Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Kelas civics sebagai laboratorium demokrasi

Mata kuliah:ilmu kewarganegaraan

Disusun oleh

1.Eva Gustiani

2.Oktaviani Meri Syaputri

3.Rohmi Ardiansah

Dosen pengampu:Drs.Irwan,M.Pd

Program studi pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan

fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Tahun 2021


Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Teknik Komunikasi Manusia Prasejarah" dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina selaku guru Mata Pelajaran Sejarah. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
1.2rumusan masalah
1.3tujuan masalah
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1Kegiatan belajar 1
2.2kegiatan belajar 2
2.3kegiatan belajar 1 dan
BAB PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Demokrasi merupakan sistem politik dan ideologi dari barat menyiratkan arti kekuasaan politik atau
pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat ditandai dengan adanya
partisipasi warga yang sudah dewasa dalam berbagai kegiatan bernegara. Demokrasi ini kemudian
dibangun dan dikembangkan sebagai suatu rangkaian institusi dan praktek berpolitik yang telah sejak
lama dilaksanakan untuk merespon perkembangan budaya, dan berbagai tantangan sosial dan
lingkungan di masing-masing negara. Ketika demokrasi Barat mulai ditransplantasikan ke dalam negara-
negara non-Barat dan beberapa negara bekas jajahan yang memiliki sejarah dan budaya yang sangat
berbeda, demokrasi tersebut memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan, dan
mengalami berbagai perubahan dalam penerapannya sesuai dengan lingkungan barunya yang berbeda.
Ada hal yang sering muncul yang menjadi permasalahan dalam praktek demokrasi, yaitu masalah
bagaimana pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat itu diimplementasikan dan
direalisasikan, sehingga efektif dalam praktek dan dalam kenyataan. Tulisan ini hendak menyajikan
pemaparan konsep sebagai bahan pemikiran yang berkaitan dengan konsep demokrasi, praktik
demokrasi, serta sejauh mana sekolah telah berfungsi sebagai laboratorium demokrasi. Oleh karenanya
dalam pembahasan makalah ini, kami akan membahas tentang konsep demokrasi, pendidikan
demokrasi, dan sekolah sebagai laboratorium demokrasi. Sistem demokrasi yang merupakan suatu
bentuk tindakan menghargai perbedaan prinsip , keberagaman nilai – nilai dan budaya dalam suatu
masyarakat, bangsa, dan negara dapat memberikan kebebasan bertindak sesuai dengan pola hidup
bebas dalam batasan normatif tertentu. Saat ini, budaya demokrasi yang terbentuk dan berkembang di
negara kita turut ditentukan oleh penerapan sistem pendidikan yang berlaku , sehingga pendidikan akan
memberikan implikasi pada peningkatan taraf kepedulian masyarakat terhadap hak dan kewajibannya
dalam menggunakan pikiran , tenaga , dan suaranya , dengan begitu masyarakat khususnya di kalangan
pendidik mempunyai pola pikir yang kreatif serta daya inovasi yang tinggi dalam menerapkan demokrasi
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan sitem demokrasi yang dianutnya.

Proses pendidikan dan pembiasaan yang ideal adalah dilakukan di sekolah,

melalui mata pelajaran PKn. Pendidikan demokrasi ya ng dilaksanakan di

persekolahan bertujuan untuk membangun kecerdasan b erdemokrasi bagi peserta

didik dan dilaksanakan dalam kelas PKn dalam nuansa sebagai laboratorium

demokrasi. Artinya, kelas PKn yang dinamis, di man a dalam proses pembelajaran

terjadi interaksi yang aktif antara peserta didik d engan peserta didik, antara peserta
didik dengan pendidik, antara peserta didik dengan lingkungan dan antara peserta

didik dengan bahan ajar. Dengan demikian, kelas PKn mampu memberikan

pencerahan kepada peserta didik, baik secara penget ahuan, sikap maupun

keterampilan dan berdampak pada tumbuhnya kemampuan peserta didik untuk

mampu bersikap dan merespon terhadap berbagai perma salahan yang tengah dihadapi

masyarakat dan bangsanya. Selain itu, peserta didi k akan memiliki apresiasi tinggi

terhadap masalah kemanusiaan, kejujuran, demokratis asi, toleransi dan kedamaian

hidup. Dengan kata lain, peserta didik mengembangka n kepekaan keterampilan hidup

