Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI SEBAGAI

REVOLUSI MENTAL GENERASI MILENIAL

Sharla Regina
Fakultas Hukum, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang
Email: 1111200145@untirta.ac.id

ABSTRAK

Artikel ini berjudul Pendidikan Anti Korupsi Sebagai Dasar Kesadaran Generasi
Milenial Bangsa dalam Menghadapi Korupsi dan Mencegah Korupsi yang berbasis
riset kesadaran hukum generasi milenial bangsa Indonesia, yang merupakan
penerus bangsa Indonesia dalam mengembangkan perilaku antikorupsi. Secara
umum, isu yang menjadi pembahasan adalah kesadaran generasi muda akan
perannya sebagai agen. Perubahan isu korupsi di Indonesia dan peran penting
pendidikan antikorupsi dalam meningkatkan kesadaran hukum di kalangan
generasi muda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
empiris dengan menggunakan pendekatan berbasis bukti dan pendekatan
konseptual yang disajikan secara deskriptif analitis. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah generasi muda memiliki pengetahuan yang cukup tentang
korupsi, bentuk-bentuk korupsi dan bentuk-bentuk perilaku antikorupsi.

Kata Kunci: Korupsi, Generasi Muda, Pendidikan AntiKorupsi.

ABSTRAK

This article is entitled as Anti-Corruption Education as a Basis for Awareness of


the Nation's Millennial Generation in Facing Corruption and Preventing
Corruption which is based on legal awareness research for the Indonesian
millennial generation, the successor of the Indonesian nation in developing anti-
corruption behavior. In general, the issue we will be discussed is awarenessof
corruption and how the younger generation play their role as Indonesian anti-
corruption agents. Changes in the issue of corruption in Indonesia and the
important role of anti-corruption education in increasing legal awareness among
the younger generation. The method used in this research is an empirical method
using an evidence-based approach and a conceptual approach that is presented in a
descriptive analytical manner. The results obtained in this study are that the
younger generation has sufficient knowledge about corruption, forms of anti-
corruption behavior.

Keywords: Corrupt, Milenials Generation, anti-corruption education

1.1. LATAR BELAKANG


Indonesia dan korupsi menunjukkan bahwa dua hal tidak dapat dipisahkan. Indonesia
identik dengan korupsi dan korupsi juga identik dengan Indonesia. Hal ini tidak bisa
dipungkiri, mengingat begitu banyak kasus korupsi di Indonesia yang seolah pecah dan
hilang. Kasus-kasus baru korupsi dengan pemain baru atau pemain lama hampir selalu
bermunculan, memberikan kesan bahwa Indonesia penuh dengan korupsi dan korupsi,
sebagaimana budaya masyarakat Indonesia.
Memang masih berlanjutnya masalah korupsi di Indonesia sangat memprihatinkan.
Korupsi tampaknya menjadi penyakit yang menyerap mentalitas orang Indonesia dan sulit
diobati. Pendidikan anti Korupsi menjadi salah satu ilmu dasar bagi kita dalam menanggapi
hal-hal yang sering terjadi di jalan-jalan atau di beberapa institusi, seakan-akan merupakan
omong kosong dengan korupsi disekitarnya. Keadaan ini sering diperburuk oleh pembiaran
yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Penghilangan, sebagaimana dimaksud merupakan rangkaian tindakan yang dianggap
normal dan wajar yang perlu dilakukan untuk mendapatkan manfaat bagi diri sendiri dan
orang lain. Inilah sebabnya mengapa sangat sulit untuk mencegah dan memberantas
korupsi. Korupsi telah menjadi perilaku sehari-hari di masyarakat dan tumbuh menjadi
kebiasaan, budaya. Ini mengartikan bahwa korupsi di Indonesia dianggap dan dinilai begitu
masif sehingga memasuki ranah mental dan budaya masyarakat Indonesia dan sulit untuk
dicegah dan diberantas.
Oleh karena itu, pada prinsipnya pencegahan dan pemberantasan korupsi sudah
menjadi tanggung jawab bangsa Indonesia. Komitmen tersebut tercermin dalam
pelaksanaan pemberantasan korupsi yang represif melalui kepatuhan terhadap UU Tindak
Pidana Korupsi dan pembentukan lembaga yang khusus dibentuk untuk mencegah dan
memberantas korupsi, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK. Mengingat struktur
sistem pemberantasan korupsi di Indonesia, upaya signifikan dan struktural telah dilakukan
untuk mencegah dan memberantas korupsi dengan membentuk undang-undang dan
lembaga antikorupsi. Upaya material dan struktural adalah upaya penegakan hukum pidana
dengan cara pidana untuk menyelesaikan tindak pidana. Sebagai bagian dari pencegahan
kejahatan, tindakan kriminal dapat dilengkapi dengan tindakan non-kriminal yang bersifat
preventif, jika ditempatkan dalam sistem merupakan bagian dari budaya. Upaya preventif
penanggulangan korupsi dapat dilakukan dengan mengambil langkah-langkah pencegahan
korupsi.
Bicara pencegahan korupsi memang sudah ada program yang memberantas korupsi,
namun masih terkesan kurang optimal. Misalnya, upaya menumbuhkan langkah-langkah
antikorupsi melalui program pangan antikorupsi yang pernah dikembangkan di sekolah-
sekolah pada semua jenjang, baik SD, SLTP, SLTA maupun di atasnya, yang tidak pernah
terdengar hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa upaya menumbuhkan perilaku
antikorupsi di masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda, belum berhasil.
Sebagaimana diketahui, generasi muda adalah harapan masa depan bangsa. Generasi muda
merupakan tonggak dalam melakukan perubahan di Tanah Air. Generasi muda juga
memegang peranan yang sangat penting di bidang korupsi. Generasi muda dengan segala
cita-citanya dapat memutus mata rantai korupsi jika dibekali sejak dini dengan mentalitas
antikorupsi yang dapat diperoleh melalui pendidikan antikorupsi.

1.2. KAJIAN TEORi

Definisi Korupsi

Pendidikan Anti Korupsi (PAK) adalah sebuah gerakan budaya dalam menumbuhkan
nilai antikorupsi sejak dini. Muara dari persoalan korupsi adalah hilangnya nilai-nilai
antikorupsi (jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung- jawab, kerja keras, sederhana,
berani, adil) dari dalam diri individu. Dalam sejarah tercatat bahwa korupsi bermula sejak
awal kehidupan manusia, dimana organisasi kemasyarakatan yang rumit mulai muncul.
Kepustakaan lain mencatat korupsi sudah berlangsung sejak zaman Mesir kuno,
Babilonia, Roma, sampai pada abad pertengahan, hingga sekarang. Korupsi memang
merupakan istilah modern, tetapi wujud dari tindakan korupsi itu sendiri ternyata telah ada
sejak lama.

Sekitar dua ribu tahun yang lalu, seorang Indian yang menjabat semacam perdana
menteri, telah menulis buku berjudul “Arthashastra” yang membahas masalah korupsi di
masa itu. Korupsi dan koruptor sesuai dengan bahasa aslinya bersumber dari bahasa latin
corruptus, yakni berubah dari kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang
sebaliknya. Corruptio dari kata kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau disuap.

1. Samuel Huntington dalam buku Political Order in ChangingSocieties, mendefinisikan


korupsi sebagai behavior of public officials with deviates from accepted norms in
order to serve private ends yang artinya perilaku pejabat publik yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam rangka untuk memenuhi kepentingan pribadi.
2. Husein Alatas yang lebih luas: ”corruption is abuse of trust in the interest of private
gain”, Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi
3. Sedangkan pengertian ringkas yang dipergunakan World Bank adalah
”penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi (the abuse of public office
for private gain). Definisi ini juga serupa dengan yang dipergunakan oleh
Transparency International (TI), yaitu ”korupsi melibatkan perilaku oleh pegawai di
sektor publik, baik politikus atau pegawai negeri, dimana mereka dengan tidak pantas
dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri, atau yang dekat dengan
mereka, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka

Upaya pemberantasan korupsi adalah bagian dari akuntabilitas sosial, dalam artian
bukan hanya tanggung jawab milik pemerintah dan lembaga lainnya. Akan tetapi peran
serta masyarakat adalah yang paling urgen dalam mencegah dan memberantas korupsi.
Oleh karenya, perlu ada paradigma baru yang merupakan perubahan paradigm ke arah
yang lebih baik dan komprehensif dalam memahami upaya pemberantasan korupsi. Di
antara penyebab kurangnya mobilitas peran masyarakat dalam upaya pemberantasan
korupsi dikarenakan ketidak tahuan tentang makna, hakikat dan kategorisasi korupsi, yang
semakin berkembang dan rumit. Secara lughowiyah (kebahasaan), definisi korupsi
memiliki makna yang jelas dan tegas. Namun secara praktis makna korupsi berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Selain itu juga definisi korupsi selalu berkembang, baik secara
normatif maupun secara sosiologis

Model-model Korupsi

Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi,
M. Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis

korupsi. Pertama, korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan
pengusaha kepada penguasa. Kedua, korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang
yang memiliki kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat
peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha ekonominya. Ketiga, korupsi
nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan, pertemanan, dan
sebagainya. Keempat, korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan
negara secara sewenang- wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah
keuntungan pribadi.

secara umum bentuk-bentuk, karakteristik atau ciri-ciri, dan unsur-unsur (dari sudut
pandang hukum) korupsi sebagai berikut :
1. Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa
uang maupun barang.
2. Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang mengelola sumber daya tersebut, baik
berupa dana publik atau sumber daya alam tertentu.
3. Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan
(trickery or swindle). Termasuk didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi
informasi dan fakta dengan tujuan mengambil keuntungan- keuntungan tertentu.
4. Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau
disertai dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang memiliki kekuasaan.
Lazimnya dilakukan oleh mafia-mafia lokal dan regional.
5. Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi
pada tindakan privatisasi sumber daya.
6. Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara.

7. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau “korupsi berjama’ah”.

Di antara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis adalah: pungutan
liar, penyuapan, pemerasan, penggelapan, penyelundupan, pemberian (hadiah atau
hibah) yang berkaitan dengan jabatan atau profesi seseorang. Jeremy Pope– mengutip
dari Gerald E. Caiden dalam ”Toward a General Theory of Official Corruption” –
menguraikan secara rinci bentuk- bentuk korupsi yang umum dikenal, yaitu:
1. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.

2. Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran pemerintah, menipu dan


mencuri.
3. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan uang,
mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak,
menyalahgunakan dana.

1.3. METODELOGI PENELITIAN

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian


empiris dengan menggunakan pendekatan faktual dan konsep yang berkaitan dengan
kesadaran hukum generasi muda dalam menumbuhkan perilaku anti koruptif dan
pentingnya pendidikan anti korupsi dalam meningkatkan kesadaran hokum
mahasiswa dalam menumbuhkan perilaku anti koruptif.

1.4. PEMBAHASAN
Mengingat korupsi yang terjadi belakangan ini dan seolah tak kunjung usai,
membuat masyarakat jadi resah. Permasalahan ini harus segera dicarikan solusinya,
menurut saya salah satu solusi yang dapat mencegah penyebab korupsi adalah
dengan adanya pendidikan antikorupsi khususnya bagi generasi milenial saat ini.
Sebelum membahas tentang pentingnya pendidikan antikorupsi bagi generasi
milenial, ada baiknya membahas tentang pendidikan antikorupsi itu sendiri. Apa itu
pendidikan anti korupsi? Pendidikan Antikorupsi merupakan program pendidikan
tentang korupsi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
bahaya dan konsekuensi dari tindak korupsi.
Generasi milenial saat ini sangat membutuhkan pendidikan antikorupsi, karena
saat ini banyak remaja yang belum memahami korupsi di Indonesia, dapat
menimbulkan kesalahpahaman tentang bentuk-bentuk korupsi, tetapi juga dapat
menyebabkan seseorang. yang terjebak dalam sistem untuk beradaptasi dengan
perilaku korup ini.
Oleh karena itu, perlunya pendidikan anti korupsi di era milenial saat ini agar
dapat menambah nilai dan sikap anti korupsi kepada milenial, menumbuhkan
kebiasaan anti korupsi di kalangan milenial, dan menumbuhkan kreativitas generasi
milenial. dalam mempromosikan dan mengembangkan perilaku antikorupsi.
Karena itu, pemerintah mengintegrasikan pemberantasan korupsi ke dalam
pelajaran sekolah. Integrasi berlangsung dalam tiga mata pelajaran yaitu mata
pelajaran pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama Islam menanamkan
akhlak yang luhur dan nilai-nilai positif dalam hidup serta melatih kita menjadi
pribadi yang berkualitas. bermoral, karena seseorang yang memiliki integritas moral
yang tinggi akan semakin kebal terhadap godaan korupsi. Pendidikan
kewarganegaraan karena pendidikan ini mempunyai fungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Bahasa Indonesia karena pelajaran bahasa
Indonesia ini memiliki peran dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional
seseorang atau generasi milenial dengan peran bahasa Indonesia bahwa seseorang
memiliki daya intelektual yang tinggi terhadap korupsi dan dapat mengatur.
emosinya melawan efek korupsi.
Integrasi melalui pengembangan materi dicapai dengan memberikan penekanan,
penajaman, pendalaman atau perluasan materi pembelajaran terkait nilai dan perilaku
antikorupsi tertentu sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik.
Dengan belajar dari sekolah, generasi milenial ini memiliki nilai-nilai antikorupsi
seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kesederhanaan, kemandirian, kerja keras,
keadilan, keberanian dan kepedulian. . Saat ini Indonesia dihadapkan pada dilema
terkait masalah moral korupsi yang masih ada. Korupsi adalah penyalahgunaan
wewenang publik yang bermula dari kurangnya kontrol atas kekuasaan yang
dipegang dan keterbukaan kesempatan untuk memanipulasi kekuatan ini. Hal ini
perlu disikapi dengan tepat sebagai wujud hati nurani kita sebagai masyarakat yang
tetap mencita-citakan kesejahteraan bangsa. Institusi pendidikan menjadi salah satu
sarana strategis untuk menyuarakan kebaikan dan membekali generasi muda yang
aman dari korupsi.
Mengingat semakin beratnya tugas KPK yang saat ini berada di wilayah
terdampak terparah dan skala konsekuensi yang ditimbulkan oleh kasus korupsi
tersebut, maka diperlukan suatu sistem yang mampu menyadarkan seluruh elemen
bangsa. bersinergi memberantas korupsi yang juga harus didukung penuh oleh semua
pihak di jajaran. pemerintah. Cara yang paling efektif adalah melalui media
pendidikan. Dibutuhkan sistem pendidikan antikorupsi yang meliputi sosialisasi
bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan, serta pemantauan tindak
pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara terintegrasi, dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Pendidikan antikorupsi sangat penting untuk perkembangan psikologis peserta
didik. Model pendidikan yang sistematis akan memungkinkan siswa untuk mengenali
masalah masa lalu terkait korupsi, termasuk hukuman yang akan mereka terima jika
melakukan korupsi. Dengan cara demikian akan tercipta generasi yang sadar dan
paham akan bahaya korupsi, akan tercipta bentuk-bentuk korupsi dan mengetahui
hukuman yang akan dijatuhkan bagi yang melakukan korupsi. Dengan demikian,
masyarakat akan memantau setiap tindak pidana korupsi yang terjadi dan bersama-
sama memberikan sanksi moral kepada para koruptor.
Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan pengendalian dan pengurangan
korupsi dalam bentuk upaya global untuk mendorong generasi penerus
mengembangkan ketahanan yang tegas terhadap segala bentuk korupsi. Mentalitas
antikorupsi ini akan terwujud jika kita secara sadar memelihara kemampuan generasi
yang akan datang untuk dapat mengidentifikasi kelemahan sistem nilai yang mereka
warisi dan memutakhirkan sistem nilai yang diwariskan dalam situasi baru.
Pendidikan antikorupsi melalui pendidikan lebih efektif, karena pendidikan
merupakan proses perubahan sikap mental yang terjadi pada diri seseorang, dan
melalui jalur ini lebih sistematis dan mudah terukur yaitu perubahan perilaku anti
korupsi. Perubahan dari sikap membolehkan dan memaafkan koruptor menjadi sikap
tegas menolak tindak korupsi tidak akan pernah terjadi jika kita tidak secara sadar
mendorong kemampuan generasi mendatang untuk memperbaharui sistem korupsi.
nilai-nilai yang diwarisi untuk menolak korupsi sesuai dengan tuntutan yang muncul
di setiap tahapan perjalanan bangsa kita.
Model pelaksanaan pendidikan antikorupsi dapat diterapkan dalam tiga cara,
yaitu model tertanam dalam mata pelajaran, model non-pembelajaran melalui
kegiatan ekstrakurikuler dan model budaya atau kebiasaan nilai pada semua. kegiatan
kehidupan siswa. Oleh karena itu, diperlukan perubahan lebih lanjut untuk
menyebarkan kebaikan di seluruh institusi pendidikan. Dibutuhkan komitmen yang
kuat dan langkah konkrit untuk menanamkan nilai kejujuran pada setiap generasi
muda untuk membentuk pribadi yang berakhlak mulia, jujur dan bertanggung jawab
dengan segala yang dipercayakan kepadanya. Jadi sekolah memiliki tugas besar yang
harus dilakukan. Semuanya bisa berjalan sesuai rencana jika ada peran nyata bagi
sekolah, dukungan pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan antikorupsi ini adalah agar peserta
didik lebih mengenal sejak dini tentang masalah korupsi sehingga menjadi generasi
yang sadar dan memahami bahaya korupsi, bentuk-bentuk korupsi serta memahami
hukumannya. yang akan diterima dalam kasus korupsi, dan menciptakan generasi.
remaja memiliki nilai moral yang baik dan memiliki karakter keteladanan sehingga
generasi muda tidak melakukan korupsi sejak dini.

Kesadaran Generasi Milenial Akan Korupsi

Generasi muda merupakan golongan masyarakat paling bawah, seringkali terdiri


dari anak-anak, remaja dan remaja usia 0-30 tahun. Generasi muda memiliki arti
yang sangat penting dalam tatanan kehidupan suatu bangsa. Seperti yang diketahui
semua orang, generasi muda merupakan tulang punggung sebuah bangsa, dengan
harapan akan masa depan yang lebih baik. Kaum muda identik dengan perubahan
dan seringkali menjadi mesin perubahan. Di Indonesia, peran generasi muda dalam
perubahan dapat dicatat dalam sejarah kehidupan bangsa Indonesia, baik pada masa
penjajahan maupun pada masa kemerdekaan. Sudah banyak gerakan pemuda yang
mewarnai sejarah Indonesia, kebanyakan mengarah pada perubahan. Misalnya pada
masa penjajahan atau sebelum kemerdekaan, ada gerakan pemuda yang di dalamnya
terdapat Sumpah Pemuda yang melibatkan banyak anak muda dari seluruh Indonesia.
Kemudian pasca kemerdekaan, ada sejumlah gerakan pemuda seperti Angkatan 66
yang mengkritik pemerintah Indonesia atas gerakan reformasi pemuda pada tahun
1998.
Penjelasan ini menggambarkan bahwa pemuda berpotensi menjadi agen
perubahan atau agen perubahan. Potensi agen perubahan ini terlihat pada idealisme
dan keutuhan generasi muda yang polos dalam menghadapi masalah sosial.
Seringkali generasi muda memiliki pemikiran dan tindakan kritis yang dapat
membawa perubahan bagi bangsa ke arah yang lebih positif di masa depan.
Agen perubahan yang potensial membuat generasi muda selalu dipercaya
sebagai milik bangsa. Hal yang sama juga diyakini Abraham Samad, ia melihat
potensi generasi muda dalam pencegahan korupsi.12 Abraham Samad menyebut
pemuda sebagai aset bangsa, ke depan mereka akan mengambil posisi strategis.
Posisi publik dan pembuat kebijakan di masa depan.13 Dia menganggap pemuda
tidak hanya sebagai objek pencegahan dan pemberantasan korupsi, tetapi juga
sebagai kontributor yang cakap. . Menurutnya, generasi muda yang memiliki cita-cita
dan integritas adalah mesin perubahan.14 Oleh karena itu, sangat penting untuk
menjunjung tinggi cita-cita dan keutuhan generasi muda yang polos agar tidak
diracuni. Karena politik, kekuasaan, dan lain-lain dapat mengguncang ketahanan
generasi muda.
Dalam kaitan ini, persepsi generasi muda tentang perannya sebagai agen
perubahan atau agen perubahan dalam pemberantasan korupsi penting untuk dikaji.
Dengan adanya realisasi tersebut, diharapkan muncul keinginan untuk mencegah
terulangnya korupsi di kemudian hari. Dalam membangun perilaku antikorupsi,
terlihat adanya ketidaksesuaian antara kesediaan siswa untuk berpartisipasi dalam
pemberantasan korupsi dengan kesiapan siswa untuk belajar.
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa pelajar generasi muda belum menyadari
perannya sebagai agen perubahan dalam pemberantasan korupsi. Sekalipun pelajar
generasi muda sudah cukup memahami kompleksitas korupsi di Indonesia dan
pentingnya pemberantasan korupsi, hal tersebut tidak menjadi alasan generasi muda
untuk berkembang. anti korupsi.
Indikator ketidaksiapan ini merupakan salah satu bentuk kelemahan
penanggulangan korupsi dari segi preventif. Generasi muda yang diwakili pelajar
belum siap untuk membawa perubahan di bidang antikorupsi bagi Indonesia. Indeks
ini juga menjadi pertanda bahwa generasi muda belum sepenuhnya memahami peran
agent of change. Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya kesadaran hukum akan
pentingnya pencegahan korupsi dan pentingnya membangun perilaku antikorupsi.

