MANAJEMEN KEPERAWATAN
O L E H :A L P A NH A B I B I , S . K E P ., NERS
., M.K.M.
KETENAGAAN
• Pengaturan proses mobilisasi
potensi, proses motivasi dan
pengembangan SDM dalam
memenuhi kepuasan melalui
karyanya untuk tercapainya
tujuan individu, organisasi
mapun komunitas dimana ia
bekerja.
HAMBATAN DALAM
KETENAGAAN
Kemangkiran/
Absen Turn Over Burn Out
CARA MENGURANGI ABSEN
Kesejahteraan
Karyawan Meningkatkan
Kondisi Tempat Kerja
Jumlah hari
kerja Rata2 jam
perawatan
PERENCANAAN
TENAGA KEPERAWATAN
PERLU MEMAHAMI
Askep
Minimal
Askep Askep Askep
Maksimal
Sedang Agak
• 2 jam/ Berat • 6,16 jam/
24 jam • 3,08 jam/ 24 jam
24 jam • 4,15 jam/
24 jam
ASKEP MINIMAL
• Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
• Makan dan minum dilakukan sendiri
• Ambulansi dengan pengawasan
• Observasi TTV dilakukan setiap shift
• Pengobatan minimal, status psikologis stabil
ASKEP SEDANG
• Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
• Observasi TTV setiap 4 jam
• Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
ASKEP AGAK BERAT
• Sebagian besar aktifitas dibantu
• Observasi TTV setiap 2-4 jam sekali
• Terpasang folley catheter, intake output dicatat
• Terpasang infuse
• Pengobatan > 1 kali
• Persiapan pengobatan perlu prosedur
ASKEP MAKSIMAL
• Segala aktifitas diberikan perawat
• Posisi diatur, observasi TTV setiap 2 jam
• Makan memerlukan NGT, terapi IV
• Penggunaan suction
• Gelisah/ disorientasi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBUTUHAN TENAGA KEPERAWATAN
Faktor
Tenaga Faktor Faktor
Faktor Klien Lingkungan Organisasi
/ Staf
FAKTOR KLIEN
• Tingkat kompleksitas dan lamanya kebutuhan
perawatan
• Tipe klien sesuai dengan jenis penyakitnya, usia
maupun faktor spesifik
• Jumlah klien dan fluktuasi
• Keadaan sos-ek yg mempengaruhi kes
• Harapan klien dan keluarganya
FAKTOR TENAGA/ STAF
• Jumlah dan komposisi tenaga keperawatan
• Kebijakan pengaturan dinas
• Peran, fungsi dan tanggung jawab perawat
• Kebijakan personalia
• Tingkat pendidikan dan pengalaman karyawan
• Kelangkaan tenaga perawat spesialis
• Sikap ethis para profesional
FAKTOR LINGKUNGAN
• Tipe dan lokasi RS
• Lay out ruang keperawatan
• Fasilitas dan jenis pelayanan yg diberikan
• Kelengkapan peralatan medis/ diagnostik
• Pelayanan penunjang dari instansi lain. Contoh: PMI
• Macam kegiatan yang dilaksanakan; penyuluhan,
kunjungan rumah, dll
FAKTOR ORGANISASI
• Mutu pelayanan
• Kebijakan pembinaan dan pengembangan
RUMUS PERHITUNGAN
• Peraturan MENKES RI No. 262/Men.Kes/Per/VII/1979:
Perbandingan jumlah tempat tidur RS: jumlah
perawat
• RS kelas A-B: jumlah tempat tidur = 4-3 : 2
• RS tipe C : jumlah perawat : jumlah tempat tidur = 1 : 1
PERHITUNGAN
SDM
KEPERAWATAN
• Rasio antara perawat dan klien di dalam perawatan intensif
adalah 1:1 atau 1:2
• Perbandingan perawat ahli dan terampil di ruang medical
bedah, kebidanan, anak, dan psikiatri adalah 2:1 atau 3:1
• Rasio antara perawat dan klien saat shift pagi atau sore adlah
1:5 untuk malam hari di ruang rawat dan lain-lain 1:10
• Jumlah tenaga terampil ditentukan oleh tingkat
ketergantungan klien. Menurut abdullah & Levine dalam
Gillies (1994), seharusnya dalam suatu unit ada 55%
tenaga ahli dan 45% tenaga terampil.
KATEGORI PERAWATAN BERDASARKAN
TINGKAT KETERGANTUNGAN PASIEN
• Perawatan mandiri (self care): yaitu klien memerlukan
bantuan minimal dalam melakukan tindakan
keperawatan dan pengobatan.
• Perawatan sebagian (partial care): klien memerlukan
bantuan sebagai dalam tindakan keperawatan dan
pengobatan tertentu.
• Perawatan total (total care): klien memerlukan
bantuan secara penuh dalam perawatan diri dan
memerlukan observasi secara ketat.
Mengelompokkan menjadi 5 ruangan:
Rawat inap
Kamar operasi
Rawat jalan
Gawat darurat
Dan intensif
Berdasarkan klasifikasi pasien
Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan
kasus
Jumlah rata2 pasien per hari
Jumlah rata-rata jam perawatan pasien per hari
Jumlah jam perawatan dalam ruangan per hari
Jam kerja efektif setiap perawatan 7 jam
per hari
KATEGORI RATA2 PASIEN/HARI RATA2 JAM JUMLAH JAM
PEAWATAN PERAWATAN/HARI
PASIEN/HARI
Px interna 10 3,5 35
Px Gawat 1 10 10
Px Bedah 8 4 32
Px Kebidanan 1 2,5 2,5
Px Anak 3 4,5 13,5
Jumlah 23 93
Namun, rumus diatas masih memiliki kelemahan,
karena belum ada faktor koreksi berupa loss day,
seperti hari libur, hari besar, atau cuti. Untuk
menghitung loss day, digunakan rumus berikut:
(hari Minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar) x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
Contoh:
(52+12+14) x 13 = 3,5 perawat
286
Selain mengerjakan tugas-tugas keperawatan, perawat juga mengerjakan
tugas administrasi, manajerial, dan tugas-tugasnon-keperawatan lainnya.
