BAB I
PENDAHULUAN
Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) merupakan wadah koordinasi tertinggi
bagi Senat Mahasiswa Pertanian di Indonesia berdasarkan Kesepakatan Nasional Senat
Mahasiswa Fakultas Pertanian se-Indonesia, dengan merujuk Pedoman Pengembangan
Organisasi Mahasiswa Se-profesi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 1990.
ISMPI dalam melaksanakan fungsinya tidak bisa terlepas dari keterkaitan beberapa komponen
yang terdiri atas sumber daya manusia, metode, fasilitas, sasaran program, kelembagaan serta
pelaksanaannya diarahkan pada pola pembangunan pertanian yang terpadu, yaitu memadukan
seluruh aspek pertanian secara umum (pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan,
perkebunan, industri dan masyarakat). Untuk mewujudkan hal diatas, maka perlu suatu
penjabaran lebih lanjut dalam suatu Garis-Garis Besar Haluan Organisasi.
A. PENGERTIAN
1. Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) adalah suatu haluan organisasi sebagai
penjabaran aspirasi anggota, yang pada hakikatnya merupakan suatu Pola Umum Program
Organisasi yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional (MUNAS).
2. Pola Umum Program Organisasi merupakan rangkaian program-program yang
menyeluruh, terpadu, terencana, terarah, berkesinambungan dan berkelanjutan.
3. Rangkaian program tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan ISMPI seperti yang
tercantum didalam Anggaran Dasar (AD) ISMPI.
4. GBHO merupakan landasan operasional organisasi.
C. LANDASAN
Penyusunan GBHO berlandaskan pada Deklarasi, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga ISMPI.
D. SISTEMATIKA
Sebagai gambaran wujud masa depan organisasi, dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, GBHO disusun dan dituangkan dalam pola umum organisasi dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : POLA DASAR PROGRAM ORGANISASI
BAB III : POLA UMUM PROGRAM JANGKA PANJANG KEDUA
BAB IV : POLA UMUM PROGRAM JANGKA PENDEK KETIGA
BAB V : PENUTUP
E. PELAKSANAAN
1. GBHO yang telah ditetapkan oleh MUNAS dilaksanakan oleh Badan Pelaksana ISMPI
baik pusat maupun wilayah.
2. Setiap dua tahun sekali Pola Umum Jangka Pendek ditinjau kembali dan setiap sepuluh
tahun sekali Pola Umum Jangka Panjang ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan
realitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
BAB II
POLA DASAR PROGRAM ORGANISASI
A. TUJUAN PROGRAM ORGANISASI
Program organisasi bertujuan untuk mewujudkan suatu organisasi yang sehat dan dinamis
sebagai wadah pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
C. POTENSI DASAR
Potensi dasar program organisasi yang dimiliki oleh ISMPI adalah :
1. Kualitas mahasiswa pertanian Indonesia dengan budaya intelektualitas yang
mendukung dinamika organisasi dengan landasan iman, ilmu dan amal.
2. Keberadaan ISMPI sebagai wadah koordinasi tertinggi Senat Mahasiswa Pertanian se-
Indonesia.
3. Keanggotaan tersebar di Indonesia dengan berbagai latar belakang budaya.
4. Perguruan Tinggi yang melaksanakan pendidikan pertanian yang tersebar di Indonesia
dengan pola pokok ilmiahnya masing-masing.
5. Keadaan Indonesia sebagai negara agraris di daerah tropis yang harus mendapat
perhatian penuh dalam pembangunan pertanian.
6. Dukungan infrastruktur dan suprastruktur dalam pengembangan organisasi.
7. Kebijakan pertanian Indonesia yang mendukung dinamika organisasi.
8. Masyarakat pertanian pada sektor pemerintahan dan swasta
9. Ikatan organisasi mahasiswa se-profesi se-Indonesia di tingkat Fakultas maupun
jurusan, terutama dalam lingkup pertanian.
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
BAB III
POLA UMUM PROGRAM JANGKA PANJANG KEDUA
Untuk memberikan arah program yang berkesinambungan, maka perlu disusun suatu pola
umum sebagai upaya mencapai tujuan ISMPI.
Berdasarkan Pola Dasar Program Organisasi maka disusunlah Pola Umum Program Dasar
Jangka Panjang yang meliputi jangka panjang waktu sepuluh tahun atau lima periode
kepengurusan.
