Anda di halaman 1dari 9

Problematika Bahasa Indonesia dan Aplikasinya di Kehidupan Sehari-hari.

oleh:
Hesti Awandani Pangestu_21150449
Malika Aulia Putri_21140465
ABSTRAK

Jati diri suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari bahasa, tak terkecuali bahasa
Indonesia sebagai identitas bangsa Indonesia yang wajib di jaga dan di lestarikan.
Sebab, bahasa Indonesia memegang kendali sebagai bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan. Namun, eksistensinya perlu mendapat perhatian terlebih di era globalisasi
ini. Tanpa sadar dengan alasan mempermudah komunikasi, banyak dari kita yang
melupakan aturan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh
karena itu, perlu adanya pembiasaan dalam penggunaan bahasa Indonesia, agar tetap
terjaga, mengingat banyak pengaruh yang disebabkan oleh era globalisasi, terutama
pada sektor pendidikan. Penelitian ini ialah jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan metodologi yang menggunakan studi kepustakaan yang diambil dari
berbagai artikel dan jurnal nasional maupun internasional. Pengumpulan informasi yaitu
dengan persepsi, membaca, dan menganalisis, diikuti dengan mengumpulkan data yang
akurat dan penting adanya identifikasiproblematika mendatang. Data yang digunakan
adalah data sekunder.

Kata kunci: Jati diri bangsa, lestari, era globalisasi.

PENDAHULUAN

Belajar adalah proses di mana informasi baru secara bertahap ditambahkan ke


apa yang sudah diketahui dan dipelajari. Siswa membangun pengetahuan dengan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, atau, menggunakan istilah John Dewey,
"belajar dengan melakukan". Keberhasilan belajar tidak tergantung pada seberapa
banyak materi atau informasi yang disampaikan guru kepada siswa. Sebaliknya, ukuran
utama keberhasilan pembelajaran adalah sejauh mana guru dapat melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa belajar dengan tiga cara, yaitu melalui
pengalaman (tindakan langsung atau tidak langsung), observasi (melihat contoh atau
model), dan bahasa (Suparyanto dan Rosad (2015 2020).

Bahasa merupakan media yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu sama
lain, saling belajar dan berbagi pengalaman baik secara lisan maupun tulisan (Suastika
2018). Bahasa adalah alat yang tujuannya untuk menyampaikan gagasan, tujuan, dan
perasaan kepada orang lain. Bahasa memungkinkan orang untuk berinteraksi satu sama
lain dan berbagi ide dan percakapan. Namun dalam berbahasa, terkadang masyarakat
masih mengalami kendala atau kesalahan dalam berbahasa. Analisis kesalahan adalah
teknik linguistik terapan untuk mengamati perkembangan pembelajaran bahasa.
Analisis kesalahan adalah proses berdasarkan analisis kesalahan orang-orang yang
sedang belajar dengan tujuan yang jelas, dan dilakukan untuk mengimplementasikan
proses pemerolehan bahasa siswa dan meningkatkan strategi pengajaran. Teknik ini
digunakan untuk mengidentifikasi, menjelaskan, dan menafsirkan secara sistematis
kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa.

Soal atau masalah yang ada dalam bahasa Indonesia saat ini memiliki tingkat
kemahiran yang berbeda-beda, seperti:Masalah pada level fonologis, level morfologis,
level aplikasi EJT, level sintaksis, dan level semantik. Permasalahan yang teridentifikasi
dalam hal ini adalah keragaman bahasa tulis baik dalam konteks formal maupun
informal. Bermasalah adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan masalah yang
perlu dipecahkan. Berdasarkan pengertian dari kedua istilah di atas, dapat disimpulkan
bahwa sesuatu yang bermasalah atau bermasalah berarti membutuhkan solusi. Dalam
hal ini, akar masalahnya terletak pada bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu
mengikuti permasalahan atau masalah bahasa Indonesia (“Problematika Bahasa
Indonesia Kekinian : Sebuah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Ragam Tulisan
( Nowadays Problems Of Bahasa Indonesia : An Analysis Of Mistakes In Written
Forms ) Akmaluddin Institut Agama Islam Negeri ( Iain ) Mataram Jalan Pendidi”
2016)
METODE
Studi saat ini adalah studi kualitatif dengan menggunakan metodologi yang
menggunakan studi kepustakaan yang diambil dari berbagai artikel dan jurnal nasional
maupun internasional. Pengumpulan informasi yaitu dengan persepsi, membaca, dan
menganalisis, diikuti dengan mengumpulkan data yang akurat dan penting adanya
identifikasiproblematika mendatang. Data yang digunakan adalah data sekunder.

PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1928 yakni sebagai bahasa
persatuan. Yang mana ia memiliki peranan penting untuk memudahkan komunikasi
antar suku bangsa. Mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang pastinya
didalamnya terdapat banyak perbedaan kebudayaan dan kultur masyarakatnya.
Peresmian ini merupakan wujud aktualisasi persatuan sebagai jati diri bangsa Indonesia
yang banyak disebutkan melalui semboyan disebutkan secara luas melalui semboyan,
"berbeda-beda tetapi tetap satu”. (Aiping and Tribune 2020)

The majority of Indonesia's population is bilingual. When viewed from the use
of the language, it can be said that someone who is an Indonesian national will have at
least two identities, their ethnic identity and national identity. (Aiping and Tribune
2020)

Undang-undang tersebut secara jelas dan tegas memaparkan kewajiban


penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar di beberapa tempat, salah satunya
tertuang dalam dokumen resmi pemerintah. Kewajiban ini dipertegas dalam Pasal 27
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa bahasa Indonesia
wajib digunakan dalam naskah dinas pemerintah. Selain itu ditegaskan pula dalam Pasal
30 yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan
administrasi publik di instansi pemerintah.

Komitmen penggunaan bahasa Indonesia dalam dokumen dan administrasi


publik di instansi pemerintah ditegaskan melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. Permendikbud ini hendaknya menjadi acuan penggunaan bahasa
Indonesia, khususnya dalam berbagai tulisan, karena penggunaan unsur kebahasaan
diatur secara rinci dalam ketetapan tersebut. Penggunaan bahasa Indonesia dalam
naskah dinas ini juga diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya, yaitu
Keputusan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pembinaan,
Pembinaan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra serta Pengembangan Badan. Kegiatan.
Bahasa Indonesia. Selain itu, ada pula Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Pidato Resmi oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden dan Pejabat Pemerintah Lainnya (Sukma 2018).

Ketika kita berbicara tentang keterampilan berbahasa, bentuk keterampilan ini


biasanya diklasifikasikan menjadi empat jenis:
1. Listening atau kemampuan mendengarkan
Kemampuan untuk memahami dan menafsirkan pesan yang disampaikan
secara lisan oleh orang lain.
2. Keterampilan Berbicara
Kemampuan untuk menyampaikan pesan secara verbal kepada orang lain.
3. Kemampuan membaca
Kemampuan untuk memahami dan menafsirkan komunikasi tertulis dari
pihak lain.
4. Kemampuan menulis
Kemampuan untuk menyampaikan pesan kepada pihak lain secara tertulis.
Menurut Holmes, faktor sosial yang menentukan pilihan bahasa komunikasi
seseorang adalah pihak lain, konteks sosial percakapan, dan topik pembicaraan. Selain
itu, Holmes juga menyebutkan bahwa ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi
pilihan bahasa seseorang, yaitu jarak sosial, hubungan sosial, formalitas, dan fungsi atau
tujuan tuturan.
Anak muda saat ini memiliki pilihan bahasa yang unik saat berkomunikasi
dengan lawan bicaranya. Mereka telah menciptakan beberapa istilah atau jargon untuk
menggambarkan identitas mereka. Beberapa tahun yang lalu populer menggunakan
bahasa gaul dan kemudian mengubahnya menjadi alay. Zaman berubah dan begitu pula
perkembangan bahasa remaja, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Di awal tahun
2017, muncul generasi baru yang menggantikan Alay (meski menyebutnya generasi
agak kurang tepat). Mereka dikenal dengan sebutan Kids Zaman Now (KZN). Istilah
KZN berasal dari akun media sosial (Facebook) palsu bernama Seto Mulyadi. Seto
Mulyadi adalah seorang psikolog dan pemerhati anak yang juga merupakan Presiden
Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia.
Istilah ini sebenarnya adalah candaan untuk perilaku aneh dan tidak wajar anak-
anak zaman sekarang, namun mereka anggap biasa saja. Secara linguistik, "kids" dan
"now" adalah kata-kata yang berasal dari bahasa Inggris. Anak-anak berarti anak-anak
dan sekarang adalah sekarang. Anehnya, kedua kata bahasa Inggris ini digabung dengan
kata “zaman” yang berasal dari bahasa Indonesia menjadi satu konstruksi. Itulah yang
membuatnya sangat menyenangkan. "Kids Zaman Now" berarti anak zaman sekarang.
Kata tersebut semakin sering digunakan, bahkan di tajuk utama portal berita, termasuk
"Perilaku Aneh Anak-Anak Zaman Now" atau postingan di jejaring sosial di mana
anak-anak kecil mengencani teks "Kids Zaman Now" (Sukma 2018).
Dalam konteks komunikasi antar budaya, mereka terkadang mengalami konflik
dengan aturan atau norma yang berlaku di lingkungannya. Kaum muda menghadapi tiga
kendala bermasalah ketika memilih bahasa untuk komunikasi antar budaya. Yakni,
ketiga masalah tersebut adalah perbedaan bahasa, perbedaan nilai dan perbedaan
perilaku budaya. Sebagian besar dari mereka mulai ragu untuk menggunakan bahasa ibu
atau bahasa daerah saat berkomunikasi dengan lawan bicaranya, bahkan saat berbicara
dengan orang tua atau keluarganya. Fenomena ini dipengaruhi oleh inferioritas atau
rendahnya harga diri kaum muda. Remaja merasa kurang memiliki otoritas terhadap
lawan bicaranya ketika menggunakan bahasa daerah. Oleh karena itu, mereka memilih
kode bahasa berbeda yang mereka buat untuk menunjukkan identitas mereka. Kosa kata
atau jargon yang mereka ciptakan memunculkan identitas baru bagi remaja, itulah
sebabnya remaja saat ini disebut sebagai anak-anak. Diantaranya muncul berbagai kosa
kata atau istilah baru yang kemudian menyebar ke media massa (media sosial). Inilah
beberapa di antaranya.
1. Tercyduk/Tercyduck.
Kata tercyduk ini cukup populer di kalangan masyarakat. Yang mana
kata iniberasal dari (kata kerja: ciduk) yang bermakna menahan, mengambil atau
membekuk. Kata ini dapat dijumpai pada gaya pengucapan dalam berita resmi.
Contohnya: Polisi ciduk warga yang diduga bandar narkoba. Tak jauh berbeda
dari maknanya, banyak masyarakat justru menggunakan kata terciduk menjadi
tercyduk. Uniknya kata ini sering sekali kita jumpai di kalangan masyarakat
luas.
2. Haqiqi/HQQ
Kata haqiqi juga menjadi sorotan penulis. Kata haqiqi merupakan
plesetan dari kata hakiki yang berarti yang sesungguhnya atau sebenarnya.
Dalam konteks medsos “Kids Zaman Now” kemudian disingkat menjadi HQQ
(atau hqq)
3. PanutanQ/bosQ
Kata panutanQ diambil dari kata panutan yang memiliki arti idola atau
junjungan. Kata ini sering digunakan oleh Kids Zaman Now sebagai simbol
pujian. Kemudian bosQ yang merupakan plesetan kata dari bosku.
4. Sabi/Kane/Kuy/Takis
Kata sabi,kane,kuy, dan takis merupakan hasil dari membolak-balikkan kata
para Kids Zaman Now. Yang mana kata sabi berasal dari kata bisa, kane dari
kata enak, kuy berasal dari kata yuk, dan takis yang berasal dari kata sikat. Kane
mendiskripsikan situasi atau posisi yang nyaman bagi pelakunya. Kemudian
kane bertransformasi menjadi PW (posisi wenak). Kata takis biasanya digunakan
Kids Zaman Now yang pada umumnya laki-laki yang sedang mendekati atau
tengah mengincar wanita idamannya. Mereka biasa mengatakan, “takis, jangan
sampe lolos”.
5. Salfok/Mager/Gabut
Kids Zaman Now juga mengubah kata menjadi bentuk akronim seperti
halnya salfok yang merupakan bentukan dari kata salah fokus. Yang mana kata
ini digunakan untuk mewakili suatu keadaan dimana seseorang tidak fokus
karena adanya benda lain yang menarik perhatiannya. Kemudian kata mager
yang terbentuk dari kata malas gerak, dimana ini mewakili kebiasaan seseorang
yang tidak mau beralih pekerjaan atau kegiatan disebabkan sudah terlalu
nyaman. Sedangkan gabut bentuk akronim dari galau buta. Gabut mewakili
perasaan bosan yang melanda pelaku sehingga malas untuk melakukan sesuatu.

6. Cabs/Sans/Nongs
Akronim ini terbentuk dengan memotong atau memenggal sebagian kata dan
menambahkan huruf s dibelakang kata. Dari sini muncul kata cabs yang
terbentuk dari kata cabut, biasa digunakan anak zaman now dalam hal mengajak
pergi atau absen kelas. Kemudian muncul kata sans yang terbentuk dari kata
santai, biasa digunakan ketika seseorang tidak bisa mengerjakan suatu hal.
Sedangkan nongs merupakan kata himbauan atau ajakan untuk berkumpul untuk
mereka yang sudah akrab.
7. Anjay/Jirr/Njir
Penggunaan nama hewan tertentu juga menjadi hal yang lumrah bagi kids
zaman now dalam berinteraksi. Mereka membuat akronim dari hewan anjing
kemudian jadi “anjay” terdapat pula hal semacam seperti “jirr” atau “njir”.
Akronim tersebut biasa digunakan untuk merespon sesuatu yang di luar dugaan
atau juga bisa digunakan dalam menggabarkan rasa kagum terhadap suatu yang
dilihatnya.
8. Unch
Akronim “unch‟ dapat dijumpai di banyak kalangan, akan tetapi pada umumnya
digunakan oleh remaja perempuan, di lafalkan saat menggambarkan segemasan
pada suatu hal. Atau mewakili pada hal-hal yang bersifat imut atau lucu.
Menurut netizen kata “unch” ialah katasederhana yang tidak mempunyai makna
(Sukma 2018)

Di era digitalisasi dewasa ini terasa begitu memfasilitasi bagi mereka yang
berkeinginan mempelajari bahasa, budaya atau apapun yang ada di bumi ini. Dengan
memanfaatkan teknologi yang ada dirasa begitu mudah untuk mengakses. (Artawan and
Suarta 2022)
“This study is notable because it is the first to examine the influence of learner
motivation, learner characteristics, and learning practices in international students
learning the Indonesian language. This study will shed light on the relationship
between the variables included in the study’s theoretical framework and will detail the
relationship for good comprehension. Similarly, the study consists of theoretical and
practical implementation, which is crucial for students and other stakeholders involved
in the Indonesian language learning process”. (Artawan and Suarta 2022)

KESIMPULAN

Undang-undang tersebut secara jelas dan tegas memaparkan kewajiban


penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar di beberapa tempat, salah satunya
tertuang dalam dokumen resmi pemerintah. Permendikbud ini hendaknya menjadi acuan
penggunaan bahasa Indonesia, khususnya dalam berbagai tulisan, karena penggunaan
unsur kebahasaan diatur secara rinci dalam ketetapan tersebut.

Menurut Holmes faktor sosial yang menentukan pemilihan bahasa seseorang


dalam berkomunikasi, antara lain lawan bicara, konteks sosial dari pembicaraan, dan
topik pembicaraan. Secara linguistik, "kids" dan "now" adalah kata-kata yang berasal
dari bahasa Inggris. Anehnya, kedua kata bahasa Inggris ini digabungkan dengan kata
"zaman" yang berasal dari bahasa Indonesia menjadi satu konstruksi.

Sebagian besar dari mereka mulai ragu untuk menggunakan bahasa ibu atau
bahasa daerah saat berkomunikasi dengan lawan bicaranya, bahkan saat berbicara
dengan orang tua atau keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA

Aiping, Zhang, and Tourism Tribune. 2020.


“NESIAN_LANGUAGE_AS_A_NATIONAL_IDENTITY_IN_THE_MILLENNI
AL_ERA” 35 (4): 51–63.

Artawan, Gde, and I. Made Suarta. 2022. “Learning the Indonesian Language: A Fact
from International Students.” Educational Sciences: Theory and Practice 22 (1):
90–100. https://doi.org/10.12738/jestp.2022.1.0008.

“PROBLEMATIKA BAHASA INDONESIA KEKINIAN : SEBUAH ANALISIS


KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULISAN ( NOWADAYS
PROBLEMS OF BAHASA INDONESIA : AN ANALYSIS OF MISTAKES IN
WRITTEN FORMS ) Akmaluddin Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Mataram
Jalan Pendidi.” 2016 10 (2): 63–84.

Suastika, Nyoman. 2018. “Problematika Pembelajaran Membaca Dan Menulis


Permulaan Di Sekolah Dasar,” no. April.

Sukma, Riza. 2018. “Realitas Komunikasi Lintas Budaya Di Indonesia: Studi Kasus
Pemilihan Bahasa Remaja Era Kekinian Di Jakarta.” Konferensi Linguistik
Tahunan Atma Jaya 16, 419–23.

Suparyanto dan Rosad (2015. 2020. “Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia.”


Suparyanto Dan Rosad (2015 5 (3): 248–53.

Anda mungkin juga menyukai