oleh:
Hesti Awandani Pangestu_21150449
Malika Aulia Putri_21140465
ABSTRAK
Jati diri suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari bahasa, tak terkecuali bahasa
Indonesia sebagai identitas bangsa Indonesia yang wajib di jaga dan di lestarikan.
Sebab, bahasa Indonesia memegang kendali sebagai bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan. Namun, eksistensinya perlu mendapat perhatian terlebih di era globalisasi
ini. Tanpa sadar dengan alasan mempermudah komunikasi, banyak dari kita yang
melupakan aturan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh
karena itu, perlu adanya pembiasaan dalam penggunaan bahasa Indonesia, agar tetap
terjaga, mengingat banyak pengaruh yang disebabkan oleh era globalisasi, terutama
pada sektor pendidikan. Penelitian ini ialah jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan metodologi yang menggunakan studi kepustakaan yang diambil dari
berbagai artikel dan jurnal nasional maupun internasional. Pengumpulan informasi yaitu
dengan persepsi, membaca, dan menganalisis, diikuti dengan mengumpulkan data yang
akurat dan penting adanya identifikasiproblematika mendatang. Data yang digunakan
adalah data sekunder.
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan media yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu sama
lain, saling belajar dan berbagi pengalaman baik secara lisan maupun tulisan (Suastika
2018). Bahasa adalah alat yang tujuannya untuk menyampaikan gagasan, tujuan, dan
perasaan kepada orang lain. Bahasa memungkinkan orang untuk berinteraksi satu sama
lain dan berbagi ide dan percakapan. Namun dalam berbahasa, terkadang masyarakat
masih mengalami kendala atau kesalahan dalam berbahasa. Analisis kesalahan adalah
teknik linguistik terapan untuk mengamati perkembangan pembelajaran bahasa.
Analisis kesalahan adalah proses berdasarkan analisis kesalahan orang-orang yang
sedang belajar dengan tujuan yang jelas, dan dilakukan untuk mengimplementasikan
proses pemerolehan bahasa siswa dan meningkatkan strategi pengajaran. Teknik ini
digunakan untuk mengidentifikasi, menjelaskan, dan menafsirkan secara sistematis
kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa.
Soal atau masalah yang ada dalam bahasa Indonesia saat ini memiliki tingkat
kemahiran yang berbeda-beda, seperti:Masalah pada level fonologis, level morfologis,
level aplikasi EJT, level sintaksis, dan level semantik. Permasalahan yang teridentifikasi
dalam hal ini adalah keragaman bahasa tulis baik dalam konteks formal maupun
informal. Bermasalah adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan masalah yang
perlu dipecahkan. Berdasarkan pengertian dari kedua istilah di atas, dapat disimpulkan
bahwa sesuatu yang bermasalah atau bermasalah berarti membutuhkan solusi. Dalam
hal ini, akar masalahnya terletak pada bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu
mengikuti permasalahan atau masalah bahasa Indonesia (“Problematika Bahasa
Indonesia Kekinian : Sebuah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Ragam Tulisan
( Nowadays Problems Of Bahasa Indonesia : An Analysis Of Mistakes In Written
Forms ) Akmaluddin Institut Agama Islam Negeri ( Iain ) Mataram Jalan Pendidi”
2016)
METODE
Studi saat ini adalah studi kualitatif dengan menggunakan metodologi yang
menggunakan studi kepustakaan yang diambil dari berbagai artikel dan jurnal nasional
maupun internasional. Pengumpulan informasi yaitu dengan persepsi, membaca, dan
menganalisis, diikuti dengan mengumpulkan data yang akurat dan penting adanya
identifikasiproblematika mendatang. Data yang digunakan adalah data sekunder.
PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1928 yakni sebagai bahasa
persatuan. Yang mana ia memiliki peranan penting untuk memudahkan komunikasi
antar suku bangsa. Mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang pastinya
didalamnya terdapat banyak perbedaan kebudayaan dan kultur masyarakatnya.
Peresmian ini merupakan wujud aktualisasi persatuan sebagai jati diri bangsa Indonesia
yang banyak disebutkan melalui semboyan disebutkan secara luas melalui semboyan,
"berbeda-beda tetapi tetap satu”. (Aiping and Tribune 2020)
The majority of Indonesia's population is bilingual. When viewed from the use
of the language, it can be said that someone who is an Indonesian national will have at
least two identities, their ethnic identity and national identity. (Aiping and Tribune
2020)
6. Cabs/Sans/Nongs
Akronim ini terbentuk dengan memotong atau memenggal sebagian kata dan
menambahkan huruf s dibelakang kata. Dari sini muncul kata cabs yang
terbentuk dari kata cabut, biasa digunakan anak zaman now dalam hal mengajak
pergi atau absen kelas. Kemudian muncul kata sans yang terbentuk dari kata
santai, biasa digunakan ketika seseorang tidak bisa mengerjakan suatu hal.
Sedangkan nongs merupakan kata himbauan atau ajakan untuk berkumpul untuk
mereka yang sudah akrab.
7. Anjay/Jirr/Njir
Penggunaan nama hewan tertentu juga menjadi hal yang lumrah bagi kids
zaman now dalam berinteraksi. Mereka membuat akronim dari hewan anjing
kemudian jadi “anjay” terdapat pula hal semacam seperti “jirr” atau “njir”.
Akronim tersebut biasa digunakan untuk merespon sesuatu yang di luar dugaan
atau juga bisa digunakan dalam menggabarkan rasa kagum terhadap suatu yang
dilihatnya.
8. Unch
Akronim “unch‟ dapat dijumpai di banyak kalangan, akan tetapi pada umumnya
digunakan oleh remaja perempuan, di lafalkan saat menggambarkan segemasan
pada suatu hal. Atau mewakili pada hal-hal yang bersifat imut atau lucu.
Menurut netizen kata “unch” ialah katasederhana yang tidak mempunyai makna
(Sukma 2018)
Di era digitalisasi dewasa ini terasa begitu memfasilitasi bagi mereka yang
berkeinginan mempelajari bahasa, budaya atau apapun yang ada di bumi ini. Dengan
memanfaatkan teknologi yang ada dirasa begitu mudah untuk mengakses. (Artawan and
Suarta 2022)
“This study is notable because it is the first to examine the influence of learner
motivation, learner characteristics, and learning practices in international students
learning the Indonesian language. This study will shed light on the relationship
between the variables included in the study’s theoretical framework and will detail the
relationship for good comprehension. Similarly, the study consists of theoretical and
practical implementation, which is crucial for students and other stakeholders involved
in the Indonesian language learning process”. (Artawan and Suarta 2022)
KESIMPULAN
Sebagian besar dari mereka mulai ragu untuk menggunakan bahasa ibu atau
bahasa daerah saat berkomunikasi dengan lawan bicaranya, bahkan saat berbicara
dengan orang tua atau keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Artawan, Gde, and I. Made Suarta. 2022. “Learning the Indonesian Language: A Fact
from International Students.” Educational Sciences: Theory and Practice 22 (1):
90–100. https://doi.org/10.12738/jestp.2022.1.0008.
Sukma, Riza. 2018. “Realitas Komunikasi Lintas Budaya Di Indonesia: Studi Kasus
Pemilihan Bahasa Remaja Era Kekinian Di Jakarta.” Konferensi Linguistik
Tahunan Atma Jaya 16, 419–23.