Kesadaran hukum adalah pemahaman seseorang tentang hukum. Pengertian


hukum tidaklah mudah untuk memberikan definisi yang baku karena menyangkut
persoalan harga diri seseorang. Kesadaran hukum sering kali terkait erat dengan
kepatuhan seseorang terhadap hukum atau standar yang berlaku. Pengertian hukum
pada masyarakat seringkali muncul dalam bentuk nilai-nilai positif dan negatif yang
disaring oleh integritas dan keadilan, kemudian melahirkan konsep abstrak tentang
kebenaran yang diungkapkan oleh kepatuhan. kepatuhan hukum.
Oleh karena itu, dalam upaya penyadaran hukum, pendidikan atau pendidikan
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan. Dengan metode pendidikan,
seseorang diharapkan mampu membangun karakter yang memahami dan taat hukum
sehingga memiliki kemauan untuk menegakkan hukum dan menjadi bagian dari
hukum itu sendiri.

1.5. KESIMPULAN
Indonesia dan korupsi menunjukkan bahwa dua hal tidak dapat dipisahkan.
Indonesia identik dengan korupsi dan korupsi juga identik dengan Indonesia. Hal ini
tidak bisa dipungkiri, mengingat begitu banyak kasus korupsi di Indonesia yang
seolah pecah dan hilang. Kasus-kasus baru korupsi dengan pemain baru atau pemain
lama hampir selalu bermunculan, memberikan kesan bahwa Indonesia penuh dengan
korupsi dan korupsi, sebagaimana budaya masyarakat Indonesia.
Mengingat korupsi yang terjadi belakangan ini dan seolah tak kunjung usai,
membuat masyarakat jadi resah. Permasalahan ini harus segera dicarikan solusinya,
menurut saya salah satu solusi yang dapat mencegah penyebab korupsi adalah dengan
adanya pendidikan antikorupsi khususnya bagi generasi milenial saat ini.
Generasi milenial saat ini sangat membutuhkan pendidikan antikorupsi, karena
saat ini banyak remaja yang belum memahami korupsi di Indonesia, dapat
menimbulkan kesalahpahaman tentang bentuk-bentuk korupsi, tetapi juga dapat
menyebabkan seseorang yang terjebak dalam sistem untuk beradaptasi dengan
perilaku korup ini.
Maka dari itu, untuk mencegah korupsi kita akan memerlukan pendidikan
antikorupsi sebagai landasan dasar generasi milenial dalam memperbaiki mental dan
pemahaman karakter tentang korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

Eko Handoyo, M. H. 2014. Dampak Korupsi Melalui Pendidikan Anti Korupsi Dalam
Membentuk Generasi Muda Yang Jujur dan Berintegritas di SMA
Semesta Kota Semarang. 8.
Widhiyaastuti, I. G. 2017. Meningkatkan Kesadaran Generasi Muda Untuk Berprilaku Anti
Korupsi Melalui Pendidikan Anti Koruptif Melalui Pendidikan Anti
Korupsi M `mnnnnnn 9.
Khorunisa, Nisa. 2019. Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi pada Generasi Milenial.
https://kompasina.com. Diakses pada 1 November 2019 pukul 20.07.

Ridlwan Nasir, (Ed.), Dialektika Islam dengan Problem Kontemporer, (Surabaya :


IAIN Press & LKiS, 2006). 277
Ahmad Fawa’id, Sultonul Huda (Ed.), NU Melawan Korupsi: Kajian Tafsir dan Fiqih,
(Jakarta: Tim Kerja Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006). 1

Muhammad Azhar (Et.al), Pendidikan Antikorupsi, (Yogyakarta: LP3 UMY,


Partnership, Koalisis Antarumat Beragama untuk Antikorupsi,
2003). 28

Ibid. 281-282

Samuel Huntington, Political Order in Changing Societies, (New Haven and London: Yale
University. Press,1968: 59).

Syamsul Anwar (Et.al), Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah Majelis


Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, (Jakarta: Pusat studi Agama
dan Peradaban (PSAP), 2006). 10

Ahmad Fawa’id, Sultonul Huda (Ed.), NU Melawan Korupsi: Kajian Tafsir dan Fiqih,
(Jakarta: Tim Kerja Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006), 24.

Abd. Rahman Assegaf, Pendidikan Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: Tiara Wacana,


2004), 121.

Syamsul Anwar (Et.al), Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah Majelis


Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah,18.
Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi; Elemen Sistem Integritas Nasional, (terj.)
Masri Maris, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), xxvi.

Anda mungkin juga menyukai