya membuat ikan ini terkesan “galak” papuyu sanggup

bertahan dan bergerak di darat menggunakan siripnya, bahkan keceptanya

bergerak di darat lebih cepat dari ikan Gabus atau Haruan (Ratnasari, 2012).

b. Pelus (Anguilla marmorata)

Gambar 2. Anguilla marmorata

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Osteichthyes

Ordo : Anguilliformes

Famili : Anguillidae
34

Genus : Anguilla

Spesies : Anguilla marmorata

Ikan pelus yang ditemukan ditempat penelitian memiliki ukuran

berkisar 17-23 cm. pelus ini memiliki bentuk yang panjang, tidak memiliki

sisik, memiliki tubuh yang licin dan berlendir, memliki warna gelap atau

kecoklatan dan mempunyai sirip yang menyatu dengan sirip ekor, perut

berwarna lebih cerah (terang) dan mempunyai bintik-bintik hitam.

Pelus ini memiliki bentuknya panjang lurus dengan sirip punggung

yang panjang dan menyatu dengan sirip ekor dan seterusnya bersatu dengan

sirip dubur. Ikan pelus betina lebih besar daripada yang jantan dan ikan

pelus ini pemakan jenis ikan. Ikan pelus memiliki sirip dorsal dan sirip anal

berdasarkan hasil tangkapan menggunakan taut jenis pelus yang didapat

yaitu ikan pelus yang memiliki sirip punggung panjang (Sari, 2017).

c. Pihik (Barbonymus gonionotus)

Gambar 3. Barbonymus gonionotus


35

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Barbonymus

Spesies : Barbonymus gonionotus

Berdasarkan hasil dari penelitian terdapat ikan pihik yang memiliki

ukuran 5-11 cm, ikan ini paling mudah ditemukan di daerah perairan air

tawar dan ikan ini banyak dijadikan sebagai ikan konsumsi. Ikan ini

memiliki kepala yang kecil dan meruncing bentuk yang pipih dengan perut

yang agak besar, sirip punggung keras dan mempunyai sisik yang berwarna

kuning keemasan pada saat masih hidup.

Kepala relatif kecil dan meruncing dan mulut termenial (menyatu

bagian atas dan bawah). Ikan tawes berwarna perak keputihan hingga

keemasan sewaktu masih hidup. Sementara sirip dubur dan perut berwarna

jingga terang dengan ujung kemerahan, hidung agak kasar dan lebar antara

kedua lubang hidung jauh lebih kecil dibandingakan kedua bola mata

(Gustiano, 2015).
36

d. Kepiat (Osteochilus vittatus)

Gambar 4. Osteochilus vittatus

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Osteochilus

Spesies : Osteochilus vittatus

Berdasarkan hasil penelitian ikan kepiat yang ditemukan di Sungai Air

Jernih memiliki ukuran berkisar 7-12 cm. Ikan kepiat memiliki bentuk yang

agak lebar dan pipih dengan mata yang besar, memiliki sisik dan perut yang

berwarna putih dan sirip agak kemerhan. Hidup di air tawar yang bersih dan

jernih.
37

Nilem hidup di hulu sungai yang jernih dan berbatuan, ikan ini

membutuhkan oksigen yang tinggi dan rentan terhadap pencemaran, ikan ini

merupakan hewan pemakan jenis hewan menempel yang hidup diperairan

dan memiliki sirip dubur, tidak ada garis hitam di tengah sisi badan

(Gustiano, 2015).

e. Seluang (Rasbora argyrotaenia)

Gambar 5. Rasbora argyrotaenia

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Rasbora

Spesies : Rasbora argyrotaenia


38

Ikan seluang ini merupakan ikan yang berukuran kecil dan hidupnya

berkelompok, berdasarkan dari hasil penelitian yang didapat ikan seluang

memiliki ukuran panjang berkusar 4-8 cm, ikan seluang memiliki garis

melintang yang berwarna hitam di sepanjang tubuhnya dan memiliki warna

kuning emas kecoklatan. Ikan ini merupakan ikan kunsumsi dan mudah

didapat.Hewan ini hidup di perairan air tawar.