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia telah mencita-citakan masyarakat yang adil makmur sejak Proklamasi
Kemerdekaan 1945 yang menghapuskan segala macam kesewenang-wenangan, penindasan
dan penjajahan di persada Nusantara. Setelah melewati berbagai macam gelombang yang
menyeret Bangsa Indonesia ke dalam arus pertentangan kini tibalah masa untuk berusaha
mewujudkan cita-cita yang telah dicanangkan. Masa untuk melaksanakan pembangunan di
berbagai aspek kehidupan.
Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan bidang kesejahteraan rakyat
telah memiliki undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang di dalamnya terdapat arah
pengembangan pendidikan tinggi. Pengembangan pendidikan tinggi diarahkan untuk
pendidikan mahasiswa agar mampu meningkatkan daya penalaran, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, berjiwa penuh pengabdian, dan memiliki rasa tanggungjawab
terhadap masa depan bangsa serta mempunyai iman, ilmu, dan amal yang tangguh.
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
Untuk mendukung Pembangunan nasional mendatang maka perlu dipersiapkan sumber daya
manusia yang mampu mendukung pembangunan pertanian yang lestari, bermanfaat, dan
berkelanjutan melalui pendidikan pertanian. Perlu diupayakan peningkatan kualitas
pendidikan tinggi pertanian diantaranya dengan perbaikan kurikulum pendidikan, baik di
Universitas, Institut Pertanian, Sekolah Tinggi Pertanian, Fakultas Pertanian, Politeknik
Pertanian dan Diploma Pertanian.
Agar pelaksanaan program organisasi dapat berjalan lancar dan terarah untuk mencapai tujuan
ISMPI, maka perlu menentukan Pola Jangka Panjang. Pelaksanaan Pola Jangka Panjang
dimulai pada 2004 dengan pelaksanaan program jangka pendek pertama hingga kelima yang
merupakan rangkaian program berkesinambungan sebelum memasuki program jangka
panjang tahap selanjutnya.
Program organisasi dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan ISMPI yang termaktub dalam AD
ISMPI. Untuk melaksanakannya maka program jangka panjang dilaksanakan secara bertahap.
Maksud pelaksanaan bertahap ini untuk meletakkan landasan yang kuat bagi program jangka
panjang tahap selanjutnya.
Sasaran utama program jangka panjang tahap pertama adalah mengembangkan organisasi
secara intern dan ekstern dengan penekanan pada pemantapan keberadaan organisasi di
tingkat pusat maupun tingkat wilayah serta institusi. Sejalan dengan itu perlu pula
dilaksanakan realisasi dan sosialisasi program. Pelaksanaan program harus sejalan dengan
pembinaan keadaan organisasi yang stabil dan dinamis. Selain itu, pelaksanaan program juga
harus menjamin pemerataan untuk setiap anggota secara proporsional serta bermanfaat bagi
seluruh mahasiswa pertanian Indonesia khususnya dan masyarakat pada umumnya serta
memanfaatkan secara optimal segenap potensi organisasi.
Dalam pelaksanaan program ISMPI, harus dihindari ciri-ciri negatif sebagai berikut:
1. Ketidakfahaman pihak intern maupun ekstern terhadap keberadaan dan tujuan ISMPI
2. Usaha-usaha mengganggu ketetapan MUNAS oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
dengan maksud tertentu serta tanpa alasan yang rasional dan bermoral
3. Ketidakmampuan dan ketidakmauan pengurus untuk mengelola organisasi
4. Perpecahan dalam tubuh organisasi yang disebabkan masalah prinsip yang masih dapat
dimusyawarahkan.
Sasaran yang hendak dicapai dalam berbagai aspek dengan Program Jangka Panjang Tahap
Kedua adalah sebagai berikut:
1. Bidang Pengembangan Organisasi
Sasaran pengembangan organisasi dicapai melalui pelaksanaan secara bertahap dengan
serangkaian program jangka pendek sebagai berikut:
a. Program Jangka Pendek Pertama:
Mempererat dan memantapkan sistem informasi dan komunikasi antar anggota ISMPI.
b. Program Jangka Pendek Kedua:
Mengembangkan system coorporate culture antara petani dan mahasiswa dalam upaya
penciptaan masyarakat tani secara kolektif guna meningkatkan peran aktif petani dengan
berbagai stakeholder.
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
PENUTUP
Pola umum program jangka panjang tahap kedua merupakan kelanjutan dari progam jangka
panjang tahap pertama yang tidak akan diubah sebelum memasuki program jangka panjang
tahap ketiga serta merupakan landasan pokok bagi penyusunan pola umum program jangka
pendek. Penjabaran pola umum jangka pendek diserahkan kepada Sekretaris
Jenderal/mandataris MUNAS bersama pengurus BPP ISMPI sebelum berakhir periode
kepengurusannya untuk dibahas oleh MUNAS dengan maksud menjaga kesinambungan
program.
BAB IV
POLA UMUM JANGKA PENDEK KETIGA
PENDAHULUAN
Pola umum jangka pendek ketiga dilaksanakan dengan pengembangan potensi sumber daya
organisasi yang didukung oleh keterpaduan pola umum jangka pendek pertama dan kedua,
sebagai wujud peran organisasi dalam mengimplementasikan iman, ilmu dan amal.
Pola ini merupakan keberlanjutan dari pola umum jangka pendek yang telah diterapkan
sebelumnya, agar tetap mampu memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan
pertanian pada masa sekarang, dengan wujud Mengangkat martabat petani melalui pengakuan
hak dasar petani dengan mengembangkan sistem kelembagaan dan jaringan informasi yang
mengarah pada swadaya petani, untuk pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Pola umum program jangka pendek pertama tahun 2004/2006 merupakan penjabaran dari
pola umum jangka panjang tahap kedua
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
16. Untuk mendukung setiap kegiatan dan mempererat ikatan persatuan dapat dilaksanakan
melalui kegiatan antara lain studi banding dan lainnya.
BAB V
PENUTUP
GBHO disusun dan dirumuskan sebagai landasan operasional organisasi untuk mencapai cita-
cita luhur yang tercantum dalam tujuan ISMPI. Berhasil tidaknya pelaksanaan program
sebagai wujud AD dan ART ISMPI sangat bergantung pada partisipasi aktif segenap
kepengurusan ditingkat pusat maupun wilayah serta anggota ISMPI. Untuk itu, setiap elemen
dalam organisasi ISMPI dapat menyusun program yang sesuai kemampuan masing-masing
menurut GBHO serta dengan koordinasi yang mantap. Hasil-hasil pelaksanaan program
jangka pendek kedua harus dapat dirasakan oleh setiap anggota maupun masyarakat sebagai
perwujudan tujuan ISMPI.
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian
a. Tata kerja intern ISMPI merupakan kebijaksanaan ISMPI yang mengatur tata hubungan
dalam lingkup intern ISMPI.
b. Lingkup intern ISMPI dibedakan atas:
- Badan Pelaksana Pusat (BPP)
- Badan Pelaksana Wilayah (BPW)
- Badan Perwakilan Musyawarah Nasional (BPMN)
- Badan Perwakilan Musyawarah Wilayah (BPMW)
- Anggota
c. Karena anggota ISMPI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi
kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, maka Tata Kerja Intern ISMPI juga mengkaitkan
hubungan ISMPI dengan pihak lain di Perguruan Tinggi bersangkutan.
2. Maksud dan Tujuan
Tata Kerja Intern ISMPI dimaksudkan agar tercipta tata organisasi ISMPI yang tertib, terarah,
sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB II
KEDUDUKAN DAN WEWENANG
1. Badan Pelaksana Pusat (BPP)
a. Keberadaannya diatur dalam Anggaran rumah tangga Bab II Pasal 15.
b. Sekjen dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Nasional, seperti yang tertuang dalam
ART Bab II Pasal 10 ayat 2.
c. Tugas dan Kewajiban BPP diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Bab II Pasal 15 ayat 4,
sebagai berikut:
- Bertindak ke dalam dan ke luar atas nama ISMPI dalam batas yang telah
ditetapkan dalam MUNAS atau MUNASIS ISMPI.
- Melakukan sidang sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan untuk membahas
perkembangan organisasi dan lain-lain yang berkaitan dengan kepengurusan
ISMPI.
- Mempererat hubungan antar koordinator wilayah dan membina hubungan dengan
pihak lainnya.
- BPP merupakan Badan Eksekutif tertinggi dalam ISMPI.
- BPP dipimpin oleh Sekretaris Jenderal dengan dibantu staf-staf bidang.
- Jumlah staf bidang yang dimaksud dalam ART pasal 15 ayat 2 ditentukan sesuai
dengan kebutuhan ISMPI minimal mewakili semua wilayah.
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
c. Tugas dan wewenang BPMW diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Bab II pasal 18
ayat 6.
d. BPMW ISMPI adalah lembaga legislatif yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan pertimbangan bagi berjalannya hasil-hasil ketetapan musyawarah wilayah
yang dikoordinasikan oleh seorang koordinator dengan beberapa anggota sesuai
dengan hasil ketetapan MUSWIL
e. Sebagai badan legislatif berwenang mengawasi keuangan dan persuratan BPW
f. Jika BPW tidak memberikan laporan tertulis sesuai waktu yang telah ditetapkan,
BPMW berhak memberikan sanksi.
5. Anggota
a. Anggota ISMPI terdiri dari anggota tetap dan anggota sementara.
b. Syarat keanggotaan diatur dalam ART Bab I pasal 2.
c. Hak dan kewajiban anggota ISMPI sebagai berikut :
1. Hak anggota tetap sesuai dengan ART Bab I pasal 5 ayat 1.
2. Hak anggota sementara sesuai dengan ART Bab I pasal 5 ayat 2
- Anggota sementara tidak berhak menjadi fungsionaris badan pelaksana
3. Kewajiban anggota tetap dan sementara sesuai dengan ART Bab I pasal 4.
d. Hilangnya status keanggotaan diatur dalam ART Bab I pasal 8.
e. Sanksi-sanksi diatur dalam ART Bab I pasal 6.
f. Anggota tetap mengusulkan diadakannya MUNAS istimewa dan usulan lainnya dalam
musyawarah di tingkat wilayah untuk diteruskan ke BPMN.
g. Anggota berhak hadir apabila diminta hadir dalam Musyawarah Kerja.
BAB III
KEBIJAKSANAAN INTERN
A. Struktur dan Personalia Kepengurusan
1. Struktur BPP ISMPI
a. Struktur dan personalia kepengurusan ditetapkan oleh Sekjen ISMPI.
b. Struktur dan personalia kepengurusan dengan bidang-bidangnya disesuaikan dengan
kepentingan dan perkembangan ISMPI.
c. Secara intern ISMPI, BPP mempertanggungjawabkan kerjanya dalam MUNAS.
Namun sebagai salah satu unsur dalam organisasi kemahasiswaan di Perguruan
Tinggi, Sekjen harus mempertanggungjawabkan kegiatannya kepada pihak-pihak yang
terkait di Perguruan Tinggi yang bersangkutan.
d. Garis Hubungan Kelengkapan BPP dengan Senat Mahasiswa (SM) anggota ISMPI
tempat kedudukannya ditetapkan oleh pengurus SM yang bersangkutan dengan
merujuk kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh ISMPI dan tidak
bersifat mengendalikan kewenangan Sekjen.
e. Kepengurusan BPP secara struktural terlepas dari struktur organisasi institusi atau
Perguruan Tinggi tempat kedudukannya.
2. Badan Pelaksana Wilayah (BPW)
a. Stuktur dan personalia kepengurusan ditetapkan oleh Koorwil.
b. Stuktur kepengurusan BPW disesuaikan dengan kepentingan dan perkembangan
ISMPI di wilayahnya serta diselaraskan dengan kelengkapan BPW.
c. BPW bertanggungjawab kepada Muswil dalam batas kewenangan BPW sebagai salah
satu unsur dari organisasi kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Koorwil harus dapat
mempertanggungjawabkan kerja pada institusinya.
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
dari pihak ekstern harus merujuk pada peraturan-peraturan dari prosedur yang telah
ditetapkan ISMPI.
g. BPMN berhak menerima laporan kegiatan dari BPP dan BPMW berhak menerima laporan
kegiatan dari BPW pasca kegiatan.
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
1. Laporan Insidental
Laporan Insidental adalah laporan yang:
a. Bersangkutan dengan penyelenggaraan suatu program ISMPI.
b. Sewaktu-waktu diminta oleh BPW dan BPMW kepada anggota.
c. Sewaktu-waktu diminta oleh BPP dan BPMN.
Laporan kegiatan (a) dibuat oleh panitia pelaksana dan diajukan kepada badan pelaksana
(eksekutif) yang terkait. Isi laporan berupa hasil penyelenggaraan kegiatan dan atau
berupa prosiding kegiatan.
Laporan insidentil (b) dan (c) dibuat oleh pihak yang diminta dan diajukan kepada pihak
yang meminta. Isi laporan sesuai dengan informasi yang diharapkan peminta.
BPP berinisiatif menyampaikan laporan yang tidak bersifat pertanggungjawaban kepada
pembina atau pihak lain tentang perkembangan ISMPI sekurang-kurangnya sekali dalam
satu periode kepengurusan.
2. Laporan Rutin
Laporan rutin adalah laporan yang ketentuan waktu dan pelaksanaannya telah ditetapkan oleh
ketetapan MUNAS atau kepentingan dan hasil sidang Badan Eksekutif (BPP dan BPW) yang
waktunya ditentukan secara berkala.
Anggota menyampaikan laporan tertulis kepada BPW dengan tembusan BPP. Isi laporan
sekurang-kurangnya atas kondisi umum (termaksud hambatan) dan evaluasi program otonomi
dari institusi yang bersangkutan. Dalam hal program otonomi SM, laporan bukan bersifat
pertanggungjawaban.
BPW menyampaikan laporan-laporan tertulis kepada BPP setiap enam bulan. Isi laporan
sekurang- kurangnya terdiri atas kondisi umum wilayah termasuk (potensi dan kendala) serta
evaluasi kegiatan anggota wilayah.
Secara hierarkis BPMN menerima laporan dari BPP dan BPMW menerima laporan dari BPW
pihak-pihak intern yang berkaitan dan merujuk kepada peraturan-peraturan ISMPI.
3. Laporan Paripurna
Laporan paripurna adalah laporan yang disampaikan kepada atau dihadapan peserta MUNAS
sekaligus merupakan pertanggung jawaban atas pelaksanaan mandat selaku badan eksekutif
dari MUNAS sebelumnya.
Sekjen menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada peserta MUNAS secara lisan dan
tertulis yang dipimpin oleh presidium MUNAS.
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
BAB V
PENGHARGAAN
MUNAS berwenang memberikan penghargaan atas nama ISMPI kepada pihak yang berjasa
terhadap pengembangan ISMPI yang diusulkan oleh Badan Eksekutif (BPP dan BPW) atau
anggota.
Penghargaan atas nama ISMPI hanya dapat diberikan oleh Koordinator Wilayah atau Sekjen
kepada lembaga maupun perorangan baik intern maupun ekstern ISMPI.
ISMPI melalui Sekjen dapat menerima penghargaan untuk lembaga dan orang perorangan
dari pemerintah/pihak lain atas jasa-jasa dalam mengembangkan ISMPI dan atau atas
prestasinya dalam mengembangkan profesi dalam bidang pertanian.
BAB VI
PENUTUP
Segala sesuatu yang belum diatur dalam tata kerja intern ini akan diatur kemudian oleh Badan
Eksekutif (BPP dan BPW) atau atas inisiatif pihak-pihak intern yang berkaitan dengan
merujuk kepada peraturan-peraturan ISMPI.
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Pengertian
a. Tata kerja ekstern ISMPI adalah kebijaksanaan yang mengatur kepentingan perkembangan
ISMPI dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar ISMPI.
b. Pihak ekstern adalah pihak di luar anggota.
c. Yang tidak termasuk pihak ekstern adalah pimpinan institusi (termasuk organisasi
kemahasiswaan)/Perguruan Tinggi/pembina kemahasiswaan yang mempunyai hubungan
langsung dengan lembaga kemahasiswaan anggota ISMPI.
d. Yang dimaksud hubungan langsung sebagaimana disebutkan pada butir c adalah hubungan
yang menetapkan adanya jalur persetujuan dan atau pertanggung jawaban dari kelengkapan
lembaga kemahasiswaan anggota ISMPI kepada pihak dimaksud.
2.Maksud dan Tujuan
Tata kerja ekstern ISMPI ditetapkan dengan maksud untuk dapat terjalinnya komunikasi dan
kerjasama bagi kepentingan ISMPI dalam tata kerja yang tertib, terarah, sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan.
BAB II
PRINSIP- PRINSIP DASAR
1. Organisasi kemahasiswaan di Perguruan Tinggi
diselenggarakan dari, oleh dan untuk mahasiswa.
2. Pengurus organisasi kemahasiswaan di Perguruan Tinggi
bertanggungjawab kepada pimpinan satuan penyelanggara pendidikan yang
membawahinya.
3. Organisasi kemahasiswaan di Perguruan Tinggi adalah wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan
kecendikiawanan serta integritas kepribadian.
4. ISMPI mempunyai tugas mengkoordinasikan kegiatan senat mahasiswa pertanian di
Indonesia dalam Tri Darma Perguruan Tinggi.
5. BPP ISMPI adalah lembaga eksekutif yang bertugas melaksanakan keseluruhan
ketetapan-ketetapan Musyawarah Nasional, yang dikoordinasikan oleh seorang Sekretaris
Jendral.
6. BPMN ISMPI adalah lembaga legislatif yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan pertimbangan bagi berjalannya hasil-hasil ketetapan Musyawarah Nasional,
yang dikoordinasikan oleh seorang koordinator sesuai dengan hasil ketetapan MUNAS.
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
7. BPW ISMPI adalah lembaga eksekutif di tingkat wilayah yang bertugas melakukan
inisiatif pengembangan kegiatan-kegiatan yang sejalan dengan program kerja yang telah
ditetapkan MUSWIL dan menjalin kerja sama dengan pihak luar.
8. BPMW ISMPI adalah lembaga legislatif yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan pertimbangan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Wilayah, yang
dikoordinasikan oleh seorang koordinator sesuai dengan hasil ketetapan Musyawarah
Wilayah.
BAB III
TATA KERJA EKSTERN
1. Pihak Ektern
Pihak ekstern ISMPI dapat terdiri atas organisasi kemahasiswaan lain, perguruan tinggi lain,
pemerintah/departemen/dinas, himpunan profesi, kalangan pengusaha/swasta, Lembaga
Swadaya Masyarakat, organisasi kepemudaan dan organisasi politik serta lembaga lainnya.
Pihak ekstern dimaksud dapat berkedudukan di Indonesia atau di luar Indonesia.
2. Sifat Hubungan
a. Hubungan yang dijalin adalah kemitraan dan tidak menempatkan ISMPI atau pihak
ekstern yang bersangkutan di bawah garis komando atau pertanggung jawaban.
b. Hubungan yang dijalin bersifat menguntungkan kepentingan ISMPI dan tidak
mengabaikan status ISMPI sebagai wadah yang mandiri.
3. Arah dan Kepentingan
a. Hubungan yang dijalin harus diarahkan kepada pengembangan profesi Senat Mahasiswa
Pertanian yang berdasarkan Tri Darma Perguruan Tinggi dan pengembangan
keorganisasian ISMPI.
b. Pertimbangan perlunya mengadakan hubungan didasarkan atas kepentingan.
1) Perlunya pembinaan hubungan mitra dalam usaha merealisasikan tujuan ISMPI.
2) Adanya permasalahan yang memang memerlukan kerjasama dalam usaha
merealisasikan program ISMPI yang ditetapkan.
4. Kewenangan Hubungan
a. Badan Kelengkapan ISMPI berwenang menentukan dilaksanakannya hubungan ekstern
sesuai dengan kepentingan berdasarkan atas apa yang diatur dalam AD/ART ISMPI.
b. Pemegang kewenangan tidak bersifat perorangan.
5. Prosedur
a. Prosedur pelaksanaan hubungan ekstern harus memperhatikan:
1) Lingkup pelaksanaan kegiatan/kepentingan kebijakan ISMPI (dapat bersifat
regional/nasional dan internasional).
2) Lingkupan wilayah/daerah kerja pihak ekstern yang bersangkutan.
b. Prosedur dibedakan atas tahap:
1) Penetapan perlunya dilaksanakan hubungan ekstern.
2) Penetapan persetujuan pelaksanaan hubungan ekstern.
3) Langkah realisasi hubungan.
c. Berdasarkan Bab III.5.a. dan III.5.b. prosedur diatur sebagai berikut :
1) Untuk lingkup pelaksanaan kegiatan atau kepentingan tingkat anggota
2) Butir b.1 dapat ditetapkan oleh pengurus SM anggota ISMPI bersama-sama dengan
atau atas pertimbangan pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan.
3) Butir b.2. cukup disetujui oleh BPW sedangkan untuk butir a. 2 lingkup nasional harus
mendapat persetujuan dari Sekretaris Jendral ISMPI.
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
4) Butir b.2 dilaksanakan oleh anggota ISMPI yang bersangkutan atau yang bersama-
sama dengan BPW, jika diadakan perjanjian tertulis maka dalam pelaksanaan
perjanjian BPW/BPP harus disertakan.
d. Untuk lingkup pelaksanaan kegiatan/kepentingan tingkat regional atau dalam wilayah:
1) Butir b.1 dapat ditetapkan oleh BPW bersama-sama dengan atas pertimbangan
pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan.
2) Untuk a.2 lingkup wilayah butir b.2 merupakan wewenang BPW, jika dipandang perlu
dapat dengan persetujuan Sekjen, sedangkan untuk a.1 lingkup internasional harus
mendapat persetujuan dari BPMN.
3) Butir b.3 dilaksanakan oleh BPP/BPW bersama-sama dengan panitia yang ditunjuk
untuk itu. Jika diadakan perjanjian tertulis maka dalam pelaksanaan perjanjian harus
sepengetahuan BPMN/BPMW.
e. Untuk lingkup pelaksanaan kegiatan/kepentingan tingkat nasional
1) Butir b.1 ditetapkan oleh pengurus BPW atau BPP bersama-sama dengan/atas
pertimbangan pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan.
2) Kegiatan lingkup nasional harus mendapatkan persetujuan BPP ISMPI dan
pertimbangan BPMN ISMPI.
3) Butir b 2 dilaksanakan oleh panitia yang ditunjuk untuk bersama-sama dengan BPW
dan atau dengan BPP sesuai dengan kepentingan. Jika diadakan perjanjian tertulis
maka harus atas sepengetahuan BPMN/BPMW.
f. Untuk lingkup pelaksanaan kegiatan kepentingan tingkat internasional:
1) Butir b.1 ditetapkan sekurang-kurangnya oleh BPP ISMPI atas pertimbangan BPMN
ISMPI dan dari pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan.
2) Butir b.2 ditetapkan dengan oleh panitia yang ditunjuk untuk hal itu bersama-sama
BPP. Jika dilaksanakan perjanjian tertulis maka harus mendapatkan rekomendasi dari
Dirjen Dikti.
3) Butir b.3 dilaksanakan oleh panitia yang ditunjuk untuk hal itu bersama-sama BPP.
Jika dilaksanakan perjanjian tertulis maka harus mendapatkan rekomendasi dari BPP
atas sepengetahuan BPMN.
g. Pertanggungjawaban
1) Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan hubungan ekstern harus
dipertanggungjawabkan kepada MUNAS melalui/oleh Badan Pelaksana yang terkait
langsung.
a. Kegiatan sebagaimana diatur dalam Bab III 5.d dipertanggungjawabkan oleh
Koordinator Wilayah.
b. Kegiatan sebagaimana diatur dalam Bab III 5.e dipertanggungjawabkan oleh
Koordinator Wilayah. Untuk Bab III 5.f dipertanggungjawabkan oleh Koordinator
Wilayah bersama-sama Sekjen ISMPI.
c. Kegiatan sebagaimana diatur dalam Bab III 5.f dalam batas kepentingan yang
bersangkutan dengan ISMPI dengan pihak terkait.
BAB IV
PENUTUP
Di dalam pelaksanaannya, hal-hal yang belum diatur pengaturannya harus dirujukkan pada
ketentuan-ketentuan ISMPI yang telah ditetapkan dalam Musyawarah Nasional.
MUSYAWARAH NASIONAL XII
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
( MUNAS XII ISMPI )
MUNAS
BPP BPMN
MUSWIL
BPW BPMW
Keterangan
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
: Garis Aspirasi