dalam lingkungan kehidupannya

Menurut Ali (1979) dalam sawali.info/2008/01/01/, “ sikap pendidik harus


demokratis, lebih ‘ concientious ’, lebih mawas diri, merasakan betul hendaknya
secara halus resonansi antara jiwa pendidik dan ana k didik”. Semangat pemurnian
jiwa (mawas diri) dari pendidik, otomatis akan menu lar ke jiwa anak didik. Dengan
kemauannya sendiri, peserta didik akan mengikuti ar ahan sang guru, bukan ketakutan
yang merangsang gerak jiwanya, melainkan rasa kasih , hormat, dan ikatan batin
dengan pendidiknya.
Akan tetapi,
sekarang ini PKn sebagai wahana pendidikan
demokrasi belum berjalan sebagaimana yang diharapkan
Proses pembelajaran PKn yang seharusnya lebih menge mbangkan kompetensi
civic disposition dan civic skill, dalam praktiknya lebih mengembangkan
civic
intellegensia yang ditandai sistem pembelajaran konvensional. S ehingga, PKn tidak
diarahkan untuk memanusiakan manusia secara utuh, l ahir dan batin, tetapi lebih
diorientasikan pada hal-hal yang bersifat kognitif yang kering dari sentuhan nilainilai moral,
kemanusiaan, religi, dan budi pekerti. Hal tesrebut dipertegas oleh
Somantri (2001: 245) bahwa:
kurang bermaknanya PKn bagi peserta didik dikarenak an masih dominannya
penerapan metode pembelajaran konvensional seperti ground covering
technique
, indoktrinasi , dan narrative technique dalam pembelajaran PKn
sehari-hari.
Budimansyah (2008:18) menyoroti penyebab masalah te rsebut lebih luas,
meliputi:
(1) Proses pembelajaran dan penilaian dalam PKn leb ih menekankan pada
dampak instruksional ( instructional effects ) yang terbatas pada penguasaan
materi (content mastery ); (2) Pengelolaan kelas belum mampu menciptakan
suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pen galaman belajar kepada
peserta didik; (3) Penggunaan alokasi waktu yang te rcantum dalam Struktur
Kurikulum Pendidikan dijabarkan secara kaku dan kon vensional sebagai jam
pelajaran tatap muka terjadwal; dan (4) Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

sebagai wahana sosio-pedagogis untuk mendapatkan “ hands-on experience

juga belum memberikan kontribusi yang signifikan un tuk menyeimbangkan


antara penguasaan teori dan praktik pembiasaan peri laku dan keterampilan
dalam berkehidupan yang demokratis dan sadar hukum.

Guru PKn sebagai manajer kelas (pengelola kelas), m empunyai peran dan
fungsi yang sangat strategis dalam membangun kecerd asan berdemokrasi dan
sekaligus membumikan nilai-nilai demokrasi di kelas . Prinsip berani bertanya,
berpendapat, berargumentasi, toleransi, belajar men ghargai dan menghormati
pendapat orang lain, tanggung jawab, jujur, kesamaa n hak dan kewajiban, tumbuhnya
semangat persaudaraan antara peserta didik dengan p eserta didik, antara peserta didik
dengan pendidik dan antara peserta didik dengan lin gkungan belajar serta antara
peserta didik dengan bahan ajar harus menjadi “roh” dalam pembelajaran di kelas
PKn.
Interaksi guru dan peserta didik bukan sebagai subj ek-objek, melainkan
sebagai subjek-subjek yang sama-sama belajar memban gun karakter, jati diri, dan
kepribadian. Kompetensi guru PKn yang demokratis t idak dapat terwujud dengan
sendirinya, melainkan membutuhkan proses pembelajar an dan pembiasaan. Forum
strategis bagi guru PKn dan peserta didik untuk sam a-sama belajar menegakkan pilarpilar demokrasi
berada di kelas. Hal tersebut bermakna, guru PKn dalam
melaksanakan proses pembelajaran harus menanamkan n ilai-nilai demokrasi melalui
penciptaan kelas sebagai laboratorium demokrasi

PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarka n di semua jenjang dan
jenis sekolah, secara pragmatik memiliki visi psyco-pedagogis , yaitu membina warga
negara yang demokratis dalam ruang lingkup pendidik an di lembaga pendidikan, baik
formal maupun non formal. Hal ini sesuai dengan tug as PKn dengan paradigma baru
sebagaimana dinyatakan oleh Sapriya dan Winataputra (2010: 1.2), yaitu sebaga

wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi yang dilaksanakan melalui: civic
intellegence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi
spiritual, rasional, emosional, maupun sosial; civic responsibility , yaitu kesadaran
akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang be rtanggung jawab, dan; civic
participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung
jawab, baik secara individual, sosial, maupun sebag ai pemimpin hari depan.
Dengan demikian, PKn di era reformasi mengalami per geseran tugas dan
fungsi, di mana sebelumnya PKn lebih ditekankan seb agai pendidikan indoktrinasi,
dan dengan paradigma baru bergeser menjadi bidang kajian ilmiah pada program
pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana u tama serta esensi pendidikan
demokrasi. Sebagai bidang kajian ilmiah, materi-ma teri PKn di persekolahan dapat
diperdebatkan dan sekaligus dikembangkan sesuai den gan kebenaran nalar dan
kebutuhan peserta didik. Guru PKn diberi keleluasan untuk mengembangkan daya

nalar dan krativitasnya dalam mengembangkan sekalig us menerjemahkan materimateri PKn kepada
peserta didik. Begitu juga PKn se bagai wahana utama dan esensi
pendidikan demokrasi harus dimaknai bahwa proses pe mbelajaran PKn dengan caracara konvensional
harus ditinggalkan, seperti pemi kiran bawa belajar itu harus di
dalam kelas, belajar itu harus guru yang aktif, bel ajar itu harus mencapai target
kurikulum tanpa memperhatikan kompetensi peserta di dik, dan belajar itu harus
berpusat guru.
Guru PKn sebagai manajer kelas (pengelola kelas), m empunyai peran dan
fungsi yang sangat strategis dalam membangun kecerd asan berdemokrasi dan

sekaligus membumikan nilai-nilai demokrasi di kelas . Prinsip berani bertanya,


berpendapat, berargumentasi, toleransi, belajar men ghargai dan menghormati
pendapat orang lain, tanggung jawab, jujur, kesamaa n hak dan kewajiban, tumbuhnya
semangat persaudaraan antara peserta didik dengan p eserta didik, antara peserta didik
dengan pendidik dan antara peserta didik dengan lin gkungan belajar serta antara
peserta didik dengan bahan ajar harus menjadi “roh” dalam pembelajaran di kelas PKn.
Interaksi guru dan peserta didik bukan sebagai subj ek-objek, melainkan
sebagai subjek-subjek yang sama-sama belajar memban gun karakter, jati diri, dan
kepribadian. Kompetensi guru PKn yang demokratis t idak dapat terwujud dengan
sendirinya, melainkan membutuhkan proses pembelajar an dan pembiasaan. Forum
strategis bagi guru PKn dan peserta didik untuk sam a-sama belajar menegakkan pilarpilar demokrasi
berada di kelas. Hal tersebut bermakna, guru PKn dalam
melaksanakan proses pembelajaran harus menanamkan n ilai-nilai demokrasi melalui
penciptaan kelas sebagai laboratorium demokrasi
B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah “Bagaimana membangun ke cerdasan berdemokrasi

warga negara melalui perwujudan kelas Pendidikan K ewarganegaraan sebagai


laboratorium demokrasi?“
Kelas sebagai laboratorium demokrasi pada dasarnya adalah pelaksanaan atau
praktik pembelajaran PKn dengan melibatkan seluruh potensi yang ada di dalamnya,
seperti pendidik, peserta didik, lingkungan dan bah an ajar yang melalui berbagai
pendekatan, metode, model, media, pola dan jenis pe nilaian. Oleh karena itu,
rumusan masalah di atas dijabarkan ke dalam beberap a sub masalah sebagai berikut :
a. Apakah terdapat pengaruh signifikan kompetensi guru PKn, faktor lingkungan
sekolah dan kelas PKn sebagai laboratorium demokras i yang saling melengkapi
(secara interadiasi) terhadap kecerdasan berdemokr asi warga negara muda
sebagai peserta didik?
b.Apakah terdapat pengaruh signifikan kompetensi guru PKn terhadap kelas PKn
sebagai laboratorium demokrasi?
c. Apakah terdapat pengaruh signifikan faktor lingkung an sekolah terhadap kelas
PKn sebagai laboratorium demokrasi?
d. Apakah terdapat pengaruh signifikan kompetensi guru PKn terhadap kecerdasan
berdemokrasi warga negara muda sebagai peserta didik?
e. Apakah terdapat pengaruh signifikan faktor lingkung an sekolah terhadap
kecerdasan berdemokrasi warga negara muda sebagai p eserta didik?
f. Apakah terdapat pengaruh signifikan kelas PKn sebag ai laboratorium demokrasi
terhadap kecerdasan berdemokrasi warga negara muda sebagai peserta didik?
Sesuai rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, p ola hubungan
antarvariabel penelitian dapat dideskripsikan sebag ai berikut:

Upaya membangun kecerdasan berdemokrasi peserta did ik menjadi hal yang

sangat menarik apabila kehidupan demokrasi dibangun secara cerdas, tetapi manakala
kehidupan berdemokrasi tidak dibangun secara cerdas akan menjadi sebuah
fenomena yang akan membawa bangsa Indonesia ke jura ng kehancuran, yakni
kehancuran berdemokrasi. Demokrasi yang dibangun b ukan berdasar kehendak atau
kepentingan sekelompok orang, bukan bersandar atas kebebasan yang sebebasbebasnya tetapi
demokrasi yang bertanggungjawab ata s dasar nilai-nilai luhur budaya
bangsa yakni Pancasila. Apabila praktik demokrasi sudah melenceng dari aturan dan
tata nilai yang ada akan menjadi presiden buruk bag i stabilitas sosial dan politik
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kajian teori menyatakan, demokrasi harusnya dijalan kan dengan mulus,
dibawakan dengan arif dan bijaksana. Demokrasi buk an hanya dipahami sebagai
proses mengambil keputusan tetapi sudah seharusnya dimaknai sebagai seni dalam
menjalankan roda pemerintahan. Dengan demikian, sa ndaran implementasi
demokrasi adalah idiologi dan konstitusi. Nilai de mokrasi yang konstitusional perlu
diterapkan dalam kurikulum persekolahan.
Semua instrumen dalam pembelajaran demokrasi, seper ti guru, materi
pelajaran, media pembelajaran, sumber pembelajaran, sistem penilaian, sarana dan

prasarana pembelajaran perlu dipersiapkan dengan ma tang agar tercermin kehidupan


yang demokratis baik di kelas ataupun di sekolah se hingga terwujud sekolah dan
kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Berdasar kan latar belakang di atas maka
membangun kecerdasan demokrasi dalam aspek kelas PK n penyusun tertarik untuk
mengangkat sebuah disertasi dengan judul “Membangun Kecerdasan
Berdemokrasi Warga Negara Melalui Perwujudan Kelas Pendidikan
Kewarganegaraan Sebagai Laboratorium Demokrasi”.

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan lebih jauh tentang Konsep
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi, serta Bagaimana Sekolah menjadi Laboratorium Demokrasi. Hal
mana dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa (guru) untuk mengaplikasikannya
dalam proses pembelajaran PKn di SD dan juga untuk meningkatkan rasa percaya diri (self confident)
pada setiap penyampaian materi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(Paikem).

BAB II PEMBAHASAN

A. KEGIATAN BELAJAR 1 : KONSEP DEMOKRASI Konsep demokrasi secara etimologi berarti rakyat
berkuasa atau “government or rule by the people”(Budiardjo, 1992:50) Istilah demokrasi berasal dari
dua kata, yang mengacu pada sistem pemerintahan zaman Yunani-Kuno yang disebut ‘demokratia’,
yaitu ‘demos’ dan ‘kratos atau kratein’. Secara harfiah yang dimaksud dengan demokrasi, yaitu demos
yang berarti rakyat dan kratos atau cratein yang berarti memerintah, pemerintahan yang dijalankan oleh
rakyat. Demokrasi menyiratkan arti kekuasaan politik atau pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat,
dari rakyat dan untuk rakyat (Warren, 1963: 2), warga masyarakat yang telah terkonsep sebagai warga
negara. Dengan demikian dilihat dari arti kata asalnya, demokrasi mengandung arti pemerintahan oleh
rakyat. Hal ini senada dengan ungkapan Abraham Lincoln “democracy is the government from the
people, by the people, and for the people”. Dari rumusan tersebut memberikan sifat pemahaman umum
terhadap suatu negara yang menganut sistem demokrasi, yaitu: a. Partisipasi warga negara yang sudah
dewasa dalam pemerintahan melalui wakil rakyat yang dipilihnya b. Negara menjamin kemerdekaan
berbicara, beragama, berpendapat, berserikat dan menegakkan hukum c. Mayarakat kelompok
mayoritas menghargai kelompok minoritas dan saling memberikan perlakuan yang sama

Secara konseptual Torres (1998:145-146; dalam Winatapura,2001;54) bahwa demokrasi sebagai salah
satu bentuk pemerintahan, demokrasi sebagai landasan pelaksanaan kekuasaan tertinggi di tangan
rakyat, dan demokrasi adalah konsep republik sebagai bentuk pemerintahan yang murni. Demokrasi di
samping sebagai sistem pemerintahan, juga diperlukan proses demokrasi yang meliputi 4 hal, yaitu: 1.
Mengutamakan kepentingan khalayak (pasar). 2. Manusia sebagai makhluk memiliki potensi
untukmengembangkan kekuasaan dan kemampuan. 3. Memperhatikan keseimbangan antara partisipasi
dan apatisme. 4. Untuk partisipasi perlu adanya perubahan terlebih dahulu. Dinamika

perkembangan demokrasi di Indonesia sejak proklamasi

kemerdekaanIndonesia 17 Agustus 1945 dengan merujuk kepada konstitusi yang pernah dan 3

sedang berlaku,yaitu UUD 1945,Konstitusi RIS1949, dan UUDS 1950 adalah demokrasi dengan kabinet
parlementer dan kabinet presidensial. Tumbuh kembang pula demokrasi secara praktis sejalan dengan
perkembangan bangsa Indonesia adalah Demokrasi Terpimpin (Orde Lama), Demokrasi Pancasila (Orde
Baru), dan Demokrasi Reformasi (Masa Reformasi) Sanusi (1998) mengidentifikasi 10 pilar demokrasi
menurut UUD 1945 yaitu a. Demokrasi yang berKetuhanan Yang Maha Esa b. Demokrasi dengan
kecerdasan c. Demokrasi dengan pembagian kekuasaan negara d. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat
e. Demokrasi dengan rule of law f. Demokrasi dengan hak asasi manusia g. Demokrasi dengan
pengadilan yang merdeka h. Demokrasi dengan otonomi daerah i. Demokrasi dengan kemakmuran j.
Demokrasi yang berkeadilan sosial

B. KEGIATAN BELAJAR 2 : PENDIDIKAN DEMOKRASI SEBAGAI ESENSI PKN Suatu negara yang menganut
sistem demokrasi, diharapkan warga negaranya akan demokratis. Namun hal tersebut tidak dapat
terwujud begitu saja, melainkan memerlukan proses pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai/ prinsip
demokrasi. Gandal dan Finn (1992) menegaskan bahwa “democracy doesnot teach itself. If the strengts,
benefits, and responsibilities of democracy arenot made clear to citizens, they will be ill-equipped to
defend on it” artinya bahwa demokrasi tidak dapat mengajarkannya sendiri. Kalau kekuatan,
kemanfaatan,dan tanggung jawab demokrasi tidak difahami dan dihayati dengan baik oleh warga
negara, sukar diharapkan mereka mau berjuang untuk mempertahankannya. Thomas Jefferson sebagai
penulis “Deklarasi Kemerdekaan Amerika” dalam Wahab (2001), menyatakan bahwa; “that the
knowledge,skills, behaviors of democratic citizenship donot just occur naturallity in oneself,but rather
theymust be taught consciously through schooling to teach new generation, i.e. they are learned
behaviors”. Maksudnya, bahwa pengetahuan, kemampuan, dan perilaku warga negara yang demokratis
tidak akan terjadi dengan sendirinya, tetapi harus diajarkan kepada generasi penerus. Winataputra
(2001) dalam disertasinya menjelaskan bahwa pendidikan demokrasi adalah upaya sistematis yang
dilakukan negara dan masyarakat untuk memfasilitasi individu warga negara agar memahami,
menghayati, mengamalkan dan mengembangkan konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai dengan
status perannya dalam masyarakat. 4

Gandal and Finn (1992) menyatakan bahwa tidak hanya di negara berkembang, di negara maju
sekalipun demokrasi sangatlah penting namun sering dilupakan. Oleh karena itu demokrasi harus
disikapi secara sadar dan sungguh-sungguh. Pendidikan demokrasi sangat diperlukan agar warga negara
mengerti, menghargai kesempatan dan tanggung jawab sebagai warga negara yang demokratis.
Pendidikan bukan hanya memberikan pengetahuan dan praktik demokrasi tetapi juga menghasilkan
warga negaranya yang berpendirian teguh, mandiri, memiliki sikap selalu ingin tahu, dan berpandangan
jauh ke depan. Pendidika demokrasi jangan hanya dilihat sebagai suatu mata pelajaran yang terisolasi
tetapi dapat dikaitkan dengan setiap mata pelajaran yang ada. Pendidikan demokrasi sebagai esensi pkn
Suatu negara yang menerapkan sistem demokrasi di manapun berada , pada dasarnya untuk melindungi
hak – hak warga negaranya dan secara tidak langsung menginginkan warga negaranya memiliki
wawasan , menyadari akan keharusannya serta menampakkan partisipasinya sesuai dengan status dan
perannya dalam masyarakat . Sebaliknya jika sitsem politik dalam dalam negara demokrasi mengabaikan
nilai nilai demokrasi maka terjadilah konflik , krisis dan lemahnya pemahaman politik . Salah satu solusi
strategis secara konseptual adalah dengan cara memperkuat demokrasi dalam berbagai bidang dan
aspek kehidupan . Dari berbagai pandangan seperti gandal dan finn(1992), thomas jefferson ,
winataputra , memberikan implikasi bahwa pendidikan demokrasi sangat di perlukan , agar warga
negaranya mengerti , menghargai kesempatan , dan tanggung jawab sebagai warga negara yang
demokratis. Dalam kepustakaan asing pendidikan kewarganegaraan (pkn) di sebut civic education yang
batasannya ialah seluruh kegiatan sekolah , rumah dan masyarakat yang dapat menumbuhkan
demokrasi (somantri , 2001). Artinya bahwa demokrasi merupakan esensi dari pendidikan
kewarganegaraan . Pendidikan kewarganegaraan yang di susun melalui hierarki tingkat pengetahuan
ilmu sosial , yaitu fakta , konsep , generalisasi dan teori hukum sehingga membentuk ide fundamental
ilmu kewarganegaraan (IKN) . IKN bersumber kepada social studies . social studies merupakan keturunan
dari ilmu ilmu sosial . Perbedaan ilmu sosial dengan ilmu social studies dalam winataputra , 2001
menjelaskan bahwa ilmu ilmu sosial adalah tubuh pengetahuan ilmiah yang terorganisir mengenai
hubungan manusia. Pengetahuan ini bersifat objektif yang di peroleh melalui proses penelitian ilmiah
buku yang di lakukan oleh para ahli ilmu – ilmu sosial di bidangnya. Sedangkan social studies di artikan
sebagai “ social studies simplified for pedagogical purpose yakni social studies merupakan
penyederhanaan dari ilmuilmu social untuk tujuan pendidikan . dalam undang – undang republik
indonesia no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 37 ayat (1) , menjelaskan pendidikan
kewarganegaraan yang di maksud untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air .pada dasarnya civic mengambil bagian dari ilmu politik yaitu bagian
demokrasi politiknya .

Dari uraian-uraian di atas dapat diartikan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang tepat untuk
mengajarkan Pendidikan Demokrasi dalam prosempembelajaran di sekolah. Sehingga benar adanya
bahwa Pendidikan Demokrasi merupakan Essensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

C. Kegiatan belajar 1 dan 2

Sekolah Sebagai Laboratorium Demokrasi Pada kegiatan belajar 1 dan 2 kita telah mempelajari tentang
konsep dan pendidikan demokrasi. Untuk menciptakan warga negara yang demokratis tidak cukup
dengan mempelajari dua hal tersebut di atas , harus di jadikan laboratorium demokrasi . Dalam proses
pembelajaran di dalam dan di luar kelas dalam lingkungan sekolah harus menggambarkan suasana
demokratis. Dengan cara ini , siswa akan terbiasa dengan kehidupan demokrasi . Sekolah merupakan
sebuah komunitas sebagai bagian dari integral dari masyarakat . Sekolah dalam Undang – undang RI No
20 tahun 2003 di sebut satuan pendidikan sekolah dasar ( SD) sebagai satuan pendidikan merupakan
suatu entity ( sauan utuh ) wahana pendidikan nasional yang mencapai tujuan pendidikan nasional .
Untuk itu maka proses pendidikan di sekolah perlu di wujudkan dalam dan oleh satuan pendidikan
dalam bentuk proses pembelajaran yang di kembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta
didik dalam lingkungan belajar yang demokratis . Dalam konteks pendidikan formal khususnya pada
jenjang pendidikan dasar , sekolah seyogianya di kembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial
pedagogis yang kondusif atau memberi suasana bagi tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi
peserta didik . Oleh karena itu , sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu di kembangkan
sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang mampu
memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran demokratis. Paradigma pendidikan demokrasi yang perlu di kembangkan dalam
lingkungan sekolah adalah pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensial atau bersisi jamak. Sifat
multidimensiolnya itu antara lain , terletak pada berikut ini : 1. Pandangannya yang pluralistik – uniter
(bermacam – macam , tetapi menyatu dalam bhineka tunggal ika) 2. Sikapnya dalam menempatkan
individu , negara dan masyarakat global secara harmonis 3. Tujuannya di arahkan pada semua dimensi
kecerdasan 4. Konteks ( setting ) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka , fleksibel atau
luwes dan bervariasi merujuk kepada dimensi tujuannya
1. Strategi umum pengembangan warga negara yang demokratis di lingkungan sekolah Strategi dapat
diartikan sebagai serangkaian langkah yang di pilih untuk mencapai tujuan atau target. Winataputra
( 2005 ) menjelaskan karakteristik pokok untuk masing – masing, strategi tersebut secara singkat dapat
di jelaskan sebagai berikut . Pertemuan kelas berita baru merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan kelas guna membahas berita aktual yang ada di
media massa, seperti surat kabar, televisi, radio atau internet. Contohnya, berita tentang demonstrasi
yang berujung dengan perusakan. Cambuk bersiklus merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan saling bertanya dan menjawab secara bergiliran.
Waktu untuk penghargaan merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggung jawab
melalui pertemuan untuk memberikan penghargaan atau penghormatan terhadap orang lain.
Waktuuntuk yang terhormat merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggung
jawab melalui acara yang secara khusus diadakan atas inisiaatif siswa untuk memberikan penghargaan
kepada orang yang sangat di hormati. Pertemuan rumusan tujuan merupakan strategi pengembangan
sikap demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan yang sengaja di adakan atas inisiatif guru /
siswa untuk merumuskan visi dan tujuan sekolah. Pertemuan legislasi merupakan strategi
pengembangan sikap demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan untuk merumuskan atau
norma atau aturan yang akan berlaku di sekolah. Pertemuan evaluasi aturan merupakan strategi
pengembangan sikap demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan untuk mengevaluasi
pelaksanaan atau norma atau aturan yang telah di sepakati dan berlaku di sekolah. Pertemuan
perumusan langkah kegiatan merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggung
jawab melalui pertemuan untuk menetapkan prioritas atau tahapan kegiatan yang akan di lakukan oleh
siswa di bawah supervisi sekolah . Pertemuan refleksi belajar merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melui pertemuan pengendapan an evaluasi terhadap proses dan /
atau hasil belajar setelah selesai satu atau beberapa pertemuan. Pertemuan pemecahan masalah
merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan
terencana untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar atau lingkungan daerah atau
nasional yang menyangkup kehidupan siswa, seperti pemecahan masalah penyalahgunaan narkoba di
kalangan siswa. Pertemuan isu akademis , merupakan strategis pengembangan sikap demokratis dan
bertanggung jawab melalui pertemuan terencana untuk membahas masalah akademis.

Pertemuan perbaikan kelas merupakan stategis pengembangan sikap demokratis dan bertanggung
jawab melalui pertemuan kelas untuk membahas atau memecahkan masalah yang menyangkut
kehidupan siswa di kelasnya atau di lingkungan sekolahnya , seperti pemecahan masalah bolos , tata
tertib sekolah . Pertemuan tindak lanjut merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan
bertanggung jawab melalui pertemuan terencana untuk membahas tindak lanjut dari suatu kegiatan
berseri di lingkungan sekolah. Pertemuan perencanaan merupakn strategis pengembanga sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan terencana untuk menyusun rencana secara
bersama. Pertemuan pengembangan konsep merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan
bertanggung jawab melalui pertemuan terencana untuk menyusun suatu gagasan baru yang di
maksudkan untuk mendapatkan bantuan , atau menyarankan pemecahan atas masalah yang cukup pelik
. Pembahasan situasi pelik merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggung jawab
melalui pertemuan untuk memecahkan maslah yang terkait dalam keadaan dilematik atau pelik . Kotak
saran merupakan strategis pengembangan sikap demokratis dan bertanggung jawab melalui
pengumpulan pendapat secara bebas dan rahasia untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan
sekolah atau lingkungan sekitar. Pertemuan dalam pertemuan merupakan strategis pengembangan
sikap demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan kelompok kecil dalam konteks pertemuan
klasikal atau pertemuan besar. Secara umum pengembangan warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab melalui pendidikan kewarganegaraan dapat di gambarkan sebagai berikut a. Strategi
dasar yang di gunakan untuk mengembangkan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab
adalah kegiatan intrakulikuler. b. Kegiatan intrakurikuler di lakukan melalui pengembangan muatan
kewarganegaraan dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan mata pelajaran lain yang
termasuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian secara holistik c. Pengembangan
muatan kewarganegaraan di lakukan dengan menggunakn model – model pengembangan sikap
demokratis dan betanggung jawab d. Kegiatan agama, akhlak mulia , kewarganegraan , bahasa , seni ,
dan budaya dan pendidikan jasmani dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan, berbentuk peringatan hari
besar agama, memberi santunan kepad anak yatim piatu, melaksanakan upacara bendera dan
peringatan hari besar nasional dan lain lain e. Oleh karena siswa merupakan kegiatan tak terpisahkan
dari kehidupan masyarakat maka secara keseluruhan kegiatan intra an kokurikuler perlu di kaitkan
dengan hal hal yang bersifat sosial – kultural .

2. Fungsi dan peran sekolah dalam mengembngkan warga negara yang demokratis Sekolah sebagai
organisasi mempunyai struktur dan kultur . sebagai bagian dari struktur birokrasi pendidikan SD
merupakan satuan kependidikan dan lingkungan pemerintah daerah kabupaten / kota yang
pembinaannya langsung dii bawah dinas pendidikan . sekolah merupakan satuan pendidikan maka di
dalam sekolah terdapat komunitas yang terdiri atas pendidik , peserta didik , dan tenaga kependidikan .
budaya sekolah seperti seperti juga entitas kebudayaan yang lain memiliki sejmlah sistem antara lain
sistem manajemen , sistem kurikulum , sistem teknologi , sisem kepaercayaan , bahasa dan kesenian .
Prinsip – prinsip dasar dalam pengelolaanya selain menganut prinsip umum managemen , yakni planing ,
organizing, actuating , dan controlling ., yang paling menonjol adalah selain unsur organisasioal satuan
pendidikan juga terdapat unsur pemangku kepentingan yang di wadahi dalam komite sekolah /
madrasah . 3. Mekanisme kerja dalam konteks kesisteman sekolah Sebagai penyelenggara pendidikan
dalam PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan dalam pasal 4 ayat ayat (3)
dinyatakan bahwa : pendidikan di selenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. sekolah seebgai lembaga
penyelenggara pendidikan dan harus pemberdayakan seluruh komponen – komponen yang terkait
dengan struktur organisasi sekolah yaitu sebagai berikut : a. Kepala Sekolah b. Wakil kepala sekolah c.
Tata usaha d. Dewan guru e. Unit laboratorium f. Unit perpustakaan g. Osis h. Komite sekolah Semua
komponen tersebut mempunya peran yang harus difungsikan sesuai dengan deskripsi tugas masing-
masing, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai, dan upaya untuk menjadikan sekolah sebagai
Laboratorium Demokrasi dapat terwujudkan

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Secara praktis, Negara demokrasi adalah Negara yang menerapkan sistem perwakilan
sebagai lembaga legislatif yang bersinergi dengan lembaga eksekutif dan lembaga yudikatif. Paradigma
pendidikan yang mengarah pada era demokrasi banyak memberikan konsekuensi logis dalam
mempersiapkan kondisi masa transisi budaya. Masyarakat yang mengalami situasi demokrasi umumnya
lebih menghargai perbedaan pandangan dan keberagaman status sosial. Tidak hanya pemerintah yang
memikirkan konsep dan sistem pendidikan yang ideal tetapi merupakan tanggung jawab bersama. Oleh
karena itu bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang tepat untuk mengajarkan Pendidikan Demokrasi
dalam proses pembelajaran di sekolah. Sehingga menjadikan pembenaran bahwa Pendidikan

Demokrasi merupakan Essensi Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) Untuk menjadikan sekolah sebagai laboratorium demokrasi, situasi sekolah dan
kelas dikembangkan sebagai “democratic labaratoy” atau lab demokrasi dengan lingkungan sekolah
yang diperlakukan sebagai “micro cosmos of democracy” atau lingkungan kehidupan yang demokratis,
dan memperlakukan masyarakat luas sebagai “open global classroom” atau sebagai kelas global yang
terbuka, yang tentunya dengan memfungsikan peran struktural semua elemen sekolah sesuai dengan
deskripsi tugasnya masing-masing.. HARAPAN Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetahuan kita tentang konsep dan praktik demokrasi , serta pendidikan demokrasi, dimana pada
saatnya nanti sekolah dapat berfungsi sebagai laboratorium demokrasi yang mengantarkan peserta didik
ke arah pemahaman praktis berdemokrasi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA Winatapura, Udin S.2014, Pembelajaran PKn di SD, Buku Materi Pokok Modul 7
Universitas Terbuka Jakarta. Asshiddiqie, Jimly, 1994, Gagasan

Kedaulafan Rakyat Dalam Konstitusi dan

Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: Ikhtiar Baru van Hoeve. _____, 2002, Konstitusi dan
Konstitusionalisme Indonesia di Masa Depan, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
UI. Beetham, David, (ed.), 1994, Defining and Mea-suring Democracy, London-Thousand Oaks-New
Delhi: Sage Publications. Budiardjo, Miriam, 1983, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia. 10

Google.co.id.

KONSEP DAN PRAKTIK DEMOKRASI SERTA PENDIDIKAN DEMOKRASI Makalah Mata Kuliah Pembelajaran
PKn di SD

Oleh :

11

FAUZIAH

: NIM 825507416

IID ROSYIDAH

: NIM

PROGRAM PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN 2015

12

Anda mungkin juga menyukai