Tubuh berukuran kecil dan hidup berkelompok berwarna coklat

kekuningan di bagian atas dan putih keperakan di sisi dan bagian bawa,

terutama di bagian perut. Sebuah garis keemasan berjalan bersama garis

keitaman di bagian luar pada masing-masing bagian tubuh dari belakang

tutup insang hingga kebagian ekor (Sari, 2017).

f. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 6. Oreochromis niloticus

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata
39

Kelas : Osteichtyes

Ordo : Perciformes

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Ikan Nila yang ditemukan memiliki ukuran berkisar 8-10 cm. Ikan nila

memiliki sirip dada, sirip perut dan sirip ekor yang bergaris-garis tegak

emiliki bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping, warnanya putih

kunung kehitam-hitaman. Memililiki mulut yang mengarah ke atas.

Ikan nila memiliki bentuk tubuh memanjang pipih kesamping dan

berwarna putih kehitaman, mempunyai garis vertical pada badan , pada sirip

punggung terdapat juga garis-garis miring, mata kelihatan menonjol dan

relative besar dengan bagian tepi mata berwarnah putih (Haqqawiy, 2013)

g. Mungkus (Sicyopterus cynocephalus)

Gambar 7. Sicyopterus cynocephalus


40

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Gobioida

Famili : Gobiinae

Genus : Sicyopterus

Spesies : Sicyopterus cynocephalus

Bentuk tubuh ikan mungkus memanjang agak bulat dan hidup di air

tawar, mempunyai sirip perut yang membentuk alat penghisap yang melekat

pada perut hal ini dilakukan pada saat ikan mungkus menempel pada

bebatuan, sirip punggung terpisah, dan memiliki warna gelap kebiruan,

panjang ikan yang di temukan di Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci

memiiki ukuran berkisar 8-12 cm.

Ikan mungkus memilki sirip punggung, tubuh berwarna kebiruan, dan

memiliki bintik gelap berwarna kecoklatan dibagian punggung belakang

serta memiliki warna orange dibagian perut, sirip punggung dan sirip dubur

berwarna oranye kadang-kadang terdapat bintik-bintik gelap pada sirip

punggung. Ikan ini memiliki slakok didada yang digunakan sebagai tempat

menempel pada batu yang memilki arus sungai deras (Sari, 2017).
41

2. Faktor Ekologi

Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor ekologi yang dilakukan di

Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur Provinsi

Bengkulu diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 7 Nilai Pengukuran Parameter Air

No Parameter Air Stasiun Keterangan


A B C
0
1. Suhu 21-23 19-21 20-22 C
2. Kuat Arus 0,28 0,66 0,13 m/det
3. Kedalaman Sungai 0,5-2,5 1-3 1-10 M
4. Kejernihan 100 40 245 cm
5. pH 6 7 6
Dari tabel di atas di ketahui suhu pada sungai air jernih Kecamatan
Padang Guci Hulu berkisar antara 19-230C, kuat arus 0,13-0,66 m/det,
kedalaman sungai 0,5-10 m, dengan tingkat kecerahan 40-245 cm, dan
derajat keasaman( pH) 6-7.

B. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan selama bulan Febuari-Maret

2018, tentang Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Air Jernih Kecamatan Padang

Guci Hulu Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu dengan membagi lokasi penelitian

menjadi 3 stasiun berdasarkan karakteristik sungai maka ditemukan 4 ordo yang

terdiri dari Anguilliformes, Cypriniformes, Gobioida, Perciformes, 5 famili yaitu


42

Anguillidae, Cyprinidae, Gobiinae, Anabantidae, Cilidae, 7 spesies dan jumlah

yang didapat 312 individu.

Dari table 1 dapat dilihat bahwa jenis-jenis ikan yang ditemukan di Sungai Air

Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu

sebanyak 7 speies yaitu Anabas testudineus (Betok), Anguilla marmorata (Pelus),

Barbonymus gonionotus (Pihik), Osteochilus Vittatus (Kepiat), Rasbora

argyrotaenia (Seluang), Oriochromis niloticus (Ikan Nila), Sicyopterus

cynocephalus (Mungkus).