Oleh karena itu, perlu ditambahkan personel lain dalam perhitungan tenaga
keperawatan.
Porsi tugas non-keperawatan diperkirakan sekitar 25% dari jam pelayanan
keperawatan. perhitungan jumlah tenaga tambahan dilakukan dengan rumus
berikut:
Contoh:
(13+3,5) x 25 = 4,1 perawat
100
Sehingga rumus akhir untuk menghitung
jumlah SDM keperawatan yg dibutuhkan
adalah sbb:
Contoh:
13+3,5+4,1 = 20,6 atau 21 perawat (dibulatkan)
Kategori asuhan keperawatan:
Askep minimal 7 2 14
Askep sedang 7 3,08 21,56
Askep agak berat 11 4,15 45,65
Askep maksimal 1 6,16 6,26
Jumlah 26 87,37
(hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar) x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
Contoh:
(52+12+14) x 12,5 = 3,4 perawat
286
Rumus sebelumnya, masih ditambah lagi dengan tenaga keperawatan
yang menjalankan tugas-tugas non-keperawatan. rumusnya adalah sbb:
Contoh:
(12,5 + 3,4) x 25 = 3,9 perawat
100
Dengan demikian rumus akhir untuk menghitung tenaga perawat yg dibutuhkan adalah sbb:
Jumlah tenaga keperawatan=tenaga tersedia+faktr
koreksi
Contoh:
12,5+3,4+3,9 = 19,8 atau 20 perawat (dibulatkan)
Gillies (1989), dalam Nursing Management: A System Approach,
merumuskan suatu formula untuk menghitung kebutuhan SDM
keperawatan. rumus perhitungan menurut Gillies adalah sbb:
Keterangan:
BOR = Bed Occupancy Rate
TT = Tempat Tidur
Jumlah hari libur = loss day, sekitar 78 hari dalam setahun
Jam kerja efektif = 7 jam per shift
Contoh:
Rata-rata jam perawatan per hari x (BOR x jumlah TT) x 365 hari
255 x jam kerja efektif per hari
Keterangan:
255 adalah hari kerja efektif perawat per tahun yg dihitung berdasarkan: (365-(12
hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan)) x ¾ = 255 hari
(Rata-rata jam perawatan per hari x 52 minggu) x 7 hari (TT x BOR) x 125
% 41 minggu x 40 jam
Contoh:
Ruangan mawar memiliki tempat tidur sejumlah 25 buah, BOR 80%, dan rata-rata
jam perawatan per hari adalah 4 jam. Berapakah jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan?
(4x52) x 7(25x80%) x 125%= 22,2 (dibulatkan menjadi 22 perawat) 41x40
(jumlah jam perawatan per hari x jumlah operasi) x jumlah perawatan dalam tim
Jam kerja efektif per hari
Contoh:
Kamar operasi di RS Harapan memiliki rata-rata 20 opeasi per hari dengan
rincian, 7 pasien operasi ringan, 8 pasien operasi sedang, dan 5 pasien operasi
besar. Berapa kebutuhan tenaga perawat di kamar operasi tersebut?
Contoh:
Pada sebuah rumah sakit, rata-rata jumlah pasien rawat jalan per hari
adalah 110 orang, dengan jumlah jam perawatan per pasien per hari
adaah 15 menit. Berapa jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan?
4 + (15% x 4) = 5 perawat
Penghitungan kebutuhan SDM keperawatan di ruang gawat darurat
melibatkan unsur-unsur sbb:
- rata-rata jumlah pasien per hari
- Jumlah jam perawatan per hari
- Jam efektif perawatan per
Rumus keseluruhan:
Jumlah perawat tersedia + loss day
Contoh:
Sebuah ruang gawat darurat memiliki rata-rata jumlah pasien 25 orang per hari,
dengan jumlah jam perawatan per orang per hari 3 jam, dan jam efektif perawat per
hari 7 jam. Berapa tenaga keperawatan yang dibutuhkan ruang gawat darurat tersebut?
Loss day:
78x11 = 3 perawat, sehingga yang dibutuhkan 11+3 = 14
286
Untuk penghitungan ruang intensif hampir
sama seperti ruang gawat darurat.
Perbedaannya, jumlah jam perawatan di ruang
intensif lebih besar daripada ruang gawat
darurat.
Rumus2 penghitungan tenaga keperawatan yg telah diuraikan,
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, karena tidak
semuanya sesuai dengan kondisi RS di tempat perawat berada.
Hasil penghitungan bervariasi karena dipengaruhi banyak faktor,
contohnya produktivitas. Semakin tinggi produktivitas SDM,
semakin kecil nilai rumus yang digunakan.
Seorang manajer keperawatan harus melakukan penghitungan
mendalam terkait klasifikasi pasien dan jumlah jam keperawatan,
untuk menghasilkan data yang lebih akurat.
Klasifikasi dan penghitungan jumlah jam keperawatan yang tidak
akurat, tidak akan mampu menjawab permasalahan kebutuhan
SDM keperatan
Wassalamualikum Wr.Wb