Anda di halaman 1dari 56

KETENAGAAN DALAM

MANAJEMEN KEPERAWATAN
O L E H :A L P A NH A B I B I , S . K E P ., NERS
., M.K.M.
KETENAGAAN
• Pengaturan proses mobilisasi
potensi, proses motivasi dan
pengembangan SDM dalam
memenuhi kepuasan melalui
karyanya untuk tercapainya
tujuan individu, organisasi
mapun komunitas dimana ia
bekerja.
HAMBATAN DALAM
KETENAGAAN

Kemangkiran/
Absen Turn Over Burn Out
CARA MENGURANGI ABSEN

Sistem Pencatatan Kunjungan Rumah

Kesejahteraan
Karyawan Meningkatkan
Kondisi Tempat Kerja

Suasana Kerja Sistem Penghargaan


PENJADWALAN
• Untuk berapa lama jadwal disiapkan
• Hari apa kalender penjadwalan dimulai
• Hari libur mingguan dapat dipecah atau
beruntun
• Berapa lama waktu kerja maksimum dan
minimum
• brp lama sebelumnya dapat mengajukan hari
libur minggu cuti
• Berapa lama sebelumnya jadwal sudah dapat
dilihat oleh staf
• Berapa lama ada pergantian
• Apakah tenaga exstra (part time) ada
• Apakah jadwal disusul oleh supervisior atau PJ
ruangan
• Bagaimana menciptakan komunikasi terbuka
antara staf dan pembuatan jadwal
PRINSIP-PRINSIP
PENJADWALAN YANG EFEKTIF
1. Seimbang antara kebutuhan
2. Siklus Penjadwalan dan jam kerja harus
adil
3. Semua karyawan ditugaskan sesuai
pola siklus
4. Penyampangan jadwal harus
dilakukan melalui surat
5. Metode harus sudah dikenal sebelum
diterapkan
6. Jumlah tenaga serta komposisi cukup
7. Pola ini meningkatkan pelayanan
keperawatan yang berkesinambungan
dan mengembangkan kerja tim
MACAM-MACAM CARA DINAS
7 jam/ shift : dengan 6 hari kerja =
40 jam/ minggu

8 jam/ shift : dengan 5 hari kerja =


40 jam/ minggu

10 jam/ shift : dengan 4 hari kerja =


40 jam/ minggu
KLASIFIKASI PASIEN DAN
PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN
Untuk dapat menjamin mutu
asuhan keperawatan selama 24
jam terus menerus, perlu:
• Kualitas dan kuantitas SDM yang
memadai
• Pengaturan dan penjadwalan
yang tepat
• Organisasi yang mantap
• Disiplin dan komitmen yang
tinggi
Klasifikasi
pasien

Jumlah hari
kerja Rata2 jam
perawatan
PERENCANAAN
TENAGA KEPERAWATAN
PERLU MEMAHAMI

Jumlah hari libur


Jam kerja
perawat
KLASIFIKASI PERAWATAN PASIEN
MENURUT DOUGLAS (1984)
Perawatan
Minimal •1-2 jam/ 24 jam
Perawatan
Intermediet •3-4 jam/ 24 jam
Perawatan
Maksimal/ Total •5-6 jam/ 24 jam
PERAWATAN
MINIMAL (1-2 JAM/ 24
JAM)
• Kebersihan diri, mandi, ganti
pakaian dilakukan sendiri
• Ambulansi dengan pengawasan
• Observasi TTV dilakukan setiap
shift
• Pengobatan minimal, status
psikologi stabil
• Persiapan
pengobatan
memerlukan prosedur
PERAWATAN INTERMEDIATE
(3-4 JAM/ 24 JAM)
• Kebersihan diri dibantu, makan
minum dibantu
• Observasi TTV tiap 4 jam
• Ambulansi dibantu,
pengobatan lebih dari sekali
• Folley catheter/ intake
output dicatat
• Klien dgn pemasangan infus,
persiapan pengobatan
memerlukan prosedur
PERAWATAN MAKSIMAL/
TOTAL (5-6 JAM/ 24 JAM)
• Segalanya diberikan/
dibantu
• Posisi diatur, observasi TTV
tiap 2 jam
• Makan memerlukan
NGT, menggunakan
terapi IV
• Pemakaian suction
• Gelisah disorientasi
KLASIFIKASI PERAWATAN PASIEN
MENURUT DEPKES (2002)