Berdasarkan tabel 2 jumlah ikan yang paling banyak ditemukan pada sungai

Air Jernih adalah ikan Pihik (Barbonymus gonionotus) sebanyak 75 individu. Ikan

ini dapat ditemukan pada semua stasiun yaitu stasiun A, B, dan C. Ikan ini dapat

hidup disemua perairan yang mengalir dan beberapa karakteristik sungai yang

bebatuan, berlumpur, berlumut, berpasir (koral) dikarnakan ikan ini mudah

mencari makanan yang terdapat di sungai-sungai. Hal ini sesuai dengan pendapat

Gustiano (2015) menyatakan ikan tawes menyenangi perairan yang mengalir, di

lingkungan hidupnya ikan tawes memakan hijau seperti daun, rumput tanaman

kangkung. Ikan pihik merupakan salah satu famili dari Cyprinidae yang terkenal

paling banyak ditemukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2010)

menyatakan bahawa family Cyprinidae memang telah dikenal sebagai penghuni

utama paling besar yang terdapat di perairan air tawar. Hamida (2004) juga

berpendapat dari hasil penelitianya diperoleh di beberapa sungai di kawasan pulau


43

Sumatra menunjukan bahwa famili Cyprinidae terlihat lebih mendominasi jika

dibandingkan dengan famili ikan air tawar lainya.

Sedangkan ikan yang paling sedikit ditemukan adalah ikan pada sungai Air

Jernih adalah ikan pelus (Anguilla marmorata) sebanyak 15 individu paling sedikit

ditemukan, dikarnakan pertumbuhan ikan sidat ini tergolong agak lamabat

dibanding pertumbuhan ikan lain yang berhasil ditangkap dan juga ditambah

dengan penangkapan yang berlebihan hal ini akan mengakibatkan kelangkaan ikan

sidat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amir (2017) menyatakan ikan sidat di

sungai malunda mempunyai pertumbuhan yang lamabat dan adanya pengaruh

kondisi lingkungan perairan yang labil serta adanya tekanan penangkapan

berdampak negatif terhadap pertumbuhan ikan sidat di perairan.

Ikan yang paling banyak ditemukan dalam penelitian di Sungai Air Jernih

Kecamatan Padang Guci Hulu terdapat pada (satsiun A), ditempat ini ditemukan

sebanyak 136 individu. Dikarnakan pada stasiun ini paling banyak ditemukan

karna kondisi arus airnya mengalir dengan kecepatan arusnya 0,28 m/det dan

memiliki kedalaman 0,5-2,5 m termasuk dangkal, sungai ini terletak dibagian hulu

meiliki kejernihan 100 cm hal ini sangat mendukung bagi kehidupan ikan air

tawar. Menurut pendapat Jangkaru (2004) sungai bagian hulu dirincikan dengan

badan sungai yang dangkal, berair jernih dan mengalir serta mempunyai jenis

maupun jumlah ikan di dalamnya termasuk banyak.

Sedangkan ikan yang paling sedikit ditemukan terdapat pada (stasiun B),

ditempat ini ditemukan 47 individu, sungai ini terletak di sungai bagian hilir, dan
44

memiliki karakteristik sungai dengan aliran paling deras dengan kecepatan arus

0,66 m/det dibanding dengan sungai yang berada di stasiun A dan C, sedikitnya

ditemukan ikan dikarnakan satasiun ini kurang cocok bagi pertumbuhan ikan di

dalamnya. Hal ini sesuai pendapat Jangkaru (1980) yang menyatakan bahwa di

sungai yang aliranya cepat jumlah maupun jenis keberadaan ikanya tergolong

sedikit.

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat indeks keanekaragaman yang di Sungai Air

Jernih yaitu 0,73. Sedangkan keanekaragaman tertinggi terdapat pada (stasiun C)

dengan indeks keanekaragaman 0,66, stasiun A dengan indeks keanekaragaman

0,58 dan indeks keanekaragaman terendah terdapat pada (stasiun B) dengan indeks

keanekaragaman 0,57. Besar kecilnya nilai indeks keanekaragaman sangat

dipengaruhi oleh jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan pada masing-

masing stasiun, dari penelitian di Sungai Air Jernih tidak ditemukan ikan jenis

kepiat di stasiun A dan hanya ditemukan di stasiun B dan C dikarnakan pada

stasiun ini kerakteristik sungainya berpasir, bebatuan dan berkoral. Hal ini sesuai

