Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN

MULTIKULTURAL

Teori Pendekatan
Multikultural
Bill
Martin
Martin J.
James A.
Beck
Banks
Matustik

Horace Teori Judith M.


Pendekatan
Kallen Multikultural Green
Horace Kallen
Horace Kallen adalah seorang yang mengembangkan
teori pluralisme budaya. Ia mengambarkan pluralisme
budaya dengan definisi operasional sebagai
menghargai berbagai tingkat perbedaan, tetapi masih
dalam batas-batas menjaga persatuan nasional. Kellen
mencoba mengekspresikan bahwa masing-masing
kelompok etnis dan budaya di Amerika Serikat itu
penting dan masing-masing mengontribusi unik
menambah variasi dan kekayaan budaya, misalnya
bangsa Amerika Serikat.
James A. Banks
James A. Banks dikenal sebagai perintis Pendidikan
Multikultur. Jadi penekanan dan perhatiannya
difokuskan pada pendidikannya. Banks yakin bahwa
sebagian dari pendidikan lebih mengarah
pada mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang
dipikirkan. Ia menjelaskan bahwa siswa harus diajar
memahami semua jenis pengetahuan, aktif
mendiskusikan konstruksi pengetahuan (knowledge
construction) dan interpretasi yang berbeda-beda,
karena setiap siswa memiliki pemikiran dan sudut
pandang yang berbeda.
Bill Martin
Dalam tulisannya yang berjudul Multiculturalism:
Consumerist or Transformational?. Bill Martin
menulis, bahwa keseluruhan isu tentang
multikulturalisme memunculkan pertanyaan tentang
“perbedaan” yang sudah nampak. Sebagai agenda
sosial dan politik, jika multikulturalisme lebih dari
sekedar tempat bernaung berbagai kelompok yang
berbeda, maka harus benar-benar menjadi
‘pertemuan’ dari berbagai kelompok itu yang
tujuannya untuk membawa pengaruh radikal bagi
semua umat manusia lewat pembuatan perbedaan
yang radikal (Martin, 1998: 128).
Martin J. Beck Matustik
Matustík mengatakan bahwa teori multikulturalisme
meliputi berbagai hal yang semuanya mengarah kembali
ke liberalisasi pendidikan dan politik Plato, filsuf Yunani.
Sebuah karya Plato yang berjudul Republik, bukan hanya
memberi norma politik dan akademis klasik bagi
pemimpin dari negara ideal yang dia cita-citakan, namun
juga menjadi petunjuk dalam pembahasan bersama
tentang pendidikan bagi yang tertindas (Matustík, 1998).
Ia yakin bahwa kita harus menciptakan pencerahan
multikultural baru (a new multicultural enlightenment)
yaitu “multikulturalisme lokal yang saling berkaitan,
secara global sebagai lawan dari monokultur nasional”
(Matustík, 1998).
Judith M. Green
Judith M. Green menunjukkan bahwa multi
kulturalisme bukan hanya di AS. Kelompok budaya
kecil harus mengakomodasi dan memiliki tolerensi
dengan budaya dominan. Amerika member tempat
perlindungan dan memungkinkan kelompok kecil itu
mempengaruhi kebudayaan yang ada. secara
bersama-sama kelompok tersebut memperoleh
kekuatan dan kekuasaan untuk membawa perubahan
dan peningkatan dalam ekonomi, partisipasi politis
dan media masa.
Kurikulum
Berpusat pada
Paham Budaya
Utama

Pendekatan Upaya
terhadap Menyusun
Kurikulum
Pendidikan Multikultural
Multikultural

Tahap-tahap
Integrasi Materi
Multikultural ke
dalam
Kurikulum
Kurikulum Berpusat pada Paham Budaya Utama

Kurikulum yang hanya berfokus pada budaya dominan dan


mengabaikan budya lainnya akan memiliki konsekuensi yang negatif.
James A. Banks berpendapat bahwa kurikulum yang berpusat pada
aliran utama (a mainstream-centric curriculum) ini justru dapat
menjadi cara utama untuk memperkuat rasisme dan etnosentrisme.
Kurikulum yang berpusat pada aliran utama memiliki konsekuensi
yang negatif terhadap siswa dari aliran utama, karena kurikulum ini
memperkokoh rasa superioritas yang keliru (false sense of superiority)
memberi mereka konsepsi yang salah tentang hubungan mereka
dengan kelompok budaya yang lainnya, dan menolak kesempatan
memperoleh manfaat dari pengetahuan, perspektif dan kerangka pikir
yang dapat diperoleh dari mengkaji budaya dari kelompok lain.
Kurikulum yang berpusat pada aliran utama juga mengabaikan
kesempatan siswa untuk melihat kebudayaan mereka dari sudut
pandang budaya lain.
Upaya Menyusun Kurikulum Multikultural

Ada tiga posisi utama yang dapat diidentifikasi


dalam perdebatan penyusunan kurikulum
multikultural ditahun pertengahan :
1. Tradisionalis Barat
2. Ahli Afrosentris
3. Multikulturalis
Faktor lain yang memperlambat pelembagaan
kurikulum multikultural mencakup rendahnya
tingkat pengetahuan tentang budaya etnis yang
dikuasai sebagian besar pendidik dan beratnya
beban pelajaran yang ada pada buku teks.
Tahap-tahap Integrasi Materi Multikultural ke dalam
Kurikulum

Sejak tahun 1960-an dapat diidentifikasi ada empat


pendekatan yang mengintegrasikan materi etnis dan
multikultural ke dalam kurikulum:
1. Pertama, pendekatan kontribusi (the contributions
approach)
2. Kedua, pendekatan Aditif (additive approach)
3. Ketiga, pendekatan transformasi
4. Keempat, pendekatan aksi sosial

Anda mungkin juga menyukai