Askep
Minimal
Askep Askep Askep
Maksimal
Sedang Agak
• 2 jam/ Berat • 6,16 jam/
24 jam • 3,08 jam/ 24 jam
24 jam • 4,15 jam/
24 jam
ASKEP MINIMAL
• Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
• Makan dan minum dilakukan sendiri
• Ambulansi dengan pengawasan
• Observasi TTV dilakukan setiap shift
• Pengobatan minimal, status psikologis stabil
ASKEP SEDANG
• Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
• Observasi TTV setiap 4 jam
• Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
ASKEP AGAK BERAT
• Sebagian besar aktifitas dibantu
• Observasi TTV setiap 2-4 jam sekali
• Terpasang folley catheter, intake output dicatat
• Terpasang infuse
• Pengobatan > 1 kali
• Persiapan pengobatan perlu prosedur
ASKEP MAKSIMAL
• Segala aktifitas diberikan perawat
• Posisi diatur, observasi TTV setiap 2 jam
• Makan memerlukan NGT, terapi IV
• Penggunaan suction
• Gelisah/ disorientasi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBUTUHAN TENAGA KEPERAWATAN

Faktor
Tenaga Faktor Faktor
Faktor Klien Lingkungan Organisasi
/ Staf
FAKTOR KLIEN
• Tingkat kompleksitas dan lamanya kebutuhan
perawatan
• Tipe klien sesuai dengan jenis penyakitnya, usia
maupun faktor spesifik
• Jumlah klien dan fluktuasi
• Keadaan sos-ek yg mempengaruhi kes
• Harapan klien dan keluarganya
FAKTOR TENAGA/ STAF
• Jumlah dan komposisi tenaga keperawatan
• Kebijakan pengaturan dinas
• Peran, fungsi dan tanggung jawab perawat
• Kebijakan personalia
• Tingkat pendidikan dan pengalaman karyawan
• Kelangkaan tenaga perawat spesialis
• Sikap ethis para profesional
FAKTOR LINGKUNGAN
• Tipe dan lokasi RS
• Lay out ruang keperawatan
• Fasilitas dan jenis pelayanan yg diberikan
• Kelengkapan peralatan medis/ diagnostik
• Pelayanan penunjang dari instansi lain. Contoh: PMI
• Macam kegiatan yang dilaksanakan; penyuluhan,
kunjungan rumah, dll
FAKTOR ORGANISASI
• Mutu pelayanan
• Kebijakan pembinaan dan pengembangan
RUMUS PERHITUNGAN
• Peraturan MENKES RI No. 262/Men.Kes/Per/VII/1979:
Perbandingan jumlah tempat tidur RS: jumlah
perawat
• RS kelas A-B: jumlah tempat tidur = 4-3 : 2
• RS tipe C : jumlah perawat : jumlah tempat tidur = 1 : 1
PERHITUNGAN
SDM
KEPERAWATAN
• Rasio antara perawat dan klien di dalam perawatan intensif
adalah 1:1 atau 1:2
• Perbandingan perawat ahli dan terampil di ruang medical
bedah, kebidanan, anak, dan psikiatri adalah 2:1 atau 3:1
• Rasio antara perawat dan klien saat shift pagi atau sore adlah
1:5 untuk malam hari di ruang rawat dan lain-lain 1:10
• Jumlah tenaga terampil ditentukan oleh tingkat
ketergantungan klien. Menurut abdullah & Levine dalam
Gillies (1994), seharusnya dalam suatu unit ada 55%
tenaga ahli dan 45% tenaga terampil.
KATEGORI PERAWATAN BERDASARKAN
TINGKAT KETERGANTUNGAN PASIEN
• Perawatan mandiri (self care): yaitu klien memerlukan
bantuan minimal dalam melakukan tindakan
keperawatan dan pengobatan.
• Perawatan sebagian (partial care): klien memerlukan
bantuan sebagai dalam tindakan keperawatan dan
pengobatan tertentu.
• Perawatan total (total care): klien memerlukan
bantuan secara penuh dalam perawatan diri dan
memerlukan observasi secara ketat.
Mengelompokkan menjadi 5 ruangan:

 Rawat inap
 Kamar operasi
 Rawat jalan
 Gawat darurat
 Dan intensif
 Berdasarkan klasifikasi pasien
 Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
 Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan
kasus
 Jumlah rata2 pasien per hari
 Jumlah rata-rata jam perawatan pasien per hari
 Jumlah jam perawatan dalam ruangan per hari
 Jam kerja efektif setiap perawatan 7 jam
per hari
KATEGORI RATA2 PASIEN/HARI RATA2 JAM JUMLAH JAM
PEAWATAN PERAWATAN/HARI
PASIEN/HARI
Px interna 10 3,5 35
Px Gawat 1 10 10
Px Bedah 8 4 32
Px Kebidanan 1 2,5 2,5
Px Anak 3 4,5 13,5
Jumlah 23 93
 Namun, rumus diatas masih memiliki kelemahan,
karena belum ada faktor koreksi berupa loss day,
seperti hari libur, hari besar, atau cuti. Untuk
menghitung loss day, digunakan rumus berikut:

(hari Minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar) x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

Contoh:
(52+12+14) x 13 = 3,5 perawat
286
 Selain mengerjakan tugas-tugas keperawatan, perawat juga mengerjakan
tugas administrasi, manajerial, dan tugas-tugasnon-keperawatan lainnya.
Oleh karena itu, perlu ditambahkan personel lain dalam perhitungan tenaga
keperawatan.
 Porsi tugas non-keperawatan diperkirakan sekitar 25% dari jam pelayanan
keperawatan. perhitungan jumlah tenaga tambahan dilakukan dengan rumus
berikut:

(jumlah tenaga perawat + loss day) x 25


100

Contoh:
(13+3,5) x 25 = 4,1 perawat
100
 Sehingga rumus akhir untuk menghitung
jumlah SDM keperawatan yg dibutuhkan
adalah sbb:

Jumlah tenaga keperawatan = tenaga tersedia+faktor koreksi

Contoh:
13+3,5+4,1 = 20,6 atau 21 perawat (dibulatkan)
Kategori asuhan keperawatan:

 Asuhan keperawatan minimal


 Asuhan keperawatan sedang
 Asuhan keperawatan agak berat
 Asuhan keperawatan maksimal
KATEGORI TINGKAT RATA2 JUMLAH RATA2 JAM PEAWATAN JUMLAH JAM
KETERGANTUNGAN PASIEN/HARI PASIEN/HARI PERAWATAN/HARI

Askep minimal 7 2 14
Askep sedang 7 3,08 21,56
Askep agak berat 11 4,15 45,65
Askep maksimal 1 6,16 6,26
Jumlah 26 87,37

Rumus dasar untuk menghitung jumlah tenaga keperawatan berdasarkan tingkat


ketergantungan adalah sbb:
Jumlah jam perawatan di ruangan/ hari = jumlah perawatan
Jam efektif perawat
Contoh: 87,37 = 12,5 perawat
7
Sama seperti rumus penghitungan berdasarkan
klasifikasi, faktor koreksi berupa loss day juga perlu
ditambahkan pada rumus di atas. Sehingga, rumus
penghitungan menjadi:

(hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar) x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

Contoh:
(52+12+14) x 12,5 = 3,4 perawat
286
 Rumus sebelumnya, masih ditambah lagi dengan tenaga keperawatan
yang menjalankan tugas-tugas non-keperawatan. rumusnya adalah sbb:

(jumlah tenaga perawat + loss day) x 25 100

Contoh:
(12,5 + 3,4) x 25 = 3,9 perawat
100
Dengan demikian rumus akhir untuk menghitung tenaga perawat yg dibutuhkan adalah sbb:
Jumlah tenaga keperawatan=tenaga tersedia+faktr
koreksi
Contoh:
12,5+3,4+3,9 = 19,8 atau 20 perawat (dibulatkan)
 Gillies (1989), dalam Nursing Management: A System Approach,
merumuskan suatu formula untuk menghitung kebutuhan SDM
keperawatan. rumus perhitungan menurut Gillies adalah sbb:

Rata-rata jam perawatan per hari x (BOR x jumlah TT) x 365


hari (365 hari – jumlah hari libur) x jam kerja efektif per
hari

Keterangan:
BOR = Bed Occupancy Rate
TT = Tempat Tidur
Jumlah hari libur = loss day, sekitar 78 hari dalam setahun
Jam kerja efektif = 7 jam per shift
Contoh:

 Kamar melati memiliki tempat tidur sebanyak


20 buah dengan BOR 75%. Rata-rata jam
perawatan per hari adalah 4 jam. Berapa
jumlah perawatan yg dibutuhkan kamar
melati?
4 x (75% x 20) x 365 = 10,9 dibulatkan menjadi 11 perawat
(365 – 78) x 7
 Perhitungan jumlah tenaga keperawatan menurut douglas (1992),
merujuk pada klasifikasi pasien berdasarkan tingkat
ketergantungan. Rumus Douglas dihitung menggunakan tabel
berikut:

Jumlah Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat


Klasifikasi Pasien Ketergantungan:
Pasien
Minimal Partial Total

pagi siang Malam pagi siang malam Pagi Siang Malam

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60


Contoh:
Ruang anggrek memiliki 25 orang pasien dengan klasifikasi sbb: 7 orang pasien
dengan klasifikasi minimal, 14 orang pasien dengan klasifikasi parsial, dan 4
orang pasien dengan klasifikasi total. Berapa jumlah perawatan yg dibutuhkan
di ruang anggrek?

Jumlah Perawatan Pagi


Minimal 7 x 0,17 = 1,19
Parsial 14 x 0,27 = 3,78 Jumlah
Total 4 x 0,36 = 1,44 6,41

Jumlah Perawatan Siang


Minimal 7 x 0,14 = 0,98
Parsial 14 x 0,15 = 2,1 Jumlah
4,28
Total 4 x 0,30 = 1,2
Jumlah Perawatan Malam
Minimal 7 x 0,07 = 0,49
Parsial 14 x 0,10 = 1,4 Jumlah
2,69
Total 4 x 0,20 = 0,8
 Dengan demikian jumlah tenaga perawat
dibutuhkan setiap hari yaitu 6,41+4,28+2,69 =
13,38 (dibulatkan menjadi 13 perawat)
 Angka tersebut masih ditambah 1 orang kepala
ruang, 2 orang perawat primer (ketua tim), dan
perawat yang cuti atau libur sekitar 4 orang.
 Jadi, jumlah keseluruhan perawat yang di
butuhkan ruang anggrek adalah 20 orang.
 Ilyas (2004), menghitung kebutuhan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan rumus berikut ini:

Rata-rata jam perawatan per hari x (BOR x jumlah TT) x 365 hari
255 x jam kerja efektif per hari

Keterangan:
255 adalah hari kerja efektif perawat per tahun yg dihitung berdasarkan: (365-(12
hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan)) x ¾ = 255 hari

Angka ¾ merupakan indeks yang diperoleh dari karakteristik jadwal kerja


perawat di rumah sakit pemerintah maupun swasta, di mana setiap perawat
mendapat libur satu hari setiap empat hari kerja efektif jaga malam.
 PPNI merumuskan penghitungan kebutuhan
tenaga perawat di ruang rawat inap menggunakan
formula sebagai berikut:

(Rata-rata jam perawatan per hari x 52 minggu) x 7 hari (TT x BOR) x 125
% 41 minggu x 40 jam

Contoh:
Ruangan mawar memiliki tempat tidur sejumlah 25 buah, BOR 80%, dan rata-rata
jam perawatan per hari adalah 4 jam. Berapakah jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan?
(4x52) x 7(25x80%) x 125%= 22,2 (dibulatkan menjadi 22 perawat) 41x40

Terdapat perbedaan jumlah antara rumus Gillies dengan rumus PPNI.


Pada rumus Gillies, nilai yang dihasilkan selalu lebih kecil. Hal ini
dikarenakan, Gillies yang berlatar belakang Amerika Serikat,
mengasumsikan para perawat di Amerika Serikat sudah lebih
profesional, sehingga mampu bekerja lebih efektif dan efisien.
Sementara itu, rumus PPNI menggunakan faktor pengali sebesar 125%.
Dengan asumsi tingkat produktivitas perawat di Indonesia sedikit lebih
rendah, yaitu 75%. Oleh karena itu, angka yang diperoleh rumus PPNI
selalu lebih besar daripada rumus Gillies.
 Menurut Depkes (2002), penghitungan tenaga perawat di
kamar operasi didasarkan pada unsur-unsur berikut:
 Jumlah dan jenis operasi
 Jumlah kamar operasi
 Pemakaian kamar operasi pada hari kerja, diperkirakan 6 jam/hari
 Tugas perawat di kamar opeasi, yaitu instrumentator dan perawat
sirkulasi, diperkirakan 2 orang/tim.
 Tingkat ketergantungan pasien meliputi:
 Operasi ringan, diperkirakan 1 jam/operasi
 Operasi sedang, diperkirakan 2 jam/ operasi
 Operasi besar, diperkirakan 5 jam/ operasi
Rumus yg digunakan:

(jumlah jam perawatan per hari x jumlah operasi) x jumlah perawatan dalam tim
Jam kerja efektif per hari

Contoh:
Kamar operasi di RS Harapan memiliki rata-rata 20 opeasi per hari dengan
rincian, 7 pasien operasi ringan, 8 pasien operasi sedang, dan 5 pasien operasi
besar. Berapa kebutuhan tenaga perawat di kamar operasi tersebut?

[(7x1) + (8x2) + (5x5)] x 2 = 13,7 (dibulatkan menjadi


14) 7

14 + 1 perawat cadangan inti = 15 perawat


 Perhitungan tenaga keperawatan menurut Depkes
(2002), dilakukan menggunakan rumus berikut:
Rata-rata jumlah pasien per hari x jumlah jam perawatan per hari
7 x 60

Contoh:
Pada sebuah rumah sakit, rata-rata jumlah pasien rawat jalan per hari
adalah 110 orang, dengan jumlah jam perawatan per pasien per hari
adaah 15 menit. Berapa jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan?

110 x 15 = 3,9 (dibultakan menjadi 4 perawat)


7 x 60
Jumlah sebelumnya masih ditambah lagi dengan
faktor koreksi, yaitu 15% dari jumlah perawat
tersedia. Dengan dmeikian, jumlah tenaga
perawat yg dibutuhkan rawat jalan adalah:

4 + (15% x 4) = 5 perawat
Penghitungan kebutuhan SDM keperawatan di ruang gawat darurat
melibatkan unsur-unsur sbb:
- rata-rata jumlah pasien per hari
- Jumlah jam perawatan per hari
- Jam efektif perawatan per

hari Rumus dasar:


Rata-rata jumlah pasien per hari x jumlah jam perawatan per hari
Jam efektif perawat per hari
Rumus Loss Day:
Jumlah hari libur dalam 1 tahun x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

Rumus keseluruhan:
Jumlah perawat tersedia + loss day
Contoh:

Sebuah ruang gawat darurat memiliki rata-rata jumlah pasien 25 orang per hari,
dengan jumlah jam perawatan per orang per hari 3 jam, dan jam efektif perawat per
hari 7 jam. Berapa tenaga keperawatan yang dibutuhkan ruang gawat darurat tersebut?

Jumlah perawat tersedia:


25x3 = 10,7 (dibulatkan menjadi 11 perawat)
7

Loss day:
78x11 = 3 perawat, sehingga yang dibutuhkan 11+3 = 14
286
 Untuk penghitungan ruang intensif hampir
sama seperti ruang gawat darurat.
Perbedaannya, jumlah jam perawatan di ruang
intensif lebih besar daripada ruang gawat
darurat.
 Rumus2 penghitungan tenaga keperawatan yg telah diuraikan,
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, karena tidak
semuanya sesuai dengan kondisi RS di tempat perawat berada.
 Hasil penghitungan bervariasi karena dipengaruhi banyak faktor,
contohnya produktivitas. Semakin tinggi produktivitas SDM,
semakin kecil nilai rumus yang digunakan.
 Seorang manajer keperawatan harus melakukan penghitungan
mendalam terkait klasifikasi pasien dan jumlah jam keperawatan,
untuk menghasilkan data yang lebih akurat.
 Klasifikasi dan penghitungan jumlah jam keperawatan yang tidak
akurat, tidak akan mampu menjawab permasalahan kebutuhan
SDM keperatan
Wassalamualikum Wr.Wb

Anda mungkin juga menyukai