dengan pendapat Gustiono (2015) menyatakan di alam, ikan nilem hidup di sungai

besar yang jernih, ikan ini kebanyakan hidup di perairan yang berkarakteristik

berpasir. Sedangkan tidak ditemukan ikan jenis Betok di stasiun B tetapi hanya

ditemukan pada stasiun A dan C dikarnakan bebrapa faktor antara lain yaitu

sumber makanan, berdasarkan penelitian terdapatnya betok di stasiun A dan C

dikarnakan stasiun ini berdekatan dengan areal persawahan yang memiliki

karakteristik air yang berlumpur. Hal ini sesuai dengan pendapat Kordi (2013)
45

menyatakan bahwa ikan betook kebanyakan hidup di sungai, rawa-rawa dan

genangan air yang memiliki karakteristik berlumpur.

Dari hasil pengukuran suhu di Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci

Hulu berkisar antara 190C-230C. Kondisi ini mendukung untuk pertumbuhan ikan.

Menurut Kordi (2013) Temperatur yang cocok untuk pertumbuhan ikan adalah

berkisar antara 150C-300C. Sedangkan hasil dari pengukuran kuat arus di Sungai

Air Jernih berkisar 0,13-0,66 m/det hal ini dapat berpengaruh terhadap aktifitas

ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurudin (2013) yang menyatakan Kecepatan

air sangat mempengaruhi pergerakan ikan dan kehidupan organisme di dalamnya.

Dari hasil pengukuran kedalam air Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci

Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu berkisar 0,5-10 m, Kedalaman sungai

merupakan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan ikan, Nurudin

(2013) Menyatakan apabila semakin dalam keadaan sungai maka akan semakin

banyak pula jumlah ikan yang akan menempati. Sedangkan Hasil pengukuran

kejernihan berkisar antara 40-245 cm, dari pengukuran kejernihan tersebut

perairan Sunagi air Jernih mempunyai kejernihan yang cukup baik. Pendapat ini

sesuai dengan Sari (2007) mengatakan bahwa kejernihan yang baik untuk

kelangsungan hidup ikan adalah lebih besar dari 45 cm, dari hasil penelitian

keasaman air berkisar antara 6-7 berdasarkan pH Keasaman Sungai Air Jernih

masih dalam kelayakan untuk pertumbuhan ikan. Sesuai denga pendapat Kordi

(2013) menyatakan bahawa pH air sangat mempengaruhi kesuburan perairan karna


46

mempengaruhi kehidupan jasad renik untuk menunjang kehidupan biota air suatu

perairan disarankan pH antara 6-8. Jadi sungai ini memiliki pH yang normal.
47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah di lakukan di Sungai Air Jernih Kecamatan

Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu Maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.

1. Jenis-jenis ikan yang di temukan pada penelitian ini terdiri 5 famili yaitu

Anguillidae, Cyprinidae, Gobiinae, Anabantidae, Cilidae.

2. Dari 8 famili ikan yang di temukan terdapat 7 spesies yaitu Gobiinae

(Sicyopterus cynocephalus), Anabantidae (Anabas testudineus), Ciclidae

(Oreochromis niloticus), Anguillidae (Anguilla marmorata), dan Cyprinidae

(Rasbora argyrotaenia, Barbonymus gonionotus dan Osteochilus vittatus).

3. Jumlah ikan yang paling banyak di temukan dalam penelitian ini adalah

Barbonymus gonionotus (tawes/pihik), sedangkan ikan yang paling sedikit

ditemukan dalam penlitian ini adalah Anguilla marmorata (sidat/pelus).

4. Indeks keragaman tertinggi terdapat pada stasiun C dengan keragaman 0,66 dan

indeks terendah terdapat pada stasiun B dengan indeks keragaman 0,57.

5. Pengukuran faktor-faktor ekologi sungai meliputi 190C-230C, kuat arus berkisar

antara 0,13-0,66 m/det, kedalaman sungai berkisar 0,5-10 m, kejernihan

berkisar antara 40-245 cm dan drajat keasaman berkisar antara 6-7.

46
48

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang keanekaragaman jenis ikan yang

terdapat di Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur

Propinsi Bengkulu dalam waktu yang lebih lama misalnya pergantian musin (1

tahun), sehingga keanekaragaman dapat menampilkan pola pertumbuhan populasi

ikan yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai